Anda di halaman 1dari 7

Pengertian Agama

Mariska Pratiwi
mariska.pratiwi98@gmail.com
Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Dosen Pembimbing: Dr. H. Mulyana. Lc., M.Ag; E-mail: mulyana@uinsgd.ac.id

Abstrak
Penulisan artikel ini membahas mengenai pengertian agama yang ditinjau mulai dari pengertian
bahasa kemudian istilah dan pendapat ahli dalam bidang yang bersangkutan. Pembahasan
mengenai pengertian agama yang sampai saat ini (terkadang) masih diperdebatkan terutama
dalam bahasa Indonesia sendiri karena dipengaruhi dari berbagai pengertian agama dari
pengertian dari bebrbagai bahasa yang ada baik lokal seperti Jawa, maupun manca negara
semisal Arab, Yunanai, Inggris, dan sebagainya.

Kata Kunci: Agama; Pengertian.

PENDAHULUAN
Kata agama kadangkala diidentikkan dengan kepercayaan, keyakinan dan sesuatu yang
menjadi anutan. Dalam konteks Islam, terdapat beberapa istilah yang merupakan padanan kata
agama yaitu: al-Din, al-Millah dan al-Syari’at. Agama dianggap sebagai hal yang sakral serta
penting bagi para penganutnya dan tidak sedikit perilaku-perilaku yang muncul dikaitkan
dengan keberadaan agama itu sendiri 1 .Hal ini menunjukkan bahwa agama merupakan
seperangkat pedoman atau petunjuk bagi setiap penganutnya.
Hakikat agama telah dibahas tanpa henti oleh para filsuf, teolog, psikolog, dan sosiolog.
Mereka melihat aspek agama yang berbeda karena minat dan tujuan mereka berbeda. Oleh
karena itu, mereka merumuskan berbagai definisi tentang agama. Agama dipandang sulit untuk
didefinisikan. Namun perlu ada definisi yang jelas tentang agama sebagai titik tolak studi
agama. Sementara itu, banyak pula ahli agama (dengan berbagai motivasi dan latar belakang)
yang menyatakan bahwa semua agama sama. 2 terjadi di kalangan para penulis yang
membicarakan agama dalam berbagai tulisannya sehingga banyak di antara mereka yang
mengaku bingung untuk mendefinisikan agama, seakan-akan agama merupakan sesuatu yang
tidak bisa didefinisikan. Bagi mereka, mendefinisikan agama tidak perlu dan hanya akan sia-
sia, tidak berguna. Bahkan menurut

1
Hood Jr, R. W., Hill, P. C., & Spilka, B. (2009). The psychology of of religion: An empirical approach
eds
4 . New York: The Guilford Press.
2
Budhy Munawar-Rachman, “Kata Pengantar”, dalam Komaruddin Hidayat dan Muhammad Wahyuni
Nafis, Agama Masa Depan; Perspektif Filsafat Perennial, (Jakarta: Paramadina, 1995)
Mukti Ali, terdapat tiga kesulitan dalam mende- finisikan agama. Pertama, agama itu adalah

soal batini dan subjektif, serta individualistik. Kedua, barangkali tidak ada yang berbicara
begitu semangat dan emosional lebih daripada membi- carakan agama, maka dalam membahas
tentang arti agama selalu adanya emosi yang kuat sehingga sulit memberikan arti kalimat
agama itu. Ketiga, konsepsi tentang agama akan dipenguhi oleh tujuan orang yang memberikan
pengertian agama itu3. Mendefinisikan agama adalah suatu usaha yang lebih sulit lagi, karena
umur agama setua sejarah manusia itu sendiri4.
Oleh karena itu tak dapat dikatakan mudah untuk menjabarkan pengertian dan makna
agama. Akantetapi, dalam penulisan kali ini akan mencoba mencari pendekatan pengertian dan
makna dari agama melalui pencarian pustaka.

PEMBAHASAN
Para pakar keagamaan merumuskan aneka ragam definisi tentang agama sehingga puluhan
definisi mengenai agama dapat ditemukan dalam berbagai buku yang berbicara tentang masalah
ini. Definisi agama yang begitu banyak itu justru malah mengaburkan apa yang sebenarnya
hendak kita pahami dengan agama5.
Kata “agama” berasal dari bahasa Sansekreta “a” yang berarti tidak dan “gam” yang berarti
kacau, jadi tidak kacau. Istilah agama banyak digunakan dalam berbagai bahasa termasuk
religion (Bahasa Inggris), Religie (Belanda), religio (Yunani), Ad-Din,Syariah, Hisab (Islam
Arab) atau Dharma (Hindu). Bermacam istilah ini memiliki arti dasar yang berdekatan dan
serupa, yaitu sistem yang mengatur tata kepercayaan dan penyembahan kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan hukum yang berhubungan dengan manusia berjejalin antara sesama manusia dan
terhadap lingkungannya. Dari istilah agama ini muncul apa yang disebut dengan religiusitas.
Dalam konteks Islam, terdapat beberapa istilah yang merupakan padanan kata agama yaitu: al-
Din, al-Millah dan al-Syari’at. Ahmad Daudy menghubungkan makna al-Din dengan kata al-
Huda (petunjuk)6. Hal ini menunjukkan bahwa agama merupakan seperangkat pedoman atau
petunjuk bagi setiap penganutnya. Muhammad Abdullah Darraz mendefinisikan agama (din)
sebagai: “keyakinan terhadap eksistensi (wujud) suatu dzat –atau beberapa dzat- ghaib yang
maha tinggi, ia memiliki perasaan dan kehendak, ia memiliki wewenang untuk mengurus dan
mengatur urusan yang berkenaan dengan nasib manusia.
Dari segi bahasa, agama bukanlah kata sifat, keadaan, ataupun kata kerja. Kata yang
mengandung makna sifat atau keadaan adalah keberagamaan, yaitu suatu kata yang berasal dari
kata dasar agama yang kemudian dibentuk menjadi beragama, dalam berbagai literature, kata
agama biasa diberi arti tidak kacau atau teratur. Dimaksudkan bahwa orang yang beragama
tentu memiliki pedoman yang dapat membuat hidupnya teratur dan tidak kacau. Agama

3
Ali, Mukti. (1972). Agama Dan Pembangunan Di Indonesia. Departemen Agama RI

4
Ali,Abdullah. (2007). Agama Dalam Ilmu Perbandingan. Nuansa Aulia

5
Ali, Mukti. (1987). Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini. Rajawali Pers.

6
Daudy,Ahmad. (1997). Kuliah Aqidah Islam. Bulan Bintang,
dipahami sebagai keadaan atau sifat kehidupan orang-orang yang beragama. Pengertian ini
lebih menunjuk pada hasil atau dampak dari keberagamaan, bukan pada agama itu sendiri.

Dengan agama, seseorang atau suatu masyarakat akan hidup tertib dan teratur. Namun,
pengertian ini dipandang tidak sesuai dengan kaidah bahasa asalnya.
Dari segi bahasa, Rangkuti menegaskan bahwa kata ini berasal dari bahasa Sanskerta,
agama (dengan a panjang). A berarti cara (the way), dan gama berarti to go, yaitu berjalan atau
pergi. 7 Bertolak dari pengertian itu, ditegaskan lebih jauh bahwa agama berarti cara-cara
berjalan untuk sampai kepada keridhaan Tuhan. Dari sini, dapat dipahami bahwa agama
merupakan jalan hidup (the way to go) yang mesti ditempuh atau pedoman yang harus diikuti
seseorang. Pengertian ini sejalan dengan makna kata Arab syari’ah, yang secara harfiah berarti
jalan menuju sumber mata air.8 Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kata syariah
dipakai dalam pengertian jalan menuju sumber kehidupan atau jalan hidup (way of life).
Tetapi betapa tidak mungkinnya memberikan definisi yang paling sempurna dan lengkap
mengenai religi, din dan agama. Agama, religi dan din secara umum ini adalah salah satu sistem
kepercayaan yang dipahami oleh masyarakat sebagai keberadaan mutlak, berkuasa atas apa pun
kecuali manusia atau sesuatu sistem ritus manusia terhadap sesuatu yang diterima sebagai
sesuatu yang mutlak memiliki kekuasaan yang luar biasa dan sistem norma (aturan) yang
mengatur hubungan antara orang-orang dengan pencipta (dalam Islam: Allah, Azza wa Jalla),
hubungan manusia dengan orang lain dan hubungan manusia sesuai dan serasi dengan
lingkungan/lingkungan alam lainnya tata cara rukun iman dan ibadah9.
Dengan demikian, diperoleh pengetahuan yang jelas bahwa agama adalah pengabdian
manusia kepada Tuhannya. Dalam arti agama, ada tiga unsur: manusia, hamba dan Tuhan. Oleh
karena itu, nasehat atau nasehat yang mencakup ketiga unsur pokok pemahaman ini dapat
disebut agama. Dalam arti yang lebih luas, agama juga dapat diartikan sebagai pandangan
hidup. Dengan kata lain, segala aktivitas jasmani dan rohani para pengikutnya diatur oleh
agamanya. Bagaimana kita makan, bagaimana kita hidup, bagaimana kita beribadah, dll
ditentukan oleh aturan/prosedur agama.
Berikut ini beberapa Pengertian maupun definisi tentang Agama yang teladikemukakan
oleh para ahli :
1. Pengertian Agama Menurut KBBI: Agama adalah sistem yang mengatur tata
keimanan/kepercayaan dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha kuasa serta kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia lainnya.
2. Émile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri
atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Kita sebagai umat
beragama semaksimal mungkin berusaha untuk terus meningkatkan keimanan kita melalui

7
Pendapat ini dikemukakan oleh Bahrum Rangkuti, seorang cendekiawan dan ahli bahasa. Ia
mengemukakan lebih lanjut bahwa orang yang mengartikan kata agama dengan tidak kacau adalah orang yang
tidak mengerti bahasa. Lihat Endang Saifuddin Anshari, Ibid., h. 123.

8
Al-Raghib al-Ashfahani, al-Mufradat fi Gharib al-Quran, (Bairut: Dar al-Ma’rifat, tt.),

9
Mulyadi, M. (2017). Agama dan Pengaruhnya dalam Kehidupan. Tarbiyah al-Awlad, 7(2).
rutinitas beribadah, mencapai rohani yang sempurna kesuciannya.Sedangkan menurut
Bahrun Rangkuti, seorang muslim cendekiawan sekaligus seorang linguis, mengatakan
bahwa definisi dan pengertian agama berasal dari bahasa Sansekerta; a-ga-ma. A (panjang)
artinya adalah cara, jalan, The Way, dan gama adalah bahasa Indo Germania; bahasa

Inggris Togo artinya jalan, cara-cara berjalan, cara-cara sampai kepada keridhaan kepada
Tuhan.
3. Pengertian Agama Menurut Anthony F.C. Wallace: Agama sebagai seperangkat upacara
yang diberi rasionalisasi lewat mitos dan menggerakkan kekuatan supernatural dengan
maksud untuk mencapai terjadinya perubahan keadaan pada manusia dan semesta.
4. Pengertian Agama Menurut Parsons & Bellah: Agama adalah tingkat yang paling tinggi
dan paling umum dari budaya manusia.
5. Pengertian Agama Menurut Luckmann: Agama adalah kemampuan organisme manusia
untuk mengangkat alam biologisnya melalui pembentukan alam-alam makna yang
objektig, memiliki daya ikat moral dan serba meliputi.
6. Menurut prof Dr.m. Drikarya definisi Agama adalah kenyakinan adanya suatu kekuatan
supranatural yang mengatur danmenciptakan alam dan isinya.
7. Menurut H. Moenawar Chalil definisi Agama adalah perlibatan yang merupakan tingkah
laku manusia dalam berhubungan dengan kekuatan supranatural tersebut sebagai
konsekuensi atas pengakuannya.
Segi definisi, agama adalah ajaran, instruksi, perintah, larangan, peraturan
perundangundangan yang diyakini oleh pemeluknya berasal dari dzat kekuatan supernatural
dari Yang Mahakuasa yang digunakan orang sebagai panduan untuk bertindak Dengan kata
lain, inti dari perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Dari suatu agama ditemukan ajaran yang
digunakan oleh manusia sebagai pedoman hidup. Berbagai aturan yang menjadi pedoman hidup
agama adalah ajaran. terdiri dari instruksi berpikir, instruksi melihat dari menilai sesuatu, dari
pedoman dalam tindakan sehari-hari 10 . Juga dapat dijelaskan bahwa pokok dan dasar dari
agama adalah keyakinan sekelompok manusia terhadap suatu zat (Tuhan). Keyakinan dapat
dimaknai dengan pengakuan terhadap eksistensi Tuhan yang memiliki sifat agung dan berkuasa
secara mutlak tanpa ada yang dapat membatasinya. Dari pengakuan tentang eksistensi Tuhan
tersebut, menimbulkan rasa takut, tunduk, patuh, sehingga manusia mengekpresikan pemujaan
(penyembahan) dalam berbagai bentuk sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh suatu
agama.
Bila semua definisi di atas dicermati secara seksama, niscaya akan dapat dipahami bahwa
seluruhnya menunjukkan bahwa, menurut mereka, agama bukan suatu wujud yang berdiri
sendiri, melainkan sesuatu yang melekat dan menyatu pada wujud lain, yaitu pada diri manusia
yang beragama. Kata- kata kepercayaan, sikap, penerimaan, pengakuan, pengikatan, pemujaan,
dan kata-kata lain yang sering dipakai untuk merumuskan definisi agama menunjuk sesuatu
yang melekat pada manusia. Agama tidak dipandang sebagai kata benda, melainkan sebagai
kata sifat atau bahkan kata kerja karena semua definisi ini menunjuk pada keadaan atau aktivitas
yang melekat pada diri manusia. Dengan demikian, agama dianggap sama dengan sifat atau

10
Haris, M. (2016). AGAMA DAN KEBERAGAMAAN: Sebuah Klarifikasi Untuk
Empati. Al'Adalah, 16(2).
sikap terhadap sesuatu, yaitu suatu kekuatan gaib yang maha kuasa dan misterius, yang ditakuti
karena kekuatan itu menentukan nasib dan menguasai hidup manusia.
Timbulnya pemahaman kata agama seperti di atas dapat dimaklumi karena ia dipakai dan
dimunculkan oleh para sosiolog yang lebih berkepentingan dengan manusia penganut agama
yang bersangkutan, yaitu berkenaan dengan sikap dan prilaku mereka sebagai manifestasi dari

keberagamaan yang dimilikinya, bukan pada agamanya sendiri. Mereka melihat agama sebagai
sesuatu yang dipahami dan disikapi oleh orang-orang yang mengaku beragama. Dalam hal ini,
Nottingham menyatakan bahwa para sarjana sosiologi tertarik kepada agama sebagai fungsi
universal masyarakat di mana saja mereka ditemukan. Perhatiannya adalah kepada agama
sebagai salah satu aspek dari tingkah laku kelompok dan kepada peranan yang dimainkannya.11
Agama juga didefinisikan sebagai suatu keyakinan (iman) kepada sesuatu yang tidak
terbatas (muthlak). Hal ini seperti dikatakan oleh Herbert Spencer bahwa faktor utama dalam
agama adalah iman akan adanya kekuasaan tak terbatas, atau kekuasaan yang tidak bisa
digambarkan batas waktu atau tempatnya. 12 Hal ini menunjukkan bahwa salah satu unsur
terpenting dalam pemahaman tentang agama adalah adanya kekuasaan muthlak dari dzat yang
dianggap pokok segala sesuatu, yaitu Tuhan. Dalam konsep ini, agama identik dengan
pemahaman bahwa manusia memiliki keterbatasan dalam segala hal. Karena itu agama
merupakan sebagai central dari segala sesuatu tersebut untuk dikembalikan dan diserahkan
segala urusan. Kadar penyerahan segala urusan ini, memiliki tingkat yang berbeda bagi agama
tertentu dan aliran tertentu.
Esensi agama adalah untuk pembebasan diri manusia dari penderitaan, penindasan
kekuasaan sang tiran untuk kedamaian hidup. Islam, seperti juga Abrahamic Religious
keberadaannya untuk manusia (pemeluknya) agar dapat berdiri bebas di hadapan Tuhannya
secara benar yang diaktualisasikan dengan formulasi taat kepada hukum-Nya, saling
menyayangi dengan sesama, bertindak adil dan menjaga diri dari perbuatan yang tidak baik
serta merealisasikan rasa ketaqwaan. Dasar penegasan moral keagamaan tersebut berlawanan
dengan sikap amoral. Dalam implementasinya institusi sosial keagamaan yang lahir dari etika
agama sejatinya menjadi sumber perlawanan terhadap kedhaliman, ketidak-adilan, dan
sebagainya.13
Secara definitif, agama adalah ajaran, petunjuk, perintah, larangan, hukum, dan peraturan,
yang diyakini oleh penganutnya berasal dari dzat gaib Yang Maha Kuasa, yang dipakai manusia
sebagai pedoman tindakan dan tingkah laku dalam menjalani hidup sehari-hari. Dengan kata
lain, inti dari suatu agama ialah ajaran yang dipakai manusia sebagai pedoman hidup. Agama
adalah ajaran dan berbagai aturan yang menjadi pedoman hidup yang terdiri atas pedoman

11
Elizabeth K. Nottingham, Agama dan Masyarakat, Terj. Abdul Muis Naharong, (Jakarta: Rajawali,
1985)

12
Kahmad, Dadang. (2000). Sosiologi Agama. Remaja Rosdakarya.

13
Musa Asy’arie. Dialektika Agama untuk Pembebasan Spiritual, (Yogyakarta: LESFI,

2002)
dalam berfikir, pedoman dalam memandang dan menilai sesuatu, dan pedoman dalam bertindak
sehari-hari. Sebagai ajaran, suatu agama diyakini oleh para penganutnya berasal dari dzat gaib
Yang Maha Kuasa, bukan dari manusia. Hal itulah yang membuat manusia selalu tunduk dan
patuh pada agama yang dianutnya, walaupun diejek dan dicemooh orang lain karena kekuasaan
dzat gaib yang menjadi sumber agama itu melebihi kekuatan mana pun.
Setiap penganut agama yakin bahwa agama yang dianutnya bukanlah ciptaan manusia, tetapi

sesuatu yang berasal dari Tuhan, kekuatan gaib yang memiliki kekuasaan melebihi kekuasaan
yang dimiliki manusia. Tidak ada penganut agama yang mau mengakui bahwa agamanya
adalah produk budaya (dalam ilmu agama sering disebut agama ardhi). Bagi setiap
penganutnya, agama mereka adalah agama samawi, yaitu agama yang berasal dari Yang Maha
Tinggi.
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat diambil simpulan sebagai berikut, bahwa agama memiliki
hubungan vertikal dengan Tuhan sebagai sembahan manusia itu sendiri. Agama dipadandang
sebagai sifat bagi orang-orang beragama karena menjadi sebai pedoman hidup yang
menjadikan individu maupun kelompok menjadi tertib melalui tatanannya.
Agama merupakan pengabdian manusia pada tuhannya. Disisi lain agama diterjemahkan
keyakianan kelompok terhadap suatu zat (Tuhan) sesautu yang besar atau tidak terbatas.

DAFTAR PUSTAKA

Ali,Abdullah. (2007). Agama Dalam Ilmu Perbandingan. Nuansa Aulia

Ali, Mukti. (1972). Agama Dan Pembangunan Di Indonesia. Departemen Agama RI Ali,

Mukti. (1987). Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini. Rajawali Pers.

Al-Raghib al-Ashfahani, al-Mufradat fi Gharib al-Quran, (Bairut: Dar al-Ma’rifat, tt.),

Budhy Munawar-Rachman, “Kata Pengantar”, dalam Komaruddin Hidayat dan Muhammad Wahyuni
Nafis, Agama Masa Depan; Perspektif Filsafat Perennial, (Jakarta: Paramadina, 1995)

Daudy,Ahmad. (1997). Kuliah Aqidah Islam. Bulan Bintang,

Elizabeth K. Nottingham, Agama dan Masyarakat, Terj. Abdul Muis Naharong, (Jakarta: Rajawali,
1985)

Haris, M. (2016). AGAMA DAN KEBERAGAMAAN: Sebuah Klarifikasi Untuk


Empati. Al'Adalah, 16(2).

Hood Jr, R. W., Hill, P. C., & Spilka, B. (2009). The psychology of of religion: An empirical
eds
approach 4 . New York: The Guilford Press.

Kahmad, Dadang. (2000). Sosiologi Agama. Remaja Rosdakarya.


Mulyadi, M. (2017). Agama dan Pengaruhnya dalam Kehidupan. Tarbiyah al-Awlad, 7(2).

Musa Asy’arie. Dialektika Agama untuk Pembebasan Spiritual, (Yogyakarta: LESFI,

Anda mungkin juga menyukai