Disusun Oleh:
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................................1
BAB I.......................................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................................2
A. Latar Belakang...........................................................................................................2
B. Rumusan Masalah......................................................................................................3
C. Tujuan.........................................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.....................................................................................................................4
A. Sang Buddha; Pengertian dan Sejarah.....................................................................4
B. Perkembangan Agama Buddha.................................................................................6
C. Sistem Ketuhanan dan Pokok Ajaran Buddhisme...................................................8
BAB III..................................................................................................................................11
PENUTUP.............................................................................................................................11
A. Kesimpulan...............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................12
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kesempatan kali ini penulis tidak bermaksud untuk membahas secara
mendalam mengenai konsep ketuhanan agama Buddha, melainkan hal-hal mendasar
seperti apa yang tertulis berikut ini.
1
Khairiah, Agama Buddha (Yogyakarta: Kalimedia, 2018)., hlm. 49-50.
3
B. Rumusan Masalah
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memahami secara garis besar
mengenai konsep teologi agama Budhha. Harapan penulis dengan adanya makalah ini,
khususnya penulis dan umumnya pembaca yang budiman dapat menemukan
pemahaman tentang titik temu agama secara teologis, juga peran pendiri agama tersebut
dalam sudut pandang sosiologis.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sang Buddha; Pengertian dan Sejarah
Secara etimologi, Buddha berasal dari kata ‘buddh’ yang berarti bangun atau
bangkit (awakened), yang kemudian muncul berbagai macam pengertian, seperti;
wisdom, consciousness, awareness, dan beberapa arti lainnya.2 Dari kata tersebut
kemudian muncul istilah Buddha yang berarti “yang sudah mencapai pencerahan”
(Enlightened One, Awakened One).
Agama Buddha atau Buddhisme merupakan ajaran yang lahir di India yang
disandarkan pada ajaran Siddhartha Gautama. Ia lahir sekitar abad ke-6 SM (Sebelum
Masehi) tepatnya pada tahun 563 SM4 di sebuah kota kecil bernama Lumbini yang
berada di sekitar kaki pegunungan Himalaya (perbatasan India-Nepal). Memiliki nama
kecil Siddhartha, dan Gautama adalah nama keturunan. Ayahnya merupakan seorang
raja dari suku Sakya. Siddharta dikenal juga dengan julukan Sakyamuni (orang bijak
dari suku Sakya). Pada usia 16 tahun, ia menikah dengan seorang putri dari kerajaan
tetangga dan dikaruniai seorang putra.
2
Matius Ali, Filsafat Timur: Pengantar Hinduisme & Buddhisme (Jakarta: Sanggar Luxor,
2013)., hlm. 101-102.
3
Ibid., hlm. 128
4
Sumber lain mengatakan ia lahir pada tahun (546–324 SM), lihat; Khairiah, Agama Buddha.
5
Ali, Filsafat Timur: Pengantar Hinduisme & Buddhisme.
5
1) Dilihatnya orang tua yang beruban, gigi yang mulai berkurang (ompong),
wajah keriput, dan tubuh yang tidak lagi tegak.
2) Dilihatnya orang yang sedang sakit dan dalam kondisi sekarat.
3) Dilihatnya upacara kematian, dimana banyak orang berduka-cita.
4) Dirinya melihat seorang petapa dengan tubuh dan kepala penuh debu,
mengembara mencari pencerahan.
Saat dirinya bangkit dari pertapaannya, ia tidak mampu untuk menopang dirinya
sendiri yang membuatnya jatuh pingsan. Siddhartha kemudian ditolong oleh seorang
pemuda gembala yang sedang lewat. Ketika Siddhartha sadar dari pingsannya, ia segera
meminum air yang diberikan oleh pemuda tadi, dan akhirnya secara perlahan
6
I Komang Suastika Arimbawa dan G. Arya Anggriawan, “Perkembangan Ajaran Buddha
Dalam Trilogi Pembebasan,” SANJIWANI: Jurnal Filsafat 11, no. 1 (2020): 24–40., hlm. 26-27.
6
kesehatannya pulih kembali. Siddharta pun akhirnya meninggalkan kehidupan yang
menyiksa diri. Ia telah membuktikan bahwa asketisme ekstrm tidak akan membawa
seseorang kepada kebahagiaan abadi; jalan pembebasan; pencerahan sempurna. Setelah
itu dirinya memutuskan untuk menempuh jalan tengah (the middle way), yakni dengan
cara tidak memanjakan diri dalam kemewahan dan dengan laku meditasi yang tidak
sampai menyiksa diri secara ekstrem.7
Setelah melakukan meditasi jalan tengah selama 49 hari, di bawah pohon bodhi
di Bodhgaya, akhirnya Siddhartha Gautama mencapai pencerahan sempurna. Tepatnya
pada umur 35 tahun dirinya mencapai titik pencerahan dan menjadi Sang Buddha.
Setelah mendapatkan pencerahan, dirinya Kembali ke kampung halamannya dan
mengajarkan tentang Dharma untuk mencapai pencerahan. Selama 45 tahun dirinya
mengajar, dan pada akhirnya ia meninggal pada usia 80 tahun (483 SM).8
Setelah wafatnya Sang Buddha, ajarannya diturunkan secara lisan oleh para
siswa Buddha yang terkumpul dalam komunitas Sangha, sesuai dengan tradisi lisan
India jauh sebelum masa Sang Buddha. Sebelum 250 SM, Sangha telah menyusun
ajaran-ajaran Sang Buddha secara sistematis ke dalam tiga kitab suci (Tri-pitaka; tiga
keranjang), yang ditulis dalam bahasa pali. Tiga keranjang tersebut terdiri dari:9
- Vinaya Pitaka (keranjang disiplin), yang berisi aturan-aturan dan kebiasaan Sang
Buddha.
- Sutta Pitaka (keranjang ajaran/dharma), yang berisi ceramah-ceramah dan
ungkapan Sang Buddha.
- Abidhamma Pitaka (keranjang dharma yang lebih tinggi), yang berisi
pembahasan tentang filsafat mengenai hakikat dan tujuan hidup manusia.
7
Ibid.
8
Ali, Filsafat Timur: Pengantar Hinduisme & Buddhisme., hlm 129.
9
Sasanasena Seng Hansen, Tradisi Utama Buddhisme, ed. Willy Yandi Wijaya (Yogyakarta:
Vidyasena Production, 2008)., hlm. 4.
10
Ibid., hlm. 5.
7
oleh umat Buddha tanpa perlu tahu mengenai siapa penulis kitab yang berisi ajaran
Sang Buddha. Yang jelas, isi ajaran-ajaran dalam Tripitaka diperuntukkan untuk dilihat
dari dekat, dipraktikkan dalam kehidupan seseorang sehingga mereka dapat
membuktikannya sendiri apabila membawa hasil yang sesuai. Para praktisi Buddhis
menganggap hal ini bukanlah masalah, karena yang demikianlah yang disebut dengan
kebenaran, yakni hasil dari apa yang mereka amalkan dari ajaran-ajaran tersebut.
11
I Komang Suastika Arimbawa dan G. Arya Anggriawan, “Perkembangan Ajaran Buddha
Dalam Trilogi Pembebasan.”, hlm. 24.
12
Ali, Filsafat Timur: Pengantar Hinduisme & Buddhisme., hlm. 156-157.
8
ingin mencapai pencerahan individual, tapi juga untuk orang lain dan semua makhluk. 13
Bodhissatwa adalah mereka yang telah mencapai pintu gerbang Nirvana14 namun
menolak untuk masuk karena ingin menyelamatkan orang lain yang masih terjebak
dalam penderitaan.
Pada dasarnya Buddhisme tidak dapat dikatakan murni sebagai agama, karena
dalam ajarannya sendiri tidak ditujukan untuk menyembah apa yang umumnya disebut
sebagai Tuhan. Buddhisme sendiri berisi tentang rumus-rumus yang harus dilakukan
oleh para siswa Buddha untuk mencapai keBuddhaan. Ritual-ritual yang dilakukan oleh
umat Buddha di kuil atau vihara tidak bertujuan untuk menyembah atau mengabdi
kepada Tuhan, melainkan sebagai penghormatan kepada Sang Buddha ataupun dewa-
dewa.15
Dalam konteks ini, Buddhisme sendiri mungkin hanya dapat dikatakan sebagai
falsafah hidup (philosophy of life) yang mana di dalamnya memuat beberapa ajaran
mengenai budi pekerti, moral, jalan pembebasan, yang tujuannya adalah untuk
mencapai Nirvana.
“Ketahuilah para bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang
Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu,
apabila tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak
Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari
13
Ibid., hlm. 160.
14
Secara bahasa Nirvana memiliki arti ‘kekosongan’, istilah Nirvana digambarkan sebagai
kondisi kesadaran yang diliputi ketenangan absolut dan kedamaian sempurna yang dicapai dengan cara
melenyapkan ego., Ibid., hlm. 144-145.
15
Khairiah, Agama Buddha., hlm. 40.
16
Ibid., hlm. 49.
9
kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi
para bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang
Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari
kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.” —
Sutta Pitaka, Udana VIII : 3
Sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta,
Yang Mutlak, dalam bahasa Pali adalah “Atthi Ajatang Abhutang Akatang Asamkha-
tang”. Dalam hal ini realitas Tuhan tidak dapat digambarkan dengan cara apapun,
ketuhanan Yang Maha Esa adalah sesuatu yang tanpa aku (anatta), Dia mutlak adanya
tanpa perlu penjalasan apapun.
Maka, tujuan akhir yang ditempuh oleh para bikkhu dalam perjalanan spiritual
keBuddhaan adalah untuk mencapai Nirvana atau pencerahan. Sebuah keadaan dunia
kebahagiaan sempurna dan kedamaian absolut yang tidak dapat dipahami oleh siapapun
yang belum mencapainya.
10
metafisika, melainkan tentang apa yang harus ditempuh melalui pengalaman secara
langsung yang dikatakan sebagai sebuah jalan menuju pencerahan. Dalam kitab-kitab
tersebut diantaranya berisi penjelasan mengenai “empat kebenaran mulia”, keempat
kesunyataan tersebut adalah18:
Umat Buddha percaya bahwa jika beberapa hal mendasar tersebut tidak dijalani,
maka siapapun akan terus mengalami reinkarnasi dan hidup dalam penderitaan.
18
Ibid., hlm. 130-132.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Agama Buddha atau Buddhisme merupakan ajaran yang lahir di India yang
disandarkan pada ajaran Siddhartha Gautama. Ia lahir sekitar abad ke-6 SM (Sebelum
Masehi) tepatnya pada tahun 563 SM di sebuah kota kecil bernama Lumbini yang
berada di sekitar kaki pegunungan Himalaya (perbatasan India-Nepal). Memiliki nama
kecil Siddhartha, dan Gautama adalah nama keturunan. Ayahnya merupakan seorang
raja dari suku Sakya. Siddharta dikenal juga dengan julukan Sakyamuni (orang bijak
dari suku Sakya).
Ajaran-ajaran Sang Buddha secara sistematis ke dalam tiga kitab suci (Tri-
pitaka; tiga keranjang), yang ditulis dalam bahasa pali. Tiga keranjang tersebut terdiri
dari:
- Vinaya Pitaka (keranjang disiplin), yang berisi aturan-aturan dan kebiasaan Sang
Buddha.
- Sutta Pitaka (keranjang ajaran/dharma), yang berisi ceramah-ceramah dan
ungkapan Sang Buddha.
- Abidhamma Pitaka (keranjang dharma yang lebih tinggi), yang berisi
pembahasan tentang filsafat mengenai hakikat dan tujuan hidup manusia.
12
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Matius. Filsafat Timur: Pengantar Hinduisme & Buddhisme. Jakarta: Sanggar
Luxor, 2013.
I Komang Suastika Arimbawa, dan G. Arya Anggriawan. “Perkembangan Ajaran
Buddha Dalam Trilogi Pembebasan.” SANJIWANI: Jurnal Filsafat 11, no. 1
(2020): 24–40.
Khairiah. Agama Buddha. Yogyakarta: Kalimedia, 2018.
Sasanasena Seng Hansen. Tradisi Utama Buddhisme. Diedit oleh Willy Yandi Wijaya.
Yogyakarta: Vidyasena Production, 2008.
13