Anda di halaman 1dari 24

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penerapan Tasawuf Dalam Kehidupan Modern

1. Pengertian Tasawuf

Tasawuf sebagai salah satu tipe mistisme, dalam bahasa Inggris disebut

sufisme. Kata tasawuf mulai dipercakapkan sebagai salah satu istilah sekitar akhir

abad dua hijriyah yang dikaitkan dengan salah satu jenis pakaian kasar yang

disebut shuff atau wol kasar.1

Dari segi istilah, kata “tasawuf” tidak begitu asing dalam Islam. Namun,

beberapa pendapat berbeda ketika mengungkapkan dari mana asal kata “tasawuf”

tersebut. Mendefinisikan tasawuf dalam arti yang dapat diterimah oleh semua

pihak adalah suatu yang mustahil, sebab sebagai mana terlihat dari beragam

pendapat, umumnya tasawuf yang dianut oleh para sufi adalah hasil kepentingan

kajian.

Dari beberapa definisi yang disebut oleh pakar tasawuf, ada satu asa yang

disepakati, yaitu tasawuf moralitas yang berasaskan Islam. Artinya ada prinsipnya

tasawuf bermakna moral dan semangat Islam, seluruh sejarah Islam dari berbagai

aspeknya adalah prinsip moral.

2. Tujuan Penerapan Tasawuf Dalam Kehidupan Modern

Secara umum tujuan terpenting dari manusia adalah berada sedekat

mungkin dengan Allah swt. Akan tetapi, apabila memperhatikan karakteristik

tasawuf secara umum terlihat adanya tiga tujuan penerapan tasawuf dalam

pembinaan akhlak kehidupan masyarakat modern yaitu sebagai berikut.

1
Rivay Siregar, Tasawuf dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo, 2019), h. 31

10
11

Pertama adalah tasawuf yang bertujuan pembinaan aspek moral, aspek ini

meliputi mewujudkan kestabilan jiwa yang berkesinambungan penguasaan dan

pengendalian hawa nafsu sehingga manusia konsistenkepada keluhuran moral.

Tasawuf yang bertujuan moralitas ini pada umumnya bersifat praktis. Kedua

adalah tasawuf yang bertujuan ma’rifatullah melalui penyingkapan langsung atau

metode kasyaf al hijab. Tasawuf jenis ini sudah bersifat teoritis dengan

seperangkat ketentuan yang diformulasikan secara sistematis. Ketiga adalah

tasawuf yang bertujuan membahas bagaimana sistem pergenalan dan pendekatan

diri kepada Allah swt secara mistis filosofis, pengkajian garis hubungan antara

Tuhan dan makhluk, terutama hubungan manusia dengan Tuhan dan apa arti dekat

dengan-Nya. Mengenani makna dekat dengan Tuhan, terdapat tiga simbol yaitu

pertama dekat dalam arti melihat dan merasakan kehadiran Tuhan dalam hati.

Kedua dekat dalam arti berjumpa dengan Tuhan sehingga terjadi dialog antara

manusia dan Dia. Ketiga makna dekat dalam arti penyatuan manusia dengan

Tuhan sehingga terjadi dialog antara manusia yang telah menyatu dalam iradat-

Nya.2

Menurut Audah Mannan dalam Jurnal Aqidah-Ta UIN Alauddin

mengungkapkan bahwa hadirnya penerapan tasawuf dalam pembinaan masyrakat

modern sebagai terapi dari krisis spiritual yang terdiri dari :

a. Secara spikologis merupakan hasil dari berbagai pengalaman spiritual


dan merupakan bentuk pengetahuan langsung mengenai realitas-
realistas ketuhanan yang cenderung menjadi inovator dalam agama.
Pengalaman keagamaan ini memberikan sugersti dan pemuasan
(pemenuhan kebutuhan) yang luas biasa bagi pemeluk agama.
b. Kehadiran Tuhan dalam bentuk pengalaman mistis dapat menimbulkan
keyakinan yang sangat kuat. Perasaan mistik mampu menjadi akhlak

2
A. Rivay Siregar, Tasawuf dan Pengenalan Diri Kepada Tuhan, (Jakarta: Rineka Cipta,
2016), h. 44
12

force bagi amal-amal shalih yang membuaskan pengalaman-


pengalaman mistis yang lain dengan lebih tinggi kualitasnya.
c. Dalam tasawuf, hubungan seorang dengan Allah dijalin atas rasa cinta.
Allah bagi sufi, bukanlah Dzat yang menakutkan, tetapi Dia adalah
Dzat yang Sempurna, Indah, Penyayang dan Pengasih, Kekal, al-Haq,
serta selalu hadir kapan pun dan dimana pun. Oleh karena itu, Dia
adalah Dzat yang paling patut dicintai dan diabdi. Hubungan yang
mesra ini akan mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang
baik, lebih baik bahkan yang terbaik.3

Berdasarkan hal tersebut diatas maka tujuan penerapan tasawuf adalah

untuk mencapai keridhaan Allah swt atas segala kehidupan yang Dia berikan di

dunia yang fana ini. Arti fana meniadakan diri supaya ada. Sementara itu secara

tasawuf fana ialah leburnya pribadi pada kebaqaan Allah swt, dimana perasaan

insanan lenyap diliputi rasa ketuhanan dalam keadaan, semua rahasia yang

menutup diri dengan Al-Haqqau Ta’ala tersingkap kasyaf. Ketika itu antara diri

dan Allah swt menjadi satu dalam baqanya tanpa hulul (berpadu) dan tanpa ittihad

(bersatu) abid dan ma’bud dalam pengertian seolah-olah manusia dan Tuhan

sama.

Konsep dasar tasawuf tetap pada simpul rahmatn lil’alamin, yang

memandang bahwa memperhatikan dan memperjuangkan kepentingan umat

manusia adalah wajib hukumnya. Hal ini menjadi konsepsi tasawuf pada sahabat

Rasulullah. Mereka membagi kehidupannya untuk pejuangan umat, masyarakat

dan negara disatu pihak. Sementara itu sisa waktunya dipergunakan untuk

bermujadah dengan mengutuamakan kebersihan jiwa dan rohani menghadap Ilahi.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa ilmu tasawuf merupakan tuntutan

yang dapat menyampaikan manusia mengenal Allah swt dengan sebenar-

benarnya, ma’rifat merupakan jalan yang sebaik-baiknya untuk mengenal Allah


3
Audah Manna, Esensi Tasawuf Akhlaki di Era Modernisasi, Jurnal Aqidah-Ta UIN
Alauiddin, Vol, IV No. 1, 2018, h. 46,
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/aqidah-ta/article/view/5172 (24 Maret 2021)
13

swt, lalu mengenal dirinya sendiri (makrokosmos dan mikrokosmos) yang

kemudian menggabungkan iradah dan qudrah antara keduanya guna liqa’ilAllah

swt, prosesi dzikir (Mujahadah dan riyadhah) sebagai intinya.4

Secara khusus urgensi penerapan tasawuf dalam membentengi dampak

negatif kehidupan modern terdapat lima tujuan yaitu :

a. Membersihkan hati dalam berinteraksi dengan Allah swt

Interaksi manusia dengan Allah swt dalam bentuk ibadah tidak akan

mencapai sasaran jika ia lupa terhadap-Nya dan tidak disertai dengan

kebersihan hati. Sementara itu esensi tasawuf adalah tazkiyah an-nafs yang

artinya membersihkan jiwa dari kotoran-kotoran dengan bertasawuf, hati

seseorang menjadi bersih sehingga dalam berinteraksi kepada Allah swt akan

menemukan kedamaian hati dan ketenangan jiwa.

b. Membersihkan diri dari pengaruh materi

Pada dasarnya kebutuhan manusia akan hanya pada pemenuhan materi,

melainkan juga pemenuhan sprititual. Karena kebutuhan lahiriah erat

hubungannya dengan keberadaan jiwa, maka lahiriah manusia akan menjadi

sehat dan merasa tercukupi apabila diberi asupan yang positif. Sementara itu

keputusan lahiriah manusia tidak akan ada batasanya jika dipaksa dan tasawuf

dapat membersihakn dari hal tersebut.

Orang akan mengerjakan kekayaan duniawi untuk memenuhi

kebutuhan jasmaninya. Demikian sibuknya dalam mengerjakan urusan-urusan

materi dunia dapat melupakan urusannya dan Tuhan. Dengan demikian jadilah

manusia diperbudak dengan urusan duniawi.

4
Indra Herman, Periode Perjalanan Tasawuf (Jakarta: Balai Penelitian dan
Pengembangan Agama, 2018), h. 83.
14

Melalui tasawuf, kecintaan seseorang yang berlebihan terhadap materi

atau urusan duniawi lainnya akan dibatasi. Memiliki harta benda itu tidaklah

semata-mata untuk memenuhi nafsu, tetapi lebih mendekatkan diri kepada

Allah swt. Jadi, jalan untuk menyelematkan diri dari godaa-godaan materi

duniai yang menyebabkan menjadi materialisitis adalah dengan membersihkan

jiwa dari pengaruh-pengaruh negatif duniawi. Jalan tersebut melalui

pendekatan tasawuf. Dengan demikian bertasawuf juga memiliki manfaat

membersihkan diri dari pengaruh-pengaruh negatif duniawi yang mengganggu

jiwa manusia.

c. Menerangi jiwa dari kegelapan

Urusan materi dalam kehidupan sangat besar pengaruhnya terhadap

jiwa manusia. Benturan dalam mengejar dan mencari materi atau dalam

mengejar urusan dunia dapat menjadikan seseorang gelap mata. Tidak ada

sedikit orang yang ketiga ingin mendapatkan harga benda atau kekayaan

dilakukan dengan jalan yang tidak halal, misalnya korupsi, pemerasan dan

cara-cara lain yang tidak terpuji, tindakan seperti itu tentu menimbulan gelap

hati yang menimbulkan hati menjadi keras dan sulit menerima kebenaran

agama.

Penyakit terasa gelisah, patah hati, cemas dan serakah dapat disebutkan

dengan ajaran agama, khususnya ajaran yang berkaitan dengan jiwa manusia,

yaitu tasawuf dimana ketentraman batin atau jiwa yang menjadi sasarannya.

Demikian pula sifat-sifat buruk dalam diri manusia seperti hasad, takabur,

bangga diri dan tia tidak dapat hilang dari diri seseorang tanpa mempelajari
15

cara-cara menghilangkannya dari petunjuk kitab suci Al-Quran maupun

Hadits mellaui pendekatan tasawuf.

d. Memperteguh dan menyuburkan keyakinan agama

Keteguhan hati tidak dapat dicapai tanpa adanya siraman jiwa, kekuatan

umat Islam bukan hanya karena kekuatan fisik dan senjata, melainkan karena

kekuatan mental dan spritualnya. Keruntuhan umat Islam pada masa

kejayaannya bukan karena akibatnya musuh semata, tetapi kehidupan umat

Islam pada waktu itu yang yang di hinggapi oleh materialisme dan

mengabaikan masalah spritual.

e. Meninggikan akhlak manusia

Jika hati seorang suci, bersih serta selalu disinari oleh ajaran Allah swt

dan Rasul-Nya, maka akhlaknya pun akan baik. Hal ini sejalan dengan ajaran

tasawuf yang menuntun manusia untuku menjadi pribadi muslim yang

memiliki akhlak mulia dan dapat menghilangkan akhlak tercela. Dalam

akidah, jika seseorang melanggar keimanan ia akan dihukum kafir. Dalam

fiqih apabila seseorang melanggar hukum dianggap fasik atau zindik. Adapun

dalam akhlak, apabila seseorang melanggar ketentuan maka dinilai telah

berlaku tidak bermoral. Oleh karenanya, mempelajari dan mengamalkan

tasawuf sangat tetap bagi kaum muslim dan Tuhan maupun interaksi antara

sesama manusia.5

Sedangkan menurut Mahdi dalam Jurnal Edueksos IAIN Syekh Nurjati

Cirebon mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor yang menandai arti

penting tasawuf bagi kehidupan manusia modern yaitu :

5
Zuhairini, Akidah Akhlak Tasawuf, (Jakarta: GP Press Group, 2019), h. 150
16

a. Tasawuf merupakan basis yang bersifat fitri pada setiap manusia.


Tasawuf adalah ilahiyah yang berfungsi, diantaranya, untuk mendesain
corak sejarah dan peradaban dunia. Tasawuf dapat mewarnai segala
aktivitas, baik yang berdimensi sosial, politik, ekonomi maupun
kebudayaan.
b. Tasawuf berfungsi sebagai alat pengendali dan pengontrol manusia,
agar dimensi kemanusiaan tidak ternodai oleh modernisasi yang
mengarah pada dekadensi moral dan anomali nilai-nilai, sehingga
tasawuf akan mengantarkan manusia pada tercapainya supremation of
morality (keunggulan dan kejayaan akhlak).
c. Tasawuf memiliki relevansi dan signifikansi dengan problema manusia
modern, karena secara seimbang memberikan kesejukan batin dan
disiplin syari’ah sekaligus.6

Dengan demikian dapat diketahui bahwa penerapan tasawuf dalam

pembinaan akhlak masyarakat modern merupakan hal yang sangat penting sebab

penerapan tasawuf tersebut dapat menjadikan manusia sebagai manusia yang fitri

dan tidak ternodai oleh problem-problem yang berlangsung dalam masyrakat

modern.

B. Pembinaan Akhlak Masyarakat Modern Dilihat Dari Segi Pendidikan

Islam

1. Pembinaan Akhlak

a. Pengertian Pembinaan Akhlak

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kelima kata pembinaan

berasal dari kata dasar “bina” yang mendapatkan awalan “pe” dan akhiran “an”

yang memiliki arti perbuatan atau cara.7 Jadi pembinaan adalah kegiatan yang

dilakukan secara efektif dan efisien untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

Sedangkan akhlak menurut Dedi Wayudi adalah sebagai berikut :

6
Mahdi, Urgensi Akhlak Tasawuf Dalam Kehidupan Masyarakat Modern, Jurnal Edueksos
IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Vol. I No. 1, Januari-Juni 2012 , h. 160
https://syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/edueksos/article/view/365 (24 Maret 2021)
7
BPPS Kemendikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2017), 202.
17

Akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu bentuk jamak dari kata khuluqun
yang berarti tabiat, budi pekerti, al-‘aadat yang berarti kebiasaan, al-
muruu’ah yang artinya peradaban yang baik, dan ad-din yang berarti
agama.8

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah sifat yang

tertancap dalam jiwa seseorang yang nantinya akan memunculkan perbuatan-

perbuatan yang muncul secara spontan, jika yang dimunculkan adalah perbuatan

yang baik, maka disebut akhlak yang baik dan jika perbuatan yang muncul adalah

perbuatan buruk, maka disebut akhlak yang buruk. Oleh karena itu yang disebut

akhlak adalah perbuautan yang secara spontan dimunculkan oleh seseorang yang

mewakili dari sifat orang tersebut. Sebagaimana firman Allah swt dalam Q.S al-

Ahzab/33:21 sebagai berikut :

    


Terjemahnya:
dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.9
Menurut Abu' Abdullah Muhammad ibn Ahmad ibn Abu Bakr al-Ansari

al-Qurthubi atau lebih dikenal dengan nama Imam al-Qurthubi (1214-1273

Masehi) mengutip dari Aisyah Radiallahu Anha sebagai berikut :

Tidak ada seorang pun yang budi pekertinya lebih baik daripada
Rasulullah saw. Tidaklah seorang dari sahabatnya atau keluarganya
memagilnya kecuali menjawab “aku memenuhi panggilanmu”. Oleh
karena itu Allah swt berfirman “Dan sesungguhnya kamu benar-benar
berbudi pekerti yang agung”.10

Jadi, menurut pendapat diatas mengenai akhlak dapat disimpulkan bahwa

akhlak merupakan sifat yang tertancap kuat dalam diri seseorang, sehingga dalam
8
Dedi Wahyudi, Pengantar Aqidah Akhlak dan Pembelajarannya, (Yogyakarta: Lintang
Rasi Aksara Book, 2017), h. 2-3
9
Kementarian Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahnya Edisi
Penyempurnaan, (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Lajnah
Pentashihan Musfhaf al-Qur’an, 2019), h. 606
10
Muhammad Ibrahin Al-Hifnawi, Tafsir Al-Qurthubi Jilid 19, Terj. Mahmud Hamid
Ustman, Tafsir Al Qurthubi Jilid 19 Surah Al-Mulk s.d Al-Mursalat (Jakarta: Pustaka Azzam,
2017), h. 68
18

perbuautan maupun perilakunya sudah mencerminkan sikap yang sesuai tanpa

harus berpikir, artinya sikap ini spontan muncul dari dalam diri seseorang. Seperti

halnya Rasulullah saw. dimintai tolong oleh kaumnya maka Beliau pasti

menjawab “aku memenuhi panggilanmu”.

Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam Islam.

Hal ini sesuai dengan salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad saw untuk

menyempurnakan akhlak mulia. Bahwa pada dasarnya manusia dilahirkan dalam

keadaan fitrah yang dalam hal ini termasuk fitrah berakhlak yang kemudian

disempurnakan melalui misi kerasulan Nabi Muhammad saw berupa ajaran-ajaran

yang dibawa oleh Rasul.

b. Metode Pembinaan Akhlak

Dalam proses pembinaan akhlak agar dapat tercapai sacara maksimal dan

sampai kepada tujuan mesti melalui beberapa metode. Metode yang lazim

digunakan mencakup semua cara agar akhalak dalam masyrakat menjadi baik,

metode-metode yang dapat digunakan dalam pembinaan akhlak adalah sebagai

berikut :

1) Pembiasaan yaitu metode yang dilaksanakan mulai awal dan bersifat


berkelanjutan. Pada dasarnya kepribadian suatu masyarakat dapat
menerima usaha pembentukan melalui pembiasaan, jika suatu
masyarakat dibiasakan dalam lingkungan yang buruk makan
lingkungan masyarakat tersebut pasti akan buruk pula dan begitu juga
kebalikannya.
2) Keteladanan yaitu hal-hal yang dapat dicontoh seperti seseorang yang
dapat mencontoh tokoh masyarakat yang berakhlak baik dalam
lingkungan masyarakat tersebut. Maka hal tersebut akan
mempengaruhi masyarakat sekitar dan menjadi tokoh teladan yang
patut untuk dijadikan contoh dalam kehidupan bermasyarakat.
3) Mu’idzah atau nasihat yaitu memberi pelajaran akhlak terpuji serta
memotivasi pelaksanaannya dan menjelaskan akhlak tercela serta
memperingatkannya atau meningkatkan kebaikan dengan perbuatan
yang melembutkan hati. Hal ini dapat dilakukan oleh berbagai elemen
19

masyarakat seperti tokoh pemerintah, wanita, pemuda, agama dan


lainnya yang memiliki akhlak terpuji.
4) Qishah atau cerita yaitu membudayakan kisah-kisah para tokoh lokal
atupun tokoh yang namanya harum sepanjang masa sebagai suri
tauladan dalam lingkungan masyarakat tersebut.
5) Ceramah yaitu metode yang hanya dapat dilakukan oleh seorang tokoh
agama dalam lingkungan masyarakat dalam praktik ibadah keagamaan
seperti shalat, pengajian, ceramah dan lain-lain. Materi-materi yang
disampaikan adalah materi yang dapat menumbuhkembangkan akhlak
yang terpuji.
6) Pergaulan yaitu metode menumbuhkembangkan akhlak sebuah
masyarakat antar sesama masyarakat dalam ruang lingkup pergaulan
yang positif seperti kegiatan pengajian bersama antar masyarakat yang
tidak hanya terbatas dalam suatu wilayah administari.
7) Hukuman merupakan metode pembinaan akhlak dalam lingkungan
masyarakat yang paling buruk karena ada yang mesti dikorbankan
demi keadilan dan contoh bagi masyarakat lain yang memiliki akhlak
yang menyimpang. Hukuman ini terdapat baik dalam peraturan
perundang-undangan maupun peraturan adat dalam suatu lingkungan
masyarakat.11

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwasannya metode-metode

tersebut digunakan dalam pembinaan akhlak dalam suatu lingkungan masyarakat

melalui penerapan tasawuf. Penerapan tasawuf melalui aqidah akhlak suatu

masyarakat untuk menyelematkan nilai-nilai spiritual, mengenalkan pemahaman

tentang aspek kebatinan tingkah laku yang terpuji dalam ajaran Islam baik itu

kepada sesama umat Islam maupun non-Islam serta memberikan penegasan

kembali bahwa sesungguhnya aspek ajaran Islam salah satunya adalah penerapan

tasawuf dalam pembinaan akhlak.

2. Pengertian Kehidupan Modern

Kehidupan modern terdiri dari dua kata yaitu kehidupan dan modern.

Kehidupan adalah alur perjalanan seseorang atau kelompok tertentu dalam

menjalani kesibukannya setiap hari. Sedangkan modern diartikan yang terbaru,

secara baru, mutkhir. Dengan demikian secara harfiah kehidupan modern berarti
11
Jalaluddin Rakhmat, Dahulukan Akhlakk diatas Fiqih, (Bandung: Mizan, 2017), h. 145-
146
20

kesibukan setiap hari seseorang atau kelompok dalam berinterakhi satu sama lain

dalam suatu wilayah tertentu dan menghayati kebudayaan yang sama dan bersifat

mustakhir.12 Kehidupan modern adalah suatu lingkungan yang sebagian besar

interaksinya berorientasi pada nilai budaya yang tearah dalam peradaban masa

kini. Kehidupan modern relatif bebas dan kekuasaan ada dan istiadat lama. Karena

mengalami perubahan dalam perkembangan zaman dewasa ini.13

Pada kehidupan modern secara keseluruhan sudah hampir meninggalkan

budaya-budaya lama dan menumbuhkan budaya-budaya baru seiring berjalannya

waktu. Perubahan-perubahan itu terjadi sebagai akibat masuknya pengaruh

kebudayaan luar yang membawa kemajuan terutama dibidang ilmu pengetahuan

dan teknologi. Dalam mencapai kemajuan tersebut kehidupan modern berusaha

agar mempunyai pendidikan yang cukup tinggi dan berusaha agar mereka selalu

mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan dibidang

ilmu pengetahuan dan teknologi seimbang dengan kemajuan dibidang lainnya

seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya.

Majunya ilmu pengetahuan, mental manusia, tekhnik dan penggunaannya

di dalam masyarakat, kemunikasi dan trasportasi, urbanisasi, pertumbuhan-

pertumbuhan pertambahan bersama dan mempunyai akibat bersama dalam

masyarakat, yaitu perubahan di tragedi kemanusiaan yang bersifat universal

merupakan refleksi kegelisahan intelektual dan moralitas karena manusia telah

dihegomoni dan didominasi oleh pengehua sendiri. Kritis semacam ini merupakan

era kegelapan intelektual sehingga persoalan rekontruksi sosial dari sudut pandang

idola-idola agama menjadi penting. Pentingnya rekontruksi sosial berdasarkan

12
Bernard Raho, Sosilogi Masyarakat Modern, (Yogyakarta: Ledalero, 2016), h. 157
13
Ifzanul, Tradisi Kehidupan Modern, (Jakarta: Rineka Cipta, 2018), h. 32
21

cita-cita agama, juga karena masa kini telah terjadi proses dehumanisai dan

degradasi moral.14

Menurut Nurcholis Madjid yang dikutip oleh Bahrun Rozi dalam JPI

(Jurnal Pendidikan Islam) Institut Islam Darullughah Wadda'wah (IAI Dalwa)

Pasuruan, mengatakan bahwa terdapat delapan penyakit yang ada dalam

masyrakat modern yaitu sebagai berikut :

a. Disintegrasi antara ilmu pengetahuan (spesialisasi yang terlampau


kaku) yang berakibat pada terjadinya pengkotak-kotakan akal pikiran
manusia dan cenderung membingungkan masyrakat.
b. Kepribadian yang terpecah (splite personality) sebagai akibat dari
kehidupan yang dipolakan oleh pengetahuan yang terlampai
spesialisasi dan tidak berwatak nilai-nilai ketuhanan.
c. Dangkalnya rasa keimanan, ketakwaaan serta kemanusiaan, sebagai
akibat dari kehidupan yang terlampau rasionalistik dan individualistik.
d. Timbulnya pola hubungan yang materialistik sebagai akibat dari
kehidupan yang mengejar duniawi yang berlebihan.
e. Cenderung menghalalkan segala cara, sebagai akibat dari paham
hedonisme yang melanda kehidupan.
f. Mudah stres dan frustasi, sebagai akibat terlampau percaya dan bangga
terhadap kemampuan dirinya tanpa dibarengi sikap tawakkal dan
percaya pada ketentuan Tuhan.
g. Perasaan terasing ditengah-tengah keramaian (lonely), sebagai akibat
dari sikap indivualistik.
h. Kehilangan harga diri dan masa depan, sebagai akibat dari perbuatan
menyimpan yang dilakukannya.15

Berdasarkan dari kedelapan penyakit yang melanda masyarakat modern

menuru Nurcholis Madjid diatas dapat diketahui bahwa masyarakat modern

merupakan masyarakat yang kaku dalam menerima berpedaan pada bidang

keilmuan, terlebih lagi keilmuan tersebut tidak bersandar pada nilai-nilai

ketuhanan. Selain itu masyarakat modern cenderung menyendiri pada

14
Astrid S. Susanto, pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, (Bandung: Bina Cipta,
2019), h. 95
15
Bahru Rozi, Akhlak Tasawuf Sebagai Alternatif Dalam Memecahkan Problematika
Masyarakat Modern, JPI (Jurnal Pendidikan Islam) Institut Islam Darullughah Wadda'wah (IAI
Dalwa) Pasuruan, Jawa Timur, Vol 7 No. 2, 2017, h. 47-48
http://ejournal.iaidalwa.ac.id/index.php/jpi/article/view/44 (24 Maret 2021)
22

kelompoknya sendiri dan tidak membuka diri pada kelompok lain sehingga jika

berada ditengah-tengah kelompok lain akan merasa terasingkan.

Manusia dalam kehidupannya selalu berkompetisi dengan hawa nafsunya

yaitu selalu ingin menguasai. Agar posisi seseorang dapat terbalik, yakni hawa

nafsunya dikuasai oleh akal. Kehidupan modern, seperti sekarang ini sering

nemapilkan sifat-sifat yang kurang dan tidak terpuji, terutama dalam menghadapi

materi yang gemerlap ini, antara lain sifat tamak. Dari sifat ini tumbuh perilaku

menyimpang seperti korupsi dan manipulasi. Sehingga menurut Said Aqil Siroj

mengemukakan bahwa :

Diera modern ini, berbagai krisis menimpa kehidupan manusia mulai dari
krisis sosial, krisis struktural sampai krisis moralitas semuanya bermuara
pada persoalan makna hidup manusia. Modern dengan segela kemajuan
teknologi dan pesatnya industriliasai membuat manusia kehilangan
oriesntasi. Kekayaan materi kian menumpuk, tetapi jiwa mengalami
kekosongan. Seiring dengan logika dan orientasi yang kian modern, kerja
dan materi lantas menjadi aktualisasi kehidupan masyarakta. Gagasan
tentang makna hidup menjadi berantakan, akhibatnya manusia seperti
mesin, semua di ukur atas dasar materi.16

Kekayaan yang berlimpah-limpah yang dimiliki oleh orang yang tidak

mempunyai keyakinan beragama, juga akan gagal memberikan kebahagiaan bagi

pemiliknya. Seiring orang menyangka bahwa kesenangan apapun akan bisa

dicapainya dengan uang. Segala keinginan-keinginan hawa nafsunya akan dapat

terpenuhi. Dengan demikian mulailah ia melakukan hal-hal yang merusak akhlak,

seperti minum-minuman keras, main wanita, main judi, korupsi dan sebagainya.

Perbuatan-perbuatan yang seperti itu dilakukan tanpa merasa malu, tanpa

menyesal dan tanpa takut.17

16
Said Aqil Siroj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial Mengedepankan Islam Sebagai Inspirasi
Bukan Aspirasi. (Bandung: Mizan, 2016), 48
17
Zajariyah Drajat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung,
2015), h. 25
23

Kejujuran, kebenaran, keadilan dan keberanian tertutup oleh penyelengan-

penyelengan, baik yang telihat ringan maupun yang terlihat berat, banyak terjadi

adu domba dan fitnah, menjilat, menipu, mengambil hal orang sesuka hati,

disamping perbuatan-perbuatan maksiat lainnya yang dihinggapi oleh dekadensi

moral itu. Sebenarnya faktor-faktor yang menimbulkan dekadensi moral dalam

masyarakat modern sangat banyak. Dan yang terpepnting diantaanya adalah

kurang tertanamnya jiwa agama dan hati tiap-tiap orang. Dan tidak dilaksanakan

agama dalam kehidupan sehari-hari, baik oleh individu maupun oleh masyarakat.

Dalam dunia modern, orang kelihatannya kurang mengindahkan agama.

Semakin jauh masyarakat dari agama, semakin susah memelihara moral orang

dalam kehidupan tersebut, dan semakin kacaulah karena semakin banyak

pelanggaran-pelanggaran atas hak, hukum dan nilai moral. Manusia terdiri dari

tubuh dan jiwa, kedua unsur itu menyatu padu sehingga manusia bisa hidup,

bernafas, bergerak, bertindak, manusia harus selaras dengan penciptaan yang telah

diperintahkan kepadanya oleh Allah swt.

3. Karakteristik Kehidupan Modern

Di dalam sebuah wilayah pasti ditempati oleh sekumpulan warga yang

memiliki karakter berbeda. Karakter tersebut dapat tercermin dari bagaimana

perilaku mereka dalam menghadapi permasalahan yang ada. Tiap individu

memilik pemikiran masing-masing tetapi sama dalam hal tujuan yakni

memecahkan permasalahan. Di Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau tentu

terdapat masyarakat majemuk yang memiliki ciri khas perilaku dalam

berkehidupan. Sekarang merupakan zaman modern dimana berbagai perabadan

manusia terjadi. Bermunculan hasil karya cipta manusia dalam menjalani


24

kehidupan di mana mempermudah aktivitas kehidupan manusia. Tidak jarang

manusia meninggalkan kebiasaan lamanya guna beralih menggunakan teknologi

yang baru. Masyarakat menganggap bahwa dengan teknilogi akan membawa

dirinya pada kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Teknoligi dalam bidang

komunikasi, transportasi, pangan, dan lainnya telah menghantarkan perubahan

pola perilaku masyarakat Indonesia. Meskipun demikian, masih ada saja daerah

tertentu yang tidak mau meninggalkan alat tradisional yang telah melekat lama

didaerah mereka.18

Efek dari perkembangan zaman yang begitu pesat yang mengakibatkan

manusia mampu beradaptasi dengan lingkungan yang menuntut masyarakat tidak

seperti air yang mengalir begitu saja mengikuti keadaan lingkungan. Masyarakat

seharusnya mampu mengendalikan dirinya agar tetap konsisten terhadap kondisi

dirinya. Lingkungan pada zaman modern ini terlihat begitu cepartnya pertukaran

informasi keberbagai tempat. Masyarakat modern seharusnya mampu mengalisas

informasi tersebut karena ini tidak berasal dari lingkup dalam negeri tetapi juga

diseluruh pelosok dunia. Tidak jarang berbagai budaya asing yang bertolak

belakang dengan budaya yang masuk begitu saja dengan mudah. Zaman modern

menuntut manusia menjadi makhluk materialisme karena mereka akan dihadapan

dengan kebutuhan dunia yang menjanjikan kebahagiaan dalam hidup mereka.

Adapun karakteristik kehidupan modern adalah sebagai berikut :

a. Penyalahgunaan Teknologi yaitu teknologi disisi lain dapat memudahkan


dan membantu kehidupan manusia jika digunakan secara bijaksana. Akan
tetapi ketika teknologi digunakan secara tidak bijaksana, akan
menimbulkan dampak negatif. Misalnya saja teknologi internet digunakan
oleh sebagian orang untuk pornografi dan melakukan kejahatan di dunia
maya.

18
Ikhwaluyo, Gaya Hidup Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pres, 2018), 84
25

b. Perilaku Kebarat-baratan adalah suatu asimilasi kebudayaan barat atau


proses yang memperkenalkan kebiasaan dan praktik-praktik peradaban
barat. Hal ini terjadi karena mereka mengganggap semua yang dari barat
adalah modern. Mereka bertingkah seperti orang barat agar dianggap
modern. Berikutnya yaitu gaya hidup mereka yang ala barat, mulai dari
cara berpakaian hingga pola makan. Bila diamati, budaya barat berpotensi
mengubah cara berfikir, cara bekerja dan cara hidup. Ketiga aspek ini tak
semuanya negatif atau positif. Dari ketiga aspek itu, cara hidup lebih cepat
berubah dari pada cara berfikir ataupun cara bekerja. Tanpa sadar
masyarakat membiarkan budaya barat mengubah cara hidup mereka. Gaya
hidup masyarakat yang khas sudah mulai menghilang. Gaya hidup
merupakan gambaran bagi setiap orang yang mengenakannya dan
mengammbarkannya seberapa besar nilai moral orang tersebut dalam
masyarakat sekitarnya. Atau juga, gaya hidup adalah suatu seni yang
dibudayakan oleh setiap orang. Gaya hidup juga sangat berkaitan erat
dengan pekembangan zaman dan teknologi.19

4. Pendidikan Islam

a. Pengertian Pendidikan Islam

Dalam khazanah pemikiran pendidikan Islam, terdapat banyak istilah

yang digunakan oleh ulama dalam memberikan pengertian tentang pendidikan

Islam. Pendidikan Islam setidaknya tercakup dalam delapan pengertian, yaitu; al-

tarbiyah al-diniyah (pendidikan keagamaan), ta’lim al-din (pengajaran agama),

al-ta’lim al-diny (pengajaran keagamaan), al-ta’lim al-Islamy (pengajarang

keIslaman), tarbiyah al-muslimin (pendidikan orang Islam), al-tarbiyah fi al-

Islam (pendidikan dalam Islam), al-tarbiyah’inda al-muslimin (pendidikan

dikalangan orang-orang Islam), dan al-tarbiyah al- Islamiyah (pendidikan Islami).

Akan tetapi, para ahli pendidikan biasanya lebih menyoroti istilah tersebut dari

aspek perbedaan tarbiyah dan ta’lim.20

19
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2018), h. 89
20
Moh. Ismail, Demokrasi Pendidikan Islam Dalam Pandangan KH. Abdul Wahid
Hanyim, UIN Sunan Ampel Journal Of Islamic Eduction. Vol. 4. No. 2. 2016, h. 6
http://jurnalpai.uinsby.ac.id/index.php/jurnalpai/article/view/91 (24 Maret 2021)
26

Ditinjau dari segi istilah, pendidikan Islam adalah system pendidikan

yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupan

sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwai dan

mewarnai corak kepribadiannya. Oleh karena itu Islam mempedomani seluruuh

aspek kehidupan manusai muslim baik di dunia maupun di akhirat.21

Dari kedua pengertian diatas penulis pengambil kesimpulan dari

pengertian pendidikan Islam adalah pendidikan yang melatih sensibilitas seorang

muslim sedemikian rupa sehingga dalam perilakunya terhadap kehidupan,

langkah-langkah dan keputusan begitu pula pendekatannya terhadap semua ilmu

pengetahuannya diatur oleh nilai-nilai etika Islam yang sangat dalam dirasakan.

b. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan pendidikan direkomendasikan sebagai pengembangan

pertumbuhan yang seimbang dari potensi dan kepribadian total manusia, melalui

latihan spiritual, intelektual, rasional diri, perasaan dan kepekaan fisik, sehingga

menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,

ketakwaannya kepada Allah swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,

masyarakat, berbangsa dan bernegara.

Dengan demikian pendidikan mengandung tujuan yang ingin dicapai

yaitu individu yang kemampuan-kemampuan dirinya berkembang sehingga

bermanfaat untuk kepentingan hidupnya sebagai seorang individu, maupun

sebagai warga negara dan warga masyarakat.22

Namun secara konseptual pendidikan Islam bertujuan membentuk pribadi

muslim yang utuh, mengembangkan seluruh potensi jasmaniah dan rohaniah


21
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2016), h. 12
22
M. Djumberansyah Indar, Filsafat Pendidikan, (Surabaya : Karya Abditama, 2016), h.
20.
27

manusia, mengembangkan dan mengembangkan hubungan yang harmonis setiap

pribadi dengan Allah swt, manusia dengan alam semesta. Kepribadian muslim

ialah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya yakni tingkah laku

luarnya,kegiatan jiwannya, dan filasafat hidup dan kepercayaan menunjukkan

pengabdian kepada Tuhan dan penyerahan diri kepada-Nya.23

Tujuan pendidikan Islam yang dipaling tinggi nilanya adalah membentuk

manusia berakhlakul karimah (berbudi mulia). Karena itu, dapat difahami bahwa

eksistensi pembentukan akhlak karimah dalam perspektif Islam sangat tinggi

kedudukannya. Ini tidak berarti bahwa pendidikan Islam satu bagian

intelektualitas ini merupakan salah satu bagian integral yang dapat menopang

tercapainya yang berakhlak karimah. Menunjuk dari tujuan umum pendidikan di

atas maka tujuan pendidikan Islam ialah mendidik budi pekerti dan pembentuknya

jiwa atau secara singkat tujuan pokok dan utama pendidikan Islam adalah

Fadhilah (keutamaan).24

Kualitas suatu masyarakat ditentukan oleh kualitas pendidikan para

anggotanya. Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

anggota masyarakat adalah dengan cara meningkatkan kualitas pengetahun dari

masyarakat itu sendiri. Masyarakat merupakan lembaga pendidikan yang ketiga

setelah pendidikan lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Dengan kata lain

pendidikan agama dapat didefinisikan sebagai untuk mengaktualkan sifat-sifat

kesempurnaan yang telah di anugerakan Allah swt kepada manusia, upaya

23
Muhammad Insan Jauhari, Pendidikan Anti Kekerasan Perpektif al-Quran dan
Implementasinya Dalam Pengajaran PAI. Jurnal Pendidikan Agama Islam UIN Sunan Kalijaga,
Vol. 8. No. 16. 2016, h. 8
24
Muhammad Athiyyah Al-Abrasyi, Prinsip-prinsip Dasar Pendidikan Islam, (Bandung:
Pustaka Setia, 2018), h. 13.
28

tersebut dilaksanakan tanpa pamrih apapun kecuali untuk semata-mata beribadah

kepada Allah swt. 25

Oleh karena itu pendidikan khususnya pendidikan Islam terhadap akhlak

modern dapat di uraikan dalam beberapa aspek sebagai berikut :

a. Mengadakan rumusan terhadap arah kiblat pendidikan Islam yaitu acuan


orientasi pengembangan kependidikan untuk diperlakukan secara nasional.
b. Merevitalillisasi pendidikan Islam yaitu mengaksentualisasikan pada
pentingnya pendidikan Islam terhadap masyarakat sehingga menjadi sebuah
keniscayaan. Misalnya seperti pengajian, majlies ta’lim dan sebagainya.
c. Mendirikan lembaga pendidikan yang mampu memiliki jaringan akses yang
luas sehingga masyarakat dapat mengambil edukasi dari lembaga
pendidikan tersebut melalui kader-kadernya.
d. Mengembangkan buku-buku pendidikan Islam terhadap masyarakat luas
dengan harga yang terjangau disamping itu disajikan dengan bahasa yang
ringan dan mudah di cerna oleh kelompok masyarakat akar rumput (awam).
e. Memberikan edukasi kepada masyarakat melalui konten-konten pada media
massa yang berfaedah melalui peraturan yang tegas dan disiplin baik kepada
penyedia konten maupun pengguna konten (konsumen).26
Dengan demikian disamping manusia merumuskan dasar filosofis juga

perlu untuk segera mengatasi kesalah pahaman umat terhadap pendidikan Islam,

bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan yang monodualitik dan dikotomik

antara ilmu-ilmu umum dan ilmu-ilmu agama. Saat ilmu sudah diintegrasikan

maka keagamaan umat dalam menghadapi zaman yang semakin banyak tantangan

berganti dengan langkah tegap menyongsong harapan-harapan. Pada dataran

aplikasinya, untuk merumuskan dasar-dasar filosofis dan mengintegrasikan ilmu

agama dan umum para pemikir ataupun cendikiawan sangat perlu untuk

memikirkan melalui dataran politis. Sebab persoalan sebenarnya sudah masuk

25
Wahyudin, Fungsi Pendidikan Islam Dalam Hidup dan Kehidupan Manusia (Manusia
yang Memiliki Fitrah/Potensi dan Sebagai Makhluk yang Harus Didik/Mendidik), Jurnal Inpirasi
Pendidikan, Vol. 5 No. 2 (2016), h. 415
26
A. Gani, Pendidikan Akhlak Mewujudkan Masyarakat Madani, Al-Tadzkiyyah Jurnal
Pendidikan Islam, Vol. 6. No. 8 (November 2015), h. 136
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/tadzkiyyah/article/view/1518/0 (24 Maret 2021)
29

dalam sub sistem pendidikan Islam itu pada mereka yang mengatur suatu

pemerintahan.

c. Fungsi Pendidikan Islam

Pendidikan mempunyai peran dan fungsi ganda, pertama peran dan

fusnginya sebagai instrument penyiapan generasi bangsa yang berkualitas. Kedua

peran serta fungsi sebagai intrumen transfer nilai. Fungsi pertama menyiratkan

bahwa pendidikan memiliki peran artukulasi dalam membekali seseorang atau

sekelompok orang dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan, yang

berfungsi sebagai alat untuk menjalani hidup yang penuh dengan dinamika,

kompetensi dan perubahan, fungsi kedua menyiratkan peran dan funsgi

pendidikan sebagai instrument tranformasi nilai-nilai luhur dari satu generasi

kegenerasi berikutnya. Kedua fungsi tersebut secara eksplisit menandai bahwa

pendidikan mengandung makna bagi pengembangan sains dan teknologi serta

pengembangan etika, moral dan nilai-nilai spiritual kepada masyarakat agar

tumbuh dan berkembang menjadi warga negara yang memiliki kepribadian yang

utuh sesuai dengan fitrahnya, warga negara yang beradab dan bermartabat,

terampil dan demokratis serta memiliki keunggulan komperatif.27

Salah satu fungsi pendidikan adalah proses pewarisan nilai-nilai dan

budaya masyarakat dari satu generasi kepada generasi berikutnya atau oleh pihak

yang lebih tua kepada yang lebih muda. Dalam interaksi sosiologig terjadi pula

proses pembelajaran. Pada saat itu seseorang yang lebih tua dituntut untuk

menggunakan nilai-nilai yang sudah diterima oleh aturan etika dan akidah umum

masyarakat tersebut. Diharapkan pula agar pendidikan mampu mengembangkan

27
Abd. Rahman An-Anhlawi, Prinsip-prinsip Pendidikan Islam, (Bandung: Diponegoro:
2017), h. 163
30

dan menginternalisasikan nilai-nilai tersebut kepada peserta didik dengan

memperhatikan perkembangan kebudayaan dan peradaban yang muncul.

Sehingga proses pembelajaran yang terjadi dapat menginternalisasikan nilai dan

nilai tersebut apllikatif dalam kehiduan peserta didik selanjutnya.28

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa (UU RI No 20 Tahun 2003 Pasal 3).

“Pembentuk watak dan Peradaban bangsa dan martabat” merupakan salah satu

esensi utama dari ajaran agama, dan pendidikan agama sebagai salah satu media

yang sangat strategis untuk pembudayaan itu.29

C. Landasan al-Quran dan Hadis Tentang Kehidupan Tasawuf

Setiap ilmu pengetahuan baik itu ilmu agama maupun ilmu pengetahuan

umum, masing-masing memiliki landasan yang nantinya mampu dijadikan dasar

kebenaran dari ilmu tersebut. Seperti dalam ilmu tasawuf, yang bersumber dari

Islam dan tumbuh serta berkembang dengan perantara ajaran Islam yaitu suatu inti

dari ajaran dalam Islam yang bertujuan untuk mendekatrkan diri kepada Allah

swt. Sumber ajaran tasawuf bermula dari ajaran agama Islam itu sendiri yaitu al-

Quran dan Hadis. Banyak sekali terdapat dalam yaitu al-Quran maupun Hadis

yang menjelaskan tentang tasawuf, antara lain sebagai berikut :

a. al-Quran

Landasan ajaran tasawuf bermula dari ajaran agama Islam sendiri yaitu al-

Quran dan Hadis, sebagaimana dalam hukum Islam al-Quran sebagai sumber yang

28
Harun Nasution dan Bakhtiar Efendi, Hak Azazi Manusia dalam Islam, (Jakarta: Pustaka
Firdaus, 2017), h. 50
29
Marwan Saridjo, Mereka Bicara Pendidikan Islam Sebagai Budaya Rampai, (Jakarta:
PT. Rajagrafindo Persada, 2018), h. 25
31

pertama. al-Quran adalah kalam Allah swt yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad saw. Dalam al-Quran tersebut terdapat banyak pesan-pesan ajaran

Islam seperti akidah, syariat maupun akhlak. Selain itu al-Quran ditaati,

sebagaimana al-Quran dijadikan sumber segala ilmu pengetahuan.

Dalam al-Quran banyak pelajaran serta pesan-pesan yang dapat

memberikan motivasi bagi manusia untuk bersikap zuhud di dunia. Terdapat dari

beberapa ayat al-Quran yang menjelaskan tentang hakikat dunia, bahwa dunia ini

adalah permainan, sedangkan akhirat adalah alam yang kekal dan kehidupan yang

hakiki adalah kehidupan akhirat. Sebagaimana firman Allah swt dalam Surah al-

Hadid/57: 20-21 sebagai berikut :

      


       
        
         
        
       
        
          
Terjemahnya :
Ketahuilah bahwa sesungguhuunya kehidupan dunia itu hanyalah
permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megan
antara kamu serta berbangga-bangga tentang benyaknya harta dan anak,
seperti hujan yang tanam-tanamannya mengangumkan para petani,
kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning
kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan
ampunan dari Allah swt serta keridaan-Nya. Dan kehidupan duniaini tidak
lain hanyalah kesenangan yang menipu. Berlomba-lombalah kamu kepada
(mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluar
langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang berikan kepada
Allah dan Rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa
yang dikehendaki-Nya. Dan Allah swt mempunyai karunia yang besar.30

Adapun ayat lain yang memotivasi manusia untuk hidup zuhud dan

waspada akan sikap cinta dunia dan gemerlapnya. Sesungguhunya orang yang
30
Ibid. Kementerian Agama Republik Indonesia, h. 798
32

membaca al-Quran secara bersungguh-sungguh akan menjumpai ayat yang

mampu membuka pintu dzikir, intropeksi diri dalam membetengi diri dari dampak

negatif kehidupan modern. Allah swt berfirman dalam Q.S Ali Imran/3: 191

sebagaimana berikut :

      


        
     
Terjemahnya :
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah swt sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia. Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka”.31

b. Hadis

Hadis merupakan landasan ajaran tasawuf setelah al-Quran, sebagaimana

dalam hukum ajaran Islam. Sumber tasawuf juga dapat di lihat dalam kerangka

hadis, salah satu hadis yang menjelaskan tentang tasawuf dan menjadi sumber

landasannya adalah sebagai berikut :

: ‫ اِ َّن هّٰللا َ تَ َعالى قَا َل‬: ‫صلَّى هّٰللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ ‫هّٰللا‬
َ ِ ‫ال َرسُوْ ُل‬ َ َ‫ ق‬: ‫ قَا َل‬،ُ‫ي ُ َع ْنه‬
‫ هّٰللا‬h ‫ع َْن َٔابي هُريْرةَ رض‬
َ ِ َ َ ْ ِ
َ ُ ْ
‫ا‬hh‫ َو َم‬،‫ي ِم َّماافت ََرضْ تهُ َعل ْي ِه‬ َ ‫َٔا‬
َّ ‫َّب َع ْب ِديْ بِ َشي ٍء َحبَّ ِٕال‬ َ
َ ‫ َو َماتَقر‬،‫ب‬ ْ ُ ْ َ َ َ َ
ِ ْ‫َم ْن عَادَى لِي َوليَّا فق ْد ٓاذنتهُ بِل َحر‬
ُ‫ره‬h‫ص‬ َّ ُ ْ ُ ‫َٔا‬ َ َ ‫ُٔا‬
َ َ‫ َوب‬،‫ ِه‬hِ‫ َم ُع ب‬h‫ ْم َعهُ ال ِذيْ يَ ْس‬h‫ فاِذا حْ بَ ْبتهُ كنت َس‬،ُ‫ي بِاالنَّ َوافِ ِل َحتى ِحبَّه‬
ُ َّ َّ ‫يَ َزا ُل َع ْب ِديْ يَتَقَرَّبُ ِٕال‬
‫ َولَىِٔ ِن‬،ُ‫َٔالَنِ ْي ُٔاَل ْع ِطيَنَّه‬h ‫ َواِ ْن َس‬،‫ا‬hhَ‫ ْي بِه‬h ‫هُ الَّتِ ْي يَ ْم ِش‬h َ‫ َو ِرجْ ل‬،‫ا‬hhَ‫ َدهُ الَّتِ ْي يُب ِْطشُ بِه‬h َ‫ َوي‬،‫ ُربِ ِه‬h ‫ْص‬ ِ ‫الَّ ِذيْ يُب‬
ُ‫ي اَل َ ِع ْي َذنَّه‬hْ ِ‫ا ْستَ َعا َذن‬
Artinya :
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu ia berkata, Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla
berfirman, ’Barangsiapa memusuhi wali-Ku, sungguh Aku mengumumkan
perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan
sesuatu yang lebih Aku cintai daripada hal-hal yang Aku wajibkan
kepadanya. Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan
ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah
mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk
mendengar, menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat,
31
Ibid. Kementerian Agama Republik Indonesia, h. 101
33

menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya


yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, Aku pasti
memberinya. Dan jika ia meminta perlindungan kepadaku, Aku pasti
melindunginya.32
Hadis di atas memberi petunjuk bahwa manusia dan Tuhan dapat bersatu.

Diri mausia dapat melebur dalam diri Tuhan, yang selanjutnya dikenal dengan

istilah fana’. Fananya makhluk terhadap khalik, yang mencintai dengan yang

dicintai. Fana adalah bersatunya hamba dengan zat yang tinggi yang bisa

dirabanya dengan hatinya. Namun, istilah “lebur” atau “fana” ini, menurut

penulis, harus dipertegas bahwa antara Tuhan dan manusia tetap ada jarak atau

pemisah, sehingga tetap berbeda antara Tuhan dengan hamba-Nya. Di sini hanya

menunjukkan keakrabanantara makhluk dan Khaliq-Nya.

32
Harun Arsyad, Dalam Jiwa Tasawuf Suci, (Jakarta: Yayasan Paramadina, 2019), h. 76

Anda mungkin juga menyukai