Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AGAMA ISLAM

BAGAIMANA MANUSIA BERTUHAN

KELOMPOK 1

Aditya Abdan Nayif (143231049)


Akbar Ali Subandoni (125231059)
Laksmi Angelita (112231027)
Maulida Guida (007231017)
Nadya Nathalie H. (191231043)
Ninggar Febriyanti Irawan (172231043)
Shafa Fauziyah Riandhy (184231043)
Syifa Shayla M. S (144231045)

UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Pendidikan
Agama Islam Dan tak lupa sholawat serta salam tetap tecurahkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW yang telah menuntun kita dari jalan yang gelap gulita menuju
jalan yang terang dengan membawa agama yang sempurna yakni addinul islam.
Makalah yang kami susun ini menjelaskankan tentang Pendidikan Agama Islam
yang terdiri dari berbagai bahasan. Makalah yang berjudul "BAGAIMANA
MANUSIA BERTUHAN" ini juga bertujuan agar kita mengetahui tentang materi
Bagaimana Manusia Bertuhan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar yang dengan kesabaran
dan kelebihannya telah mengajar kami serta teman teman yang telah membantu
kami.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat memberikan wawasan yang
luas bagi pembaca. Terima kasih.
Hormat Kami,

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...2
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...3
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………..3
1.2 Tujuan Umum………………………………………………………………...3
1.3 Tujuan Khusus………………………………………………………………..3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………4
BAB III STUDI KASUS…………………………………………………………5
BAB IV PEMBAHASAN KASUS………………………………………………7
2.1 Konsep Manusia dalam Bertuhan…………………………………………….7
2.2 Pentingnya Spiritualitas dalam Diri Manusia………………………………...8
2.3 Hadits dan Ayat Al-Qur'an yang Menjadi Dasar Konsep Manusia Bertuhan...9
BAB V PENUTUP………………………………………………………………10
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………….10
3.2 Saran………………………………………………………………………...10
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………....11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai makhluk pengganti (khalifah), manusia dihadirkan membawa tugas


yang memiliki kedudukan yang sangat mulia. Tugas tersebut sebenarnya
pernah ditawarkan kepada beberapa makhluk walau pada akhirnya terdapat
penolakkan mengingat beban tugas yang akan diterima dirasa begitu berat
dengan konsekuensi yang sangat besar. Manusia dengan segala kekurangannya
menerima titah Tuhan tersebut.

Manusia adalah makhluk Tuhan yang serba ingin tahu karena Tuhan
menciptakan manusia dengan kecerdasan akal fikirannya sehinga dapat
menggali kehidupannya di alam semesta. Manusia yang hidup di alam semesta
ini, dengan berbagai bentuk kehidupannya ada yang bahagia dan ada pula yang
sengsara, ada pula yang beragama dan ada pula yang tak beragama, ada yang
bertuhan dan ada pula yang tak bertuhan. Pada makalah ini kami berusaha
mengeksplorasi lebih tematik konsep bagaimana manusia sebagai makhluk
bertuhan.

1.2 Tujuan Umum

Secara umum, pembuatan makalah ini memiliki tujuan untuk lebih mengenal
pengembangan dan konseptual Karakteristik Manusia Sebagai Makhluk
Bertuhan.

1.3 Tujuan Khusus

Tujuan dibentuknya makalah ini adalah untuk memberikan informasi mengenai


bagaimana manusia bertuhan sekaligus mengetahui bahwa manusia
membutuhkan spiritualitas untuk mengembalikan dan mempertahankan
keyakinan, menjalin hubungan baik dengan Allah, serta mencapai kehidupan
yang lebih bermakna. Serta memahami dan dapat juga mengimplementasikan
bagaimana cara-cara manusia dalam mengimani tuhan dengan mempercayai
dan meyakini dalam sepenuh hati bahwa Allah itu ada (wujudnya). Mengetahui
bagaimana manusia bertuhan menurut pengetahuan benar secara konseptual
atau secara empiris terkait esensi dan nilai-nilai spiritualitas. Sekaligus
memberikan pengetahuan bagaimana cara manusia dalam mengimani Tuhan
dengan bijaksana. Dan tujuan terakhir dalam sesi ini adalah memberi tahu lalu
mengenalkan ayat ayat Al-Qur'an serta hadist yang berhubungan dengan
penjelasan mengapa manusia harus bertuhan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pandangan Filosofis tentang Bertuhan


Dalam pemikiran filosofis, manusia sering dianggap sebagai makhluk yang mencari
makna dalam kehidupan. Karya-karya seperti "Man's Search for Meaning" karya
Viktor Frankl menggambarkan upaya manusia untuk mencari makna dalam
pengalaman hidupnya.
Perspektif Agama
Berbagai agama memiliki pandangan unik tentang bagaimana manusia bisa
bertuhan. Dalam Kekristenan, konsep hubungan pribadi dengan Tuhan dan
pemuasan rohani sangat penting. Di agama Hindu, konsep Dharma dan Moksha
menyoroti bagaimana manusia dapat mencapai keselarasan dengan alam semesta.
Psikologi dan Pertumbuhan Pribadi
Psikologi manusia juga memiliki pandangan tentang pertumbuhan spiritual.
Psikolog seperti Abraham Maslow mengemukakan bahwa pertumbuhan pribadi
mencakup tahap-tahap seperti aktualisasi diri, di mana individu merasa terhubung
dengan yang lebih besar daripada diri mereka sendiri.
Budaya dan Kehidupan Sehari-hari
Dalam budaya dan kehidupan sehari-hari, manusia mengekspresikan aspek-aspek
keagamaan dan spiritual melalui ritual, meditasi, dan praktik-praktik lainnya. Ini
mencerminkan upaya untuk mencapai bertuhan dalam konteks budaya mereka.
Penelitian Ilmiah tentang Kesejahteraan Spiritual
Beberapa penelitian ilmiah juga telah mencoba mengukur kesejahteraan spiritual
dan hubungannya dengan kesejahteraan umum manusia. Hasil penelitian ini dapat
memberikan wawasan tentang bagaimana bertuhan memengaruhi aspek-aspek
kehidupan manusia.
BAB III
STUDI KASUS

Perjalanan Menuju Bertuhan

Sarah adalah seorang wanita berusia 32 tahun yang memiliki karier yang sukses dan
hidup dalam keluarga yang stabil. Namun, selama beberapa tahun terakhir, dia
merasa ada yang kurang dalam hidupnya dan mencari makna yang lebih dalam.
Sarah adalah seorang individu yang sangat rasional dan sebelumnya jarang terlibat
dalam aktivitas spiritual atau agama.

Proses Menuju Bertuhan :


Krisis Pribadi : Awalnya, perasaan kekosongan dalam hidup Sarah muncul setelah
mengalami krisis pribadi yang membuatnya meragukan makna hidupnya. Dia
merasa stres, kehilangan arah, dan mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
filosofis tentang eksistensi dan makna kehidupan.
Pencarian Makna : Sarah mulai membaca buku-buku tentang filosofi, psikologi,
dan spiritualitas. Dia juga mulai meditasi sebagai cara untuk merenung dan
menjernihkan pikirannya. Ini adalah langkah awal dalam prosesnya menuju
bertuhan, mencari pemahaman yang lebih dalam tentang dirinya dan alam semesta.
Explorasi Agama dan Spiritualitas : Sarah memutuskan untuk mengunjungi
berbagai tempat ibadah dan bergabung dalam kelompok diskusi spiritual. Dia
bertemu dengan orang-orang yang berbagi pandangan dan nilai-nilai yang sejalan
dengan pencariannya. Ini membantu dia membuka diri terhadap dimensi spiritual.
Pengalaman Spiritual : Suatu hari, saat meditasi, Sarah merasa pengalaman yang
mendalam. Dia merasa hubungan yang kuat dengan sesuatu yang lebih besar
daripada dirinya sendiri, seperti momen pencerahan. Ini merupakan titik balik
dalam perjalanannya menuju bertuhan.
Penerimaan dan Integrasi : Setelah pengalaman spiritual tersebut, Sarah mulai
mempraktikkan spiritualitas dalam kehidupan sehari-harinya. Dia menjadi lebih
baik dalam menjalani nilai-nilai seperti kasih, kedermawanan, dan empati. Ini
memberikan arti dan tujuan baru pada hidupnya.

Hasil :
Sarah mengalami perubahan signifikan dalam kehidupannya. Dia menemukan
makna yang lebih dalam dan perasaan kedamaian yang lebih besar melalui proses
menuju bertuhan ini. Selain itu, hubungannya dengan orang lain dan dirinya sendiri
juga mengalami perbaikan yang signifikan. Proses ini memberikan arti yang lebih
dalam pada kehidupannya dan membantunya merasa lebih bersyukur dan puas.
Studi kasus ini mencerminkan bagaimana seseorang bisa mengalami proses
bertuhan melalui perjalanan pribadi yang melibatkan pencarian makna, eksplorasi
spiritual, pengalaman mendalam, dan integrasi nilai-nilai spiritual dalam
kehidupan sehari-hari.
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

2.1 Konsep Manusia dalam Bertuhan

Dalam perspektif Islam, spirit sering dideskripsikan sebagai jiwa halus yang
ditiupkan oleh Tuhan ke dalam diri manusia. Al-Qusyairi dalam tafsirnya
Lathā`if al-Isyārat menunjukkan bahwa roh memang lathīfah (jiwa halus) yang
ditempatkan oleh Tuhan dalam diri manusia sebagai potensi untuk membentuk
karakter yang terpuji. Roh merupakan fitrah manusia, dengan roh manusia
mampu berhubungan dengan Tuhan sebagai kebenaran sejati (al-ḫaqīqah).
Karena adanya roh, manusia mempunyai bakat untuk bertuhan, artinya rohlah
yang membuat manusia mampu mengenal Tuhan sebagai potensi bawaan sejak
lahir. Dengan adanya roh, manusia mampu merasakan dan meyakini
keberadaan Tuhan dan kehadiran-Nya dalam setiap fenomena di alam semesta
ini. Atas dasar itulah, sebenarnya manusia memiliki fitrah sebagai manusia
yang bertuhan.

Roh manusia menurut Islam adalah suci, karena ia adalah karunia Ilahi yang
dipancarkan dari Zat Tuhan. Roh bersemayam di dalam hati (qalb) sehingga
dari hati terpancar kecerdasan, keinginan, kemampuan, dan perasaan. Ketika
hati ditempati roh, maka hati menjadi bersinar dan memancarkan cahaya
kebaikan Tuhan. Hati yang terpancari oleh kebaikan Tuhan disebut dengan hati
nurani (hati yang tercahayai). Hati yang mengalami keredupan cahaya roh
disebut dengan hati yang gelap (qalb zhulmānī). Ketika manusia memiliki hati
yang gelap, ia menjadi sulit untuk tetap terhubung dengan kebenaran sejati
yang universal. Akibatnya, manusia menjadi mudah untuk berbuat maksiat dan
keburukan. Roh (spirit) membuat manusia dapat mengalami pengalaman batin
atau sering pula disebut dengan pengalaman rohani dan setiap manusia tentu
mengalami pengalaman-pengalaman rohani yang beraneka ragam.

Melalui kajian neurosains, bakat bertuhan dapat dicari jejaknya dalam bagian-
bagian otak yang diangap terkait dengan kecerdasan spiritual. Paling tidak
terdapat empat penelitian di bidang neurosains yang mendukung hipotesis
bahwa dalam diri manusia terdapat hardware Tuhan :

1. Penelitian terhadap osilasi 40 hz yang kemudian melahirkan kecerdasan


spiritualnya Danah Zohar.
2. Penelitian tentang alam bawah sadar yang melahirkan teori tentang suara
hati dan EQ.
3. Penemuan God spot dalam temporal di sekitar pelipis.
4. Kajian tentang somatic maker.
Bagaimana Tuhan Disembah oleh Masayarakat dalam Perspektif
Sosiologis?
Konsep tentang kebertuhanan sebagai bentuk ekspresi kolektif suatu komunitas
beragama merupakan wilayah pembahasan sosiologi agama. Objek dari
penelitian sosiologi agama adalah masyarakat beragama yang memiliki
kelompok kelompok keagamaan. Seperti, kelompok Kristen, Islam, Buddha,
dan lain-lain. Sosiologi agama memang tidak mempelajari ajaran-ajaran moral,
doktrin, wahyu dari agama-agama itu, tetapi hanya mempelajari fenomena-
fenomena yang muncul dari masyarakat yang beragama tersebut. Namun
demikian, ajaran-ajaran moral doktrin, wahyu dapat dipandang sebagai
variabel-variabel yang mempengaruhi fenomena-fenomena yang muncul
tersebut. Dalam perspektif sosiologis, sebuah komunitas akan memberikan
porsi yang besar bagi peran Tuhan dalam mengatur segala aspek kehidupan
manakala komunitas tersebut lebih banyak dikendalikan oleh common sense.
Itulah sebabnya di kalangan masyarakat primitif atau yang masih terbelakang
dalam pendidikannya, berbagai hal biasanya disandarkan kepada kekuatan
supranatural tersebut. Penjelasan tentang fenomena alam dan sosial seringkali
dibingkai dalam mitos. Pendek kata, dalam masyarakat yang belum maju
tingkat pendidikannya, setiap permasalahan selalu dikaitkan dengan Tuhan.

Konsep tentang Tuhan dalam Perspektif Teologis


Dalam perspektif teologis, masalah ketuhanan, kebenaran, dan keberagamaan
harus dicarikan penjelasannya dari sesuatu yang dianggap sakral dan
dikultuskan karena dimulai dari atas (dari Tuhan sendiri melalui wahyu-Nya).
Artinya, kesadaran tentang Tuhan, baik-buruk, cara beragama hanya bisa
diterima kalau berasal dari Tuhan sendiri. Tuhan memperkenalkan diri-Nya,
konsep baik-buruk, dan cara beragama kepada manusia melalui berbagai
pernyataan, baik yang dikenal sebagai pernyataan umum, seperti penciptaan
alam semesta, pemeliharaan alam, penciptaan semua makhluk, maupun
pernyataan khusus, seperti yang kita kenal melalui firman-Nya dalam kitab
suci, penampakan diri kepada nabi-nabi, bahkan melalui inkarnasi menjadi
manusia dalam dogma Kristen. Tuhan juga memberi petunjuk mengenai cara
untuk menyembah dan beribadah kepada-Nya. Semua hal ini dapat terjadi
karena Tuhan yang memulainya. Tanpa inisiatif dari atas (dari Tuhan), manusia
tidak dapat beriman, beribadah, dan beragama.

2.2 Pentingnya Spiritualitas dalam Diri Manusia

Spiritualitas merupakan upaya manusia dalam menemukan harapan, arti, dan


ketenangan dalam hidup. Spiritualitas menjadi bagian terpenting dalam
kehidupan manusia karena mendorong seseorang untuk menjadi pribadi yang
lebih baik dan menemukan esensi dalam memaknai hidup. Setiap orang
mempunyai tingkat spiritualitas yang berbeda-beda. Adakalanya seseorang
mengalami peningkatan dan penurunan spiritualitas. Ketika seseorang
mengalami tingkat spiritualitas yang tinggi di dalam dirinya maka mereka akan
merasakan ketenangan jiwa, yaitu mampu menyesuaikan diri dalam berbagai
keadaan, terhindar dari penyakit hati atau kejiwaan, mampu menghadapi setiap
masalah, serta dapat memanfaatkan potensi yang ada dalam diri dengan sebaik-
baiknya. Sebaliknya, ketika tingkat spiritualitas seseorang menurun maka akan
menimbulkan kehampaan hati, yaitu ketidak ingatan akan tujuan hidup yang
benar dan biasanya akan menimbulkan sifat-sifat yang negatif.

Melemahnya spiritualitas disebabkan karena hilangnya hubungan baik antara


diri seseorang dengan Tuhannya yang akan menimbulkan dampak negatif
terhadap hubungan baik kepada sesama manusia dan bahkan kepada dirinya
sendiri. Melemahnya spiritualitas umat Islam dapat dilihat dari semakin
krisisnya pengetahuan tentang Allah yang ditandai dengan tidak menghadirkan
Allah di dalam hati dan setiap tingkah laku. Keadaan seperti ini banyak terjadi
pada manusia yang hidup di zaman modern. Saat ini, banyak ditemui kasus-
kasus penyimpangan seperti pencurian, perampokan, pembunuhan,
pembullyan, dan sebagainya.

Pada akhir tahun 2019, Polri mencatat adanya peningkatan jumlah kasus
kriminal di Indonesia yang mengalami peningkatan sebanyak 245 kasus
sehingga jumlah kasus menjadi 3.726. Menurut catatan kepolisian, terdapat
lima kasus yang mengalami peningkatan signifikan yaitu pencurian dengan
pemberatan, penggelapan, pencurian, perjudian, dan kejahatan narkotika.
Selain itu pada awal tahun 2020, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
mencatat adanya peningkatan jumlah kasus bullying, angkanya mencapai
2.473 laporan kasus tersebut.

Islam menginginkan umatnya senantiasa berada dalam keadaan jiwa yang


tenang supaya dapat melaksanakan tugas serta kewajiban selaku manusia
dengan sebaik-baiknya di dunia dan untuk bekal di akhirat kelak. Menurut para
sufi, apabila seseorang telah berada dekat dengan Allah maka akan merasakan
ketenangan di dalam dirinya.

2.3 Hadits dan Ayat Al-Qur'an yang Menjadi Dasar Konsep Manusia Bertuhan

Ada beberapa hadis dan ayat-ayat Al-Qur'an yang menjadi dasar bagi manusia
untuk bertuhan.

Hadis :
Hadis Riwayat al-Bukhari : Dalam riwayat al-Bukhari, Nabi Muhammad SAW.
pernah bersabda, "Siapa yang mengenali dirinya, maka dia telah mengenali
Tuhannya." Hadis ini menekankan pentingnya introspeksi diri dan pemahaman
tentang diri sendiri sebagai langkah awal menuju bertuhan.
Hadis Riwayat Muslim : Dalam riwayat Muslim, Nabi Muhammad Saw.
menggambarkan bagaimana manusia bisa dekat dengan Tuhan. "Allah
berfirman, 'Siapa yang mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal, Aku
mendekatinya sejengkal, dan siapa yang mendekatinya sejengkal, Aku
mendekatinya sehasta.'" Hadis ini menekankan pentingnya upaya manusia
untuk mendekati Tuhan.

Ayat-ayat Al-Qur'an :
Q.S. Al-Baqarah (2:186) :

"Dan jika hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka


sesungguhnya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka
selalu berada dalam kebenaran."

Q.S. Al-Ankabut (29:69) :

"Dan orang yang berjuang untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan
Kami tunjukkan kepada jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-
benar beserta orang-orang yang berbuat baik."

Ayat-ayat di atas mencerminkan pandangan Islam tentang bagaimana manusia


bisa bertuhan dengan mendekati Allah, berdoa, beriman, dan berjuang untuk
kebaikan. Ini adalah dasar-dasar yang mengilhami praktik spiritual dan
pertumbuhan pribadi dalam Islam.
BAB V
PENUTUP

3.3 Kesimpulan

Bagaimana manusia bertuhan adalah bahwa proses bertuhan adalah perjalanan


spiritual dan pribadi yang dapat membawa seseorang lebih dekat kepada Tuhan
atau dimensi spiritual dalam kehidupan mereka. Ini melibatkan pemahaman
diri yang mendalam, pencarian makna hidup, pengembangan nilai-nilai
spiritual, dan upaya untuk mendekati Tuhan.

Penting untuk diingat bahwa proses bertuhan dapat berbeda untuk setiap
individu, dan tidak ada satu cara yang benar atau salah untuk mencapainya. Hal
yang paling penting adalah kesadaran, keseriusan, dan kejujuran dalam
menjalani perjalanan spiritual ini, serta menghormati nilai-nilai dan keyakinan
yang mendorongnya. Dalam kesimpulan, bertuhan adalah perjalanan pribadi
yang dapat memperkaya kehidupan manusia dan mendekatkan mereka kepada
Tuhan atau dimensi spiritual dalam cara yang berarti bagi mereka.

3.4 Saran

Berdasarkan data yang kami dapatkan, beberapa saran yang dapat kami
sampaikan adalah, sebagai berikut :
 Menyelidiki aspek multidimensional dari hubungan manusia dengan
Tuhan yang mencakup dimensi spiritual
 Eksplorasi berbagai aliran filsafat yang telah memberikan wawasan
tentang konsep Tuhan dan hubungannya dengan manusia
 Diharapkan manusia lebih mendorong pemikiran kritis terhadap konsep
Tuhan dan kepercayaan keagamaan, termasuk eksplorasi skeptisisme dan
agnotisisme
DAFTAR PUSTAKA

Bagaimana Manusia Bertuhan. Sub bab latar belakang masalah,1-5.


https://spada.uns.ac.id/mod/resource/view.php?id=192558
Sub bab : Menelusuri Konsep Spiritualitas sebagai Landasan Kebertuhanan, 2-3;
Menggali Sumber Psikologis, Sosiologis, Filosofis, dan Teologis tentang
Konsep Ketuhanan (7-9,12) http://repository.unj.ac.id/9088/2/BAB%201.pdf
Sub bab : Kajian Pustaka, Spiritualitas, 10-13. http://repo.iain-
tulungagung.ac.id/17770/5/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai