Anda di halaman 1dari 12

EUTHANASIA DI INDONESIA

Kelompok 7:
1. Putri Hardiyanti
2. Putri Hayati
3. Putri Kachmaolani
4. Putri M.C.Sitorus
5. Ramayani
6. Rika tanjung
7. Rismauli sidabalok
8. Rolasta Simbolon
9. Ruth Graciella Sirait
10. Seri Nova
. Pengertian Dan Sejarah Euthanasia
Istilah euthanasia berasal dari bahasa Yunani, yaitu eu dan thanatos. Kata eu berarti baik,
tanpa penderitaan  dan thanatos berarti mati. Dengan demikian euthanasia dapat
diartikan mati dengan baik tanpa penderitaan. Ada yang menerjemahkan mati cepat
tanpa derita.
Secara etimologis euthanasia berarti kematian dengan baik tanpa penderitaan, maka dari
itu dalam mengadakan euthanasia arti sebenarnya bukan untuk menyebabkan kematian,
namun untuk mengurangi atau meringankan penderitaan orang yang sedang menghadapi
kematiannya.
Dewasa ini orang menilai eutanasia terarah pada campur tangan ilmu kedokteran yang
meringankan penderitaan orang sakit atau orang yang berada di sakratul maut. Kadang-
kadang proses “meringankan penderitaan” ini disertai dengan bahaya mengakhiri hidup
sebelum waktunya. Dalam arti yang lebih sempit, eutanasia dipahami sebagai mercy
killing, membunuh karena belas kasihan, entah untuk mengurangi penderitaan, entah
terhadap anak tak normal, orang sakit jiwa, atau orang sakit tak tersembuhkan. Tindakan
itu dilakukan agar janganlah hidup yang dianggap tak bahagia itu diperpanjang dan
menjadi beban bagi keluarga serta masyarakat.
 Jenis-Jenis Euthanasi
Secara garis besar euthanasia dikelompokan dalam dua kelompok, yaitu euthanasia aktif dan
euthanasia pasif.
1.Euthanasia aktif
Euthanasia aktif adalah perbuatan yang dilakukan secara aktif oleh dokter untuk mengakhiri hidup
seorang (pasien) yang dilakukan secara medis. Biasanya dilakukan dengan penggunaan obat-obatan
yang bekerja cepat dan mematikan. Euthanasia aktif terbagi menjadi dua golongan.
a. Euthanasia aktif langsung
yaitu cara pengakhiran kehidupan melalui tindakan medis yang diperhitungkan akan langsung
mengakhiri hidup pasien. Misalnya dengan memberi tablet sianida atau suntikan zat yang segera
mematikan
b.Euthanasia aktif tidak langsung, yang menunjukkan bahwa tindakan medis yang dilakukan tidak
akan langsung mengakhiri hidup pasien, tetapi diketahui bahwa risiko tindakan tersebut dapat
mengakhiri hidup pasien. Misalnya, mencabut oksigen atau alat bantu kehidupan lainnya.
2. Euthanasia pasif
Euthanasia pasif adalah perbuatan menghentikan atau mencabut segala tindakan atau pengobatan
yang perlu untuk mempertahankan hidup manusia, sehingga pasien diperkirakan akan meninggal
setelah tindakan pertolongan dihentikan.
3. Euthanasia volunter
Euthanasia jenis ini adalah Penghentian tindakan pengobatan atau mempercepat kematian atas
permintaan sendiri.

4. Euthanasia involunter
Euthanasia involunter adalah jenis euthanasia yang dilakukan pada pasien dalam keadaan tidak sadar
yang tidak mungkin untuk menyampaikan keinginannya. Dalam hal ini dianggap famili pasien yang
bertanggung jawab atas penghentian bantuan pengobatan. Perbuatan ini sulit dibedakan dengan perbuatan
kriminal.
Selain kategori empat macam euthanasia di atas, euthanasia juga mempunyai macam yang lain, hal ini
diungkapkan oleh beberapa tokoh, diantaranya Frans magnis suseno dan Yezzi seperti dikutip Petrus
Yoyo Karyadi, mereka menambahkan macam-macam euthanasia selain euthanasia secara garis besarnya,
yaitu:
Euthanasia murni
yaitu usaha untuk memperingan kematian seseorang tanpa memperpendek kehidupannya. Kedalamnya
termasuk semua usaha perawatan agar yang bersangkutan dapat mati dengan "baik".
Euthanasia tidak langsung
yaitu usaha untuk memperingan kematian dengan efek samping, bahwa pasien mungkin mati dengan
lebih cepat. Di sini ke dalamnya termasuk pemberian segala macam obat narkotik, hipnotik dan
analgetika yang mungkin "de fakto" dapat memperpendek kehidupan walaupun hal itu tidak disengaja
Euthanasia sukarela
yaitu mempercepat kematian atas persetujuan atau permintaan pasien. Adakalanya hal
itu tidak harus dibuktikan dengan pernyataan tertulis dari pasien atau bahkan
bertentangan dengan pasien.

Euthanasia nonvoluntary
yaitu mempercepat kematian sesuai dengan keinginan pasien yang disampaikan
oleh atau melalui pihak ketiga (misalnya keluarga), atau atas keputusan.
 Pandangan Etika Mengenai Euthanasia
Etik merupakan studi tentang perilaku, karakter dan motif yang baik serta ditekankan pada penetapan apa yang baik dan
berharga bagi semua orang. Secara umum, terminologi etik dan moral adalah sama. Etik memiliki terminologi yang
berbeda dengan moral bila istilah etik mengarahkan terminologinya untuk penyelidikan filosofis atau kajian tentang
masalah atau dilema tertentu. Moral mendeskripsikan perilaku aktual, kebiasaan dan kepercayaan sekelompok orang
atau kelompok tertentu.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etik merupakan istilah yang digunakan untuk merefleksikan
bagaimana seharusnya manusia berperilaku, apa yang seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain.

Dari sudut pandang etika, euthanasia dan aborsi menghadapi kesulitan yang sama. Suatu prinsip etika yang sangat
mendasar ialah kita harus menghormati kehidupan manusia. Bahkan kita harus menghormatinya dengan mutlak. Tidak
pernah boleh kita mengorbankan manusia kepada suatu tujuan lain.
Dalam etika, prinsip ini sudah lama dirumuskan sebagai "kesucian kehidupan" (The Sanctity Of Life). Kehidupan
manusia adalah suci karena mempunyai nilai absolut, karena itu di mana-mana harus selalu dihormati. Jika kita dengan
konsekuen mengakui kehidupan manusia sebagai suci, menjadi sulit untuk membenarkan eksperimentasi laboratorium
dengan embrio muda, meski usianya baru beberapa hari, dan menjadi sulit pula untuk menerima praktik euthanasia dan
aborsi, yang dengan sengaja mengakhiri kehidupan manusia. Prinsip kesucian kehidupan ini bukan saja menandai suatu
tradisi etika yang sudah lama, tetapi dalam salah satu bentuk dicantumkan juga dalam sistem hukum beberapa Negara.
Di dalam Kode Etik Kedokteran yang ditetapkan Mentri Kesehatan Nomor:
434/Men.Kes./SK/X/1983 disebutkan pada pasal 10: “Setiap dokter harus senantiasa
mengingat akan kewajibannya melindungi hidup makhluk insani.” Kemudian di dalam
penjelasan pasal 10 itu dengan tegas disebutkan bahwa naluri yang kuat pada setiap makhluk
yang bernyawa, termasuk manusia ialah mempertahankan hidupnya. Usaha untuk itu
merupakan tugas seorang dokter. Dokter harus berusaha memelihara dan mempertahankan
hidup makhluk insani, berarti bahwa baik menurut agama dan undang-undang Negara,
maupun menurut Etika Kedokteran, seorang dokter tidak dibolehkan:
a.menggugurkan kandungan (abortus provocatus).
b.mengakhiri hidup seseorang penderita, yang menurut ilmu dan pengalaman tidak mungkin
akan sembuh lagi (euthanasia).
Ketua umum pengurus besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Farid Anfasal Moeloek
dalam suatu pernyataannya yang dimuat oleh majalah Tempo Selasa 5 Oktober 2004
menyatakan bahwa :
Eutanasia atau “pembunuhan tanpa penderitaan” hingga saat ini belum dapat
diterima dalam nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat Indonesia.
“Eutanasia hingga saat ini tidak sesuai dengan etika yang dianut oleh bangsa dan
melanggar hukum positif yang masih berlaku yakni KUHP (Wikipedia, 2012).
.Hukum Mengenai Euthanasia
Kitab undang-undang Hukum Pidana mengatur sesorang dapat dipidana atau dihukum jika ia menghilangkan nyawa orang lain dengan
sengaja ataupun karena kurang hati-hati. Ketentuan pelangaran pidana yang berkaitan langsung dengan euthanasia aktif tedapat padapasal
344 KUHP.
Pasal 344 KUHP:
Barangsiapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutnya dengan nyata dan dengan sungguh-
sungguh, dihukum penjara selama-lamanya dua belas tahun.
Untuk jenis euthanasia aktif maupun pasif tanpa permintaan, beberapa pasal dibawah ini perlu diketahui oleh dokter, yaitu:
Pasal 338 KUHP:
Barangsiapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain, dihukum karena makar mati, dengan penjara selama-lamanya lima belas
tahun.
Pasal 340 KUHP:
Barangsiapa dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain, dihukum, karena pembunuhan direncanakan
(moord) dengan hukuman mati atau penjara selama-lamanya seumur hidup atau penjara selama-lamanya dua puluh tahun.
Pasal 359 KUHP:                    
Barang siapa karena salahnya menyebabkan matinya orang dihukum penjara selama-lamanya lima tahun atau kurungan selama-lamanya
satu tahun.
Pasal 345 KUHP:
Barang siapa dengan sengaja menghasut orang lain unutk membunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu, atau memberikan daya upaya
itu jadi bunuh diri, dihukum penjara selama-lamanya empat tahun.
 
pengajuan
pengajuan euthanasia
euthanasia yang
yang pernah
pernah ada
ada di
di indonesia
indonesia

Kasus
Kasus Panca
Panca Satria
Satria Hasan
Hasan Kusuma
Kusuma –– Indonesia
Indonesia
Sebuah
Sebuah permohonan
permohonan untuk
untuk melakukan
melakukan euthanasia
euthanasia pada
pada tanggal
tanggal 22
22 Oktober
Oktober 2004
2004 telah
telah diajukanoleh
diajukanoleh seorang
seorang suami
suami bernama
bernama
Panca
Panca Satria
Satria Hasan
Hasan Kusuma
Kusuma karena
karena tidak
tidak tega
tega menyaksikan
menyaksikan istrinya
istrinya yang
yang bernama
bernama Agian
Agian Isna
Isna Nauli,
Nauli, 33
33 tahun,
tahun, tergolek
tergolek
koma
koma selama
selama 33 bulan
bulan pasca
pasca operasi
operasi Caesar
Caesar dan
dan disamping
disamping itu
itu ketidakmampuan
ketidakmampuan untuk
untuk menanggung
menanggung beban
beban biaya
biaya perawatan
perawatan
merupakan
merupakan suatu
suatu alasan
alasan pula.
pula. Permohonan
Permohonan untuk
untuk melakukan
melakukan euthanasia
euthanasia ini
ini diajukan
diajukan ke
ke Pengadilan
Pengadilan Negeri
Negeri Jakarta
Jakarta Pusat.
Pusat.
Kasus
Kasus ini
ini merupakan
merupakan salah
salah satu
satu contoh
contoh bentuk
bentuk euthanasia
euthanasia yang
yang diluar
diluar keinginan
keinginan pasien.
pasien. Permohonan
Permohonan iniini akhirnya
akhirnya ditolak
ditolak
oleh
oleh Pengadilan
Pengadilan Negeri
Negeri Jakarta
Jakarta Pusat,
Pusat, dan
dan setelah
setelah menjalani
menjalani perawatan
perawatan intensif
intensif maka
maka kondisi
kondisi terakhir
terakhir pasien
pasien (7
(7 Januari
Januari 2005)
2005)
telah
telah mengalami
mengalami kemajuan
kemajuan dalam
dalam pemulihan
pemulihan kesehatannya.
kesehatannya.

Kasus
Kasus Rudi
Rudi Hartono
Hartono –– Indonesia
Indonesia
Koma
Koma selama
selama 3,5
3,5 bulan
bulan setelah
setelah menjalani
menjalani operasi
operasi di
di RSUD
RSUD Pasar
Pasar Rebo
Rebo pada
pada bulan
bulan Oktober
Oktober 2004dengan
2004dengan diagnosa
diagnosa hamil
hamil di
di
luar
luar kandungan.
kandungan. Namun
Namun setelah
setelah dioperasi
dioperasi ternyata
ternyata hanya
hanya ada
ada cairan
cairan di
di sekitar
sekitar rahim.
rahim. Setelah
Setelah diangkat,
diangkat, operasi
operasi tersebut
tersebut
mengakibatkan
mengakibatkan Siti
Siti Zulaeha,
Zulaeha, 23
23 tahun
tahun mengalami
mengalami koma
koma dengan
dengan tingkat
tingkat kesadaran
kesadaran di di bawah
bawah level
level binatang.
binatang. Sang
Sang suami,
suami, Rudi
Rudi
Hartono25
Hartono25 mengajukan
mengajukan permohonan
permohonan euthanasia
euthanasia ke
ke Pengadilan
Pengadilan Negeri
Negeri Jakarta
Jakarta Pusat
Pusat pada
pada tangggal
tangggal 21
21 Februari
Februari 2005.
2005.
Permohonan
Permohonan yang
yang ditandatangani
ditandatangani oleh
oleh suami,
suami, orang
orang tua
tua serta
serta kakak
kakak dan
dan adik
adik Siti
Siti Zulaeha.
Zulaeha.

Anda mungkin juga menyukai