“ ABORSI”
ANISYA ALFITRI
NIM.202101137
PALU
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Aborsi dapat dikatakan sebagai pengguguran kandungan yng di sengaja dan saat ini menjadi
masalah yang hangat diperdebatkan. Pengertian aborsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1996) abortus (aborsi) didefinisikan sebagai terjadi keguguran janin; melakukan abortus sebagai
melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tak menginginkan bakal bayi yang dikandung
itu). Menurut Potter&Perry (2010), setengah dari kehamilan di Amerika Serikat adalah tidak
direncanakan; sebagian besar kehamilan yang tidak direncanakan terjadi pada remaja, wanita
berusia di atas 40 tahun, dan wanita Afrika-Amerika yang berpenghasilan rendah. Hampir
setengah dari kehamilan yang tidak diharapkan berakhir dengan aborsi. Sementara itu, kendati
dilarang, baik oleh KUHP, UU, maupun fatwa MUI atau majelis tarjih Muhammadiyah, praktik
aborsi (pengguguran kandungan) di Indonesia tetap tinggi dan mencapai 2,5 juta kasus setiap
tahunnya dan sebagian besar dilakukan oleh para remaja. Aborsi atau pengguguran kandungan
seringkali identik dengan hal-hal negatif bagi orang-orang awam. Bagi mereka, aborsi adalah
tindakan dosa, melanggar hukum dan sebagainya. Namun, sebenarnya tidak semua aborsi
merupakan tindakan yang negatif karena ada kalanya aborsi dianjurkan oleh dokter demi kondisi
kesehatan ibu hamil yang lebih baik. Ketika seorang wanita memilih aborsi sebagai jalan untuk
mengatasi kehamilan yang tidak diinginkan, maka wanita tersebut dan pasangannya akan
mengalami perasaan kehilangan, kesedihan yang mendalam, atau rasa bersalah. Dalam kasus
aborsi yang dianjurkan dokter, perawat tak hanya sebagai conselor atau peran dan fungsi perawat
yang lain, tetapi juga dapat menjalankan prinsip dan asas etik keperawatan yang ada untuk
membantu pasien menghadapi pilihan yang telah dipilih (aborsi).
BAB II
KONSEP TEORI
A. Pengertian Prinsip Etika Keperawatan Prinsip etika keperawatan merupakan asas, kebenaran
yang jadi pokok dasar atau patokan seorang perawat untuk berpikir, bertindak membuat
keputusan yang mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari pelaksanaan praktek
keperawatan dimana seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap prinsipprinsip etika
keperawatan sehingga kejadian pelanggaran etika dapat dihindarkan.
a. Otonomi (Autonomy) Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek
terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara
rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut
pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak
klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
c. Keadilan (Justice)
Setiap tindakan yang diberikan harus berdasarkan kondisi klien tidak ada diskriminasi. Prinsip
keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung
prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek profesional
ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan
yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
d. Tidak merugikan (Nonmaleficience) Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik
dan psikologis pada klien.
e. Kejujuran (Veracity) Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan
oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk
meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan
seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat,
komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada,
dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
keadaan dirinya selama menjalani perawatan.
f. Menepati janji (Fidelity) Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk
mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat
terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan
penderitaan.
i. Respek a) Perilaku perawat yang menghormati / menghargai pasien /klien. hak – hak
pasien,penerapan inforned consent b) Perilaku perawat menghormati sejawat c) Tindakan
eksplisit maupun implisit d) Simpatik, empati kepada orang lain.
j. Azas Kesehatan dan Kesejahteraan Semua tindakan yang dilakukan bertujuan untuk
mewujudkan kesehatan dan kesejahteraan pada klien
1. Perawat Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan menghargai dan Klien harkat dan
martabat manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan,
kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin,
aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan social. Perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai
budaya adat-istiadat, dan kelangsungan hidup beragama dari klien. Tanggung jawab utama
Perawat adalah kepada mereka
membutuhkan asuhan keperawatan. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui
sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang
berwenang sesuai dengan ketentuan hokum yang berlaku.
Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi dan praktek bidang keperawatan melalui
belajar terus menerus Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi
disertai kejujuran professional dalam menerapkan pengetahuan serta
ketrampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien. Perawat dalam membuat keputusan
didasarkan pada informasi yang kuat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi
seseorang bila melakukan konsultasi, menerima delegasi dan mamberikan delegasi kepada orang
lain keperawatan yang bermutu tinggi.
1. Kami Perawat adalah Warga Negara Indonesia yang berasaskan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945, serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
.3. Kami Perawat Indonesia senantiasa melaksanakan tugas sebaik-baiknya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku serta mengembangkan Ilmu Keperawatan dengan penuh tanggung jawab
dan sesungguh-sungguhnya.
4. Kami Perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas tidak akan membedakan kebangsaan,
kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, dan agama yang dianut serta
kedudukan social.
5. Kami Perawat Indonesia memegang teguh segala rahasia ynag behubungan dengan tugas,
kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku
6. Kami Perawat Indonesia senantiasa menghormati guru dan pembimbing kami, sesama perawat
serta menjunjung tinggi kehormatan profesi keperawatan.
2.2. Teori Aborsi Pengertian aborsi menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008) adalah
terpencarnya embrio yang tak mungkin lagi hidup (sebelum habis bulan keempat dari
kehamilan).
2) Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan (berat kurang dari
500 gram atau kurang dari 20 minggu). Pada UU kesehatan, pengertian aborsi dibahas secara
tersirat pada pasal 15 (1) UU Kesehatan Nomor 23/1992 disebutkan bahwa dalam keadaan
darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya, dapat dilakukan
tindakan medis tertentu. Maksud dari ‘tindakan medis tertentu, yaitu aborsi. Sementara aborsi
atau abortus menurut dunia kedokteran adalah kehamilan berhenti sebelum usia kehamilan 20
minggu yang mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir selamat sebelum 38 minggu
namun setelah 20 minggu, disebut kelahiran prematur. Wanita dan pasangannya yang
menghadapi kehamilan yang tidak diinginkan biasanya mempertimbangkan aborsi. Alasan untuk
memilih aborsi berbeda-beda, termasuk mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan atau ketika
mengetahui janin memiliki kelainan (Perry&Potter,2010).
A. Jenis Aborsi Klasifikasi abortus atau aborsi berdasarkan dunia kedokteran, yaitu:
1) Abortus spontanea Abortus spontanea merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan.
Aborsi ini dibedakan menjadi 4 yaitu :
a. Abortus imminens, pada kehamilan kurang dari 20 minggu terjadi perdarahan dari uterus atau
rahim, dimana janin masih didalam rahim, serta leher rahim belum melebar (tanpa dilatasi
serviks).
b. Abortus insipiens, istilah ini kebalikan dari abortus imminens, yakni pada kehamilan kurang
dari 20 minggu,terjadi pendarahan,dimana janin masih didalam rahim, dan ikuti dengan
melebarnya leher rahim(dengan dilatasi serviks)
c. Abortus inkompletus, keluarnya sebagian organ janin yang berusia sebelum 20 minggu,
namun organ janin masih tertinggal didalam Rahim
2) Abortus provokatus Berbeda dengan abortus spontanea yang prosesnya tiba-tiba dan tidak
diharapkan tapi tindakan abortus harus dilakukan. Maka pengertian aborsi atau abortus jenis
provokatus adalah jenis abortus yang sengaja dibuat atau dilakukan, yakni dengan cara
menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup diluar tubuh ibu atau kira-kira sebelum berat
janin mencapai setengah kilogram.
3) Abortus habitualis Abortus habitualis termasuk abortus spontan namun habit (kebiasaan) yang
terjadi berturut-turut tiga kali atau lebih.
4) Missed abortion Kematian janin yang berusua sebelum 20 minggu, namun janin tersebut tidak
dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih, dan terpaksa harus dikeluarkan. Missed abortion
digolongkan kepada abortus imminens.
5) Abortus septik Tindakan menghentikan kehamilan karena tindakan abortus yang disengaja
( dilakukan dukun atau bukan ahli ) lalu menimbulkan infeksi.
B. Efek Aborsi
Pada kasus aborsi terdapat efek dari aborsi. Efek aborsi di bagi menjadi 2 yaitu :
1. Efek Jangka Pendek Pendarahan yang Terjadi kebocoran uterus Rasa sakit yang intens
Shock/Koma Bagian bayi yang tertinggal di dalam Infeksi banyak Tidak dapat Kematian
2. Efek Jangka Panjang Merusak organ tubuh lain Kelahiran Kehamilan Tubal Keguguran
Kandungan hamil kembali Hysterectom
C. Resiko Gejala peradangan di bagian pelvis Prematur kesehatan dan keselamatan fisik Pada
saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang akan dihadapi
seorang wanita, diantaranya:
1. 2. 3. 4. 5.
Kematian mendadak karena pendarahan hebat Kematian mendadak karena pembiusan yang
gagal Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan Rahim yang sobek
(Uterine Perforation) Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan
cacat
10. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya.
2.4. Hukum aborsi menurut undang – undang Beberapa pasal yang mengatur abortus provocatus
dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) : Pasal 314 Seorang ibu yang, karena takut
akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan
sengaja merampas nyawa anaknya, diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun. Pasal 342 Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang
ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan
atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan
anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun. Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain yang turut serta
melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana. Pasal 346 Seorang wanita
yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
Pasal 347
1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa
persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling
lama lima belas tahun.
Pasal 348
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling
lama tujuh tahun.
Pasal 349
Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut pasal 346,
ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam
pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan
sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.
Barang siapa secara pasal 535 tentang terang terangan mempertunjukkan suatu sarana untuk
menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta menawarkan
ataupun secara terang-terangn atau dengan menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjuk sebagai
bisa didapat, sarana atau perantaraan yang demikian itu, diancam dengan kurungan paling lama
tiga bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Selain pasal-pasal dalam
KUHP, larangan tentang aborsi juga terdapat dalam Undangundang RI no 38 Tahun 2014
tentang keperawatan BAB IV tentang Hak Perawat dalamdan Kewajiban perawat, pasal 36 ayat
4 yang berbunyi : melaksanakan praktik keperawatan berhak : o Menolak keinginan klien atau
pihak lain yang bertentangan dengan kode etik, standar pelayanan, standar profesi, standar
prosedur operasional, atau ketentuan Peraturan Perundang-undangan
BAB III
1. Anamnesa Pelaku aborsi merupakan seorang perempuan asal Pemalang, DH (19). Perempuan
muda ini diamankan polisi beberapa saat setelah melakukan aborsi di tempat praktik dokter RD
pada Rabu (14/3) malam. Dua tersangka kasus dugaan aborsi ilegal, yakni dokter RD dan DH,
dibantarkan karena sakit dan mendapat perawatan di rumah sakit.
2. Diagnosa medis Sakit yang dialami pasien aborsi dapat terjadi karena kesalahan atau dampak
dari tindakan aborsi yang telah dijalani
3. Prognosa penyakit Klien masih menjalani perawatan di rumah sakit pascavisum dan aborsi
4. Alternatif tindakan diagnostic Klien dirujuk ke Rumah Sakit untuk menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan
6. Situasi keluarga Kemungkinan keluarga klien tidak mengetahui bahwa klien sedang
mengandung, hal ini bisa dilihat pada kasus bahwa klien tidak didampingi keluarga saat aborsi.
7. Pekerjaan RD adalah seorang dokter dan dua trersangka lainnya adalah perawat. Sedangkan
DH masih belum diketahui pekerjaannya. Dilihat dari usia, kemungkinan DH adalah pelajar
SMA atau mahasiswi.
8. Riwayat perilaku Polisi telah mendapati 123 nama pasien yang tercantum dalam buku tamu
dokter RD selama bulan Maret 2012. Sementara jumlah pasien sejak awal 2012 mencapai 400-an
orang serta masih didata siapa saja yang melakukan aborsi dan siapa yang melakukan kuretase
Dari kasus yang terjadi dapat disimpulkan bahwa klien hanya memikirkan dampak jangka
pendek dari tindakannya, ia tidak mempertimbangkan tentang manfaat dari tindakannya dalam
jangka panjang setelah ia melakukan aborsi. RUMUSAN TANGGUNGJAWAB PETUGAS
TERHADAP KLIEN
a. Berbuat baik/asas manfaat (Beneficience) Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang
baik dan setiap tindakan yang diberikan kepada klien harus bermanfaat bagi klien dan
menghindarkan dari kecacatan. Tindakan yang dilakukan klien ataupun pelaku aborsi pada
dasarnya sama sekali tidak memberikan manfaat bagi kehidupannya. Sekalipun alasan klien dari
tindakannya adalah takut atau malu atas janin yang dikandungnya, tindakan aborsi tersebut tetap
salah karena sama dengan melanggar hokum dan hak hidup dari janin. Selain itu tindakan aborsi
yang dilakukan juga akan memberikan pengaruh yang kurang baik pada psikososial dari klien.
b. Otonomi Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis
dan mampu membuat keputusan sendiri. Klien memilih atau melakukan aborsi atas keinginannya
sendiri tanpa ada unsure paksaan dari dokter atau perawat
c. Fidelity Apa yang dilaksanakan oleh perawat harus didasarkan pada tanggung jawab moral
dan profesi. Tindakan yang dilakukan oleh petugas kesehatan (abortus) tidak sesuai kode etik
profesi. Karena petugas kesehatan tersebut telah melanggar hak hidup janin yang dikandung ibu
tersebut.
RUMUSAN TANGGUNG JAWAB PIHAK KETIGA Dalam kasus ini, pihak ketiga yang
bertanggung jawab adalah kepolisian. Polisi bertugas membongkar praktik aborsi ilegal yang
dilakukan dokter RD berikut perawatperawat yang membantunya. Kapolres Cilacap mengatakan
dua perawat belum ditahan dan masih menjalani pemeriksaan intensif oleh penyidik kepolisian.
Terkait penambahan dua tersangka baru tersebut, dia mengatakan, hingga saat ini penyidik
Polres Cilacap telah menetapkan delapan tersangka dalam kasus dugaan aborsi ilegal. Saat
penggrebekan polisi mendapati 123 nama pasien yang tercantum dalam buku tamu dokter RD
selama bulan Maret
2012. Sementara jumlah pasien sejak awal 2012, lanjutnya, mencapai 400-an orang serta masih
didata siapa saja yang melakukan aborsi dan siapa yang melakukan kuretase. ANALISIS
APKAH TERJADI KONVERGENSI ATAU DIVERGENSI DARI KEDUA TANGGUNG
JAWAB Terdapat konvergensi antara polisi, penyidik dan saksi-saksi. Mereka dapat bekerja
sama untuk membongkar praktik aborsi ilegal yang dilakukan oleh dokter RD tersebut beserta
perawat-perawat yang membantunya sehingga pihak kepolisian akan lebih muda untuk mengusut
tuntas kasus praktik aborsi ilegal tersebut. ADAKAH KEBERATAN DALAM
ARGUMENTASI Tidak ada keberatan dalam argumentasi tersebut. MENGAMBIL
TINDAKAN BAGAIMANA KONFLIK DAPAT DIHINDARKAN Tindakan yang dilakukan
adalah menyerahkannya kepada pihak yang berwajib, kedua perawat yang menjadi tersangka
baru masih menjalani pemeriksaan intensif dan semua yang terlibat akan mempertanggung
jawabkan perbuatan mereka masing-masing. PENYELESAIAN KASUS Dalam kasus Aborsi
yang terjadi di cilacap telah ditangani oleh pihak berwajib dan sedang manjalani proses hokum.
Kasus tersebut diselesaikan dengan cara procedural.