Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“SPIRIT ISLAM DAN RUJUKAN UTAMA DOKTRIN ISLAM”

Disusun oleh:

Putri Ayu Larasati 2105015135

Miftah Sani Fara Izati 2105015076

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
selamat serta hidayah-Nya sehingga penyusun makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini kami susun sebagai tugas dari mata kuliah Dasar Kesehatan
Lingkungan dengan judul “Spirit Islam dan Rujukan Utama Doktrin Islam”.
Terima kasih kami sampaikan kepada bapak Imron Baehaqi. Lc., M.A. Selaku
dosen mata kuliah Dasar Kesehatan Lingkungan yang telah membimbing dan
memberikan kuliah demi lancarnya terselesaikan tugas makalah ini.

Demilikianlah tugas ini kamu susun semoga bermanfaat dan dapat


memenuhi tugas mata kulliah Dasar Kesehatan Lingkungan dan kami berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi diri kami sendiri dan khususnya
pembaca. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang
konstruktif dan membangun sangat kami harapkan dari para pembaca guna
meningkatkan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu
mendatang.

Jakarta, 19 Oktober 2021

Tim penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I...................................................................................................................4
PENDAHULUAN...............................................................................................4
1.1 Latar Belakang............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................4
1.3 Tujuan.........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................6
2.1 Spirit Islam dan Cara Mengetahuinya........................................................6
2.2 Rujukan Utama Islam.................................................................................7
A. Bertentangan denga teks (Al-Qur'an dan Hadis)……………………..…7

B. Bertentangan dengan sejarah (sirah Nabi dan sahabat)..........................10


2.3 Ijtihad Untuk Persoalan Kontemporer......................................................11
BAB III PENUTUP.........................................................................................14
3.1 Kesimpulan...............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Agama pada dasarnya hadir dengan visi yang humanis, yakni
memberikan acuan dan tuntunan doktrinal untuk mencapai kedamaian dan
kemajuan dalam berbagai aspek. Itulah sebabnya, agama kemudian
dijadikan sebagai idiologi dalam menciptakan dan menggerakkan spirit bagi
manusia untuk mengaktualisasikan eksistensi dirinya dalam kehidupan.
Islam sebagai agama, jika dilihat dari doktrin-doktrinnya dalam Al-Qur’an
dan Hadist sangat menentang sikap yang mengarah kepada pola hidup yang
jauh dari kemajuan dan produktivitas umatnya, seperti apatis,
individualistik, otoriter, radikal, dan eksklusif.
Akibat dari semua itu, dimana-mana di dunia modern sekarang ini
terjadi berbagai krisik. Di antaranya, yang paling nyata adalah krisis moral
dan krisis spiritual. Kedua krisis ini saling berhubungan dan jalin-menjalin.
Krisis tersebut ditandai dengan semakin banyaknya orang yang mengalami
kecemasan, kegelisahan, dan kehampaan eksitensial. Dalam menyikapi
perseoalan krisis spiritual yang dialami manusia modern saat ini, sebagian
pakar menengok kembali kepada nilai-nilai agama. Nilai-nilai agama
diangggap mampu mengatasi permasalahan kerisis itu adalah nilai agama
yang berdimensi spiritual.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu spirit islam ?
2. Bagaimana cara mengetahui spirit islam ?
3. Apa itu rujukan utama islam yang bertentangan dari Al-Qur’an dan
hadis dan bertentangan dengan sejarah (sirah Nabi dan sahabat) ?
4. Apa itu ijtihad untuk persoalan kontemporer ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan mempelajari spirit islam dan cara mengetahui spirit
islam.
2. Mengetahui dan mempelajari rujukan utama islam yang bertentangan
dengan Al-Qur’an dan hadis serta bertentangan dengan sejarah (sirah
Nabi dan sahabat).
3. Mengetahui dan mempelajati tentang ijtihad dalam persoalan
kontemporer.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Spirit Islam dan Cara Mengetahuinya


Secara etimologi kata “spirit” berasal dari kata Latin “spiritus” yang
diantaranya berarti “roh, jiwa, sukma, kesadaran diri, wujud tidak berbadan,
nafas hidup, nyawa hidup”. Spiritual adalah suatu yang dipengarhui oleh
budaya, perkembangan, pengalaman hidup kepercayaan dan nilai
kehidupan. Spiritual islam ditunjukkan dengan 3 pilar utama dalam islam
yang pertama adalah islam, kedua adalah iman, dan yang ketiga adalah
ihsan. Islam merupakan hukum-hukum islam, tata cara islam secara lahir
sedangkan 2 terakhir yaitu iman dan ihsan merupakan tata cara spiritual
dalam islam. Bahkan dalam islam, seorang muslim yang hanya menjalankan
fiqh saja tidak akan diterima oleh Allah. Seorang muslim dalam
menjalankan agama harus menggunakan iman dan ihsan sehingga benar-
benar fiqh atau syariat dapat diterima oleh Allah.

Islam agama spiritual adalah agama sebagai nilai-nilai luhur yang


menjadi landasan hidup umat manusia tanpa mengenal golongan, institusi
atau organisasi (organized religion), tetapi agama sebagai basis moralitas
dan perilaku manusia. Konsep spiritual menurut islam terdapat dalam sirah
Asy-syams: 7-10, bahwa ajaran spiritual islami hanya dapat diperoleh
melalui jalan syariat islam yang bersumber dalam Al-Qur’an dan hadis.
Cara mengetahui sprit islam menurut Piedmont (2001:7) mengembangkan
sebuah konsep spiritualitas yang disebutnya Spiritual Transendence.
Konsep ini terdiri atas tiga aspek yaitu: pengalaman ibadah, universalitas,
dan keterkaitan. Sedangkan meurut Dyson Young (2007) menjelaskan tiga
faktor yang berhubungan dengan spiritualitas, yaitu: diri sendiri, sesama,
dan Tuhan. Tujuan spiritualisme anata Tuhan dengan manusia yaitu:

6
 Peningkatan kualitas iman dan taqwa
 Peningkatan kualitas ibadah
 Peningkatan kualitas akhlaq
 Tercapainya perdamaian hakiki
 Keselamatan dunia akhirat

2.2 Rujukan Utama Islam


A. Bertentangan Teks (Quran dan Hadist)

Al-Qur’an

Al-Qur’an secara bahasa berasal dari kata qara’a – yaqra’u – qira’atan-


qur’anan yakni sesuatu yang dibaca atau bacaan. Sedangkan secara istilah
merupakan Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
dan sampai kepada kita secara mutawir serta membacanya berfungsi
sebagai ibadah. Al-Qur’an memiliki fungsi dan penanan sebagai berikut:

 Al-Qur’an sebagai petunjuk (Huda)


Al-Qur’an merupakan petunjuk dilalah dan irsyad (penjelas dan
pembimbing) bagi seluruh manusia, dan oetunjuk bagi orang yang
bertaqwa, khususnya mereka yang memenuhi panggilan Al-Qur’an.
 Al-Qur’an sebagai ruh
Allah menyebut Al-Qur’an dengan ruh, dan salah satu makna ruh
disini adalah segala yang menjadikan hati hidup penuh dengan
makna.
 Al-Qur’an sebagai cahaya (Nur)
Al-Qur’an sebagau nur yaitu sesuatu yang menerangi jalan yang
terbentang di hadapan manusia sehingga manusia mampu
melewatinya tanpa ada hambatan.

7
 Al-Qur’an sebagai pembeda(Al-Furqan)
Al-Qur’an membedakan antara yang hak dengan yang batil, antara
yang lurus dengan yang sesat, yang bermanfaat dengan yang
berbahaya.

 Al-Qur’an sebagai obat penawar (Asy-Syifa)


Al-Qur’an merupakan obat bagi penyakit yang bersifat hakiki
(menimpa badan) dan penyakit yang bersifat maknawi (menimpa
hati).

Al-Qur’an juga memiliki kedudukan sebagai berikut:

 Kitabul Nabawal Akbar (Berita dan Kabar)


 Kitabul Hukmi Wa Syariat (Hukum dan Syariah)
 Kitabul Jihad
 Kitabul Tarbiyah
 Kitabul Ilmi
 Minhajul hayah (Pedoman Hidup)

Selain itu di dalam Al-Qur’an sendiri terdapat beberapa ayat yang


menyertakan nama lain yang digunakan untuk merujuk kepada Al-Qur’an
itu sendiri. Berikut nama-nama tersebut dan ayat yang mencantumkannya:

 Al- Kitab, QS(2:2), QS(44:2)


 Al-Furqan (pembeda benar salah): QS(25:1)
 Adz-Dzikr (pemberi peringatan): QS(15:9)
 Al-Mau’idhah (pelajaran/nasehat): QS(10:57)
 Al-Hukm (peraturan/hukum): QS(17:37)
 Al-Hikmah (kebijaksanaan): QS(17:39)
 Asy-Syifa’ (obat/penyembuh): QS(10:57), QS(17:82)

8
 Al-Huda (petunjuk): QS(72:13), QS(9:33)
 At-Tanzil (yang diturunkan): QS(26:192)
 Ar-Rahmat (karunia): QS(27:77)
 Ar-Ruh (ruh): QS(42:52)
 Al-Bayan (penerang): QS(3:138)
 Al-Kalam (ucapan/firman): QS(9:6)
 Al-Busyra (kabar gembira): QS(16:102)
 An-Nur (cahaya): QS(4:174)
 Al-Basha’ir (pedoman): QS(45:20)
 Al-Balagh (penyampaian/kabar): QS(14:52)
 Al-Qaul (perkataan/ucapan): QS(28:51)

Hadis

Al-Hadis adalah suatu perkataan atau berita. Hadis Rasul adalah suatu
perkataan, berita, informasi yang berasal dari Rasulullah SAW. Hadis memiliki
kedudukan dalam hukum islam sebagai sumber kedua dalam hukum islam
setelah Al-Qur’an. Hadis mempunya peranan penting setelah Al-Qur’an. Al-
Qur’an sebagai kitab suci dan pedoman hidup umat islam diturunkan pada
umumnya dalam kata-kata yang perlu di rinci dan dijelaskan lebih lanut, agar
dapat dipahami dan diamalkan, sedangkan hadis/al-Sunnah sebagai penjelas
ayat-ayat Al-Qur’an yang kurang jelas atau sebagai penentu beberapa hukum
yang tidak terdapat dalam Al-Qur’an. Adapun Al-Sunnah terbagi menjadi 4
macam, yakni:

a. Sunnah Qauliyah, yaitu semua perkataan Rasulullah


b. Sunnah Fi’liyah, yaitu semua perbuatan Rasulullah
c. Sunnah Taqririyah, yaitu penetapan dan pengakuan Nabi terhadap
pernyataan ataupun perbuatan orang lain
d. Sunnah hammiyah, yakni sesuatu yang telah direncanakan akan
dikerjakan tapi tidak sampai dikerjakan.

9
Adapun fungsi hadis/al-Sunnah dalam pengambilan atau istinbat hukum dalam
ajaran islam adalah:

a. Menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam Al-Qur’an.


b. Sebagai penjelas isi Al-Qur’an.
c. Menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang tidak ada atau samar-
samar ketentuannya di dalam Al-Qur’an.

B. Bertentangan dengan sejarah (sirah Nabi dan sahabat)


Ibnu Mandzur dalam kitab Lisanul arab menyatakan faedah As-Sirah
menurut bahasa adalah budaya, jalan, cara dan tingkah laku. Menurut istilah
umum, faedahnya adalah perincian hidup seseorang atau sejarah hidup
seseorang. Seringkali sirah yang dimaksudkan sebagai Sirah nabawiyah.
Sirah Nabawiyah berasal dari bahasa arab saara-yasiiru yaitu berarti
perjalanan, dan kata nabawiyah berarti nabi. Sirah nabawiyah berarti sejarah
perjalanan Rasulullah SAW. Baik sebelum diangkat menjadi rasul maupun
setelah diangkat menjadi rasul, serta kondisi yang melingkupinya. Sirah
Nabawiyah mengandung perincian kisah hidup Rasulullah, yakni asal-
muasal, suku dan nasab, dan kondisi masyarakatnya, sebelum dilahirkan.
Kemudian berlanjut bagi kelahiran dia, saat kecil, remaja, dewasa, menikah,
pernikahan, dijadikan Nabi, serta perjuangan-perjuangan dia dalam
menegakkan islam sampai penghabisan hayatnya.

Dalam hal ini sirah yang dimaksud tidak hanya pada sejarah kehidupan
Nabi Muhammad SAW, tetapi juga perjalanan hidup dari nabi-nabi, sahabat,
dan pejuang islam lainnya yang memiliki nilai-nilai pendidikan karakter.
Adapun sirah disini dibagi menjadi 3:

a. Sejarah kehidupan Nabi-Nabi dan Rasulullah SAW

10
Sejarah yang dimkasud adalah sejarah kehidupan para nabi-nabi dan rasul-
rasul pilihan Allah. Namum tidak semua Nabi yang diajarkan memiliki
sirah Nabawiyah, tetapi hanya beberapa nabi saja yang memiliki banyak
rekam jejaknya baik di Al-Qur’an maupun hadis.

b. Sejarah kehidpuan para sahabat Khulafaur rasyidin dan para sahabat


terkemuka yang memiliki peranan penting dalam perkembangan islam.

Para sahabat rasulullah terutama Khulafaur rasyidin juga patut untuk di


pelajari sejarah kehidupannya untuk dijadikan sebagai pengetahuan dan
pelajaran mereka dalam memiliki sikap yang berakhlakul karimah.

c. Sejarah kehidupan para ilmuan islam yang ikut memperjuangkan dan


meninggikan agama islam dengan kedalaman berbagai ilmu
pengetahuan.

Setelah islam berkembang dan kuat, kemudian diiringi dengan


perkembangan ilmu pengetahuan yang luar biasa. Siapa yang tidak kenal
dengan ilmuan-ilmuan islam seperti Jabir bin Hayyan, Ibnu Sina, Imam
Ghazali dan lain-lain. Merupakan ilmuan islam yang memiliki kepribadian
sangat baik dan patut untuk diteladani.

2.3 Ijtihad Untuk Persoalan Kontemporer


Ijtihad adalah salah satu pijakan dalam menetapkan sebuah hukum,
dimana ada peristiw-peristiwa yang kemudian tidak ditentukan dasarnya di
dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Yang dimaksud dengan hukum islam
kontemporer adalah hukum islam pada masa kini atau dewasa ini. Sedang
yang dimaksud dengan hukum islam dalam konteks ini adalah fiqh. Jadi
hukum islam kontemporer adalah perkembangan pemikiran fiqh islam
dewasa ini. Adapun penyebutan kontemporer pada fiqh maksudnya adalah
pola pemahaman fiqh abad XIX dan seterusnya (hingga sekarang) lawan

11
dari klasik (fiqh klasik) yaitu pola pemahaman fiqh abad VII-XII. Bentuk-
bentuk pemikiran ijtihad kontemporer:

a. Ijtihad dalam bentuk perundang-undangan modern

Dalam perkembangannya, ijtihad kontemporer pada mulanya terbatas


pada ijtihad intiqa’i saja, tetapi dengan semakin menggungnya isu-isu
kontemporer pemikiran hukum islam kemudian berkembang pula menjadi
ijtihad insya’i.

b. Ijtihad dalam bentuk fatwa

Fatwa dan lembaga fatwa merupakan suatu institusi yang dibutuhkan


masyrakat. Masyarakat senantiasa menanyakan ketentuan hukum agama
dari berbagai permasalahan hukum yang terjadi kepada para ahali agama
(mufti/ulama) untuk mendapatkan kepastian hukum dan tuntunan hidup
sehari-hari.

c. Ijtihad dalam bentukk penelitian

Bentuk ijtihad yang ketiga ini adalah sangat dianjurkan untuk


melakukan penelitian melalui lembaga riset ilmiah, formal atau non formal.
Riset ilmiah dimaksud bisa dalam bentuk penelitian kepustakaan (library
research) dan juga penelitian lapangan (field research). Kepentingan
penelitian-penelitian terhadap masalah-masalah tertentu bisa dilakukan
untuk penyusunan karya ilmiah berupa sebuah buku, paper, skripsi, thesis
dan disertasi yang tentunya sesuai dengan standard pedoman penelitian.

12
Model pemikiran ijtihad yang dibutuhkan dan ditawrkan olrh Yusuf al-
Qaradhawi, yaitu:

a. Ijtihad intiqa’i adalah pemikiran ijtihad untuk memilih salah satu


pendapat terkuat dari beberapa pendapat yang ada secara selektif dengan
mengkritisi argumentasi-argumentasi masing-masing pendapat yang
pada akhirnya kita bisa memilih pendapat terkuat itu dengan standarisasi
alat ukur yang digunakan dalam men-tarjih.
b. Ijtihad insya’I adalah mengambil konklusi pemikiran hukum baru dalam
suatu permasalahan, dimana permasalahan ini belum pernah
dikemukakan oleh ulama (mujtahid) terdahulu, baik masalah itu baru
atau lama. Dengan kata lain, pemikiran ijtihad kreatif-inovatif ini bisa
mencakup permasalahan lama (klasik) yang belum pernah didapatkan
ketentuan hukum dari para ulama dahulu (salaf) kemudian oleh
mujtahid kontemporer ditetapkan hukumnya dengan pendapat yang
baru.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Moderasi adalah sikap yang menyelamatkan kita dari alinasi dalam kehidupan
ini. Kehidupan yang damai pasti berkaitan dengan kemampuan kita
mengamalkan ajaran agama secara kaffah (sempurna). Kedamaian terindah
ketika kita berada pada tingkatan spiritual agama yang tertinggi. Cara
pengembangan moderasi berpikir tersebut adalah dengan berpikir jauh, berpikir
dalam dan berpikir luas terhadap segala hal yang terjadi dalam kehidupan ini.

Al-Qur’an dan hadis merupakan dua hal pokok dalam ajara islam. Keduanya
merupakan hal sentral yang menjadi jantung umat islam. Karena seluruh
bangunan doktrin dan sumber keilmuan islam terinspirasu dari dua hal pokok
tersebut. Kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber utama dan pertama bagi
penetapan hukum. Al-Qur’ann berisi tentang akidah, ibadah, peringatan, kisah-
kisah yang dijadikan acuan dan pedoman hidup bagi umat Nabi Muhammad
SAW. Sedangkan hadis merupakan sumber hadis merupakan sumber ajaran
islam kedua setelah Al-Qur’an.

Semakin banyaknya permasalahan yang timbul di abad ini merupakan


tantangan tersendiri bagi hukum islam. Dan tantangan ini membuat banyak
pemikir muslim yang peduli akan masa depan hukum islam mengadakan
langkah inovtif terhadap karya-karya ulama terdahulu. Langkah inovatif inilah
yang disebut sebagai ijtihad. Karena dengan adanya ijtihad ini akan
menunjukkan bahwa hukum islam itu luas dan luwes.

14
DAFTAR PUSTAKA

Agustiawan, M. N. SPIRITUALISME DALAM ISLAM. Spiritual Islam , 4-7.

Dr. H. Abd. Rozak, M., & Drs. H. Ja'far, M. (2019). STUDI ISLAM DI
TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK ISLAM RAHMATAN
LIL'ALAMIN. Tangerang Selatan: Yayasan Asy Syariah Modern
Indonesia.

Jumala, N. (2019). MODERASI BERPIKIR UNTUK MENEMPATI


TINGKATAN SPIRITUAL TERTINGGI DALAM BERAGAMA.
Volume 21 Nomor 2, 4-8.

Maimun. (2013). REORIENTASI IJTIHAD KONTEMPORER: ANALISIS


HUKUM ISLAM. XI, Nomor 2, 3-8.

Rozak, A., & Ja'far. (2019). STUDI ISLAM DITENGAH MASYARAKAT


MAJEMUK. Tangerang Selatan: Yayasan asy Syariah Modern
Indonesia.

Turmudi. (2014). IJTIHAD PADA MASA KONTEMPORER. Konteks


Pemikiran Islam dalam Fiqh dan Ushul Fiqh , Volume 25 Nomor 1,
3-4.

15

Anda mungkin juga menyukai