Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PANDANGAN AGAMA TENTANG KEMATIAN

Dosen Pembimbing :
Nur Mutamakkin, S.Pd, MPd
Disusun Oleh :
( Kelompok 2 )
Bella Dwi Agustia (11)
Berlian Tiara Santy (12)
Candra Alfi Nurohmah (13)
Devi Nur Avifa (14)
Dhea Mia Rolita (15)
Dimas Firmansyah P (16)
Edo Putra Agma Wijaya (17)
Elsa Dessy Ratnasari (18)
Fara Ziva Ramona (19)
Hanan Fadhilah Dermawan (20)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


PRODI D-III KEPERAWATAN SUTOPO SURABAYA
TAHUN 2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “Pandangan Agama Tentang
Kematian”, ini tepat pada waktunya. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas
Mata kuliah Agama Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Kematian menurut pandangan agama.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan
dari berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Kami
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Nur Mutamakkin, MPd, selaku Dosen
pembimbing mata kuliah Agama Islam, yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membagi pengetahuannya dalam penyusunan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan segala kekurangan dalam makalah ini kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat menyempurnakan penyusunan makalah pada
masa yang akan datang.

Akhir kata kami berharap semoga makalah dengan judul “Pandangan


Agama Tentang Kematian” dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Surabaya, 28 Agustus 2021

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
2.1 Definisi Kematian....................................................................................................3
2.2 Perspektif Mengenai Kematian................................................................................3
A. Kematian Menurut Agama Islam..........................................................................3
B. Kematian Menurut Agama Kristen........................................................................4
C. Kematian Menurut Agama Buddha.......................................................................4
D. Kematian Menurut Agama Hindu..........................................................................5
E. Kematian Menurut Agama Khong Hu Cu..............................................................5
2.3 Sebab Kematian.......................................................................................................5
A. Sudut Pandang Ilmu Kedokteran...........................................................................5
B. Sudut Pandang Islam.............................................................................................6
2.4 Kondisi Sebelum Kematian......................................................................................8
2.5 Hubungan Ruh dan Jasad.........................................................................................9
2.6 Tuntunan Islam Dalam Menyikapi Kematian.........................................................10
BAB III PENUTUP.........................................................................................................13
3.1 Kesimpulan............................................................................................................13
3.2 Saran......................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kematian adalah sesuatu yang pasti dialami oleh setiap makhluk hidup,
tanpa terkecuali. Manusia, hewan dan tumbuhan akan merasakan kematian tatkala
batas usia yang diberikan oleh Allah Swt. telah sampai kepadanya. Hal ini
menandakan bahwa tidak ada satu makhluk pun yang dapat menolak kematian
yang telah digariskan oleh Allah Swt.( QS. Ali Imran [3]: 168). Bagi orang yang
beriman, sakit yang dirasakan dalam kematian atau kenikmatannya adalah bagian
kecil dari kepedihan dan nikmat yang akan dirasakan (M. Quraish Shihab, Cet.
VII. 300). karena ia merupakan gerbang menuju kehidupan yang baru

Lebih dari itu, kematian juga terjadi pada malaikat. Perbedaannya,


manusia menjadi makhluk yang dituntut lebih akan pertanggungjawabannya
mengingat ia adalah khalifah di muka bumi, sehingga manusia menjadi makhluk
yang paling bertanggung jawab atas pengelolaan bumi (QS. Al-Baqarah [2]: 30).
Oleh karenanya, mengkaji kematian pada diri manusia menjadi penting untuk
dibahas agar dapat diketahui bagaimana sebenarnya kematian tersebut, khsusnya
dalam perspektif Al-Quran. Lebih lagi terdapat dua istilah yang sering disebutkan
dalam kehidupan bermasyarakat tentang kematian, yakni kematian biologis dan
kematian maknawi (hakiki). Keduanya diyakini memiliki perbedaan, sebab
kematian biologis merupakan langkah awal menuju kematian yang maknawi
(hakiki).

Penjelasan di atas memberikan pemahaman akan pentingnya kematian


sebagai proses memasuki kehidupan yang baru, sehingga kematian mutlak harus
terjadi. Melihat betapa pentingnya pembahasan mengenai kematian, khususnya
dalam perspektif Islam, maka makalah ini akan membahas lebih mendalam
tentang bagaimana kematian dalam pandangan agama yang kemudian ditafsirkan
oleh beberapa sudut pandang.

1
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat diperoleh rumusan masalahnya yaitu antara lain :

1. Apa pengertian dari kematian?


2. Bagaimana perspektif kematian dalam berbagai lingkup agama?
3. Apa saja sebab kematian dari beberapa sudut pandang?
4. Bagaimana cara mengetahui kondisi sebelum mati
5. Apa saja hubungan ruh dan jasad dari kematian?
6. Bagaimana tuntunan islam dalam menyikapi kematian?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan makalah ini
sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui makna kematian


2. Untuk mengetahui perspektif mengenai kematian
3. Untuk mengetahui sebab kematian dalam beberapa sudut pandang
4. Untuk mengetahui kondisi sebelum mati
5. Untuk mengetahui hubungan ruh dan jasad
6. Untuk mengetahui tuntunan islam dalam menyikapi kematian

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kematian


Kematian berasal dari kata mati atau maut. Ini berarti terpisahnya roh
dari jasad, fisik dari psike, jiwa dari badan, atau yang ghaib dari yang nyata;
keluarnya roh dari jasmani. Dalam Al-Quran, kata mati memiliki beberapa
makna yakni tidak ada, gersang, tandus, kehilangan akal dan hati nurani,
kosong, berhenti, padam, buruk, lepasnya ruh dan jasad.
Terdapat banyak istilah mengenai mati atau kematian dalam Al- Quran.
Pada Surat Al-Baqarah : 28 kata mati disebut dengan ََ‫( واتًا ْم أ‬mati), pada surat
Az-Zumar : 42 disebut ْ‫( وت َم ْل ا‬mati), pada surat Ghafir : 11 disebut ََ‫ا أ‬RRَ‫متَّن‬
(mematikan kami), sedang dalam surat Al-Mulk : 1-2 disebut ْ‫( وت َم ْل ا‬mati).
Akan tetapi, dari banyaknya istilah tentang mati atau kematian yang
disebutkan dalam Al-Quran tersebut semuanya memiliki makna kemusnahan
dan kehilangan total ruh dan jasad, terputusnya hubungan antara ruh dan badan,
atau terhentinya budi daya manusia secara total. Oleh karena itu, secara
terminologi kematian disebut juga sebagai ajal yaitu akhir dari kehidupan,
ketiadaan nyawa dalam organisme biologis. Kematian ibarat jembatan antara
kedua kehidupan; kehidupan dunia yang fana dan kehidupan akhirat yang
kekal. Oleh karenanya, kematian adalah perpindahan dari satu alam ke alam
lain dan bukan kefanaan. Kematian hanyalah keluarnya ruh dari badan. Ruh
sendiri menurut mayoritas ulama kalam adalah jasad halus yang terperangkap
di dalam jasad kasar seperti terperangkanya air di kayu hijau. Ini berarti bahwa
sesuatu yang terperangkap bisa keluar dari perangkapnya.
2.2 Perspektif Mengenai Kematian
A. Kematian Menurut Agama Islam
Dalam Islam kematian adalah berakhirnya kehidupan duniawi dan awal

3
dari kehidupan setelah kematian. Dalam kepercayaan Islam, Tuhan telah
menjadikan kehidupan duniawi sebagai ujian serta persiapan untuk akhirat. (QS
Haqqah: 27) “Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian
kamu akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui yang gaib dan yang
nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” Dengan
demikian, setiap orang hanya memiliki satu kesempatan untuk mempersiapkan
diri bagi kehidupan setelah kematian, Allah akan membangkitkan dan
menghakimi setiap individu dan akan memberi mereka hak atas ganjaran atau
hukuman berdasarkan perbuatan mereka.
B. Kematian Menurut Agama Kristen
Pada kitab suci umat Kristen kehidupan dan kematian merupakan
realitas yang harus dijalani oleh setiap orang. (Ayub 34:14-15) menjelaskan
“Jikalau Ia menarik kembali Roh-Nya, dan mengembalikan nafas-Nya pada-
Nya, maka binasalah bersama-sama segala yang hidup, dan kembalilah
manusia kepada debu”. Kematian dijelaskan sebagai ditariknya kembali nafas
kehidupan atau roh Allah dari dalam kehidupan manusia. Manusia telah
dianggap mati saat nafas kehidupan sudah tidak ada lagi dalam tubuhnya. Pada
konteks perjanjian baru dijelaskan bahwa kematian merupakan mati bersama
Kristus dengan harapan akan bangkit Bersama Kristus. (2 Timotius 2:11) “Jika
kita mati dengan Dia, kitapun akan hidup dengan Dia.”
C. Kematian Menurut Agama Buddha
Bagi agama Buddha kematian bukanlah akhir dari kehidupan, tetapi
hanyalah akhir dari tubuh yang dihuni. Sedangkan roh akan selalu hidup untuk
mencari dan melekat pada tubuh baru dan kehidupan baru. Roh ini akan
dilahirkan berdasarkan hasil dari kehidupan pada masa lalu serta akumulasi dari
tindakan positif dan negatif, karma yang dihasilkan (sebab dan akibat).
(Dhammapada X:135) “bagaikan seorang penggembala menghalau sapi-
sapinya dengan tongkat ke padang rumput, begitu juga umur tua dan kematian
menghalau kehidupan makhluk-makhluk.” Tujuan akhir dari umat Buddha
adalah untuk mencapai kebebasan mutlak atau Nibbana (surga) dengan cara
membekali diri dengan perbuatan dan pikiran yang baik (kusala citta).

4
Dalam Maha Parinibbana Sutta, Sang Buddha memberikan nasihat terakhirnya
yaitu “segala sesuatu yang terdiri atas paduan unsur-unsur dikodratkan akan
hancur kembali. Karena itu, berjuanglah dengan sungguh-sungguh.”
D. Kematian Menurut Agama Hindu
Tidak ada awal atau akhir kehidupan pada ajaran Hindu, jiwa menjalani
kehidupan yang berbeda dan mengalami kematian beberapa kali hingga
akhirnya mencapai pembebasan Moksa (kebebasan dari ikatan duniawi) dari
siklus kematian dan kelahiran. Gautam dan Nijhawan (seperti dikutip Pandya,
2018) menemukan dalam penelitian mereka bahwa konsep kematian pada
penganut agama Hindu didasari dari filosofi Gita bahwa jiwa dianggap abadi.
Pada Gita bab 2, bait 23 menjelaskan “jiwa tidak akan pernah bisa terpotong-
potong oleh senjata apa pun, tidak dapat dibakar oleh api, tidak dapat hanyut
oleh banjir atau dibasahi air, atau layu oleh angin. Bhagawat Gita berkata,
“semua yang dilahirkan harus mati, semua yang mati harus dilahirkan kembali
dan Anda tidak perlu khawatir tentang peristiwa ini”.
E. Kematian Menurut Agama Khong Hu Cu
Pada agama Khong Hu Cu seseorang yang telah meninggal akan kembali
(berpulang) kealam Xian Tian. Hal tersebut dijelaskan pada kitab Yi Jing (Yak
King) I:1 “maha besar Khian Khalik Yang Maha Sempurna; berlaksa benda
(termasuk manusia) bermula dari padaNya; semuanya kepada Tian, Tuhan
Yang Maha Esa”. Pada kitab suci Li Ji VII:1.7 juga menjelaskan “bila
seseorang meninggal, orang memandang kearah langit (kemana arwah orang
tersebut pergi) dan memakamkan jenazah kedalam tanah. Badan jasad turun ke
bawah; dan semangat/jiwa ruhnya yang berkesadaran itu naik ke atas.”
2.3 Sebab Kematian
A. Sudut Pandang Ilmu Kedokteran
Proses kematian merupakan proses yang panjang dan berangsur-angsur
dengan disertai tanda-tanda yang menunjukkan pada kematian. Meskipun tidak
semua manusia mengalami tanda-tanda yang sama dan dengan urutan yang

5
sama. Pada awalnya, kriteria kematian adalah berhentinya pernapasan dan
detak jantung. Namun seiring berkembangnya teknologi Kedokteran, ada alat
yang dapat membantu pernafasan dan jantung agar tetap berdetak. Oleh karena
itu, dari perkembangan teknologi inilah, pada tahun 1968 Fakultas Kedokteran
Harvard mengembangkan definisi kematian tentu dari sudut pandang ilmu
kedokteran menjadi beberapa definisi sesuai dengan kondis manusia yang
mengalami kematian tersebut. Adapun tipe-tipe kematian manusia berdasarkan
penyebabnya adalah sebagai berikut:
1. Tipe Linear
Penyebab kematiannya dapat dilihat dari kelainan organ tertentu.
Contoh: seseorang memiliki penyakit jantung koroner, keadaannya adalah
terjadi penebalan dan penyumbatan pada arteri koronaria sehingga
menyebabkan kematian.
2. Tipe Divergen
Penyebab kematiannya bukan secara langsung oleh penyakit kronis
pada suatu organ tubuhnya. Melainkan adanya kompilasi non-organ yang
ditimbulkan. Contoh : seseorang memiliki tumor yang ganas, hal tersebut
mengakibatkan kompilasi non-organ.
3. Tipe Konvergen
Penyebab kematiannya adalah berbagai keadaan patologi pada tubuh
yang menyebabkan kerusakan organ vital. Contoh : Emfisema disertai
Bronkitis kronik dan meninggal karenanya.
4. Tipe Kompleks
Penyebab kematiannya adalah kelainan atau penyakit pada berbagai
organ yang mana masing-masing dari organ tersebut menimbulkan kompilasi
yang menyebabkan kematian. Contoh : Hipertensi disertai stenosis arteri.
Keadaan tersebut menimbulkan kompilasi yang dapat menyebabkan kematian
pada manusia.

6
B. Sudut Pandang Islam

Banyak faktor yang menjadi penyebab kematian menghadang manusia. Salah


satu di antaranya pasti menimpanya, tidak ada pilihan. Karena sesungguhnya
sifat kematian itu ada dua, yang satu adalah tiba-tiba, yang kedua adalah tidak
bisa dihindari. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberitakan hakikat
ini dalam banyak hadits, diantaranya:
Dari Mutharrif bin Abdillah bin asy-Syikhkhir, dari bapaknya, ia
berkata: Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Telah diciptakan
di dekat anak Adam sembilan puluh sembilan musibah (sebab kematian). Jika
dia tidak terkena semua musibah itu, dia pasti mengalami ketuaan.” [HR
Tirmidzi, no. 2456].
Kandungan dari “sembilan puluh sembilan” dalam hadits ini memiliki
maksud yang sangat banyak, bukan membatasi dengan jumlah sembilan puluh
sembilan saja. Sedangkan “maniyyah”, artinya ialah musibah atau kematian.
Ada dua makna yang disebutkan Ulama tentang hadits ini:
1. Pertama, sangat banyak faktor-faktor yang menjadi penyebab kematian
manusia. Seandainya manusia itu berulang kali selamat dari sebab-sebab
kematian yang berupa penyakit, kelaparan, tenggelam, terbakar, dan lainnya,
niscaya dia pasti mengalami ketuaan sampai meninggal dunia.
2. Kedua, asal penciptaan manusia tidak terlepas dari musibah, bencana dan
penyakit. Jika seseorang tidak tertimpa semua muisbah itu, dan ini sangat
jarang terjadi, pasti akan ditimpa penyakit paling ganas yang tidak ada obatnya,
yaitu ketuaan. Intinya, dunia adalah penjara seorang mukmin dan surga orang
kafir. Sehingga sepantasnya seorang Mukmin bersabar menghadapi keputusan
Allâh, ridha terhadap yang ditakdirkan dan diputuskan Allâh.

7
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitakan, semua penyakit ada obatnya
kecuali ketuaan yang membawa kepada kematian.
Dari Abu Sa’id al-Khudri ra. , bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Sesungguhnya Allâh tidak menurunkan penyakit atau tidak
menciptakan penyakit kecuali menurunkan atau menciptakan obat untuknya.
Orang yang telah mengetahuinya dia mengetahui, orang yang tidak
mengetahuinya dia tidak mengetahuinya, kecuali as-saam”. Para sahabat
bertanya, “Apakah as-saam itu?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab, “Kematian”. [HR al-Hâkim]
Sebagaimana yang diketahui, kematian atau maut menjadi rahasia Allah
Subhanallahu wa ta’ala. Rahasia-rahasia Allah SWT mengenai kematian ialah,
yang pertama adalah waktu kematian. Sehebat apapun seseorang, pasti tidak
ada yang tahu kapan dia akan mati. Bisa saja ketika baru lahir, saat anak-anak,
remaja, ataupun saat sudah tua.Yang kedua ialah tempat kematian. Satu
makhluk hidup didunia ini tidak ada yang tahu dimana tempat dia akan mati.
Jika tahu pun, pasti dia akan menjauhi tempat itu. Dan yang terakhir ialah cara
kematian itu terjadi. Dari rahasia-rahasia Allah SWT tentang kematian,
menjadikan tanda-tanda kebesaran Allah Subhanallahu wa ta’ala semakin
nyata. Sebab, jika ketiga hal itu tak dirahasiakan Allah, mungkin semua orang
pasti tidak akan ada yang percaya bahwa Tuhan itu ada.
2.4 Kondisi Sebelum Kematian
Sebelum kematian menghampiri kita, kita akan menghadapi yang
namanya sakaratul maut. Secara etimologis kata sakaratul maut berasal dari
bahasa arab, yaitu “sakarat” dan “maut”. Sakarat dapat diartikan dengan
“mabuk” sedangkan “maut” berarti kematian. Dengan demikian, sakaratul maut

8
berarti orang yang sedang dimabuk dengan masa-masa kematiannya.
Sakaratul maut merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi
kematian, yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal.
Kematian merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah
serta hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan
terhentinya aktivitas otak atau terhentinya fungsi jantung dan paru secara
menetap. Sakartul maut dan kematian merupakan dua istilah yang sulit untuk
dipisahkan, serta merupakan suatu fenomena tersendiri. kematian lebih kearah
suatu proses, sedangkan sakaratul maut merupakan akhir dari hidup. Artinya:
“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu
selalu lari darinya”. (QS. Qaaf [50]: 19).
Maksud sakaratul maut adalah kedahsyatan, tekanan, dan himpitan
kekuatan kematian yang mengalahkan manusia dan menguasai akal sehatnya.
Makna bil haq (perkara yang benar) adalah perkara akhirat, sehingga manusia
sadar, yakin dan mengetahuinya. Ada yang berpendapat al haq adalah hakikat
keimanan sehingga maknanya menjadi telah tiba sakaratul maut dengan
kematian. [Jami’u Al Bayan Fii Tafsiri Al Quran (26/100-101)].
Al-Imam Ibnu Katsir berkata: “Ini adalah berita dari Allah tentang
keadaan orang yang sekarat dan tentang apa yang dia rasakan berupa kengerian
serta rasa sakit yang dahsyat (mudah-mudahan Allah meneguhkan kita dengan
ucapan yang teguh, yaitu kalimat tauhid di dunia dan akhirat). Allah
mengabarkan bahwasanya ruh akan dicabut dari jasadnya, hingga tatkala
sampai di tenggorokan, dia meminta tabib yang bisa mengobatinya. Siapa yang
bisa meruqyah?
Kemudian, keadaan yang dahsyat dan ngeri tersebut disusul oleh keadaan
yang lebih dahsyat dan lebih ngeri berikutnya (kecuali bagi orang yang
dirahmati Allah ). Kedua betisnya bertautan, lalu meninggal dunia. Kemudian
dibungkus dengan kain kafan (setelah dimandikan). Mulailah manusia
mempersiapkan penguburan jasadnya, sedangkan para malaikat
mempersiapkan ruhnya untuk dibawa ke langit.

9
2.5 Hubungan Ruh dan Jasad
Ruh memiliki empat tempat. Dalam kandungan ibu, dalam kehidupan
dunia, dalam alam barzakh atau alam kubur dan pada hari bangkit (yaumul
baats). Semuanya memiliki perbedaan, namun hubungan ruh dan jasad pada
hari akhirlah yang abadi dan paling tinggi. Hal ini dapat dilihat dari penjelasan
berikut:
1. Dalam kandungan ibu, jasad tidak hidup tetapi berkembang.
2. Dalam kehidupan dunia.

3. Dalam alam barzakh, di sini ruh bergabung dengan jasad untuk menerima
pertanyaan kubur dan secara masing-masing (ruh dan jasad) merasakan siksa
atau bahagia.
4. Yang paling akhir yaitu dalam surga atau neraka. Di surga jiwa tidak
diwajibkan melakukan tugas-tugas, termasuk tugas ibadah dan tidak
meninggalkan sisa berupa kotoran saat makan dan minum.
2.6 Tuntunan Islam Dalam Menyikapi Kematian
Kematian tidak dapat dicegah dan dielakkan.Umur seseorang ada yang
dipanjangkan dan sebaliknya dipendekkan.Islam menganjurkan dalam
menyikapi kematian sebagai sesuatu yang lazim terjadi,atau hal biasa,dan
bahkan harus terjadi.Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat Al-Imran
ayat 185: Dalam ayat ini Allah SWT. Memberitahukan kepada seluruh
makhluk-Nya bahwa setiap jiwa itu akan merasakan kematian.Hanya Allah
SWT yang terus akan hidup,yang tiada akan pernah mati.Seluruh ummat
manusia dan jin akan mengalami kematian, demikian juga dengan para
Malaikat termasuk Malaikat yang memikul ‘Arsy.Jika waktu yang telah
ditetapkannya berakhir dan keberadaan nuthfah yang telah ditakdirkan oleh-
Nya dari sulbi adam telah habis,serta semua makhluknya ini telah

10
berakhir,maka Allah langsung menjadikannya kiamat.Dan selanjutnya Allah
akan memberikan balasan kepada semua makhluk-Nya sesuai dengan amalnya
yang mulia maupun hina, besar maupun yang kecil,banyak maupun
sedikit,sehingga tidak ada seorang pun yang didzaliminya meski hanya sebesar
biji sawi.
Oleh karena itu, bagi orang yang berakal sehat tentu akan mengambil
pelajaran dari fenomena yang ia saksikan. Terlebih fenomena tersebut telah
disampaikan oleh orang yang terpercaya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Maka sepantasnya ia segera kembali kepada Allah dan bertaubat
kepada-Nya, sebelum kematian itu menjemputnya.
Dan setelah memahami adanya kematian, maka hendaknya kita
mempersiapkan diri dengan bersegera menyambut seruan Allah untuk
melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi semua laranganNya. Dan
perintah Allah yang paling utama adalah memurnikan tauhid kepada-Nya
semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, baik dalam masalah
ibadah dan pengabdian, juga dalam masalah ketaatan dan ketundukan kepada
syariat-Nya.
Beberapa cara praktis untuk dapat mengingatkan kepada kita akan
kematian. Antara lain sebagai berikut:
1. Bimbinglah Orang Yang Akan Menghadapi Waktu Kematian.
Ketika menghadapi orang yang sakaratul maut, seyogianya yang hadir
ke tempat orang tersebut selalu mengingat Allah dan berdoa. Kalua berbicara,
bicarakanlah hal-hal yang berbau positif jangan negatif. Ajarkan orang yang
akan menghadapi sakaratul maut dengan menyebutkan kalimat La Ilaha
Illallah. Karena dalam hadits dikatakan: “barangsiapa yang akhir perkataanya
adalah kalimat Laa Ilaha Illallah, maka dia akan masuk surga”. (HR. Abu
Dawud).
2. Mengunjungi Orang Yang Sakit.
Menurut Rasulullah, orang-orang yang beriman itu ibarat satu batang
tubuh, apabila salah satu anggota tubuh sakit, maka yang lain ikut prihatin.
Salah satu cara untuk mengaplikasikan hadits di atas adalah dengan

11
meluangkan waktu mengunjungi saudara seagama yang sakit. Kunjungan
teman, saudara, adalah ‘obat yang mujarab’ bagi si sakit. Dia merasa senang
karena masih ada sahabat untuk berbagi duka. Pribahasa mengatakan, ‘teman
ketawa banyak, teman menangis sedikit’. Betapa pentingnya mengunjungi
orang sakit itu dapat terlihat dalam hadits qudsi berikut ini. Rasulullah
bersabda: “Sesungguhnya Allah berfirman pada hari kiamat: “Hai anak Adam,
Aku sakit, kenapa kamu tidak datang mengunjungi-Ku?” Anak Adam
menjawab: “Ya Tuhan, bagaimana aku akan mengunjungi-Mu sedangkan
Engkau adalah Tuhan Semesta Alam?” Allah berfirman: “Tidaklah kamu tahu
bahwa si Fulan hamba-Ku sakit, kenapa kamu tidak mengunjunginya? Tahukah
kamu, jika kamu mengunjunginya niscaya kamu akan menemui-Ku di
sisinya…” (HR. Muslim).
3. Mengiringkan Jenazah.
Apabila seorang meninggal dunia, masyarakat secara kifayah wajib
memandikan, mengkafani, menshalatkan dan mengkuburkannya. Rasulullah
sangat menganjurkan kepada masyarakat untuk dapat menshalatkan dan
mengantarkan jenazah ke kuburan bersama-sama. Beliau bersabda:
“Barangsiapa yang menyaksikan jenazah lalu ikut menshalatkannya, baginya
satu qirath. Dan barangsiapa yang menyaksikannya sampai dikuburkan,
baginya dua qirath”. Ditanyakan orang: “Apa itu dua qirath? Beliau bersabda:
“Seperti dua gunung yang besar (pahalanya)”.(H. Muttafaqun ‘Alaihi).
4. Berziarah Kubur.
Dalam melakukan ziarah kubur, anaknya medoakan ahlinya. Jangan
sampai kita yang minta doa dari yang wafat, memuja-muja, bahkan kuburan
dijadikan tempat sesembahan. Ziarah kubur juga dapat mengingatkan diri kita
akan kehidupan akhirat. “Aku sudah melarang kamu menziarahi kubur,
sekarang ziarahillah, karena ziarah kubur mengingatkan kamu akan akhirat”.
(HR. Ahmad dan Muslim)

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kematian berasal dari kata mati atau maut, dari banyaknya istilah
tentang mati atau kematian yang disebutkan dalam Al-Quran semuanya memiliki
makna kemusnahan dan kehilangan total ruh dan jasad, terputusnya hubungan
antara ruh dan badan, atau terhentinya budi daya manusia secara total. Salah satu
di antaranya pasti menimpanya, tidak ada pilihan. Karena sesungguhnya sifat
kematian itu ada dua, yang satu adalah tiba-tiba, yang kedua adalah tidak bisa
dihindari

Proses kematian merupakan proses yang panjang dan berangsur-angsur


dengan disertai tanda-tanda yang menunjukkan pada kematian. Meskipun tidak
semua manusia mengalami tanda-tanda yang sama dan dengan urutan yang sama.
Pada awalnya, kriteria kematian adalah berhentinya pernapasan dan detak jantung,
banyak faktor yang menjadi penyebab kematian menghadang manusia. Sebelum
kematian menghampiri kita, kita akan menghadapi yang namanya sakaratul maut.

13
Sakaratul maut berarti orang yang sedang dimabuk dengan masa-masa
kematiannya. Kematian tidak dapat dicegah dan dielakkan, umur seseorang ada
yang dipanjangkan dan sebaliknya dipendekkan. Islam menganjurkan dalam
menyikapi kematian sebagai sesuatu yang lazim terjadi, atau hal biasa, dan bahkan
harus terjadi.

3.2 Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan bisa menambah
pengetahuan pandangan agama tentang kematian. Semoga makalah ini, dapat
dijadikan referensi bagi penulis selanjutnya.

Diharapkan para pembaca bisa memberikan kami kritik dan saran untuk
dapat menjadikan kami lebih baik lagi dalam penulisan makalah-makalah
selanjutnya. Makalah ini semoga berguna bagi para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Anindita,Adelia. Isyarat Ilmiah Pada Proses Kematian Manusia dalam Al-Quran,


(Skripsi UIN Raden Intan Lampung).2020

Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun XVI/1434H/2013. Diterbitkan


Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton
Gondangrejo Solo

Dr.Sahmiar, M.Ag. (2016) . Islam untuk Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat


dan Kebidanan. Rantauparat : CV. Putra Maharatu

Latif,Umar. Konsep Mati dan Hidup Dalam Islam (Pemahaman Berdasarkan


Konsep Eksatologis). Jurnal Al-Bayan,Vol.22, No.34 Juli – Desember 2016

Maulana, M Fajar. UNIKOM, Pembelajaran Mengenai Kematian Untuk Anak-


anak.2019

Penjelasan Ustaz Oemar Mita dilansir dari Channel youtube Zona Informasi,
Ahad (06/12/2020).

14
Setiadi,Ozi. Kematian Dalam perspektif Al-Quran. Jurnal Al-Ashriyyah,Vol 4,No
1 Oktober 2017

Sofwan, Nurkholis. Pendekatan Sastra dalam Kisah-kisah Al-Quran Perspektif


Muhammad Ahmad Khalafullah. Jurnal Al-Ashriyyah, Vo.6,No.2 Oktober 2020

15

Anda mungkin juga menyukai