i
BAB 1
PENDAHULUAN
Etika yang dibahas dalam makalah ini adalah tentang etik dan hukum
kasus aborsi yang belakangan ini semakin banyak dilakukan oleh masyarakat.
Aborsi tidak aman merupakan ancaman bagi kesehatan dan hidup wanita.
Tindakan konkrit pemecahan masalah aborsi tidak aman merupakan bagian
upaya peningkatan kualitas kesehatan reproduksi di Indonesia dan pemenuhan
hak reproduksi wanita. Penelitian banyak negara menunjukkan bahwa di negara-
negara yang mengizinkan aborsi dengan indikasi yang lebih luas, insiden aborsi
1
tidak aman lebih rendah dan angka kematian akibat aborsi tidak aman jauh lebih
rendah dibandingkan dengan negara-negara yang melarang aborsi secara ketat.
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian aborsi
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip etika keperawatan
3. Untuk mengetahui hukum pidana pada aborsi
4. Untuk mengetahui hukum perdata pada aborsi
5. Untuk mengetahui hukum agama pada aborsi
6. Untuk mengetahui pembahasan dan penyelesaian pada kasus aborsi
2
BAB 2
PEMBAHASAN TEORI
2.1 Pengertian
Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa makna Aborsi adalah
pengguguran. Aborsi ini dibagi menjadi dua :
1. Aborsi Kriminalitas adalah aborsi yang dilakukan dengan sengaja karena
suatu alasan dan bertentangan dengan undang-undang yang berlaku.
2. Aborsi Legal adalah Aborsi yang dilaksanakan dengan sepengetahuan pihak
yang berwenang.
Menurut medis Aborsi dibagi menjadi dua juga :
1. Aborsi spontan (Abortus Spontaneus), yaitu aborsi secara tidak sengaja dan
berlangsung alami tanpa ada kehendak dari pihak-pihak tertentu. Masyarakat
mengenalnya dengan istilah keguguran.
2. Aborsi buatan (Abortus Provocatus), yaitu aborsi yang dilakukan secara
sengaja dengan tujuan tertentu. Aborsi Provocatus ini dibagi menjadi dua :
a. Jika bertujuan untuk kepentingan medis dan terapi serta pengobatan,
maka disebut dengan Abortus Profocatus Therapeuticum
b. Jika dilakukan karena alasan yang bukan medis dan melanggar hukum
yang berlak, maka disebut Abortus Profocatus Criminalis
Yang dimaksud dengan Aborsi dalam pembahasan ini adalah :
menggugurkan secara paksa janin yang belum sempurna penciptaannya atas
permintaan atau kerelaan ibu yang mengandungnya.
3
2.2.2 Prinsip Beneficence (Berbuat Baik)
Individu berkewajiban melakukan hal yang baik sebagai kebalikan
hal yang membahayakan. Prinsip beneficence adalah suatu kewajiban
moral untuk bertindak demi keuntungan orang lain.
4
klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya
selama menjalani perawatan.
2.2.9 Respect
1. Perilaku perawat yang menghormati / menghargai pasien /klien. hak –
hak pasien
2. Penerapan inforned consent
3. Perilaku perawat menghormati sejawat
4. Tindakan eksplisit maupun implisitsimpatik, empati kepada orang lain
5
2.3 Hukum Pidana Aborsi
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP):
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun.
Pasal 347
Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling
lama dua belas tahun.
Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam
dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 348
Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling
lama lima tahun enam bulan.
Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam
dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
berdasarkan pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah
satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang
ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut
hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.
Pasal 350
Dalam hal pemidanaan karena pembunuhan, karena pembunuhan dengan
rencana, atau karena salah satu kejahatan berdasarkan Pasal 344, 347 dan 348,
dapat dijatuhkan pencabutan hak berdasarkan pasal 35 No. 1- 5.
6
2.4 Hukum Perdata Aborsi
Pasal 194 UU No 36 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 75 UU no 36 th 2009
1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan
berdasarkan:
a. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan,
baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita
penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat
diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan;
atau
b. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis
bagi korban perkosaan.
3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan
setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri
dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang
kompeten dan berwenang.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan,
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
7
Pasal 15 ayat 1 UU no.23/1992
1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyclamatkan jiwa ibu hamil
dan atau janinnya, dapat ditakukan tindakan medis tertentu.
2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat
dilakukan :
a. berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan
tersebut;
b. oleh tenaga keschatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk
itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta
berdasarkan pertimbangan tim ahli;
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau
keluarganya;
d. pada sarana kesehatan tertentu
8
sang ibu, maka boleh menggugurkan kandungan, itu pun setelah mencari
berbagai cara untuk menghindari bahaya tersebut.
4. Setelah masa ketiga dan telah sempurna 4 bulan usia kandungan, tidak
diperbolehkan penggugurannya sampai diputuskan oleh tim dokter spesialis
yang dipercaya, bahwa adanya janin di dalam perut ibunya (akan)
menyebabkan kematian (ibu)-nya dan hal itu setelah berupaya mencari
berbagai cara untuk menyelamatkan hidupnya. Maka keringanan dalam
mendahulukan pengguguran dengan syarat-syarat ini adalah mencegah yang
lebih besar dari dua bahaya dan menghimpun yang lebih besar dari dua
maslahat.
Pasal 76 UU Kesehatan
Selain itu, aborsi hanya dapat dilakukan:
a. Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama
haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang
memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
9
e. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh
Menteri.
Jadi, praktik aborsi yang bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan sebagaimana disebut di atas merupakan aborsi ilegal. Sanksi pidana
bagi pelaku aborsi ilegal diatur dalam Pasal 194 UU Kesehatan yang berbunyi;
"Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp1 miliar."
Pasal 194 UU Kesehatan tersebut dapat menjerat pihak dokter dan/atau
tenaga kesehatan yang dengan sengaja melakukan aborsi ilegal, maupun pihak
perempuan yang dengan sengaja melakukannya.
10
BAB 3
STUDI KASUS
11
1. Menurut Medis, Jika janin tersebut tidak digugurkan ibunya akan
meninggal, janinnya pun sama padahal dengan menghentikan janin tersebut,
nyawa ibunya akan tertolong.
12
Berdasarkan prinsip autonomy, maka: Pasien tersebut
berhak untuk menentukan apa yang akan dilakukan terhadap
dirinya. Pasien berhak mengetahui resiko atas tindakan aborsi yang
ingin dilakukannya. Pasien memiliki hak untuk dibantu membuat
keputusan penting seperti bahwa sudah ada janin yang memiliki
hak untuk hidup dalam kandungannya dan keinginan untuk tetap
mempertahankan kandungannya.
2. Prinsip tidak merugikan (Non-maleficence)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya atau cidera
fisik dan psikologis pada klien.
Dalam kasus ini pasien disarankan untuk melakukan
tindakan aborsi karena jika tidak dilakukan dan tetap
mempertahankan kandunganya dapat membahanyan nyawa
ibunya.
3. Prinsip Berbuat Baik “Beneficence”
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik.
Berdasarkan kasus di atas dokter harus mempertimbangkan
yang menjadi keputusan pasien, dokter harus melibatkan peran
keluarga (suami) untuk menyakinkan pasien agar bersedia
menjalani Aborsi. Dari keputusan yang diambil, harus berdampak
baik pada keadaan pasien, tidak merugikan pasien. Sehingga
keputusan yang diambil menjadi keputusan yang terbaik untuk
pasien, keluarga pasien, dan dokter. Namun, asas ini bertentangan
dengan asas autonomy, karena pasien bersikeras untuk tidak
dilakukan tindakan Aborsi.
4. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapainya perawatan
yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-
prinsip moral, legal dan kemanusiaan.
Dalam kasus ini, pasien mengandung janin yang juga
memiliki hak untuk hidup. Janin yang ada dalam kandungan
seorang wanita merupakan makhluk hidup yang harus dijaga
haknya untuk hidup.
3.3.2 Hukum Pidana Aborsi
13
1. Pasal 347 KUHP :
Ayat (1) : Sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita tanpa persetujuan, pidana penjara 12 tahun
Ayatt (2) : Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
pidana penjara 15 tahun
2. Pasal 348 KUHP :
Ayat (1) : Sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita dengan persetujuannya, pidana penjara 5 tahun
Ayat (2) : Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
pidana 7 tahun
3. Pasal 349 KUHP :
“Apabila tindakan pengguguran kandungan sesuai pasal 346. 347 dan 348
dilakukan oleh dokter, bidan atau juru obat maka pidananya diperberat
dengan ditambah 1/3 dan dapat dicabut hak profesinya”
4. Pasal 299 KUHP :
Ayat (1) : Sengaja mengobati seorang perempuan atau mengerjakan
sesuatu perbuatan terhadap seorang perempuan dengan memberitahukan
atau menimbulkan pengharapan, bahwa oleh karena itu dapt gugur
kandungannya dihukum penjara selama-lamanya 4 (empat) tahun.
Ayat (2) : Kalau Si tersalah melakukan pekerjaan itu karena
mengharapkan keuntungan dan menjadi kebiasaan dan dilakukan oleh
tabib, bidan atau tukang pembuat obat maka hukumannya dpt ditambah
1/3nya.
3.3.3 Hukum Perdata Aborsi
Pasal 194 UU No 36 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 75 UU no 36 th 2009
1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan
berdasarkan:
c. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan,
baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita
penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat
diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan;
atau
d. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis
bagi korban perkosaan.
14
3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah
melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan
konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan
berwenang.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan,
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
3.3.4 Hukum agama
Di dalam teks-teks al Qur’an dan Hadist tidak didapati secara khusus hukum aborsi,
tetapi yang ada adalah larangan untuk membunuh jiwa orang tanpa hak, sebagaimana
firman Allah swt :
ّللاُ َعلَ ْي ِه َولَ َعنَهُ َوأ َ َعدَّ لَهُ َعذَابًا َع ِظي ًما
ب ه ِ َو َمن يَ ْقت ُ ْل ُمؤْ ِمنًا ُّمتَ َع ِ همدًا فَ َجزَ آ ُؤهُ َج َهنَّ ُم خَا ِلدًا فِي َها َوغ
َ َض
“ Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka
balasannya adalah neraka Jahanam, dan dia kekal di dalamnya,dan Allah murka
kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya adzab yang besar( Qs An
Nisa’ : 93 )
Begitu juga hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud bahwasanya Rosulullah saw
bersabda :
ًضغَة ْ ط ِن أ ُ ِ هم ِه أ َ ْربَعِينَ يَ ْو ًما ث ُ َّم يَ ُكونُ فِي ذَلِكَ َعلَقَةً ِمثْ َل ذَلِكَ ث ُ َّم يَ ُكونُ فِي ذَلِكَ ُم ْ َإِ َّنََ أ َ َحدَ ُك ْم يُجْ َم ُع خ َْلقُهُ فِي ب
س ِعيدَ ي أ َ ْو َ ب ِر ْزقِ ِه َوأَ َج ِل ِه َو َع َم ِل ِه َو
ٌّ ش ِق ِ ْت ِب َكت ُّ س ُل ْال َملَكُ فَ َي ْنفُ ُخ فِي ِه
ٍ الرو َح َويُؤْ َم ُر ِبأ َ ْر َبعِ َك ِل َما َ ِمثْ َل ذَ ِلكَ ث ُ َّم ي ُْر
Maka, untuk mempermudah pemahaman, pembahasan ini bisa dibagi menjadi dua
bagian sebagai berikut :
Dalam hal ini, para ulama berselisih tentang hukumnya dan terbagi menjadi tiga
pendapat :
Pendapat Pertama :
15
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya boleh. Bahkan sebagian dari
ulama membolehkan menggugurkan janin tersebut dengan obat. ( Hasyiat Al Qalyubi
: 3/159 )
Pendapat ini dianut oleh para ulama dari madzhab Hanafi, Syafi’I, dan
Hambali. Tetapi kebolehan ini disyaratkan adanya ijin dari kedua orang tuanya,(
Syareh Fathul Qadir : 2/495 )
Mereka berdalil dengan hadist Ibnu Mas’ud di atas yang menunjukkan bahwa
sebelum empat bulan, roh belum ditiup ke janin dan penciptaan belum sempurna,
serta dianggap benda mati, sehingga boleh digugurkan.
Pendapat kedua :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya makruh. Dan jika sampai pada
waktu peniupan ruh, maka hukumnya menjadi haram.
Dalilnya bahwa waktu peniupan ruh tidak diketahui secara pasti, maka tidak boleh
menggugurkan janin jika telah mendekati waktu peniupan ruh , demi untuk kehati-
hatian . Pendapat ini dianut oleh sebagian ulama madzhab Hanafi dan Imam Romli
salah seorang ulama dari madzhab Syafi’I . ( Hasyiyah Ibnu Abidin :
6/591, Nihayatul Muhtaj : 7/416 )
Pendapat ketiga :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya haram. Dalilnya bahwa air
mani sudah tertanam dalam rahim dan telah bercampur dengan ovum wanita sehingga
siap menerima kehidupan, maka merusak wujud ini adalah tindakan kejahatan .
Pendapat ini dianut oleh Ahmad Dardir , Imam Ghozali dan Ibnu Jauzi ( Syareh Kabir
: 2/ 267, Ihya Ulumuddin : 2/53, Inshof : 1/386)
Adapun status janin yang gugur sebelum ditiup rohnya (empat bulan) , telah dianggap
benda mati, maka tidak perlu dimandikan, dikafani ataupun disholati. Sehingga bisa
dikatakan bahwa menggugurkan kandungan dalam fase ini tidak dikatagorikan
pembunuhan, tapi hanya dianggap merusak sesuatu yang bermanfaat.
Ketiga pendapat ulama di atas tentunya dalam batas-batas tertentu, yaitu jika di
dalamnya ada kemaslahatan, atau dalam istilah medis adalah salah satu bentuk
Abortus Profocatus Therapeuticum, yaitu jika bertujuan untuk kepentingan medis dan
terapi serta pengobatan. Dan bukan dalam katagori Abortus Profocatus Criminalis,
yaitu yang dilakukan karena alasan yang bukan medis dan melanggar hukum yang
berlaku, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
Secara umum, para ulama telah sepakat bahwa menggugurkan janin setelah peniupan
roh hukumnya haram. Peniupan roh terjadi ketika janin sudah berumur empat bulan
dalam perut ibu, Ketentuan ini berdasarkan hadist Ibnu Mas’ud di atas. Janin yang
sudah ditiupkan roh dalam dirinya, secara otomatis pada saat itu, dia telah menjadi
16
seorang manusia, sehingga haram untuk dibunuh. Hukum ini berlaku jika
pengguguran tersebut dilakukan tanpa ada sebab yang darurat.
Namun jika disana ada sebab-sebab darurat, seperti jika sang janin nantinya akan
membahayakan ibunya jika lahir nanti, maka dalam hal ini, para ulama berbeda
pendapat:
Pendapat Pertama :
Menyatakan bahwa menggugurkan janin setelah peniupan roh hukumnya tetap haram,
walaupun diperkirakan bahwa janin tersebut akan membahayakan keselamatan ibu
yang mengandungnya. Pendapat ini dianut oleh Mayoritas Ulama.
س الَّتِي َح َّر َم ه
ِ ّللاُ ِإالَّ ِبال َح ه
ق َ َوالَ ت َ ْقتُلُواْ النَّ ْف
Kelompok ini juga mengatakan bahwa kematian ibu masih diragukan, sedang
keberadaan janin merupakan sesuatu yang pasti dan yakin, maka sesuai dengan kaidah
fiqhiyah : “ Bahwa sesuatu yang yakin tidak boleh dihilanngkan dengan sesuatu yang
masih ragu.”, yaitu tidak boleh membunuh janin yang sudah ditiup rohnya yang
merupakan sesuatu yang pasti , hanya karena kawatir dengan kematian ibunya yang
merupakan sesuatu yang masih diragukan. ( Hasyiyah Ibnu Abidin : 1/602 ).
Selain itu, mereka memberikan permitsalan bahwa jika sebuah perahu akan
tenggelam, sedangkan keselamatan semua perahu tersebut bisa terjadi jika sebagian
penumpangnya dilempar ke laut, maka hal itu juga tidak dibolehkan.
Pendapat Kedua :
Dibolehkan menggugurkan janin walaupun sudah ditiupkan roh kepadanya, jika hal
itu merupakan satu-satunya jalan untuk menyelamatkan ibu dari kematian. Karena
menjaga kehidupan ibu lebih diutamakan dari pada menjaga kehidupan janin, karena
kehidupan ibu lebih dahulu dan ada secara yakin, sedangkan kehidupan janin belum
yakin dan keberadaannya terakhir.( Mausu’ah Fiqhiyah : 2/57 )
Prediksi tentang keselamatan Ibu dan janin bisa dikembalikan kepada ilmu
kedokteran, walaupun hal itu tidak mutlak benarnya. Wallahu A’lam.
Dari keterangan di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa para ulama sepakat bahwa
Abortus Profocatus Criminalis, yaitu aborsi kriminal yang menggugurkan kandungan
setelah ditiupkan roh ke dalam janin tanpa suatu alasan syar’I hukumnya adalah
haram dan termasuk katagori membunuh jiwa yang diharamkan Allah swt.
17
ABORSI UU No.36/2009 TENTANG KESEHATAN
Pengecualian :
1. Berdasarkan Indikasi medis
2. Akibat perkosaan
18
3. Memberikan HE pada klien dengan memberikan informasi tentang
pengertian, tujuan, tehnik tentang pelaksanaan aborsi dan hukum
melakukan aborsi baik dalam hukum agama maupun hukum
negara.
4. Melakukan aborsi yang telah di indikasikan kepada pasien
5. Mengobati penyakit sang ibu sampai benar-benar sembuh atau
mencapai keadaan dimana tubuh pasien lebih baik dan dapat
dilakukan program ulang kehamilan
3.3.8 Evaluasi
1. Aborsi dilakukan.
2. Klien dapat memahami penjelasan dari tim medis dan sang ibu dapat
terselamatkan.
3. Klien dapat mempertimbangkan program ulang kehamilan.
BAB 4
19
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
1. Etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaiman sepatutnya
manusia hidup didalam masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau
prinsip-prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar, yaitu baik buruk,
kewajiban, dan tanggung jawab.
2. Prinsip-prinsip etik diantaranya Otonomi (Autonomy), Berbuat baik
(Beneficience),Keadilan (Justice),Tidak Merugikan (Nonmaleficience), Nilai
dan Norma Masyarakat
3. Hukum adalah peraturan perilaku atau tindakan yang dikenal mengikat atau
ditegakkan oleh pihak berwenang, seperti pemerintah lokal, negara bagian,
atau nasional.
4. Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum berusia 22 minngu.
5. Hukuman bagi seseorang yang melakukan aborsi diantaranya : Wanita yang
sengaja menggugurkan kandungan atau menyuruh orang lain melakukan,
hukuman maksimum 4 tahun (KUHP pasal 336), Seseorang yang
menggugurkan kandungan tanpa seizinnya, hukuman maksimum 12 tahun
dan bila wanita tersebut meninggal, hukuman maksimum 15 tahun (KUHP
pasal 347).
4.2 Saran
Kami membuat makalah ini agar mahasiswa dapat mengetahui definisi
hukum tentang tindakan aborsi. Kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam pembuatan makalah yang kami buat untuk itu kami mohon
kritik agar dalam pembuatan malakah lain kali bisa lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
20