Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
( Kelompok 2 )
TAHUN 2021-2022
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “Pandangan Agama Tentang
Kematian”, ini tepat pada waktunya. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas
Mata kuliah Agama Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Kematian menurut pandangan agama.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan
dari berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Kami
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Nur Mutamakkin, MPd, selaku Dosen
pembimbing mata kuliah Agama Islam, yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membagi pengetahuannya dalam penyusunan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan segala kekurangan dalam makalah ini kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat menyempurnakan penyusunan makalah pada
masa yang akan datang.
Kelompok 2
2
KATA PENGANTAR..........................................................................................I
DAFTAR ISI..........................................................................................................I
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................3
BAB 3
PENUTUPAN......................................................................................................13
3.1 Kesimpulan..........................................................................................13
3.2 Saran.....................................................................................................13
DAFTAR PUSAKA..............................................................................................14
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
4
lebih mendalam tentang bagaimana kematian dalam pandangan agama
yang kemudian ditafsirkan oleh beberapa sudut pandang.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat diperoleh rumusan masalahnya yaitu antara lain :
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan makalah ini
sebagai berikut:
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
2.2 Perspektif Mengenai Kematian
1. Kematian Menurut Agama Islam
Pada kitab suci umat Kristen kehidupan dan kematian merupakan realitas
yang harus dijalani oleh setiap orang. (Ayub 34:14-15) menjelaskan “Jikalau
Ia menarik kembali Roh-Nya, dan mengembalikan nafas-Nya pada-Nya,
maka binasalah bersama-sama segala yang hidup, dan kembalilah manusia
kepada debu”. Kematian dijelaskan sebagai ditariknya kembali nafas
kehidupan atau roh Allah dari dalam kehidupan manusia. Manusia telah
dianggap mati saat nafas kehidupan sudah tidak ada lagi dalam tubuhnya.
Pada konteks perjanjian baru dijelaskan bahwa kematian merupakan mati
bersama Kristus dengan harapan akan bangkit Bersama Kristus. (2 Timotius
2:11) “Jika kita mati dengan Dia, kitapun akan hidup dengan Dia.”
7
(Dhammapada X:135) “bagaikan seorang penggembala menghalau sapi-
sapinya dengan tongkat ke padang rumput, begitu juga umur tua dan
kematian menghalau kehidupan makhluk-makhluk.” Tujuan akhir dari umat
Buddha adalah untuk mencapai kebebasan mutlak atau Nibbana (surga)
dengan cara membekali diri dengan perbuatan dan pikiran yang baik (kusala
citta). Dalam Maha Parinibbana Sutta, Sang Buddha memberikan nasihat
terakhirnya yaitu “segala sesuatu yang terdiri atas paduan unsur-unsur
dikodratkan akan hancur kembali. Karena itu, berjuanglah dengan sungguh-
sungguh.”
Tidak ada awal atau akhir kehidupan pada ajaran Hindu, jiwa menjalani
kehidupan yang berbeda dan mengalami kematian beberapa kali hingga
akhirnya mencapai pembebasan Moksa (kebebasan dari ikatan duniawi) dari
siklus kematian dan kelahiran. Gautam dan Nijhawan (seperti dikutip Pandya,
2018) menemukan dalam penelitian mereka bahwa konsep kematian pada
penganut agama Hindu didasari dari filosofi Gita bahwa jiwa dianggap abadi.
Pada Gita bab 2, bait 23 menjelaskan “jiwa tidak akan pernah bisa terpotong-
potong oleh senjata apa pun, tidak dapat dibakar oleh api, tidak dapat hanyut
oleh banjir atau dibasahi air, atau layu oleh angin. Bhagawat Gita berkata,
“semua yang dilahirkan harus mati, semua yang mati harus dilahirkan
kembali dan Anda tidak perlu khawatir tentang peristiwa ini”.
8
tanah. Badan jasad turun ke bawah; dan semangat/jiwa ruhnya yang
berkesadaran itu naik ke atas.”
a. Tipe Linear
b.Tipe Divergen
C.Tipe Konvergen
9
Penyebab kematiannya adalah berbagai keadaan patologi pada tubuh
yang menyebabkan kerusakan organ vital. Contoh : Emfisema disertai
Bronkitis kronik dan meninggal karenanya.
D.Tipe Kompleks
10
kematian yang berupa penyakit, kelaparan, tenggelam, terbakar, dan
lainnya, niscaya dia pasti mengalami ketuaan sampai meninggal dunia.
Kedua, asal penciptaan manusia tidak terlepas dari musibah, bencana dan
penyakit.
Jika seseorang tidak tertimpa semua muisbah itu, dan ini sangat jarang
terjadi, pasti akan ditimpa penyakit paling ganas yang tidak ada obatnya,
yaitu ketuaan. Intinya, dunia adalah penjara seorang mukmin dan surga
orang kafir. Sehingga sepantasnya seorang Mukmin bersabar menghadapi
keputusan Allâh, ridha terhadap yang ditakdirkan dan diputuskan Allâh
Dari Abu Sa’id al-Khudri ra. , bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Sesungguhnya Allâh tidak menurunkan penyakit atau tidak
menciptakan penyakit kecuali menurunkan atau menciptakan obat
untuknya. Orang yang telah mengetahuinya dia mengetahui, orang yang
tidak mengetahuinya dia tidak mengetahuinya, kecuali as-saam”. Para
sahabat bertanya, “Apakah as-saam itu?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab, “Kematian”. [HR al-Hâkim]
Sehebat apapun seseorang, pasti tidak ada yang tahu kapan dia akan mati.
Bisa saja ketika baru lahir, saat anak-anak, remaja, ataupun saat sudah tua.
Yang kedua ialah tempat kematian. Satu makhluk hidup didunia ini tidak
ada yang tahu dimana tempat dia akan mati. Jika tahu pun, pasti dia akan
menjauhi tempat itu. Dan yang terakhir ialah cara kematian itu terjadi.
11
Dari rahasia-rahasia Allah SWT tentang kematian, menjadikan tanda-tanda
kebesaran Allah Subhanallahu wa ta’ala semakin nyata. Sebab, jika ketiga
hal itu tak dirahasiakan Allah, mungkin semua orang pasti tidak akan ada
yang percaya bahwa Tuhan itu ada.
12
Al-Imam Ibnu Katsir berkata: “Ini adalah berita dari Allah tentang keadaan
orang yang sekarat dan tentang apa yang dia rasakan berupa kengerian serta
rasa sakit yang dahsyat (mudah-mudahan Allah meneguhkan kita dengan
ucapan yang teguh, yaitu kalimat tauhid di dunia dan akhirat). Allah
mengabarkan bahwasanya ruh akan dicabut dari jasadnya, hingga tatkala
sampai di tenggorokan, dia meminta tabib yang bisa mengobatinya. Siapa
yang bisa meruqyah?
Kemudian, keadaan yang dahsyat dan ngeri tersebut disusul oleh keadaan
yang lebih dahsyat dan lebih ngeri berikutnya (kecuali bagi orang yang
dirahmati Allah ). Kedua betisnya bertautan, lalu meninggal dunia.
Kemudian dibungkus dengan kain kafan (setelah dimandikan). Mulailah
manusia mempersiapkan penguburan jasadnya, sedangkan para malaikat
mempersiapkan ruhnya untuk dibawa ke langit.
3. Dalam alam barzakh, di sini ruh bergabung dengan jasad untuk menerima
pertanyaan kubur dan secara masing-masing (ruh dan jasad) merasakan
siksa atau bahagia.
4. Yang paling akhir yaitu dalam surga atau neraka. Di surga jiwa tidak
diwajibkan melakukan tugas-tugas, termasuk tugas ibadah dan tidak
meninggalkan sisa berupa kotoran saat makan dan minum.
13
Kematian tidak dapat dicegah dan dielakkan.Umur seseorang ada
yang dipanjangkan dan sebaliknya dipendekkan.Islam menganjurkan dalam
menyikapi kematian sebagai sesuatu yang lazim terjadi,atau hal biasa,dan
bahkan harus terjadi.Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat Al-Imran
ayat 185:
Oleh karena itu, bagi orang yang berakal sehat tentu akan mengambil
pelajaran dari fenomena yang ia saksikan. Terlebih fenomena tersebut telah
disampaikan oleh orang yang terpercaya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Maka sepantasnya ia segera kembali kepada Allah dan bertaubat
kepada-Nya, sebelum kematian itu menjemputnya.
14
Dan setelah memahami adanya kematian, maka hendaknya kita
mempersiapkan diri dengan bersegera menyambut seruan Allah untuk
melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi semua laranganNya. Dan
perintah Allah yang paling utama adalah memurnikan tauhid kepada-Nya
semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, baik dalam masalah
ibadah dan pengabdian, juga dalam masalah ketaatan dan ketundukan kepada
syariat-Nya.
15
Betapa pentingnya mengunjungi orang sakit itu dapat terlihat dalam
hadits qudsi berikut ini. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah
berfirman pada hari kiamat: “Hai anak Adam, Aku sakit, kenapa
kamu tidak datang mengunjungi-Ku?” Anak Adam menjawab: “Ya
Tuhan, bagaimana aku akan mengunjungi-Mu sedangkan Engkau
adalah Tuhan Semesta Alam?” Allah berfirman: “Tidaklah kamu
tahu bahwa si Fulan hamba-Ku sakit, kenapa kamu tidak
mengunjunginya? Tahukah kamu, jika kamu mengunjunginya
niscaya kamu akan menemui-Ku di sisinya…” (HR. Muslim).
3. Mengiringkan Jenazah.
4. Berziarah Kubur.
16
BAB III
PENUTUP
17
3.1 Kesimpulan
Kematian berasal dari kata mati atau maut, dari banyaknya istilah
tentang mati atau kematian yang disebutkan dalam Al-Quran semuanya memiliki
makna kemusnahan dan kehilangan total ruh dan jasad, terputusnya hubungan
antara
ruh dan badan, atau terhentinya budi daya manusia secara total. Salah satu di
antaranya pasti menimpanya, tidak ada pilihan. Karena sesungguhnya sifat
kematian itu ada dua, yang satu adalah tiba-tiba, yang kedua adalah tidak bisa
dihindari
Proses kematian merupakan proses yang panjang dan berangsur-angsur
dengan disertai tanda-tanda yang menunjukkan pada kematian. Meskipun tidak
semua manusia mengalami tanda-tanda yang sama dan dengan urutan yang sama.
Pada awalnya, kriteria kematian adalah berhentinya pernapasan dan detak jantung,
banyak faktor yang menjadi penyebab kematian menghadang manusia. Sebelum
kematian menghampiri kita, kita akan menghadapi yang namanya sakaratul maut.
Sakaratul maut berarti orang yang sedang dimabuk dengan masa-masa
kematiannya. Kematian tidak dapat dicegah dan dielakkan, umur seseorang ada
yang dipanjangkan dan sebaliknya dipendekkan. Islam menganjurkan dalam
menyikapi kematian sebagai sesuatu yang lazim terjadi, atau hal biasa, dan
bahkan harus terjadi.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
18
Anindita,Adelia. Isyarat Ilmiah Pada Proses Kematian Manusia dalam
Al-Quran,(Skripsi UIN Raden Intan Lampung).2020
http://repository.radenintan.ac.id/9804/2/SKRIPSI%201.pdf
Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun XVI/1434H/2013.
Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi
Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo
Referensi: https://almanhaj.or.id/4058-seribu-satu-sebab-kematian-
manusia.html
Dr.Sahmiar, M.Ag. (2016) . Islam untuk Fakultas Ilmu Kesehatan
Masyarakat dan Kebidanan. Rantauparat : CV. Putra Maharatu
Latif,Umar. Konsep Mati dan Hidup Dalam Islam (Pemahaman
Berdasarkan Konsep Eksatologis). Jurnal Al-Bayan,Vol.22, No.34 Juli –
Desember 2016
Maulana, M Fajar. UNIKOM, Pembelajaran Mengenai Kematian Untuk
Anak-anak.2019
https://elibrary.unikom.ac.id/id/eprint/2430/8/UNIKOM_Muhammad
%20Fadjar%20Maulana_10.%20BAB%20II%20Pembelajaran
%20Mengenai%20Kematian%20Untuk%20Anak-Anak.pdf
Penjelasan Ustaz Oemar Mita dilansir dari Channel youtube Zona
Informasi, Ahad (06/12/2020). https://muslim.okezone.com/alquran
Setiadi,Ozi. Kematian Dalam perspektif Al-Quran. Jurnal Al-
Ashriyyah,Vol 4,No 1 Oktober 2017
Sofwan, Nurkholis. Pendekatan Sastra dalam Kisah-kisah Al-Quran
Perspektif Muhammad Ahmad Khalafullah. Jurnal Al-Ashriyyah,
Vo.6,No.2 Oktober 2020
19