Anda di halaman 1dari 13

AKHLAK ATAU TASAWUF DAN

CHARACTER BUILDING GURU


Disusun oleh: Adela Puspitasari
Irfan Febriyana
Pengertian, Ruang Lingkup dan Kedudukan Akhlak atau
Tasawuf serta Perbedaan dengan Moral dan Etika.

1. Pengertian Tasawuf
Tasawuf dalam pengertian umum berarti kecenderungan mistisme universal yang ada sejak
dahulu kala, berasaskan sikap zuhud terhadap keduniaan (aksetisme), dan bertujuan
membangun hubungan (ittishal) dengan al-mala ‘al-a’ la yang merupakan sumber kebaikan,
emanasi, dan ilumunasi.
Definisi- definisi tetang tasawuf:
 Al – Junaid mengatakan : Tasawuf adalah keharusan (‘unwah) yang tidak ada kelonggaran
(shulh) didalamnya. katanya lagi, tasawuf adalah dzikir disertai ijtima’, wajd disertai istima’,
amal disertai ittiba’.
 Abu Bakar asy-Syibli : tasawuf adalah permurnian hati atau pengosongannya dari selain
Allah.
 As-Sarraj mengatakan: Muhammad bin Ali al-Qashshab –guru al-Junaid- pernah ditanya apa
itu taswuf? Jawabannya: (Tasawuf adalah) akhlak mulia yang muncul Pada zaman mulia, dari
seorang yang mulia, bersama kaum yang mulia.Dengan bahasa lain, prinsip dasar terpenting
tasawuf adalah berbudi pekerti luhur sebagaimana yang digalakkan islam.
 Abu Ali ar-Rudzabari mengatakan: tasawuf berarti bening kedekatan setelah keruh kejauhan.
 Asy-Syibli mengatakan: Tasawuf adalah kilatan cahaya yang membakar.
2. Ruang lingkup
Tasawuf memiliki tujuan yaitu untuk memperoleh suatu hubungan khusus langsung dari Allah.
Hubungan yang dimaksud mempunyai makna dengan penuh kesadaran, bahwa manusia
sedang berada di hadirat Allah. Kesadaran tersebut akan menuju kontak komunikasi dan
dialog antara roh manusia dengan Allah. Keberadaannya yang dekat dengan Allah akan
membentuk “Ijtihad” (bersatu) dengan Tuhan. Demikian ini menjadi inti persoalan “Sofisme”
baik pada agama islam maupun di luarnya.
Dengan pemikiran tersebut, dapat dipahami bahwa “tasawuf” adalah suatu ilmu yang
mempelajari suatu cara, bagaimana seseorang dapat mudah berada di hadirat Allah SWT
(Tuhan). Maka gerakan “kejiwaan” penuh dirasakan guna memikirkan betul suatu hakikat
kontak hubung yang mampu menelaah informasi dari Tuhannya.
Tasawuf dalam islam beresensi pada hidup dan berkembang mulai dari bentuk hidup
“kezuhudan” (menjauhi kemewahan duniawi). Tujuan tasawuf untuk bisa berhubungan langsung
dengan Allah. Dengan maksud ada perasaan benar-benar berada di hadirat Allah. Para sufi
beranggap bahwa ibadah yang diselenggarakan dengan cara formal belum dianggap
memuaskan karena belum memenuhi kebutuhan spiritual kaum sufi.
Dengan ini, maka jelas bahwa ruang lingkup ilmu tasawuf itu adalah hal-hal yang berkenaan
dengan upaya-upaya atau cara-cara untuk mendekatkan diri kepada Allah yang bertujuan
untuk memperoleh suatu hubungan khusus secara langsung dari Allah.
3. Kedudukan Tasawuf
Kedudukan tasawuf dalam ajaran Islam adalah sebuah bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari ajaran Islam. Karena memang dasar dalam ilmu tasawuf adalah
al-Qur’an, as-Sunnah dan al-Atsar (peninggalan) para ulama terpercaya.
Maka dalam keyakinan ini pula, Imam al-Syatibi dalam kitabnya al-I’tisham
membela mati-matian tasawuf dan para sufi dari tuduhan orang-orang yang
menuduhnya sebagai ilmu yang keluar dari syariat Islam dan membersihkan para
sufi dari julukan sebagai ahli bid’ah, bahkan beliau sebaliknya menjuluki orang
yang menolak tasawuf dan para sufi sebagai orang bodoh yang ahli bid’ah. Dan
beliau menegaskan bahwa para sufi adalah orang selalu menimbang awal
perbuatan dan perkataannya dengan itba’ sunnah Nabi dan menjauhi segala yang
dilarang dan bertentangan dengan sunnah Nabi.
4. Perbedaan Tasawuf dengan Moral dan Etika
Tasawuf merupakan istilah yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Nilai-nilai yang menentukan baik dan buruk, layak atau tidak layak suatu
perbuatan, kelakuan, sifat, dan perangai dalam akhlak yang bersifat
universal dan bersumber dari ajaran Allah SWT. Sedangkan etika sendiri
merupakan filsafat yang mempelajari atau kualitas nilai, pengetahuan
tentang nilai-nilai,serta menjadi studi mengenai standar dan penilaian dan
kesusilaan tentang baik dan buruknya moral.
Akhlak Terhadap Allah, Sesama
Manusia dan Alam
1. Akhlak Terhadap Allah
Akhlak kepada Allah dilakukan dengan cara berhubungan dengan Allah
melalui media-media yang telah disediakan Allah, yaitu ibadah yang langsung
kepada Allah seperti sholat, puasa dan haji. Pelaksanaan ibadah-ibadah itu secara
benar menurut ketentuan syariat serta dilakukan dengan ikhlas mengharap ridho
Allah, merupakan akhlak yang baik terhadap-Nya.
Berakhlak kepada Allah diajarkan pula oleh Rasul dengan bertahmid, takbir, tasbih,
dan tahlil. Takmid adalah membaca hamdallah yang merupakan tanda terimakasih
kepada Allah atas nikmat yang telah diberikan-Nya. Takbir adalah mengucap Allahu
Akbar yang merupakan ungkapan pengakuan akan kemahabesaran Allah yang
tiada taranya. Tasbih adalah menbaca subhanallah sebagai ungkapan kekaguman
atas kekuasaan Allah yang tak terbatas yang ditampakkan dalam seluruh ciptaan-
Nya. Tahlil adalah membaca la ilaaha illa llahu yaitu suatu ungkapan pengakuan dan
janji seorang muslim yang hanya mengakui Allah sebagai satu-satunya Tuhan.
Berakhlak terhadap Allah diungkapkan pula melalui berdo’a. Berdo’a merupakan
bukti ketakberdayaan manusia dihadapan Allah, karena itu orang yang tidak
pernah berdo’a dipandang sebagai orang yang sombong.
2. Akhlak terhadap sesama manusia
Akhlak kepada sesama manusia dapat dibagi menjadi tiga yaitu aklak kepada orang tua, diri
sendiri dan mayarakat. Pertama aklhak terhadap orang antara lain:
Pertama yaitu mencintai mereka melebihi cinta kepada keluarga yang lainnya. Kedua
merendahkan diri kepada orang tua dan perasaan kasih sayang untuk mereka, ketiga
berkomunikasi dengan lembut dan sopan kepada orang tua dan selalu bersikap merendah
diri, keempat selalu mengikuti nasihat-nasihat yang diberikan oleh orang tua, kelima tidak
menyinggung dan menyakiti orang tua. Kedua kepada diri sendiri kita bisa diawali dengan
kesucian diri, menutup aurat, menjauhi perbuatan yang jahat, menjauhi dengki dan dendam,
dan terakhir berprilaku adil terhadap diri sendiri maupun dengan orang lain. Dan ketiga
akhlak kepada masyarakat pertama kita harus menghormati nilai dan norma yang berlaku
dalam masyarakat, lalu Saling tolong menolong dalam melakukan kebajikan dan taqwa,
ketiga selalu bermusyawarah.
3. Akhlak terhadap alam
Selama ini, masalah akhlak ini hanya sering terfokus terhadap hubungan antar manusia saja.
Padahal, akhlak terhadap lingkungan juga sangatlah penting. Kita lihat sekarang ini banyak
sekali tingkah laku manusia yang tidak mempedulikan lingkungan sekitarnya, misalnya dengan
menebang hutan, mengubah area hutan menjadi area pemukiman, yang akan mengakibatkan
pemanasan global karena hutan yang bisa digunakan untuk mengolah kadar karbondioksida
di alam ini sudah mulai tiada. Dalam kasus ini, kita harus mengetahui mana yang baik dan
mana yang buruk. Jangan hanya memikirkan kepentingan diri kita sendiri saja tapi merusak
lingkungan. Saat ini, alam sudah sangatlah kritis. Namun, setidaknya saat ini sudah mulai
bermunculan aksi-aksi untuk melakukan penghijauan kembali karena saat ini pemanasan
global pengaruhnya sudah sangat terasa. Setidaknya, dengan peringatan dari Allah ini,
manusia di muka bumi telah sadar dan lebih memperhatikan lingkungan hidupnya lagi. Karena
pada awalnya, manusia diciptakan oleh Allah tujuannya adalah untuk menjadi khalifah di
muka bumi, yang tentunya juga harus dapat melestarikan bumi ini. Sebagai umat Islam harus
sadar untuk memelihara kelestarian lingkungan hidup, menjaga dan memanfaatkan alam
terutama hewani dan nabati, flora dan fauna yang sengaja diciptakan oleh Allah untuk
kepentingan manusia, dan juga kita harus sayang kepada sesama makhluk hidup.
Konsep Tasawuf dan Tingkatannya
1. Hakikat
Para sufi menyebut diri mereka “ahl-haqiqah.” Penyebutan ini mencerminkan obsesi mereka terhadap
kebenaran yang hakiki. Karena itu, mudah dipahami kalau mereka menyebut Tuhan dengan “al-haqq,”
seperti yang tercermin dalam ungkapan al-Halaj, “ana al-haqq” (aku adalah Tuhan). Obsesi terhadap
hakikat (realitas absolut) ini tercermin dalam penafsiran mereka terhadap formula “la ilaha illa Allah”
yang mereka artikan “tidak yang mereka artikan “tidak ada realitas yang sejati kecuali Allah.”
Pernyataan “la ilaha illa Allah’ ditafsirkan para sufi sebagai penafian terhadap eksistensi dirinya, sebagai
realitas.
2. Makrifat
Makrifat adalah sejenis pengetahuan dengan mana para sufi menangkap hakikat atau realitas yang
menjadi obsesi mereka. Makrifat berbeda dengan jenis pengetahuan lain, tidak melalui representasi,
image atau simbol dari objek-objek penelitiannya itu.
Makrifat dapat dibedakan dari ilmu-ilmu rasional, dimana pemilahan secara antara subjek dan objek
begitu dominan dan jarak antara keduanya sangatlah lebar. Makrifat, seperti yang telah dikemukakan;
artinya ia harus dialami, bukan dipelajari
3.Tarekat
Tharekat (thariqah) berarti jalan, hanya saja kalau yang pertama jalan raya (road), maka yang terakhir
adalah jalan sempit (path). Selain tarekat sering juga digunakankata “suluk” yang artinya juga
perjalanan spiritual, dan orangnya disebut “salik”. Tetapi ada pengertian lain dari tarekat, yakni sebagai
persaudaraan atau ordo spiritual. Sebuah kelompok persaudaraan atau ordo spiritual yang biasanya
didirikan oleh sufi besar seperti Abd-Qadir Jilani, Sadzili, Jalal al-Din Rumi, dan lain-lainnya.
Filsafat dan Pembaharuan
Kata “filsafat” berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu dari kata “philos” dan “Shopia”.
Philos artinya cinta yang sangat mendalam, dan sophia artinya kearifan atau
kebijakan. Jadi arti filsafat secara harfiah adalah cinta yang sangat mendalam
terhadapat kearifan atau kebijakan. Filsafat dapat diartikan sebagai suatu
pendirian hidup (individu) dan dapat juga disebut pandangan hidup (masyarakat).
Pada bagian lain Harold Tisus mengemukakan makna filsafat yaitu :
1. Filsafat adalah suatu sikap tentang hidup dan alam semesta
2. Filsafat adalah suatu metode berpikir rekflektif dan penelitian penalaran
3. Filsafat adalah suatu perangkat masalah-masalah
4. Filsafat adalah seperangkat teori dan sistem berpikir
Berfilsafat merupakan salah satu kegiatan/ pemikiran manusia memiliki peran yang
penting dalam menentukan dan menemukan eksistensinya. Berfilsafat berarti berpikir,
tetapi tidak semua berpikir dapat dikategorikan berfilsafat. Berpikir yang
dikategorikan berfilsafat adalah apabila berpikir tersebut mengandung tiga ciri
yaitu radikan, sistematis dan universal. Untuk ini filsafat menghendaki lah pikir yang
sadar, yang berarti teliti dan teratur. Berarti bahwa manusia menugaskan pikirnya
untuk bekerja sesuai dengan aturan dan hukum-hukum yang ada, berusaha
menyerap semua yang berasal dari alam, baik yang berasal dari dalam dirinya
atau diluarnya.
Karakter Guru Profesional
Sifat-sifat atau karakteristik guru-guru yang disenangi oleh para siswa adalah guru-guru
yang.(1) demokratis, yakni guru yang memberikan kebebasan kepada anak disamping
mengadakan pembatas-pembatasan tertentu, tidak bersifat otoriter, dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berperan serta dalam berbagai kegiatan; (2) suka bekerja
sama (kooperatif), yakni guru yang bersikap saling memberi dan saling menerima serta
dilandasi oleh kekeluargaan dan toleransi yang tinggi; (3) baik hati, yakni suka memberi dan
berkorban untuk kepentingan anak didiknya; (4) sabar, yakni guru yang tidak suka marah dan
lekas tersinggung serta suka menahan diri; (5) adil, yakni tidak membeda-bedakan anak didik
dan memberi anak didik sesuai dengan kesempatan yang sama bagi semuanya; (6)
konsisten,yakni selalu berkata dan bertindak sama sesuai dengan ucapannya; (7) bersifat
terbuka, yakni bersedia menerima kritik dan saran serta mengakui kekurangan dan
kelemahannya; (8) suka menolong, yakni siap membantu anak-anak yang mengalami kesulitan
atau masalah tertentu; (9) ramah-tamah, yakni mudah bergaul dan disenangi oleh semua
orang, tidak sombong dan bersedia bertindak sebagai pendengar yang baik disamping
sebagai pembicara yang menarik; (10) suka humor, yakni pandai membuat anak-anak
menjadi gembira dan tidak tegang atau terlalu stres.
Kriteria Guru Profesional
Menurut Surya (2005), guru yang profesional akan yang
tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang
ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode.
Selain itu, juga ditunjukan melalui tanggung jawabnya dalam
melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru yang profesional
hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung
jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua,
masyarakat, bangsa negara, dan agamanya.
Guru profesional adalah guru yang mengenal tentang dirinya.
Yaitu, dirinya adalah pribadi yang dipanggil untuk
mendampingi peserta didik/dalam belajar. Guru dituntut
mencari tahu terus-menerus bagaimana seharusnya peserta
didik itu belajar.
Sementara itu, Departemen Pendidikan Amerika Serikat menggambarkan bahwa
guru yang baik adalah dengan ciri-ciri sebagai berikut.
 Guru yang baik adalah guru yang waspada secara profesional. Ia terus berusaha
untuk menjadikan masyarakat sekolah menjadi tempat yang paling baik bagi anak-
anak muda.
 Mereka yakin akan nilai atau manfaat pekerjaannya. Mereka terus berusaha
memperbaiki dan meningkatkan mutu pekerjaannya.
 Mereka tidak lekas tersinggung oleh larangan-laranngan dalam hubungannya
dengan kebebasan pribadi yang dikemukakan oleh beberapa orang untuk
menggambarkan profesi keguruan. Mereka secara psikologis lebih matang
sehingga rangsangan-rangsangan terhadap dirinya dapat ditaksir.
 Mereka memiliki seni dalam hubungan-hubungan manusiawi yang diperolehnya dari
pengamatannya tentang bekerjanya psikologi, biologi, dan antropologi kultural
didalam kelas.
 Mereka berkeinginan untuk terus tumbuh. Mereka sadar bahawa dibawah
pengaruhnya, sumber-sumber manusia dapat berubah nasibnya (Hamalik, 2002).

Anda mungkin juga menyukai