Dosen Pengampu :
Prof. Dr. H. Makhmud Syafe’i
Disusun Oleh:
KELOMPOK 2
Amanda Olivia Sikumbang
NIM 2300618
Vika Az-Zahra
NIM 2305133
Wildi Nurbanani Aulia
NIM 2303658
KELAS A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA & ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2023
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, makalah berjudul Manusia dan Agama ini
dapat diselesaikan oleh penulis dengan sebaik-baiknya. Sholawat serta salam semoga
dilimpahkan kepada junjunan Nabi Muhammad SAW.
Harapan kami makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Terima kasih kepada
rekan-rekan sekalian yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kelemahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan masukan dari berbagai pihak untuk menyempurnakan
makalah ini sangat penulis nantikan. Semoga makalah ini bermanfaat dan menjadi amal salih
bagi kita semua. Aamiin.
Secara umum, istilah agama disebut sebagai Religion dan juga Ad-din. Adapun kata
“agama” berasal dari bahasa sanskerta untuk menunjuk pada sistem kepercayaan dalam
tradisi agama Hindu/ Budha. Secara etimologis, kata agama berasal dari kata Gam yang
berarti pergi, sebagaimana kata ga, gaan (Belanda) dan go (Inggris), setelah mendapatkan
awalan dan akhiran A (Agama) pengertiannya berubah menjadi jalan. Ada juga yang
mengartikan agama yaitu “A” yang berarti tidak, dan “GAMA” berarti kacau sehingga
agama berarti “tidak kacau”. Maka makna etimologis dapat diartikan agama merupakan
jalan suatu peraturan yang bertujuan untuk membimbing manusia mencapai kehidupan
yang baik sesuai dengan Jalan Tuhan.
Setelah pengaruh Eropa masuk ke Indonesia muncul istilah agama, yaitu “religion”
(B.Inggris) yang berasal dari bahasa latin yaitu “relegere” kata ini berasal pada kata kerja
re-legare yang berarti “mengikat kembali” dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan
sebutan “religi”.
Pada Qs.Al-Kafirun ayat 109 dan Qs.Ali-Imran ayat 85 dilengkapkan tentang agama
islam dan agama selain islam sebagai dua agama yang berbeda. Sedangkan pada Qs. Al-
Fath ayat 28 dibicarakan tentang keunggulan agama kebenaran (Islam yang dibawa Nabi
Muhammad SAW) atas semua agama baik agama Islam yang dibawa oleh nabi-nabi
sebelumnya maupun agama dan kepercayaan yang sesat. Semuanya itu digunakan istilah,
baik pada agama yang benar maupun agama yang rusak (ad-Din al bathil), dan baik
agama yang berdasarkan wahyu ilahi (agama langit, revealed religion) maupun agama
produk (kebudayaan) manusia (agama budaya, natural religion). Dengan demikian, kata
din tidak bisa didefinisikan secara sepihak atau hanya sebagian agama dan kepercayaan
saja melainkan harus didefinisikan dengan pengertian yang menyeluruh yang
menghimpun semuanya, meskipun antara agama agama itu terdapat perbedaan baik dar
sisi eksistensi, sumber, tujuan dan milai agama itu sendiri.
Dalam berbagai kamus bahasa Arab, ditemukan bahwa kata Din adalah bentuk
mashdar (kata dasar) dari kata kerja doma vadinu yang memiliki banyak makna antara
lain sebagai berikut: (1) Ketaatan dan kemaksiatan (ath-tha ah wa al mashiyah), (2)
Kemuliaan dan kehinaan (al-izzah wal-adzillah), (3) Paksaan (al-ikrah), kemenangan (al-
qahr wal-ghalabah), (4) Kesalehan (al-wara) (5) Perhitungan (al-hisab) (6) Pembalasan
(al-jaza wa l-mukafa'ah), (7) Putusan pengurusan (at-tadbir), (10) Tingkah laku (as-sirah),
(11) Adat kebiasaan (al addah), (12) Keadaan (al-hal), (13) Perkara, urusan (asy-syan ),
(14) Kepercayaan (al-i’tiqad) (15) Tauhid (at-tauhid) (16), Ibadah (al-ibadah), (17) Millah
dan madzhab (al-millah wa madzhab) (18) Nama bagi semua apa yang dijadikan sarana
untuk menyembah Allah (Kamus al-Munid. 231, Al-Mu jam al- Wasith, 307, dan 41-
Munawwir, 437).
Dari perbedaan makna Din tersebut, Muhammad Abdullah Daraz menyatakan bahwa
dibalik perbedaan makna tersebut sebenarnya terdapat hubungan yang sempurna pada
esensinya dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu:
Pertama, kata Din berkisar pada kewenangan dan kepemilikkan serta tindakan yang
dilakukan oleh para penguasa, raja atau pemimpin seperti menyiasati, mengurus,
mengatur, menghukum dan lain sebagainya.
Kedua, kata Din bermakna athaa'ahu artinya menaatinya dan khadha'a lahu artinya
tunduk patuh kepadanya.
Ketiga, kata Din bermakna madzhab atau thoriqah (metode, jalan khusus) artinya
dimana seorang berjalan baik secara teoretik (keyakinan atau pendapat yang dianut)
maupun praktik (kebiasaan dan tingkah laku).
Dari uraian diatas, dapat diketahui letak keunggulan kata Din dibandingkan dengan
kata agama dan religion dimana kata Din mengandung makna dasar yang lebih luas
dimana yang satu dan lainnya memiliki hubungan yang sangat erat dan
saling melengkapi.
Jika dapat dirinci lebih dalam lagi, maka sesungguhnya dalam setiap agama di
dunia
selalu mengandung empat unsur penting :
a. Pengakuan adanya kekuatan gaib yang menguasai, mengatur atau mempengaruhi
kehidupan manusia;
b. Keyakinan bahwa keselamatan hidup manusia tergantung terhadap adanya
hubungan baik dengan kekuatan gaib tersebut;
c. Sikap emosional pada hati dan jiwa manusia terhadap kekuatan gaib itu seperti rasa
takut, hormat, cinta, penuh harap dan pasrah;
d. Tingkah laku atau ritus tertentu yang dapat diamati sebagai buah dari unsur tersebut
di atas seperti shalat, sembahyang, puasa, berdoa, taubat, suka menolong dan
meninggalkan hal-hal buruk.
Kebutuhan manusia akan hal- hal yang bersifat keyakinan dan supmnatural menjadi
dasar perkembangan berbagai bentuk agama dan kepercayaan yang ada di dunia.
Agama atau kepercayaan terhadap hal supranatural tersebut secara evolutif dapat
dikelompokan ke dalam berbagai jenis kepercayaan antara lain:
Kemudian firman Allah SWT. tersebut dipertegas oleh sabda Rasulullah SAW yang
artinya:
“Para nabi itu bersaudara (mereka) putera-putera orang dari berbagai perempuan
Ibu mereka berlainan, tetapi agama mereka satu” (HR. Asyaikhani dan Abu Dawud-
Sahih)
"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu
kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya,
dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk".
(Qs. Al Qashash/:56)
“Nanti akan Aku berikan kepadamu petunjuk (dalam menempuh kehidupan). Barang
siapa yang mengikuti petunjuk-Ku tersebut, niscaya mereka tidak akan ditimpa rasa
khawatir dan takut(dalam kehidupan) dan tidak akan bersedih hati.” (Qs. Al-
Baqarah/2:38)
Dengan menjadikan Islam sebagai agama yang kita anut sekarang, berarti kita
telah mendapatkan hidayah dari Allah SWT yang harus dipupuk dan ditumbuhkan
dalam pribadi kita dengan amal kebajikan dan ketaatan kepada Allah dan Rasulnya
serta senantiasa memohon pertolongan agar selalu diberi bimbingan untuk berada
pada jalan yang lurus hingga akhir hayat. Paling tidak sebanyak 17 kali umat Islam
memohon hidayah jalan lurus sehari semalam dengan membaca yang artinya:
"Tunjukilah kami jalan yang lurus".
Oleh karena itu agama Islam, dapat berperan dan berfungsi bagi manusia,
yang dapat dikembangkan oleh setiap individu, sebagai berikut:
1) Pemberi makna bagi perbuatan manusia.
2) Alat kontrol bagi perasaan dan emosi.
3) Pengendali bagi hawa nafsu yang terus berkembang.
4) Pemberi reinforcement (dorongan penguat) terhadap kecenderungan berbuat baik
pada manusia.
5) Penyeimbang bagi kondisi psikis yang sedang berkembang.
Ada dua sisi untuk memahami pengertian agama Islam, yaitu sisi kebahasaan dan sisi
peristilahan.
a) Dari segi kebahasaan, kata Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata aslama-
yuslimu-islaman yang mempunya arti semantik sebagai berikut:
- Tunduk dan patuh (khadha’a- khudhu'an wa istaslama-istislaam)
- Berserah diri, menyerahkan, memasrahkan (sallama- tasliim)
- Mengikuti (atba’a-itba’)
- Menunaikan, menyampaikan (adda- ta'diyah)
- Masuk dalam kedamaian, keselamatan atau kemurnian.
b) Dari segi istilah banyak para ahli dan ulama yang mendefinisikan tentang Islam,
diantaranya.
Sayyidina Ali KWA berkata:
"Islam adalah penyerahan diri, penyerahan diri adalah keyakinan, keyakinan adalah
pembenaran, pembenaran adalah pengakuan, pengakuan adalah penunaian dan
penunaian adalah pengamalan. Orang mukmin mengambil agama dari tuhan-Nya
Sungguh, orang mukmin itu diketahui keimanannya pada amalnya sedangkan orang
kafir diketahui kekafirannya dengan keingkarannya"
Jika seseorang telah mengucapkan syahadat (kesaksian bahwa tidak ada tuhan selain
Allah dan bahwa Muhammad itu adalah Rasulullah) berarti ia telah masuk Islam dan
secara formal disebut sebagai Muslim baik betul-betul dengan hatinya atau pun tidak.
Oleh karena itu dalam istilah syariat, keislaman seseorang dapat dibedakan menjadi
dua macam:
(1) Dina l-Iman (tanpa Iman), yaitu pengakuan keislaman dengan lisan tanpa adanya
iman di hati. Islam disini hanya berarti penyerahan diri secara lahir saja tanpa
diikuti oleh keyakinan dan pembenaran dalam bathin. Inilah gambaran yang
dilakukan oleh orang munafik.
(2) Fauqa l-Iman (dengan Iman), yaitu pengakuan Islam yang dibarengi dengan
keyakinan dalam hati, penunaian dalam perbuatan dan ketertundukkan serta
penyerahan diri kepada Allah SWT dalam semua qadha dan qadar-Nya. Inilah
yang disebut Islam dalam arti sebenarnya (hakiki, haqqan) dan pelakunya
disebut muslim sejati.
Islam memiliki tujuan menjaga hak-hak dasar manusia agar senantiasa terpelihara
kebaikannya sesuai dengan tuntuan Allah SWT dan rasul-Nya. 5 hak dasar setiap
manusia:
a) Hifzhu d-Din (menjaga agama). Ajaran Islam diturunkan bertujuan untuk
menjaga manusia dari segala kepercayaan dan keyakinan syirik kepada Allah
SWT Islam mengajak manusia untuk hanya bertauhid kepada Allah semata dan
menjauhi segala perbuatan-perbuatan menyekutukan Allah SWT.
b) Hifzhu n-Nafs (menjaga jiwa/nyawa). Setiap syariat dan aturan dalam Islam
sekali lagi bertujuan menjaga nyawa atau kehidupan. Hukum qishas misalnya atau
bukuman mati untuk seorang pembunuh, tentunya bertujuan untuk menjaga orang
yang tidak bersalah lebih banyak lagi..
c) Hifzhu l-‘aql (menjaga akal). Agama Islam adalah agama yang sangat
mementingkan akal dalam segala hal, maka kita sering mendengar atau membaca
dalam Al Qur'an yang yang berbunyi "Afalaa ta'qiluun" "wa hum laa ya qiluun"
dan beberapa redaksi lainnya yang intinya menanyakan pada manusia apakah
kalian tidak menggunakan akal? Karena begitu pentingnya akal maka Allah
mengharamkan manusia untuk mengkonsumsi sesuatu yang dapat menghilangkan
akal baik sedikit atau banyak, baik sebagian atau semuanya, seperti khamr atau
minuman keras narkoba dan hal apa saja yang dapat merusak atau menghilangkan
akal.
d) Hifzhu l-Mal (menjaga harta) Ajaran Islam sangat menghormati hak
kepemilikan manusia di alam semesta ini, sehingga Islam tidak
membenarkan sama sekali perbuatan-perbuatan merebut hak kepemilikan orang
lain melalui bentuk pencurian dan bentuk kriminalitas lainnya.
e) Hifzu n-Nasl (menjaga keturunan dan kehormatan). Islam sangat memahami
manusia yang memiliki fitrah untuk menyenangi lawan jenis, dan fitrah untuk
mencintai anak dan keturunan. Oleh karena itu, Islam mengatur fitrah ini dengan
memberikan syariat berupa akad pernikahan agar manusia terbebas dari segala
bentuk perzinahan yang akan menodai kehormatan dan mengaburkan keturunan.
1. Tuhan dan Agama adalah kebutuhan yang bersifat dharuri bagi setiap manusia.
Manusia tidak bisa melepaskan diri dari kebutuhan ber-Tuhan dan beragama.
3. Agama dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu agama Samawi
(turun dari langit) dan Ardhi (budaya) manusia.
4. Agama Islam merupakan ajaran yang bersumber dari Allah SWT. yang diturunkan
melalui nabi dan rasulnya sejak nabi Adam as hingga Nabi Muhammad SAW.
5. Agama Islam adalah satu-satunya agama yang diridhoi oleh Allah SWT.
6. Agama Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia dan memiliki misi
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan sebagai makhluk yang paling mulia.
7. Misi ajaran Islam adalah kontekstualisasi dari fungsi manusia di alam semesta
sebagai Abdun (hamba yang beribadah) kepada Allah SWT dan wakil Allah
(Khalifah) di muka bumi.