Disusun oleh :
Qonita Farah Faadhilah 04054821719162
Ita Rahmatika 04054821719163
Leonardus Yogie Ricardo 04054821719164
Mei Syahara 04084821719195
Indah Meita Said 04084821719196
Sisca 04084821719197
Shafira Amalia 04084821719213
Pembimbing:
dr. Indra Syakti Nasution, SpF
Judul Referat :
Oleh:
Qonita Farah Faadhilah 04054821719162
Ita Rahmatika 04054821719163
Leonardus Yogie Ricardo 04054821719164
Mei Syahara 04084821719195
Indah Meita Said 04084821719196
Sisca 04084821719197
Shafira Amalia 04084821719213
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya Periode 30 April 2018 – 4 Juni 2018.
Puji dan sukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul “Etika
Kedokteran dan Hukum Kesehatan” untuk memenuhi tugas ilmiah yang
merupakan bagian dari sistem pembelajaran kepaniteraan klinik, khususnya di
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Rumah Sakit Pusat Dr. Moh. Hoesin Palembang.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
dr. Indra Syakti Nasution, SpF selaku pembimbing yang telah membantu
memberikan arahan dan masukan sehingga tugas ilmiah ini dapat selesai.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ilmiah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik
membangun sangat penulis harapkan. Demikian penulisan tugas ilmiah ini,
semoga bermanfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ETIKA KEDOKTERAN DAN HUKUM KESEHATAN
I. Etika Kedokteran
Etik (Ethics) berasal dari kata Yunani ethos, yang berarti akhlak, adat
kebiasaan, watak, perasaan, sikap, yang baik, yang layak. Menurut Kamus
Umum Bahasa Indonesia (Purwadarminta, 1953), etika adalah ilmu
pengetahuan tentang azas akhlak. Sedangkan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia sari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1988),
etika adalah :
1. Ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral.
2. Kumpulan atau seperangkat asas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak.
3. Nilai yang benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.
Menurut Kamus Kedokteran (Ramli dan Pamuncak, 1987), etika
adalah pengetahuan tentang perilaku yang benar dalam satu profesi.
Pekerjaan profesi (professio berarti pengakuan) merupakan pekerjaan
yang memerlukan pendidikandan latihan tertentu, memiliki kedudukan
yang tinggi dalam masyarakat, seperti ahli hukum (hakim, pengecara),
wartawan, dosen, dokter, dokter gigi, dan apoteker.
Ciri-ciri umum pekerjaaan profesi adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan sesuai standar nasional
2. Mengutamakam panggilan kemanusiaan
3. Berlandasan etik profesi, mengikat seumur hidup
4. Legal melalui perizinan
5. Belajar sepanjang hayat
6. Anggota bergabung dalam satu organisasi profesi
Dalam pekerjaan profesi sangat di handalkan etik profesi dalam
memberikan pelayanan kepada publik. Etik profesi merupakan
seperangkat prilaku anggota profesi dalam hubugannya dengan orang lain.
Pengalaman etika membuat kelompok menjadi baik dalam arti moral.
Bioetika
Perkembangan yang begitu pesat di bidang biologi dan ilmu
kedokteran membuat etika kedokteran tidak mampu lagi menampung
keseluruhan permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan. Etika kedokteran
berbicara tentang bidang medis dan profesi kedokteran saja, terutama hubungan
dokter dengan pasien, keluarga, masyarakat dan teman sejawat. Oleh
karena itu, sejak 3 dekade terakhir ini telah dikembangkan bioetika atau
disebut juga etika biomedis.
Bioetika berasal dari kata bios yang berarti kehidupan dan ethos yang
berarti norma-norma atau nilai-nilai moral. Bioetika atau bioetika medis merupakan
studi interdisipliner tentang masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan di
bidang biologi dan ilmu kedokteran baik skala mikro maupun makro, masa
kini dan masa mendatang (Bertens,2001). Bioetika mencakup isu-isu sosial,
agama, ekonomi dan hukum bahkan politik. Bioetika selain membicarakan
bidang medis, seperti abortus, eutanasia, transplantasi organ, teknologi
reproduksi buatan, dan rekayasa genetik, membahas pula masalah
kesehatan, faktor budaya yang berperan dalam lingkup kesehatan
masyarakat, hak pasien, moralitas penyembuhan tradisional, lingkungan
kerja, demografi, dan sebagainya. Bioetika member perhatian yang besar
pula terhadap penelitian kesehatan pada manusia dan hewan percobaan.
Masalah bioetika mulai diteliti pertama kali oleh Institute for the
Study of Society, Ethics and the Life Sciences, Hasting Center, New York
(Amerika Serikat) pada tahun 1969. Kini terdapat banyak lembaga di
dunia yang menekuni penelitian dan diskusi mengenai berbagai isu etika
biomedik.
Di Indonesia, bioetika baru berkemebang sekitar satu dekade
terakhir yang dipelopori oleh Pusat Pengembangan Etika Universitas Atma
Jaya Jakarta. Perkembangan ini sangat menonjol setelah Universitas Gajah
Mada Yogyakarta yang melaksanakan pertemuan Bioethics 2000; An
International Exchange dan Pertemuan Nasional I Bioetika dan
Humaniora pada bulan Agustus 2000. Pada waktu itu, Universitas Gajah
Mada juga mendirikan Center for Bioethics and Medical Humanities.
Dengan terselenggaranya Pertemuan Nasional II Bioetika dan Humaniora
pada tahun 2002 di Bandung, Pertemuan III pada tahun 2004 di Jakarta,
dan Pertemuan IV pada tahun 2006 di Surabaya serta telah terbentuknya
Jaringan Bioetika dan Humaniora Kesehatan Indonesia (JBHKI) pada
tahun 2002, diharapkan studi bioetika akan lebih berkembang dan tersebar
luas di seluruh Indonesia pada masa datang.
Humaniora atau humanities merupakan pemikiran yang berkaitan
dengan martabat dan kodrat manusia, seperti yang terdapat dalam sejarah,
filsafat, etika, agama, bahsa, dan sastra.
b. Fungsi UU Kesehatan
Fungsi Undang-Undang Kesehatan adalah sebagai berikut
- Alat untuk meningkatkan hasil guna dan daya guna
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang meliputi upaya
kesehatan dan sumber daya
- Menjangkau perkembangan yang makin kompleks yang akan
terjadi dlaam kuru waktu mendatang
- Pemberi kepastian dan perlindungan hokum terhadap pemberi
dan penerima jasa pelayanan kesehatan
e. Ketentuan Pidana
Dalam UUPK diatur kapan seorang dokter dan dokter gigi
dapat dipidana sehubungan dengan UU yang baru ini. Pidana dapat
dijatuhkan apabila:
- Tidak memiliki surat tanda registrasi dengan hukum penjara 3
tahunm denda 100 juta.
- Dokter atau dokter gigi asing tidak memiliki tanda registrasi
dengan hukum penjara 3 tahun, denda 100 juta.
- Tidak memiliki surat izin prajtik dengan hukum penjara 3
tahun, denda 100 juta.
- Identitas (gelar atau bentuk lain) seolah-olah yang
bersangkutan dokter atau dokter gigi yang memiliki surat
registrasi atau izin praktik dengan hukum penjara 5 tahun,
denda 150 juta.
- Tidak memasang papan nama, tidak membuat rekam medis,
tidak memenuhi kewajiban sebagai dokter/dokter gigi dengan
hukum penjara 1 tahun, denda 50 juta.
- Memperkerjakan dokter/dokter gigi yang tidak memiliki SIP
dengan hukum penjara 10 tahun, denda 300 juta.
BAB III
KESIMPULAN