Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MANUSIA DALAM PERSPEKTIF TASAWUF


Dosen pengampu: Dr. Hj. Yuminah, M.A.
Mata kuliah : Bimbingan Dan Konseling

Disusun Oleh :
Dina Amrina
11210380000043
Ghiffari Azmi Rafsanzani
11210380000045
Rohadi
112103800000

JURUSAN ILMU TASAWUF


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan
kemampuan, Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Manusia
Dalam perspektif Tasawuf“ Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
baginda Nabi besar kita Muhammad SAW, Para sahabatnya, serta orang- orang yang mau
mengikuti sunnah- sunnahnya.
Ucapan terima kasih kami tujukan kepada Bapak Dr. Hj. Yuminah, M.A.selaku
dosen mata kuliah Bimbingan Dan Konseling atas tugas yang telah diberikan sehingga
menambah wawasan penulis dan pembaca tentang pemecahan masalah, dan kepada
semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini. Semoga bantuan dari berbagai
pihak yang terkait mendapat balasan dari Allah SWT dengan pahala yang berlimpah
ganda, aamiin.
Makalah ini tentu tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan, Oleh karena itu
penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik konstuktif dari pembaca. Guna
penyempurnaan penulisan makalah ini, Akhirnya, Semoga makalah ini menambah
khasanah keilmuwan yang bermanfaat bagi mahasiswa. Aamiin ya robbal alamin.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Manusia Dalam Pandangan Tasawuf.

2.2 Hakikat Manusia Dalam Pandangan Tokoh Tasawuf Al Ghazali.

2.3 Peran Guru dalam Pengembangan Manusia dalam Tasawuf.

2.4 Pengaruh Tasawuf terhadap Perkembangan Manusia.

BAB III
PENUTUP
2.5 Kesimpulan
BAB I
PENDALUHUAN
1.1 Latar Belakang

Dalam perjalanan sejarah pemikiran manusia, tasawuf telah menjadi landasan


spiritual bagi banyak individu dalam mencari makna dan tujuan hidup. Sebagai cabang
dalam Islam yang menekankan pengembangan batin dan hubungan yang mendalam
dengan Allah, tasawuf menawarkan pandangan yang kaya dan mendalam tentang hakikat
manusia.

Dalam perspektif tasawuf, manusia dipandang sebagai makhluk yang memiliki dimensi
fisik, mental, emosional, dan spiritual. Konsep tentang hakikat manusia ini menjadi inti
dari pembahasan dalam tasawuf.Melalui pemahaman tentang sifat-sifat manusia dan
peranannya dalam pencarian spiritual, tasawuf memberikan pedoman bagi individu dalam
mengenali diri mereka sendiri, mengembangkan potensi spiritual, dan mencapai
kedekatan dengan Sang Pencipta.

Makalah ini bertujuan untuk menggali lebih dalam konsep manusia dalam perspektif
tasawuf. Dengan menyusun daftar isi yang terstruktur, pembahasan akan mencakup
pemahaman tentang fitrah manusia, tahapan perjalanan spiritual, peran guru dalam
pengembangan individu, serta pengaruh tasawuf terhadap perkembangan manusia secara
keseluruhan.Melalui pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep manusia dalam
tasawuf, diharapkan pembaca dapat memperoleh wawasan yang lebih luas tentang
potensi spiritual manusia serta metode yang dapat ditempuh dalam perjalanan menuju
kesempurnaan diri.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep manusia dalam pandangan tasawuf dipahami dan


diinterpretasikan?
2. Apa hakikat manusia menurut pandangan tokoh tasawuf Al Ghazali dan
bagaimana hal tersebut memengaruhi pemahaman tentang eksistensi manusia?
3. Apa peran guru dalam pengembangan manusia menurut perspektif tasawuf, dan
bagaimana hal tersebut memengaruhi pembentukan karakter dan spiritualitas
individu?
4. Bagaimana pengaruh ajaran tasawuf dalam mempengaruhi perkembangan
manusia secara psikologis, spiritual, dan sosial?

1.3 Tujuan

1. Menjelaskan konsep manusia dalam pandangan tasawuf untuk memperdalam


pemahaman tentang pandangan spiritual terhadap eksistensi manusia.
2. Untuk Menganalisis hakikat manusia menurut pandangan tokoh tasawuf Al
Ghazali dengan tujuan mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang
perspektif spiritual dalam filsafat manusia.
3. Untuk Untuk memahami peran dzikrul maut dalam proses permunian jiwa dan
persiapan individu menuju akhirat dalam perspektif tasawuf.
4. Untuk Meneliti pengaruh ajaran tasawuf terhadap perkembangan manusia dalam
berbagai aspek kehidupan, termasuk psikologis, spiritual, dan sosial, dengan
tujuan memahami dampak positifnya dalam membentuk individu yang lebih baik.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Manusia Dalam Pandangan Tasawuf

A).Manusia Sebagai Khalifah Allah.


Dalam tasawuf, manusia dianggap sebagai khalifah Allah di bumi, sebuah konsep yang
mengakui kedudukan manusia sebagai wakil Allah di dunia ini. Pandangan ini berasal
dari ajaran Islam yang mengajarkan bahwa Allah menciptakan manusia untuk mengelola
bumi dan mengambil tanggung jawab atas segala ciptaan-Nya. Sebagai khalifah, manusia
memiliki tanggung jawab moral dan etis untuk menjaga dan memelihara alam semesta,
serta mengelola sumber daya alam dengan bijaksana. Dengan menyadari bahwa mereka
adalah khalifah Allah, manusia diharapkan untuk berperilaku sesuai dengan ajaran
agama, menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, kasih sayang, dan kebaikan dalam semua
aspek kehidupan.

Dalam perspektif tasawuf, peran sebagai khalifah Allah juga mencakup aspek spiritual, di
mana manusia bertanggung jawab untuk mengelola dan memelihara potensi spiritual
yang ada dalam dirinya. Ini mencakup pengembangan kesadaran diri, peningkatan
kualitas akhlak, serta pencarian makna dan tujuan hidup yang lebih tinggi. Sebagai
khalifah, manusia diharapkan untuk menggunakan kebebasan dan kekuasaannya untuk
mengembangkan potensi spiritualnya, memperbaiki hubungan dengan Allah, serta
berkontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih adil dan harmonis.

1).Penguasaan Diri: Sebagai khalifah, manusia juga memiliki tanggung jawab untuk
mengelola dirinya sendiri dengan baik. Ini melibatkan pengendalian nafsu dan hawa
nafsu, serta pengembangan budi pekerti yang baik untuk memastikan bahwa
keberadaannya di bumi tidak merugikan dirinya sendiri maupun orang lain.
2). Pembangunan Spiritual: Konsep khalifah dari materi juga menekankan pembangunan
spiritual manusia. Selain menjalankan tanggung jawabnya terhadap alam, manusia juga
dituntut untuk mengembangkan hubungan yang lebih dalam dengan Allah SWT melalui
ibadah, introspeksi diri, dan amalan-amalan spiritual lainnya.

B).Konsep Fitrah Dalam Tasawuf

Fitrah dalam tasawuf merujuk pada kodrat atau hakikat dasar manusia yang mendasari
kesadaran spiritualnya. Konsep ini menegaskan bahwa manusia memiliki kecenderungan
alami untuk mencari kebenaran dan kebaikan, serta memiliki dorongan bawaan untuk
berhubungan dengan Sang Pencipta. Dalam tasawuf, pengembangan fitrah menjadi salah
satu fokus utama dalam perjalanan spiritual manusia. Praktik-praktik seperti dzikir,
meditasi, dan muhasabah (introspeksi diri) digunakan untuk memperkuat fitrah dan
membantu individu mengenali hakikat dirinya serta hubungannya dengan Allah.

Fitrah dalam tasawuf juga mengajarkan bahwa manusia secara alami cenderung kepada
kebaikan, namun juga rentan terhadap gangguan dari lingkungan dan hawa nafsu yang
dapat menyebabkan kesesatan. Oleh karena itu, pengembangan fitrah menjadi penting
dalam menjaga keseimbangan antara kebaikan dan kejahatan dalam diri manusia. Melalui
pengembangan fitrah, individu dapat memperkuat kekuatan batiniahnya, meningkatkan
kesadaran diri, dan mendekatkan diri kepada Allah dengan penuh kesadaran dan
keyakinan.

Dalam tasawuf, konsep fitrah mengacu pada keadaan alami atau kodrat bawaan manusia
yang dianggap suci dan murni. Fitrah dipandang sebagai hakikat yang ditanamkan oleh
Allah SWT dalam setiap insan sejak awal penciptaan mereka. Berikut ini adalah
penjelasan rinci tentang konsep fitrah dalam tasawuf:

1).Kemurnian dan Kesucian: Fitrah dipandang sebagai keadaan bawaan manusia yang
murni dan suci. Ini adalah keadaan alami yang tidak tercemar oleh dosa atau keburukan
apapun.

2).Koneksi dengan Allah: Fitrah merupakan sarana koneksi batiniah antara manusia
dengan penciptanya, Allah SWT. Fitrah ini memungkinkan manusia untuk merasakan
kehadiran ilahi dan mencari Tuhan secara alami.

3).Kesadaran Spiritual: Fitrah menyiratkan kesadaran spiritual yang mendalam dalam diri
manusia. Ini adalah kepekaan batiniah terhadap kebenaran dan nilai-nilai moral yang
terkandung dalam agama dan spiritualitas.

2.2 Hakikat Manusia Dalam Pandangan Tokoh Tasawuf Al Ghazali

manusia dalam pandangan al-Ghazali terdiri dari komponen jasad dan ruh. Pendapat ini
didasarkan pada teori kebangkitan jasad pada akhir hayat(kehidupan). Disampaikan
bahwa manusia akan dibangkitkan di hari akhiritu jasad dan ruh, karena itu yang
merasakan nikmat dan pedihnya siksaakhirat adalah jiwa dan raganya (Tiam, 2014). Dari
teori ini maka manusiaadalah individu yang memiliki unsur jasadi dan ruhani. Kedua
unsur inimerupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, namun yang
memilikiposisi yang tinggi adalah unsur ruhani.Ruhani adalah jiwa manusia terdiri pada
empat unsur; hati, ruh, nafsu(hawa/syahwat), dan akal (Mubarok, 2000).

Dalam term al-Ghazali menye-butkan dengan empat term, yakni pertama, al-nafs
al-hayawaniyat atau nafskebinatangan (jiwa sensitif), berupa dorongan amarah dan
syahwat, kedua,al-nafs al-nabatiyat atau jiwa malaikat (jiwa vegetatif), berupa
doronganuntuk melakukan kebenaran atau bebas dari hewani, ketiga, an-nafs an-nathiqoh
atau jiwa berpikir, berupa dorongan untuk memilah dan memilihperbuatan manusia
secara realistis. Keempat, al-nafs al-insaniyat atau jiwakemanusiaan (jiwa kemanusiaan)
berupa dorongan untuk melakukanaktualisasi diri dan pengakuan sehingga ia melakukan
perbuatan yangterintegrasi dari nafs hayawaniat, nabatiayat, dan nathiqoh.Hati dibagi
dalam dua kajian, pertama kajian umum dan khusus. Dalamkajian umum, hati itu adalah
daging yang berbentuk buah sanubari yang di-letakkan pada sebelah kiri dari dada.
Melalui fungsi fisik ini dapat memberi kehidupan pada manusia dalam mengatur
metabolisme tubuh.Hati dalam arti khusus, berupa hati yang halus karena fungsinya
yangsoft berupa kelembutan, kebijaksanaan, hikmah, dan cinta kasih. Ibarat Sepotong
daging yang memiliki kemuliaan yang terdiri alam mulkiyah danalam musyahadah semua
sifat dan kekuasaan Tuhan. Alam ini sebagaitempat jiwa-jiwa yang tenang yang
menunjukkan nilai-nilai Tuhan. Hatiyang halus disebut dengan hati nurani, yang
mengandung unsur rabbaniyah(ketuhanan), dan ruhaniah (keruhaniaan). Hati yang halus
inilah menjadi hakikat manusia, dialah yang mengetahui, yang mengerti dan yang
mengenal diri manusia, dialah yang diajak bicara, yang disiksa, yang dicela, dandituntut.

Ruh (nyawa) memiliki makna, pertama, secara fisik ruh ada pada badan,banjirnya cahaya
kehidupan, perasaan, penglihatan, pendengaran danpenciuman dari padanya atas semua
anggotanya itu menyerupai banjirnyacahaya dari lampu yang berputar di sudut-sudut
rumah. Sesungguhnyacahaya itu tidak sampai ke suatu rumah melainkan ia bersinar
dengan cahayaitu. Dalam term Bahasa Indonesia ruh disebut dengan pemberi
kehidupankepada badan (organisme fisik) yang menyebabkan kehidupan pada manu-sia
(Tim, 2001). Dalam term lain ruh ini disebut dengan jiwa dan kesadaranmanusia.
Kesadaran ini yang menjadikan manusia hidup atau mati (maknafisik) dan bermanfaat
atau tidak (makna non fisik). Namun keduanya mem-beri arti bahwa ruh atau nyawa
adalah denyutnya kehidupan.

Nafsu adalah tempat yang menghimpun kekuatan marah dan nafsusyahwat pada manusia.
Berdasar kualitasnya, nafsu dibagi tiga (Mubarok,2000); pertama, Nafsu mutmainnah jika
mampu menentang nafsu syhawat,nafsu itu tenang dan damai. QS. al-Fajr: 27-28. Kedua,
nafsu lawwamahadalah nafsu yang tidak sempurna ketenangannya, dia menjadi
pendorongbgi nafsu syahwat dan sejenisnya. QS. al-Qiyamah: 2. Ketiga, Nafsu
al-amarah, nafsu yang mendorong pada kejahatan, tunduk dan patuh padatuntutan
syahwat (hawa nafs). Nafs ini memiliki jiwa pembangun danpengrusak, biasa disebut
dengan id eros dan id thanatos. Id eros adalah yangmembangun disebut dengan
dorongan-dorngan positif.
Dalam bahasa Indonesia, syahwat yang menggoda manusia biasadisebut dengan hawa
nafsu. Hawa Nafsu yakni dorongan nafs yang cen-derung bersifat rendah. Menurut
al-Ghazali hawa nafsu itu musuh daridalam, bukan setan yang terlihat, “Nafsu selalu
mengajak aku ke jalan kece-lakaan, memperbanyak penyakit dan kenyerianku.
Bagaimana semestinyaaku bertindak terhadap musuhku, jika ia menyelinap di celah-celah
tulangigaku.” (Al-Ghazali, 2000). Dalam kondisi ini manusia akan merasa susahuntuk
menolak segala dorongan hawa nafsu kecuali dengan berabagai upayadan latihan dengan
taqwa. Taqwa adalah gabungan dari sifat-sifat yangmenahan hawa nafs, tidak terperdaya
pada fatamorgana, melepaskan segalaikatan yang merintang di dalam menuju keridloan
Allah SWT.

Akal adalah insting yang disiapkan untuk mengenali informasi-informasi nalar.


Seakan-akan ia adalah cahaya yang ditempatkan di dalamkalbu. Dengan hati siap
mengenali sesuatu. Kadar dari insting berbedadengan tingkatannya. Kedudukan akal
seperti seorang raja. Memilikibanyak pasukan, yaitu tamyiz (kemampuan membedakan),
daya hafal danpemahaman. Kemampuan akal lainnya seperti membantu
memahami(persepsi), menyimpan, mengulang dan memanggil pemahaman (memori)serta
berpikir untuk memecahkan masalah.

2.3 Peran Guru Dalam Pengembangan Manusia Dalam Tasawuf

A).Pentingnya Bimbingan Spiritual

Dalam tasawuf, peran seorang guru atau murshid sangatlah penting dalam membimbing
muridnya dalam perjalanan spiritual. Guru tasawuf berperan sebagai mentor, pemimpin
rohani, dan sumber inspirasi bagi murid-muridnya. Mereka memiliki pengetahuan yang
mendalam tentang ajaran-ajaran tasawuf, serta pengalaman spiritual yang dapat dijadikan
teladan bagi para murid.

B).Hubungan Guru dan Murid

Hubungan antara guru dan murid dalam tasawuf tidak hanya sebatas hubungan guru dan
siswa biasa, melainkan lebih mirip dengan hubungan antara guru dan pembimbing rohani.
Guru tidak hanya memberikan pengetahuan tentang teori-teori tasawuf, tetapi juga
memberikan arahan, dukungan, dan motivasi kepada muridnya dalam menghadapi
tantangan dan rintangan dalam perjalanan spiritualnya.

Guru tasawuf juga bertanggung jawab untuk memahami kebutuhan individu muridnya
secara pribadi, sehingga dapat memberikan bimbingan yang sesuai dengan kondisi dan
kemampuan mereka. Mereka membantu murid dalam memahami dan mengatasi
hambatan-hambatan dalam pencarian spiritual, serta memberikan saran-saran praktis
untuk meningkatkan kualitas ibadah dan akhlak mereka.
C).Proses Pembimbingan dan Pembinaan

Proses pembimbingan dalam tasawuf melibatkan berbagai metode dan teknik, termasuk
diskusi, meditasi, dzikir, serta tugas-tugas spiritual yang diberikan oleh guru kepada
muridnya. Selain itu, guru juga memberikan nasihat-nasihat bijaksana dan
ceramah-ceramah yang menginspirasi, serta mencontohkan perilaku spiritual yang
diharapkan dari seorang sufi.

Pembinaan dalam tasawuf tidak hanya berfokus pada aspek spiritual, tetapi juga meliputi
aspek akademik dan praktek. Guru tasawuf mengajarkan pengetahuan tentang teori-teori
tasawuf, serta memberikan latihan-latihan praktis yang dapat membantu murid dalam
meningkatkan kualitas ibadah, introspeksi diri, dan hubungan dengan Allah.

2.4 Pengaruh Tasawuf Terhadap Perkembangan Manusia

Tasawuf memiliki pengaruh yang signifikan dalam pengembangan kesadaran diri


manusia. Melalui praktik meditasi, dzikir, dan muhasabah (introspeksi diri), individu
diajak untuk lebih memahami hakikat dirinya, mengenali kelemahan dan kekuatan
batiniahnya, serta menyadari hubungan yang lebih dalam dengan Tuhan. Pengembangan
kesadaran diri ini membantu manusia untuk lebih baik dalam menghadapi tantangan
hidup, mengendalikan emosi, dan membuat keputusan yang lebih bijaksana.

Pengaruh tasawuf terhadap perkembangan manusia meliputi berbagai aspek kehidupan,


termasuk spiritual, psikologis, sosial, dan moral. Berikut adalah penjelasan rinci tentang
pengaruh tasawuf terhadap perkembangan manusia:

A).Pengembangan Spiritual

Koneksi dengan Tuhan: Tasawuf membantu manusia dalam memperdalam hubungan


spiritual mereka dengan Tuhan. Melalui praktik dzikir, meditasi, dan ibadah lainnya,
manusia dapat merasakan kehadiran ilahi yang mendalam.

Purifikasi Diri: Ajaran tasawuf mendorong manusia untuk membersihkan diri dari
sifat-sifat negatif seperti keserakahan, kebencian, dan kesombongan, serta
mengembangkan sifat-sifat positif seperti kesabaran, rendah hati, dan kasih sayang.

B).Pengembangan Psikologis

Kesejahteraan Mental: Praktik spiritual dalam tasawuf seperti meditasi dan introspeksi
membantu manusia dalam mengatasi stres, kecemasan, dan depresi, serta meningkatkan
kesejahteraan mental mereka.
Peningkatan Kualitas Hidup: Tasawuf mengajarkan manusia untuk hidup dengan penuh
kesadaran dan kehadiran dalam setiap momen, yang dapat meningkatkan kebahagiaan
dan kepuasan hidup.

C).Pengembangan Moral

Pertumbuhan Karakter: Tasawuf membantu manusia dalam mengembangkan karakter


yang kuat dan bermoral, seperti kejujuran, integritas, dan tanggung jawab.

Etika Kehidupan: Ajaran tasawuf memberikan panduan moral yang jelas tentang
bagaimana manusia harus berinteraksi dengan sesama manusia, lingkungan, dan makhluk
lainnya, untuk menciptakan kehidupan yang lebih bermakna dan berarti.

D).Transformasi Sosial dan Kemanusiaan

Pengaruh tasawuf tidak hanya dirasakan pada level individu, tetapi juga pada level sosial
dan kemanusiaan secara luas. Para sufi sering kali terlibat dalam kegiatan amal dan
pelayanan masyarakat, seperti menyediakan bantuan bagi yang membutuhkan, merawat
orang sakit, atau mengajar ilmu agama kepada masyarakat. Melalui tindakan-tindakan ini,
tasawuf memberikan inspirasi dan contoh bagi manusia untuk mengabdi kepada sesama
dan berkontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih adil dan harmonis.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam kajian tasawuf tentang manusia, terdapat pemahaman yang mendalam tentang
peran dan hakikat manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan alam semesta. Melalui
konsep manusia sebagai khalifah Allah, tasawuf mengajarkan bahwa setiap individu
memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga keharmonisan alam semesta, serta
mengelola potensi spiritual yang ada dalam dirinya. Pemahaman ini menggambarkan
bahwa manusia tidak hanya merupakan bagian dari ciptaan Allah, tetapi juga memiliki
kedudukan yang istimewa sebagai wakil-Nya di dunia ini.

Selain itu, konsep fitrah dalam tasawuf menekankan pada kodrat atau hakikat dasar
manusia yang mendasari kesadaran spiritualnya. Fitrah ini merupakan titik awal dalam
perjalanan spiritual manusia, di mana individu diajak untuk mengenali diri mereka
sendiri, memperkuat hubungan dengan Allah, dan mengembangkan potensi batiniahnya
menuju kesempurnaan diri.

Dalam konteks pembelajaran tasawuf, peran guru sangatlah penting dalam membimbing
individu dalam perjalanan spiritual mereka. Guru tasawuf berperan sebagai mentor,
pemimpin rohani, dan sumber inspirasi bagi murid-muridnya, membantu mereka
memahami dan mengatasi hambatan-hambatan dalam pencarian spiritual serta
memberikan arahan dan dukungan dalam perjalanan mereka menuju Allah.

Secara keseluruhan, pemahaman tentang konsep manusia dalam perspektif tasawuf


memberikan wawasan yang mendalam tentang potensi spiritual manusia serta metode
yang dapat ditempuh dalam perjalanan menuju kesempurnaan diri. Dengan memahami
peran dan hakikat manusia dalam tasawuf, diharapkan individu dapat memperoleh
pemahaman yang lebih luas tentang tujuan hidupnya dan meningkatkan kualitas spiritual
serta kemanusiaannya.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghazali. (2001). Ihya Ulum al-Din (Revival of the Religious Sciences). Translated
by T.J. Winter. Cambridge: Islamic Texts Society.

Chittick, W.C. (2007). Sufism: A Beginner's Guide. Oxford: Oneworld Publications.

Nasr, S.H. (2011). The Garden of Truth: The Vision and Promise of Sufism,
Islam's Mystical Tradition. New York: HarperOne.

Ali IssaOthman, Manusia Menurut Al-Ghazali, terjemahan John Smith dkk.,


Pustaka Salman., Bandung, 1975.

Al-Ghazali. (2000). Minhaj al-‘Abidin (terj), Menuju Mukmin Sejati.Bogor: Yayasan


Islamic Center al-Ghazali.

Ali, Y. (1997). Manusia citra ilahi: pengembangan konsep insan kamil IbnArabî
oleh al-Jîlî. Paramadina.

Anda mungkin juga menyukai