Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MANUSIA DAN AGAMA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


DEPARTEMENT TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN
PSIKOLOGI
2023/2024

Dosen Pengampu: Fungki Febrianto M.Pd

Disusun Oleh:
Ilona Melva Septiana (23010530058)
Iffah Nur Fauziyyah (23010530075)
Akmal Falah Arridho (23010530067)
Hudha Firmansyah Rhenadhi (23010530059)
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami, sebagai penulis makalah ini keseh
atan, kelimpahan Rahmat, Taufik, dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah i
ni yang berjudul “Manusia dan Agama” dengan tepat waktu dan sebaik-baiknya guna memen
uhi tugas mata kuliah Pendidikan agama islam.

Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada segala pihak yang turut
membantu dan mendukung dalam pengerjaan makalah ini. Terutama kepada pak Fungki
Febiantoni M.Pd. . selaku dosen pembimbing kami di mata kuliah Pendidikan agama serta
teman-teman yang telah membantu kami serta saudara dan orang tua yang telah turut
mendukung kami.

Kami sebagai penulis sekaligus penyusun sangat menyadari bahwa makalah ini masih sangat
jauh dari kata sempurna. Adapun kesalahan yang tertulis adalah semata-mata kesalahan kami
dan kebenaran hanyalah milik Allah SWT. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun kepada pembaca untuk menjadi bahan intropeksi diri kami.

Semoga makalah ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi semua pihak dan dapat
menjadikan kita sebagai manusia yang berwawasan luas.

Yogyakarta, 24 Agustus 2023


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang pada hakikatnya adalah makhluk yang lemah dan tidak berday
a meskipun manusia diciptakan sebagai makhluk sempurna sekalipun. Akan tetapi, tatkala ma
nusia terus berkembang yang ditandai dengan majunya teknologi di zaman seperti saat ini me
mbuat manusia menjadi lupa akan siapa dirinya, untuk apa ia dilahirkan di dunia. Pikiran
yang bebas dengan sangat mudah merasuk pikiran manusia dan menjerumuskan manusia ke
jalan yang sesat. Manusia dengan segala ilmu duniawi dan materi yang ia miliki menjadi
sombong dan angkuh, sehingga membuatnya lupa bahwa semua itu adalah pemberian dan
titipan dari Yang Maha Kuasa. Pikiran bebas manusia akan berdampak negatif bila tidak
dikendalikan. Lalu, apa yang dapat mengendalikan pikiran manusia yang cenderung bebas?.

Manusia adalah makhluk yang rumit, tidak ada manusia yang dapat mengendalikan tindakan
manusia lainnya. Rumitnya manusia dapat diibaratkan sebagai sebuah mesin yang disetiap
pembelian mesinnya pasti didampingi dengan buku pedoman agar dapat digunakan,
dimanfaatkan dan mencapai tujuan yang baik. Lalu, apa yang menjadi buku pedoman
manusia?. Oleh karena itu, manusia sangat perlu mengetahui siapa dirinya dan apa
pentingnya agama bagi kehidupan dan pada makalah ini, penulis berusaha untuk menjabarkan
apa itu manusia dan agama.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, kami menemukan masalah sebagai berikut.

1. Apa pengertian manusia?


2. Apa pengertian, fungsi dan tujuan agama?
3. Apa hubungan antara manusia dengan agama?
4. Mengapa manusia perlu memeluk suatu agama?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui tentang manusia dan agama


2. Untuk mengetahui tentang fungsi dan tujuan agama
3. Untuk mengetahui kenapa manusia perlu memeluk satu agama
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pengertian Manusia

A. Manusia dalam Pandangan Islam

Dalam pandangan agama islam, makhluk yang paling mulia dan unik adalah manusia. .
Konsep manusia berdasarkan al-Qur‟an juga menunjukkan bahwa manusia terdiri atas dua
unsur, yaitu unsur materi dan unsur nonmateri. Tubuh manusia berasal dari tanah di bumi dan
ruh berasal dari substansi nonmateri di alam ghaib. Al-Qur‟an juga menjelaskan bahwa
masuknya ruh ke dalam tubuh manusia sewaktu masih berbentuk janin di dalam kandungan
ketika berumur empat bulan.

Ada dua kata dalam Alquran yang berarti manusia, yaitu kata insan dan basyar
(Shihab,1996:277). Meskipun kata tersebut menunjuk pada makna manusia, namun secara
khusus memiliki penekanan pengertian yang berbeda. Perbedaannya dapat dilihat dari uraian
berikut :

1) .Al-Basyar

Menurut Quraish Shihab, kata basyar terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti
penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah
yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar karena kulitnya tampak jelas dan berbeda dengan
kulit binatang. Di bagian lain dari al-Qur‟an disebutkan bahwa kata basyar digunakan untuk
menunjukkan proses kejadian manusia sebagai basyar melalui tahap-tahap hingga mencapai
kedewasaan

Berdasarkan konsep al-basyar, manusia tak jauh berbeda dengan makhluk biologis lainnya,
manusia terikat kepada kaidah prinsip kehidupan biologis seperti berkembangbiak,
mengalami fase pertumbuhan dan perkembangan dalam mencapai tingkat kematangan dan
kedewasaan. Dan sebagai makhluk biologis, manusia juga mengalami proses akhir secara
fisik, yaitu mati. Mati merupakan tahap akhir dari proses pertumbuhan dan perkembangan
manusia sebagai makhluk biologis.

2) 2.Al-Insan

Kata insan digunakan dalam Alquran untuk menunjuk kepada manusia dengan
seluruhtotalitasnya, jiwa dan raga. Manusia yang berbeda antara satu orang dengan yang
lainnyaakibat perbedaan fisik, mental, dan kecerdasan. Dalam Alquran kata insan juga
biasanya sering dihadapkan dengan jin atau jan. Jin adalah makhluk halus yang tidak
tampak,sedangkan manusia adalah makhluk yang nyata lagi ramah.

Setiap manusia yang lahir di dunia membawa fitrah, bakat, dan insting. Yang dibawa manusia
ketika lahir adalah fitrah agama, yaitu unsur ketuhanan. Unsur ketuhanan ini di luar ciptaan
akal budi manusia dan merupakan sifat kodrat manusia. Setiap muslim harus mengetahui
bahwa manusia dikatakan sebagai khalifah oleh Tuhan yang tugasnya adalah membangun
dan mengelola dunia sesuai dengan ketentuan-Nya.

2. Pengertian, Fungsi dan Tujuan Agama


A. Pengertian Agama

Menurut Harun Nasution, kata agama yang dipergunakan dalam bahasa Indonesia sebagai
istilah kerohanian, berasal dari kata Gam yang berarti pergi, Gam diberi awalan “A” yang
berarti tidak, jadi secara harfiah agama bias dikatakan tidak pergi. Artinya Agama akan
senantiasa ada pada manusia dan tidak akan pernah lepas.

Ada juga penulis yang mengartikan bahwa agama menurut bahasa sansekerta terdiri dari dua
kata “A” dan “Gama”, A yang berarti tidak dan Gama yang berarti kacau balau, jadi agama
mempunyai arti tidak kacau balau (teratur) (Anshari, 1979: 11).

to go ada dalam kata bahasa Inggris , sementara dalam bahasa Belanda ada kata ga atau gaan
yang pengertiannya sama dengan kata gam. Tetapi jika diberi awalan dan akhiran a,
pengertiannya berubah dari pergi menjadi jalan. Dengan demikian, agama berarti jalan.
Artinya agama adalah sebagai jalan atau petunjuk kehidupan yang akan mengantarkan
para pemeluknya menuju keselamatan. Pengertian jalan ditemukan sebagai ciri hakiki dalam
banyak agama. Taoisme dan Sinto itu juga bermakna jalan (Gazalba, 1978: 114).

Dapat diambil kesimpulan jika agama adalah sesuatu yang ada dan tidak akan pernah lepas
pada kehidupan manusia agar hidupnya teratur dan menuju ke jalan yang benar. Sementara
itu definisi mutlak dari agama dalam wacananya agak mengalami kesulitan tersendiri, bahkan
hampir mustahil untuk dapat mendefinisikan agama yang bisa diterima atau disepakati semua
kalangan. Untuk itu setidaknya ada tiga cara pendekatan yaitu segi fungsi, institusi, dan
subtansi.

Para ahli sejarah, cenderung mendefinisikan agama sebagai suatu institusi historis. Para ahli
di bidang sosiologi dan antropologi cenderung mendefinisikan agama dari sudut fungsi
sosialnya. Pakar teologi, fenomenologi, dan sejarah agama melihat agama dari aspek
substansinya yang sangat asasi yaitu sesuatu yang sakral. Pada hakikatnya ketiga pendekatan
itu tidak saling bertentangan, melainkan saling menyempurnakan dan melengkapi, khususnya
jika menginginkan agar pluralism agama didefinisikan sesuai kenyatan objektif di lapangan.
Ahli-ahli sejarah pun membagi pendapat mereka sesuai dengan konteks penelitian mereka
yang terbagi ke dalam berbagai teori. Sebagai contohnya adalah teori jiwa yang mana agama
menurut salah satu ahli muncul karena jiwa manusia dan pemikiran rasional manusia akan
keadaan dalam kehidupan, serta teoriteori lainnya berikut teori-teori asal-usul agama :
a. Teori Jiwa

Teori ini pertama kali dikemukakan oleh seorang ”Reader in Anthropology” yang
bernama E.B Tylor yang merupakan guru besar di Universitas Oxford. Sebagai teoritis dalam
bidang agama, pandangannya banyak dipengaruhi oleh alam pemikiran yang berkembang di
masanya. Ia menjelaskan mengenai asal-usul kepercayaan pada jiwa, bahwa manusia primitif
dihadapkan pada masalah perbedaan antara orang hidup dan mati dan mempertanyakan
sebabnya. Pada saat yang sama, manusia primitif juga heran karena bertemu dengan ruh
orang yang sudah mati. Berdasarkan kedua hal tersebut, manusia primitif mempostulasikan
adanya jiwa yang dapat meninggalkan badan ketika orang tidur atau transe, atau pergi
selamanya setelah orang meninggal dunia. Tylor juga melihat adanya hubungan antara kata-
kata untuk “Jiwa” (soul) dan “nafas” (breath)yang terdapat dalam berbagai bahasa, juga di
dalam budaya yang dipercaya manusia memiliki banyak jiwa. Dari jiwa manusia, Tylor
berlanjut ke jiwa binatang dan makhluk-makhluk lainnya. Menurutnya, suku primitif belum
mengenal pembedaan psikis yang tegas antara manusa dan binatang. Dalam “psikilogi
primitif”, binatang tumbuhtumbuhan dan benda alam lainnya juga dianggap memiliki jiwa
seperti manusia.3 Mengenai kesatuan jiwa dalam manusia, Tylor beranggapan bahwa di
seluruh dunia banyak hal yang dilakukan atau dikatakan manusia dalam waktu dan tempat
yang berbeda, yang betul-betul serupa satu sama lain. Meskipun mungkin benar bahwa
beberapa persamaan ini berasal dari “deviasi” suatu suku yang behasil mengajarkan ide-ide
yang baik pada suku-suku lain namun sering terjadi adalah bahwa suku yang berbeda-beda
menemukan ide-ide yang sama dan mendapatkan adat kebiasaan yang sama secara
sendirisendiri. Dengan kata lain, kesamaan itu bersifat kebetulan, mereka merupakan
kesamaan fundamentalis dari jiwa manusia.

b. Teori Batas Akal

Teori ini berkembang dan diperkenalkan oleh James George Frazer (1854-1951),
sahabat dekat W. R Smith, adalah sarjana Barat lain yang juga mempelajari totemisme. Minat
utamanya adalah ilmu klasik. Menurut Frazer, “ilmu tentang manusia membutuhkan bantuan
dari mana-mana saja jika hendak dilakukan secara sungguh-sungguh. Karena itu di tahun
1887, diterbitkan pamflet berjudul Questions of the Manners, customs, religion, superstitions
etc. of uncivilized or semicivilized Peoples, yang disebarluaskan ke seluruh dunia. Jawaban
jawabannya dijadikan sebagai dasar antropologis yang dibuat Frazer. Dari The Golden Bough
dapat diambil tiga hal, pertama, definisi kerja magi, kedua, masalah raja ilahi, ketiga, konsep
dewa atau dewi tumbuhan yang mati kemudian hidup kembali. Frazer membedakan dua
macam pemikiran yang mendasari magi. Pertama, prinsip “serupa menghasilkan
serupa”,kedua, begitu benda-benda “berhubungan satu samalain” maka dari jawak tertentu
akan tetap demikian setelah kontak fisik tersebut diputus. Yang pertama disebut homeopathic
atau immitative magic (seperti memercikkan air supaya terjadi hujan), dan yang kedua
disebut contagius magic (seperti menggunakan bagianbagian tertentu badan manusia, rambut,
kuku dan sebagainya). Jika sebuah magi ditunjukkan kepada yang buruk, maka disebut
dengan “magi hitam”, dan sebaliknya. Frazer juga membuat teori tentang agama dan magi.
Agama didefinisikannya sebagai a propitiation of conciliation of powers superior to man
which are believe to direct and control the course of nature and of human life, suatu
pemujaan atau perdamaian dengan kekuatan-kekuatan yang mengatasi manusia. Manusia
berusaha memanipulasi lingkungan dengan mempergunakan magi, tetapi kemudian manusia
kembali pada “agama” ketika ia tahu bahwa manipulasi tersebut tidak mungkin dilakukan.
Karena magi dan agama berbeda, magi berasal dari kausalitas, sementara agama berasal dari
pada kepercayaan akan kekuatan-kekuatan yang menguasainya. Frazer mengakui bahwa
keduanya sering kali terjalin erat. Tetapi menurutnya, “magic is older than religion in the
history of humanity”, magi lebih tua daripada agama dalam sejarah kemanusiaan. Dimanama
na, abad agama selalu didahului oleh abad magi.

c. Teori Krisis dalam Hidup Individu

Teori ini dikemukakan oleh M. Crawley dalam bukunya Tree of Life dan A. Van
Gennep dalam bukunya Rites de Passages. Menurut sarjana-sarjana tersebut, dalam jangka
waktu hidupnya manusia mengalami banyak krisis yang menjadi objek hidupnya. Betapapun
bahagianya hidup orang, ia selalu ingat akan kemungkinankemungkinan timbulnya krisis,
terutama bencana-bencana sakit dan maut yang tidak dapat dihalangi kedatangannya dengan
kekayaan, harta, ilmu dan kekuatan dirinya. Dalam hal ini, dalam menghadapi krisis dalam
hidupnya, manusia membutuhkan keteguhan iman dan menguatkan dirinya, yang berupa
upacara-upacara yang merupakan pangkal agama dan bentuk-bentuk agama yang tertua.

d. Teori Kekuatan Luar Biasa

Teori ini diperkenalkan oleh Robert Ranuph Marret (1866-1943), murid pelanjut
Tylor. Bidang studi formalnya adalah filsafat. Ia menyampaikan makalah berjudul
“Preanimistic Religion” dalam pertemuan yang diadakan oleh The British Association” di
Dover. Dalam makalahnya mengatakan bahwa agama berkaitan dengan pikiran tertentu yang
tersusun atau konkrit yang di dalamnya emosi dan ide-ide langsung proaktif mendorong
perbuatan. Menurutnya, agama bermula dari kekuatan luar biasa yaitu perasaan hadirnya
suatu objek yang impersonal. Dengan demikian, asal-usul agama menurutnya adalah manna.
Karena manna mendahului animisme, maka teori ini juga dikenal dengan teori preanimisme.
Marret memilih istilah manna untuk menyebut “kekuatan impersonal” dan manna merupakan
kepercayaan kepada ruh-ruh, dewa-dewa bahkan Tuhan.7 Mc. Gregor berpendapat bahwa
adanya kepercayaan animisme dalam masyarakat primitif dengan sihir di luar kekuatan
manusia Halnya manusia tidak bisa hidup tanpa keadaan alam yang baik, dengan adanya
bencana-bencana, banjir dan kerusakan alam bahwa masyarakat percaya bahwa adanya
kekuatan di luar manusia.

e. Teori Sentimen Kemasyarakatan

Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Emile Durkheim yang dikemukakan dalam
bukunya Les Formes Elementaries de la Vie Religiense (1912). Fokus sosiologi agama
Durkheim adalah fungsi yang dimainkan agama dalam menjembatani ketegangan individu
dan dalam menghasilkan solidaritas sosial, menjaga kelangsungan hidup masyarakat ketika
dihadapkan pada tantangan yang mengancam kelangsungan hidup baik dari suku lain, orang-
orang luar maupun dalam dan dari bencana alam. Agama juga mensakralkan kekuatan yang
tergabung dalam suatu suku, oleh karena itu agama adalah sebagai keteraturan sosial yang
mengikat suatu masyarakat dengan tujuan sosial dan nilai yang sama.

f. Teori Wahyu

Teori ini diperkenalkan oleh Andrew Lang (1844-1912). Pertamatama perhatian Lang tertuju
pada difusi bahan-bahan mitologis yang jauh melampaui batas-batas Indo-Eropa seperti yang
dibahas oleh Max Muller. Menurut Lang, mite bersifat rasional dan irrasional yang
membutuhkan penjelasan lebih mendalam. Tahun-tahun akhir kehidupan Lang dihabiskan
untuk mempelajari masalah dewa-dewa tertinggi dan fenomena psikis yang ditulis dalam
bukunya The Making of Religion (1898). Lang menjelaskan bahwa suku-suku primitif
memiliki konsep tentang suatu wujud tertinggi, pengatur dan pencipta illahi, pemikiran ini
sama sekali tidak berasal dari sumber lain. Lang menghadapi kritik dan ia membela
pendapatnya dengan semangat, tidak banyak sarjana yang mengikutinya dan diantara yang
sedikit itu adalah Wilhelm Schmidt, yang di tahun kematian Lang (1912) menerbitkan
bukunya Der Ursprung der Gottesi dee. Sepuluh tahun sebelum itu, 1902, di Swedia, Nathan
Soderblom, guru besar Universitas Upsala, menulis “The science of religion shares with
every other science the fate of being force constantly to revise itself. It is not improbable that
Lang’s discoveries will bring about a considerable upheaval in certain branches of the history
of religion” ilmu agama berbagai dengan ilmu pengetahuan lainnya, nasibnya dipaksa harus
selalu memperbaiki diri. Bukannya mungkin penemuan-penemuan Lang akan membawa
kemajuan penting dalam cabang-cabang tertentu sejarah agama.

B. Fungsi dan Tujuan Agama

Thomas F. O’Dea menyebutkan enam fungsi agama (Djamari, 1988:81) sebagai berikut:
1. Agama menyajikan dukungan moral dan sarana emosional, pelipur lara, dan
rekonsiliasi
2. di saat manusia menghadapi ketidakpastian dan frustrasi.
3. Agama menyajikan sarana hubungan transendental melalui amal ibadat, yang
4. menimbulkan rasa damai dan identitas baru yang menyegarkan.
5. Agama mengesahkan, memperkuat, memberi legitimasi, dan mensucikan nilai dan
6. norma masyarakat yang telah mapan, dan membantu mengendalikan
ketenteraman,
7. ketertiban, dan stabilitas masyarakat.
8. Agama memberikan standar nilai untuk mengkaji ulang nilai-nilai dan norma-
norma
9. yang telah mapan.
10. Agama memberikan fungsi identitas diri.
11. Agama memberikan status baru dalam pertumbuhan dan siklus perkembangan
12. individual melalui berbagai krisis rites.

Ada dua hal pokok yang dapat diambil dari uraian fungsi agama diatas. Pertama, agama
merupakan suatu cakrawala tentang dunia yang tidak terjangkau manusia (beyond), dalam arti
ketika deprivasi (rasa kehilangandiri) dan frustasi dapat dialami sebagai sesuatu yang
memiliki makna. Kedua, agama merupakan sarana yang memungkinkan hubungan antara
manusia dengan Tuhan, yang memberikan jaminan dan keselamatan.

3. Hubungan Antara Manusia Dengan Agama


Manusia dan agama merupakan hal yang sangat penting, karena keduanya sangat
berpengaruh dalam pembinaan generasi yang akan datang. Agama akan menjaga manusia
dari penyimpanan, kesalahan dan menjauhkannya dari tingkah laku yang negatif. Agama juga
merupakan benteng pertahanan bagi generasi muda dalam menghadapi berbagai aliran sesat

1) Hakikat Manusia
Manusia merupakan mahluk hidup yang paling sulit dimengerti meskipun oleh dirinya
sendiri. Manusia adalah mahluk yang tidak bisa ditebak, namun rasional. Manusia juga
memiliki fisik yang baik seperti halnya mahluk hidup lainnya. Manusia juga memiliki akal
sehingga dia dapat menciptakan hal-hal yang luar biasa meskipun secara fisik dia tidak
mampu melakukannya. Manusia melakukan hal-hal hebat dengan bantuan mesin-mesin yang
dibuatnya. Dengan begitu, manusia bukanlah hewan, tapi mirip dengan hewan karena punya
akal dan perasaan. Sehingga manusia tidak memiliki konsep definisi yang jelas akan dirinya.

2) Pengertian Agama

Agama artinya tidak kacau atau adanya keteraturan dan peraturan untuk mencapai arah atau
tujuan tertentu dengan bahasa latinya religio artinya mengembalikan ikatan memperhatikan
dengan seksama jadi agama adalah tindakan manusia untuk mengembalikan ikatan atau
memulihkan hubungan dengan ilahi. Agama merupakan suatu sistem sosial yang di buat
manusia untuk berbakti dan menyembah ilahi perintah dan kata kata tersebut mempunyai
kekuatan ilahi sehingga dapat difungsikan untuk mencapai atau memperoleh keselamatan
pribadi dan masyarakat.

3) Agama sangat penting di kehidupan Manusia


a. Agama sumber moral karna agama mengajarkan iman kepada Tuhan dan kehidupan
akhirat serta karna adanya perintah dan larangan dalam agama
b. Agama petunjuk kebenaran bahwa agama sangat penting bagi kehidupan karna
kebenaran yang gagal dicari oleh manusia sejak dulu kala dengan ilmu filsafatnya,
agama adalah petunjuk kebenaran yaitu kebenaran yang mutlak dan universal
c. Agama sebagai informasi metafisika agama sangat penting bagi manusia dan karena
itu sangat di butuhkan, karena manusia dengan akal, dengan ilmu dan dengan
filsafatnya tidak sanggup menyingkap rahasia metafisika
d. Agama pembimbing rohani bagi manusia hidup orang beriman selalu stabil, tidak ada
goncangan - goncangan bahkan tentram dan bahagia inilah hal yang menakjubkan
dari orang beriman seperti dikatakan oleh nabi kehidupan seluruh nya serba baik.

4) Hubungan Manusia dan Agama

Dalam masyarakat sederhana banyak peristiwa yang terjadi dan berlangsung di sekitar
manusia dan di dalam diri manusia, tetapi tidak di pahami oleh mereka. Yang tidak
dipahami itu di masukan ke dalam kategori gaib. Karena banyak hal atau peristiwa gaib
ini menurut pendapat mereka, mereka merasakan hidup di kehidupan yang penuh ke
gaiban. Menghadapi peristiwa gaib ini mereka merasa lemah dan tidak berdaya untuk
menguatkan diri mereka mencari perlindungan pada kekuatan Tuhan.

Sekarang masih banyak orang yang mengaku tidak memiliki agama atau bahkan tidak
mempercayai agama, tetapi sesungguhnya pasti ada sedikit rung kecil dihatinya orang
tersebut percaya akan agama. Hubungan manusia dengan agama sulit untuk dijelakan
tetapi yang pasti manusia membutuhkan agama dalam hidupnya untuk pegangannya
selama hidup di dunia agar menuju kearah yang benar.
4. Mengapa Manusia Perlu Memeluk Suatu Agama
Dalam hidupnya, manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan dalam
kehidupannya yaitu, kebutuhan Individu. “Peranan Agama dalam Kesehatan Mental”
membagi kebutuhan manusia atas 2 kebutuhan pokok, yaitu: Primer dan Skunder.
a. Kebutuhan Primer
Kebutuhan Primer yaitu berupa kebutuhan Jasmaniah: seperti makan, minum, seks
dan sebagainya (kebutuhan ini didapat manusia semenjak lahir tanpa di pelajari).
Yang dimaksud kebutuhan jasmani adalah kebutuah-kebutuhan yang seratus persen
berkaitan dengan fisik manusia, seperti naluri untuk makan misalnya. Hal ini
merupakan urusan fisik jasmaniyah semata, dan pada saat yang sama ia merupakan
naluri. Artinya ia berkaitan dengan bangunan tubuh manusia dan
lingkungan.Contohnya adalah ketika perasaan lapar muncul dari sejumlah syaraf
pencernaan yang secara otomatis memberi sinyal ke otak manusia (termasuk
binatang). Untuk menghilangkan lapar ini dia harus memasukkan makanan untuk di
komsumsinya.

b. Kebutuhan Skunder

Kebutuhan skunder yaitu kebutuhan Rohaniah seperti kebutuhan-kebutuhan sosial,


kebutuhan ingin dicintai dan disayangi, dihargai lain sebagainya. Kebutuhan ini hanya
terdapat pada manusia dan sudah dirasakan sejak manusia masih kecil. Diantara faktor
yang membedakan manusia dengan binatang dan makhluk lainnya, adalah manusia
dapat menyadari alam di luar dirinya. Atau dengan kata lain manusia dapat berpikir
tentang sesuatu yang ada disekelilingnya. Artinya manusia merupakan makhluk yang
sadar; sadar akan dirinya dan sadar akan alam di sekitarnya (Zakiyah Daradjat, dkk,
155). Oleh karena itu ia mampu membangun relasi dengan segala sesuatu yang ada di
luar dirinya.
Ada beberapa pembagian kebutuhan skunder yaitu sebagai berikut.
1. Kebutuhan akan rasa kasihsayang.
Kebutuhan akan rasa kasih sayang berperanan penting dalam menentukan sikap dan
tingkah laku kejiwaan seseorang. Kurangnya rasa kasih sayang pada diri seseorang
terutama pada anak-anak akan menyebabkan tembok pemisah antara mereka dengan
orang tua nya. Usaha untuk memperoleh kasih sayang itu mungkin akan
mengakibatkan mereka mengeluh, mengadu, dan menjilat, sebagai usaha untuk
memperoleh kasih sayang.

2. Kebutuhan sosial
Kebutuhan sosial manusia bukan disebabkan pengaruh yang datang dari luar sebagai
stimulus seperti layaknya pada binatang akan tetapi, kebutuhan soaial pada manusia
berbentuk nilai. Contohnya seperti: pujian dan kritikan, kekuasaan dan mengalah,
pergaulan, dan perhatian.

3. Kebutuhan Terhadap Agama


Keterkaitan manusia dengan Agama menurut Will Durant “manusia memiliki seratus
jiwa, segala sesuatu bila telah dibunuh, pada kali pertama itupun sudah mati untuk
selama-lamanya, kecuali agama. Ia akan muncul lagi dan kembali hidup setelah mati.
Bahwa agama itu merupakan sifat manusia yang tidak dapat dipisahkan dari manusia
itu sendiri (Ramayulis, 2007: 38-46).

Agama memainkan peran penting dalam kehidupan manusia. Secara teoritis tujuan
agama adalah sebagai salah satu upaya untuk mendapatkan kebahagian dan
kesejahteraan hidup lahir dan batin. Agama merupakan salah satu jalan untuk
senantiasa dekat dengan sang penciptanya. Agama juga merupakan upaya untuk
mencapai keteraturan hidup. Agama melahirkan banyak manfaat dan kegunaan dalam
kehidupan. Dan manusia membutuhkan kehadiran agama untuk mencapai tujuan
tersebut. Beberapa alasan mengapa manusia membutuhkan agama dalam
kehidupannya:

Agama tidak hanya menjadi pedoman dan arahan bagi manusia, agama juga telah
menjadi cita-cita dan semangat bagi Fitrah manusia. Fitrah ada 2 yaitu:

a. Fitrah ilahiah, yaitu tugas dan kewajiban manusia untuk beribadah dan menyembah
terhadap tuhannya.
b. Fitrah insaniah, yaitu manusia harus menyadari bahwa dirinya adalah manusia yang
lemah, insan yang kecil, tak memiliki daya dan upaya selain dari pemberian
penciptanya (Hasanah Hasyim.2013: 53).

Agama memainkan peran penting dalam kehidupan manusia. Secara teoritis tujuan
agama adalah sebagai salah satu upaya untuk mendapatkan kebahagian dan
kesejahteraan hidup lahir dan batin. Agama merupakan salah satu jalan untuk
senantiasa dekat dengan sang penciptanya. Agama juga merupakan upaya untuk
mencapai keteraturan hidup. Agama melahirkan banyak manfaat dan kegunaan dalam
kehidupan. Dan manusia membutuhkan kehadiran agama untuk mencapai tujuan
tersebut.

Dari segi pragmatisme, seseorang menganut suatu agama adalah disebabkan oleh
fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk menjaga kebahagiaan
hidup. Tetapi dari segi sains sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang lain
seperti apa yang diuraikan di bawah ini:
a. Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia.
Agama dikatakan memberi pandangan dunia kepada manusia karena ia senantiasa
memberi penerangan kepada dunia (secara keseluruhan), dan juga kedudukan
manusia di dalam dunia. Penerangan dalam masalah ini sebenarnya sulit dicapai
melalui indra manusia, melainkan sedikit penerangan daripada falsafah.
Contohnya, agama Islam menerangkan kepada umatnya bahwa dunia adalah
ciptaan Allah dan setiap manusia harus menaati Allah. 458 Integration and
Interconnection of Sciences “The Reflection of Islam Kaffah”
b. Menjawab berbagai pertanyaan yang tidak mampu dijawab oleh manusia.
Sebagian pertanyaan yang senantiasa ditanya oleh manusia merupakan pertanyaan
yang tidak terjawab oleh akal manusia sendiri. Contohnya pertanyaan kehidupan
setelah mati, tujuan hidup, soal nasib dan sebagainya. Bagi kebanyakan manusia,
pertanyaanpertanyaan ini sangat menarik dan perlumenjawabnya. Maka, agama
itulah fungsinya untuk menjawab persoalan-persoalan ini.
c. Memainkan fungsi peranan sosial.
Agama merupakan satu faktor dalam pembentukan kelompok manusia.Ini adalah
karena sistem agama menimbulkan keseragaman bukan saja kepercayaan yang sa
ma, melainkan tingkah laku, pandangan dunia dan nilai yang sama.
d. Memberi rasa kekitaan kepada sesuatu kelompok manusia.
Kebanyakan agama di dunia ini menyarankan kepada kebaikan. Dalam ajaran
agama sendiri sebenarnya telah menggariskan kode etika yang wajib dilakukan
oleh penganutnya. Maka ini dikatakan agama memainkan fungsi peranan sosial.
e. Rasa ingin tahu manusia
Manusia lahir tanpa mengetahui sesuatu ketika itu yang diketahuinya hanya ”saya
tidak tahu”. Tapi kemudian dengan pancaindra, akal, dan jiwanya sedikit demi
sedikit pengetahuannya bertambah, dengan coba-coba (trial and error),
pengamatan, pemikiran yang logis dan pengalamannya ia menemukan
pengetahuan. Namun demikian keterbatasan panca indra dan akal menjadikan
sebagian banyak tanda tanya yang muncul dalam benaknya tidak dapat terjawab.
Hal ini dapat mengganggu perasaan dan jiwanya dan semakin mendesak
pertanyaan-pertanyaan tersebut semakin gelisah ia apabila tidak terjawab. Hal
inilah yang disebut dengan rasa ingin tahu manusia. Manusia membutuhkan
informasi yang akan menjadi syarat kebahagiaan dirinya.

5. Kajian Teori
 Hubungan Agama dan Manusia

Betapa besarnya pengaruh agama dalam kehidupan Manusia, baik bagi diri sendiri maupu
n dalam lingkungan keluarga, ataupun di kalangan masyarakat umum. Karena itu dapat
pula dikatakan bahwa agama itu mempunyai fungsi yang amat penting dalam kehidupan
manusia, tanpa agama manusia tidak mungkin merasakan kebahagian dan ketenangan
hidup. Tanpa agama, mustahil dapat dibina suasana aman dan tentram.

Keagamaan adalah perasaan berkaitan dengan Tuhan Yang Maha Kuasa, antara lain
takjub, kagum, percaya yakin keimanan, tawakal pasrah diri, rendah hati ketergantungan
pada Ilahi, merasa sangat kecil kesadaran akan dosa dan lain-lain.

Agama sebagai bentuk keyakinan Manusia terhadap sesuatu yang Maha Kuasa (Adi
Kodrati) menyertai seluruh ruang lingkup kehidupan Manusia baik kehidupan Manusia
individu maupun kehidupan masyarakat, baik kehidupan materil maupun kehidupan
spiritual, baik kehidupan duniawi maupun ukhrawi ,Agama (Islam) merupakan a total
way of life. Tidak ada satu ruangan pun dalam kehidupan Manusia yang tidak di jamah
oleh ajaran agama (Islam). Menurut Elizabeth K. Nottingham meskipun perhatian
manusia tertuju kepada adanya suatu dunia yang tak dapat dilihat (akhirat) namun agama
juga melibatkan dirinya dalam masalah-masalah kehidupan sehari-hari.

Dalam pandangan positivism atau materialism, jika sains dan teknologi sudah maju,
masyarakat tidak membutuhkan agama lagi sebab semua kebutuhan dan keinginan
mereka sudah terpenuhi oleh sains dan teknologi. Sepintas pernyataan tersebut ada
benarnya, tetapi ketika direnungkan lebih dalam timbul persoalan. Apakah keinginan
manusia betul-betul mampu dipenuhi oleh sains dan teknologi?[9] Bagaimana ia mampu
memenuhi keinginan yang tidak terbatas, seperti dia tidak ingin mati. Apakah teknologi
yang sangat canggih itu mampu mengatasi persoalan tersebut? Kalau memang ada
teknologi yang mampu mengatasi persoalan tersebut akan dipastikan semua orang akan
menganut faham ini. Ternyata pandangan materialism tersebut tidak dapat
dipertanggungjawabkan karena alur pikirannya tidak logis.

Kebanyakan ahli studi keagamaan sepakat bahwa agama sebagai sumber nilai, sumber
etika, dan pandangan hidup yang dapat diperankan dalam kehidupan bermasyarakat dan
berbangsa.[10] Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi perlunya manusia terhadap
agama.

6. Kesimpulan
Agama menurut bahasa sangsakerta, agama berarti tidak kacau (a = tidak gama = kacau)
dengan kata lain. Agama merupakan tuntunan hidup yang dapat membebaskan manusia dari
kekacauan. Agama adalah sesuatu yang ada dan tidak akan pernah lepas pada kehidupan
manusia agar hidupnya teratur dan menuju ke jalan yang benar. Agama berhubungan erat
dengan manusia sebagai pedoman hidup manusia. Manusia memerlukan Agama untuk
mengatur hidupnya, memberikan pandangan dan sebagai tujuan hidup. Sampai kapanpun
agama akan terus terikat dengan kehidupan manusia.
Agama menyebabkan adanya peraturan terikat kehidupan manusia sehingga ia tunduk
akan kewajiban yang tertuang dalam batas agama. Teori-teori tentang kemunculan agama
seperti teori jiwa, teori batas akal, teori kekuatan luar biasa, teori krisis, teori sentimen
masyarakat dan teori wahyu Tuhan. Kemunculan agama di dunia beserta teori-teori yang
masih menjadi pertanyaan, diperlukan adanya keteguhan dan berpegang teguh dengan agama
yang dianutnya agar terciptanya kehidupan yang baik dan damai. Selanjutnya keterkaitan
teori-teori munculnya agama akan berkaitan dengan sejarah, kitab suci, konteks ketuhanan,
doktrin, hari dan adat, kosmologi dan ekspresi modern agama di dunia mengenai konsep dan
teori agama-agama di dunia yang terkait.
7. Referensi

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. (2012). Filsafat Pendidikan Islam Integrasi Jasmani, Rohani, dan Kalbu
Memanusiakan Manusia. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Anshari, Endang Saifuddin. (1978). Ilmu, Filsafat dan Agama. Surabaya: Bina Ilmu.
Bakhtiar, Amsal. 2017. Filsafat Agama : Wisata Pemikiran dan Kepercayaan Manusia.
Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Djam’annuri. 2003. Studi Agama-agama : Sejarah dan Pemikiran. Yogyakarta Pustaka
Rihlah.
Djamari. (1988). Agama Dalam Perspektif Sosiologi, Jakrata: Dikti.
Gazalba, Sidi. (1978). Ilmu, Filsafat dan Islam Tentang Manusia dan Agama. Jakarta: Bulan
Bintang.
Hasanah, Hasyim.(2013).Pegantar Studi Islam.Yogyakarta:Ombak.
Jalaluddin. (2003). Teologi Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
L. Pals, Daniel. 2001. Seven Theories of Religion, Yogyakarta : Qalam.
Murtadha, Mutahhari. (1997). Perspektif Al-Qur'an tentang Manusia dan Agama.
Bandung:Mizan.
Nasution, Harun. (1979). Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya. Jilid I. Jakarta: UI Press.
Rakhmat, Jalaludin. 2005. Psikologi Agama : Sebuah Pengantar. Bandung : Mizan Pustaka.

Ramayulis, Psikologi Agama, 2007, Cet ke-VIII KalamMulia, Jakarta.

Respati, Djenar. 2014. Sejarah Agama-agama di Indonesia, cet. 1. Yogyakarta : Araska.

Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Qur‟an Tafsir Maudhu‟i atas Pelbagai Persoalan Umat.
Bandung: Mizan, 1996.

Zakiyah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarat: Bumi

Aksara.

Anda mungkin juga menyukai