Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MATA KULIAH

ETIKA DAN HUKUM KEPERAWATAN

DILEMA ETIK, ABORSI PADA CHF


Pembimbing : Dr. Ibrahim Rahmat, SKep, MKes

DISUSUN OLEH:

Idyatul Hasanah
16/403442/PKU/16260

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur di panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan tugas individu ethic dan
hukum. Pada makalah ini penulis akan membahas kasus tentang seorang calon ibu yang
sedang hamil 4 bulan tetapi mempunyai penyakit jantung kronis yang dapat membahayakan
baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya. Jika janin tersebut tetap dipertahankan
dalam rahim ibunya,maka nyawa ibu tersebut akan terancam.
Atas pertimbangan medis yang matang, dokter dan tenaga kesehatan yg lain
memutuskan untuk menghentikan kehamilan tersebut yang bertujuan untuk menyelamatkan
nyawa ibu tersebut. Sementara menurut hukum agama sendiri,hal ini sangat bertentangan.
Menggugurkan kandungan sama dengan membunuh jiwa.Secara umum pun pengguguran
kandungan tersebut dinyatakan dalam konteks pembunuhan atau penyerangan terhadap janin.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita tentang dilema etik dan penyelesaiannya. Penulis juga menyadari
bahwa masih terdapat banyak kekurangan pada makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah.

Yogyakarta,

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Etika (Yunani kuno: ethikos, berarti timbul dari kebiasaan) adalah cabang utama
filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan
penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik,
buruk, dan tanggung jawab. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang
berkecimpung untuk kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada
individu yang sehat maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehariharinya. Salah satu yang mengatur hubungan antara perawat pasien adalah etika.
Perawat harus mampu menerapkan prinsip etik dalam pengambilan keputusan dan
mencakup nilai dan keyakinan dari klien, profesi, perawat, dan semua pihak yang terlibat.
Perawat memiliki tanggung jawab untuk melindungi hak klien dengan bertindak sebagai
advokat klien. Para perawat juga harus tahu berbagai konsep hukum yang berkaitan
dengan praktik keperawatan karena mereka mempunyai akuntabilitas terhadap keputusan
dan tindakan profesional yang mereka lakukan (Ismaini, 2001)
Dalam berjalannya proses semua profesi termasuk profesi keperawatan didalamnya tidak
lepas dari suatu permasalahan yang membutuhkan berbagai alternative jawaban yang
belum tentu jawaban-jawaban tersebut bersifat memuaskan semua pihak. Hal itulah yang
sering dikatakan sebagai sebuah dilema etik. Dalam dunia keperawatan sering kali
dijumpai banyak adanya kasus dilema etik sehingga seorang perawat harus benar-benar
tahu tentang etik dan dilema etik serta cara penyelesaian dilema etik supaya didapatkan
keputusan yang terbaik.
Salah satu kasus yang sering menjadi dilema etik dalam dunia kesehatan adalah
aborsi. Aborsi telah menjadi salah satu masalah etika. Menurut hukum-hukum yang
berlaku di Indonesia, aborsi atau pengguguran janin termasuk kejahatan kecuali ada
indikasi medis yang mendasari untuk penghentin kehamilan. Sehingga penulis tertarik
untuk mengambil kasus pasien dengan CHF yang sedang hamil 4 bulan., dimana jika
pasien tersebut mempertahankan kehamilannya maka akan mengancam nyawa pasien itu
sendiri.

1.2 TUJUAN PENULISAN


1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengetahui konsep tentang aborsi dan dilema etik khususnya
dibidang keperawatan
1.2.2 Tujuan Khusus
a) Mahasiswa mampumengetahui dan memahami tentang teori aborsi
b) Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi etik dan dilema etik
dalam keperawatan
c) Mahasiswa mampu

mengetahui

dan

memahami

faktor-faktor

yang

mempengaruhi dilema etik


d) Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami langkah-langkah penyelesain
dilemma etik
e) Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami contoh kasus dilema etik dan
penyelesainnya

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep dasar dilema etik keperawatan
2.1.1 Definisi
Etik merupakan studi tentang prilaku, karakter dan motif yang baik serta di
tekankan pada penetapan pada apa yang baik dan berharga bagi semua orang. Etik
merupakan prinsip yang menyangkut benar dan salah, baik dan buruk dalam
hubungan dengan orang lain.
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang bergerak pada bidang
kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang
sehat maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-hari. Etika
adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perlakuan
seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan
seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawab. Etik merupakan
prisip yang menyangkut benar dan salah, baik dan buruk dalam hubungan dengan
orang lain.
Etika keperawatan adalah norma-norma yang dianut

perawat dalam

bertingkah laku dengan pasien, keluarga, kolega, atau tenaga kesehatan lainnya di
suatu pelayanan keperawatan yang bersifat profesional. Perilaku etik akan dibentuk
oleh nilai-nilai dari pasien, perawat dan interaksi sosial dalam lingkungan.
Dilema etik keperawatan adalah Menurut Thompson & Thompson (1985 )
dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang
memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan
sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau yang salah. Untuk
membuat keputusan yang etis, seorang perawat tergantung pada pemikiran yang
rasional dan bukan emosional.
2.1.2

Faktor-faktor yang mempengaruhi dilem etik


Sebuah studi tentang dilema etik dan resolusi tentang dilema etik dalam praktek
keperawatan menemukan ada 5 faktor yang mempengaruhi terjadinya dilema etik :
a.
b.
c.
d.
e.

Kurangnya kerjasama untuk mempertahankan standar perawatan


Mengabaikan pasien dan keterlibatan keluarga serta kebulatan tekad diri sendiri
Tidak memberi kepercayaan dan mempertahankan keyakinan
Kewajiban profesional dan tugas untuk diri sendiri
Memperpanjang kehidupan dan mengakhiri kehidupan
(chaowalit, suttharangsee & inthanont, 2001)

2.1.3

Pengambilan keputusan etik


Pengambilan keputusan etis adalah suatu keterampilan kognitif, yang membutuhkan
pendidikan tentang prinsip etika dan pemahaman akan isu etika yang spesifik dan
tinjauan pustaka yang relevan (salladay & haddad, 1986)
Faktor- faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan etik :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Kebutuhan pasien
Proses penyakit
Hak pasien
Keinginan/perasaan pasien
Keinginan keluarga
Tujuan yang dibuat tim pengobatan
Faktor sosial
Perawat harus mempertimbangkan beberapa teori dan konsep etika

keperawatan dalam proses pengambilan keputusan etis di samping menimbang


berbagai nilai yang terkait dengan akibat pengambilankeputusan itu. Ada 2 dasar
teori yang sering di gunakan untuk menganalisis dilema etik yaitu :
a. Teleologi
Teleologi merupakan suatu doktrin yang menjelaskan fenomena berdasarkan
akibat yang dihasilkan atau konsekuensi yang dapat terjadi. Pendekatan ini
sering disebut the end justifies themcans atau makna suatu tindakan di tentukan
di tentukan oleh hasil akhir yang terjadi (suhaemi, 2003)
b. Deontologi
Deontologi merupkan suatu teori atau studi tentang kewajiban moral (ismani,
2.1.4

2001).
Prinsip moral dalam menyelesaikan dilema etik keperawatan
a. Otonomi
Otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
memutuskan. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan
membuat keputusan sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau
pilihan yang dihargai.
b. Keadilan
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang lain
yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan.
c. Kejujuran
Prinsip

kejujuran

berhubungan

dengan

kemampuan

seseorang

untuk

mengatakan kebenaran. Mengatakan yang sebenarnya kepada pasien tentang


segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya salama menjalani
perawatan.

d. Kerahasiaan
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah informasi klien dijaga privasinya.
Yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca
dalam rangka pengobatan klien. Tak seorangpun dapat memperoleh informasi
kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuannya. Diskusi tentang
klien diluar area pelayanan, menyampaikannya pada teman atau keluarga
2.1.5

tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dicegah.


Langkah-langkah penyelesaian masalah / dilema etik
Langkah penyelesaian dilema etik menurut Tappen (2005) adalah :
a.

Pengkajian
Hal pertama yang perlu diketahui perawat adalah adakah saya terlibat langsung
dalam dilema?. Perawat perlu mendengar kedua sisi dengan menjadi pendengar
yang berempati. Target tahap ini adalah terkumpulnya data dari seluruh
pengambil keputusan, dengan bantuan pertanyaan yaitu :
1.

Apa yang menjadi fakta medik ?

2.

Apa yang menjadi fakta psikososial ?

3.

Apa yang menjadi keinginan klien ?

4.

Apa nilai yang menjadi konflik ?

b.

Perencanaan
Untuk merencanakan dengan tepat dan berhasil, setiap orang yang
terlibat dalam pengambilan keputusan harus masuk dalam proses. Thomson and
Thomson (1985) mendaftarkan 3 (tiga) hal yang sangat spesifik namun
terintegrasi dalam perencanaan, yaitu :

c.

1.

Tentukan tujuan dari treatment.

2.

Identifikasi pembuat keputusan

3.

Daftarkan dan beri bobot seluruh opsi / pilihan.


Implementasi
Selama implementasi, klien/keluarganya yang menjadi pengambil

keputusan beserta anggota tim kesehatan terlibat mencari kesepakatan putusan


yang dapat diterima dan saling menguntungkan. Harus terjadi komunikasi
terbuka

dan

kadang

diperlukan

bernegosiasi.

Peran

perawat

selama

implementasi adalah menjaga agar komunikasi tak memburuk, karena dilema


etis seringkali menimbulkan efek emosional seperti rasa bersalah, sedih /
berduka, marah, dan emosi kuat yang lain. Pengaruh perasaan ini dapat

menyebabkan kegagalan komunikasi pada para pengambil keputusan. Perawat


harus ingat Saya disini untuk melakukan yang terbaik bagi klien.
Perawat harus menyadari bahwa dalam dilema etik tak selalu ada 2 (dua)
alternatif yang menarik, tetapi kadang terdapat alternatif tak menarik, bahkan
tak mengenakkan. Sekali tercapai kesepakatan, pengambil keputusan harus
menjalankannya. Kadangkala kesepakatan tak tercapai karena semua pihak tak
dapat didamaikan dari konflik sistem dan nilai. Atau lain waktu, perawat tak
dapat menangkap perhatian utama klien. Seringkali klien / keluarga mengajukan
permintaan yang sulit dipenuhi, dan di dalam situasi lain permintaan klien dapat
dihormati.
d.

Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah terselesaikannya dilema etis seperti yang
ditentukan sebagai outcome-nya. Perubahan status klien, kemungkinan
treatment medik, dan fakta sosial dapat dipakai untuk mengevaluasi ulang
situasi dan akibat treatment perlu untuk dirubah. Komunikasi diantara para
pengambil keputusan masih harus dipelihara.

2.2 Konsep abortus


2.2.1 Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
2.2.2

Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :
a. Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada
kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini
adalah:
Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X
Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau atau alcohol
b. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi
menahun
c. Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan dan
toksoplasmosis
d. Kelainan traktus genetalia seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada

2.2.3

trimester kedua) retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Jenis abortus

a. Spontan (terjadi dengan sendiri, keguguran) merupakan 20% dari semua


abortus. Abortus spontan terdiri dari 7 macam, diantaranya :
Abortus imminens (keguguran mengancam) adalah Abortus ini baru

mengancam dan ada harapan untuk mempertahankan.


Abortus incipiens (keguguran berlangsung) adalah Abortus

berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi.


Abortus incomplete (keguguran tidak lengkap) adalah Sebagian dari buah

sudah

kehamilan telah dilahirkan tetapi sebagian (biasanya jaringan plasenta)

masih tertinggal di rahim.


Abortus completus (keguguran lengkap) adalah Seluruh buah kehamilan
telah dilahirkan lengkap. Kontraksi rahim dan perdarahan mereda setelah

hasil konsepsi keluar.


Missed abortion (keguguran tertunda) adalah Missed abortion ialah keadaan
dimana janin telah mati sebelum minggu ke 22 tetapi tertahan di dalam

rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.


Abortus habitualis (keguguran berulang ulang) adalah abortus yang telah
berulang dan berturut turut terjadi sekurang kurangnya 3 kali berturut

turut.
Abortus febrilis adalah Abortus incompletus atau abortus incipiens yang

disertai infeksi.
b. Abortus provocatus (disengaja, digugurkan) merupakan 80% dari semua
abortus. Abortus provocatus terdiri dari 2 macam, diantaranya :
Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeutics adalah Pengguguran
kehamilan

dengan

alat

alat

dengan

alasan

bahwa

kehamilan

membahayakan membawa maut bagi ibu, misal ibu berpenyakit berat.


Indikasi pada ibu dengan penyakit jantung (rheuma), hypertensi essensialis,

2.2.4

carcinoma cerviks.
bortus provocatus criminalis Adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan

medis yang syah dan dilarang oleh hukum


Manifestasi klinis
a. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
b. Pemeriksaan fisik : KU lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal
atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau
meningkat.
c. perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi
d. Rasa mulas atau kram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus

BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
3.1 Kasus
Seorang calon ibu Ny. A, umur 27 tahun sedang dalam proses perawatan di ruang
ICCU karena mengalami sesak berat. Ny. A didiagnosis CHF oleh dokter dan sedang
dalam keadaan hamil 4 bulan. hal tersebut dapat membahayakan baik bagi calon ibu
maupun janin yang dikandungnya. Petugas kesehatan menjelaskan bahwa jika kehamilan
nya di pertahankan maka bisa di pastikan nyawa ibu tidak akan selamat. Sehingga atas
pertimbangan medis kehamilan pasien harus dihentikan karena tidak ada jalan keluar lain.
Tujuannya untuk menyelamatkan nyawa sang ibu.
3.2 Pembahasan
Langkah-langkah atau Kerangka Proses Pemecahan Masalah Dilema Etik banyak
diutarakan oleh para ahli dan pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan /
Pemecahan masalah secara ilmiah, sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi dan mengklarifikasi masalah etik
Hasil identifikasi masalah etik pada kasus diatas adalah :
- Ny. A sedang menderita penyakit jantung kronik dan sedang hamil 4 bulan.
Dimana kehamilannya ini dapat membahayakan kelangsungan hidup dirinya,
sehingga dengan pertimbangan medis kehamilan sang ibu harus di hentikan.
Masalah etik yang terjadi adalah jika tetap di lakukan aborsi maka akan melanggar
UU HAM, pasal 53 ayat 1(1): Setiap anak sejak dalam kandungan berhak untuk
-

hidup, mempertahankan hidup & meningkatkan taraf kehidupannya.


Berdasarkan prinsip etik (Prinsip justice)
Individu memiliki hak untuk diperlakukan setara, keadilan antara hak dan
kewajiban, serta klien berhak mendapat pelayanan sesuai dengan haknya.
Tenaga kesehatan tidak menghormati Hak sang janin untuk Hidup. Suatu
pernyataan pernah dikemukakan bahwa janin yang ada dalam kandungan seorang
wanita merupakan makhluk hidup yang harus dijaga haknya untuk hidup.

Perawat juga tidak menjunjung prinsip Non-Maleficence yang dikemukakan oleh


Wilian Frank, yaitu:

Seseorang tidak boleh jahat atau merugikan (Perawat

bertindak merugikan dengan ikut membantu memepersiapkan peralatan operasi


aborsi. Dan secara tidak langsung telah berbuat jahat). Dalam hal ini yang
dirugikan adalah janin yang ada dalam perut sang ibu.
2. Pengumpulan data

Pihak-pihak yang terlibat dalam kasus ini adalah pasien, keluarga pasien dan

tenaga kesehatan (dokter dan perawat)


Yang berhak mengambil keputusan adalah pasien dan keluarganya atas

pertimbangan medis.
- Yang berhak melakukan aborsi adalah dokter atas persetujuan keluarga.
3. Mengidentifikasi pilihan-pilihan pemecahan masalah
- Dilakukan Aborsi
Jika aborsi di lakukan maka sudah bisa dipastikan nyawa ibu akan selamat.
Berdasarkan norma hukum, norma agama, kode etik kedokteran dan keperawatan
aborsi legal dilakukan.
1) Menurut hukum negara yang tertuang dalam KUHP dan UU no 36 tahun 2009
- Pasal 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan
berdasarkan:
a) indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang
menderita penyakit genetik
b) Dalam penjelasan pasal 15 ayat (1) UU Kesehatan disebutkan
bahwa Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan
dengan alasan apapun dilarang karena bertentangan dengan norma
hukum, norma agama, norma kesusilaan dan norma kesopanan.
Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa
ibu dan atau janin yang dikandungnya, dapat diambil tindakan
medis tertentu. Jadi satu-satunya indikasi yang diperkenankan
menurut UU Kesehatan ialah menyelamatkan jiwa si ibu hamil.
c) Menurut kode etik kedokteran
Berdasarkan KODEKI pasal 7d menjelaskan bahwa setiap dokter harus
senantiasa mengingat akan kewajibab melindungi hidup insani. Artinya segala
perbuatan dokter terhadap pasien bertujuan untuk memelihara kesehatan dan
kebahagian, dengan sendirinya dia harus mempertahankan dan memelihara
kehidupan manusia. Ini berarti bahwa baik dari segi agama, UU negara,
maupun etik kedokteran, seorang dokter tidak dibolehkan untuk
menggugurkan kandungan (Abortus Provokatus). Abortus hanya dapat
dibenarkan hanya sebagai pengobatan, apabila satu-satunya jalan untuk
menolong jiwa ibu dari bahaya maut.
d) Menurut kode etik keperawatan

Kasus ini merupakan dilema etik bagi perawat, akan tetapi perawat
harus berpedoman pada kode etik keperawatan, diantaranya
seorang perawat harus menghargai hak hidup manusia, mencegah
-

penyakit dan memulihkan kesehatan pasien.


Tidak dilakukan aborsi/mempertahankan kehamilan
Apabila kehamilan di pertahankan maka kemungkinan resiko bayi lahir premature
dan beresiko mengancam nyawa ibu. Usia kehamilan NY. A adalah 4 bulan dan
berdasarkan hukum agama, menggugurkan kandungan setelah kandungan
berumur 4 bulan adalah haram.
1) Hukum Agama
Menurut Hukum Agama tindakan aborsi sangat bertentangan,
Menggugurkan kandungan sama dengan membunuh jiwa. Aborsi yang
dilakukan setelah kandungan berumur 4 bulan adalah haram, karena berarti
membunuh makhluk yang sudah bernyawa. Dan ini termasuk dalam kategori
pembunuhan yang keharamannya antara lain didasarkan pada dalil-dalil syari
berikut. Firman Allah SWT: Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang
diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang
benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami
telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris
itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang
mendapat pertolongan. (Qs. Al-Israa` [17]: 33).
2) Undang-Undang HAM
Berdasarkan UU HAM pasal 53 ayat 1(1): Setiap anak sejak dalam kandungan
berhak untuk hidup, mempertahankan hidup & meningkatkan taraf
kehidupannya.

3) Menurut hukum negara yang tertuang dalam KUHP dan UU no 36 tahun 2009
- Pasal 347
Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
-

paling lama dua belas tahun.


Pasal 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
berdasarkan pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan
salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka

pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga
dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan
dilakukan.
4) Membuat keputusan
Seorang tenaga klinis apabila dihadapkan pada situasi dimana terdapat suatu
keadaan panik, membingungkan dan memerlukan keputusan cepat maka 2 hal
yang harus dilakukan :
a) Mempertimbangkan satu solusi berdasarkan pengalaman dimasa lampau
b) Meninjau simpanan pengetahuan yang relevan dengan keaadan ini dalam
upaya mencari solusi.
Berdasarkan kasus diatas pengambilan keputusan untuk melakukan aborsi
berdasarkan pertimbangan norma hukum, kode etik kedokteran dan
keperawatan

dimana

Larangan

dilakukan

aborsi

dapat

dikecualikan

berdasarkan indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini


kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita
penyakit genetik.
5) Melakukan tindakan
Tindakan yang harus dilakukan oleh keluarga dan tenaga kesehatan adalah :
a. Tindakan yang harus dilakukan oleh keluarga
- Meminta penjelasan kepada dokter, perawat dan tenaga kesehatan
tentang penyakit yang di derita pasien dan kemungkinan-kemungkinan
-

yang bisa terjadi jika dilakukan aborsi


Keluarga harus memberikan dukungan spiritual kepada pasien dengan
cara berdoa dan mengikhlaskan janin yang dikandung untuk di

gugurkan.
Keluarga harus meberikan motivasi kepada pasien untuk tetap
semangat dalam menjalani proses perawatan dan tidak sedih
berkepanjangan karena telang kehilangan janin yang ada di dalam

perutnya.
b. Tindakan yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan (perawat dan
dokter)
- Tenaga kesehatan menjelaskan kepada keluarga tentang keadaan klien
sebenarnya dan mempunyai kewajiban untuk memberikan informasi
kepada pasien dan keluarga tentang dampak positif dan negatif jika
-

dilakukan aborsi.
Tenaga kesehatan menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa
berdasarkan hukum yang tertuang dalam KUHP dan UU bahwa aborsi

provokatus therapeutik legal dilakukan dengan berbagai pertimbangan


-

medis
Dalam pemberian asuhan keperawatan harus berupaya semaksimal
mungkin tetap melaksanakan sesuai kode etik diantaranya seorang
perawat menghargai hak hidup manusia, mencegah penyakit dan
memulihkan kesehatan pasien.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Aborsi berfungsi menghilangkan nyawa seseorang baik itu disengaja maupun tidak
disengaja, baik itu terpaksa maupun tidak terpaksa, dan baik dilakukan secara halus mauapun
secara kasar. Dalam hukum Indonesia, dan sudut pandang agama tidak membenarkan adanya
aborsi apapun alasannya. Karena hidup dan mati seseorang ada di tangan Tuhan YME. Dan
apabila hal tersebut terjadi akan mendapatkan hukuman yang berlaku baik itu si pelaku
ataupun yang membantunya. Kecuali dalam kondisi mempertahankan nyawa salah satu dari
ibu atau anaknya.
4.1.1 Yang berhak untuk memutuskan dilakukannya aborsi adalah pasien sendiri dan
keluarganya atas pertimbangan medis yang sudah di sampaikan oleh tenaga
kesehatan.
Alasannya : Menurut hukum negara yang tertuang dalam KUHP dan UU no 36 tahun
2009 dan UU Kesehatan pasal 15 ayat (1), aborsi provokatus therapeutik dilegalkan.
Solusinya : menjelaskan kepada keluarga tentang keadaan klien yang sebenarnya,
4.1.2

menjelaskan tentang legalitas aborsi diindonesia.


Yang memegang peranan penting adalah seorang dokter. Sesuai dengan KUHP pidana
yang menyatakan bahwa seorang dokter adalah pelaku utama dalam melakukan
tindakan aborsi.

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR ISI

Anda mungkin juga menyukai