“KAJIAN ILMIAH ”
DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH:
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam, yang atas rahmat dan
petunjuk-Nya saya dapat menyelesaikan makalah kajian ilmiah ini. Shalawat serta
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi
wa sallam, utusan Allah yang membawa petunjuk bagi seluruh umat manusia.
Makalah ini saya beri judul "Dimensi Mendalam: Kajian Ilmiah Agama
Islam". Dengan kerendahan hati, saya ingin menyampaikan pemahaman dan
tinjauan kritis terhadap berbagai aspek kehidupan beragama dalam Islam. Kajian
ini dilakukan dengan tujuan untuk mendalami hakekat, nilai-nilai, dan konsep-
konsep yang tercermin dalam ajaran Islam, serta mengeksplorasi relevansinya
dalam konteks kehidupan modern.
Dalam perjalanan penyusunan makalah ini, saya berusaha merangkai
pemikiran dan hasil kajian dari berbagai sumber agar dapat menyajikan informasi
yang komprehensif. saya menyadari bahwa pemahaman agama Islam adalah suatu
proses yang tidak pernah selesai, dan kajian ini merupakan kontribusi kecil saya
dalam menjelajahi kekayaan ilmu agama Islam.
B. Klasifikasi Agama
Agama dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bentuk,
tergantung dari dari sudut pandang mana yang dijadikan sebagai
pijakan. Agama ditinjau dari segi rasial dan geografikal terdiri atas
Semitik, Arya, dan Monggolian.
C. Fungsi Agama
agama memiliki beberapa fungsi. Pertama, fungsi penyelamat. Agama
mengajarkan untuk menjaga keselamatan dalam berbagai hal atau
urusan. Sedangkan keselamatan yang diproleh oleh penganut agama
adalah keselamatan dunia dan akhirat, ketika pemeluk agama
menjalankan seluruh ajaran agamanya secara kaffah.
1.Devinisi Alquran
Al-Quran merupakan kitab suci yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw. yang keberadaannya menjadi penyempurna kitab-kitab
terdahulu. Salah satu bukti kesempurnaan al-Quran di banding kitab
terdahulu menurut Nucholish Madjid terdapat dalam QS. asy-Syura/42:
39-43.
39. Dan (bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan
zalim mereka membela diri,
40. Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal,
tetapi barang siapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang
berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai
orang-orang zalim,
41. Tetapi orang-orang yang membela diri setelah dizalimi, tidak ada
alasan untuk menyalahkan mereka.
42. Sesungguhnya kesalahan hanya ada pada orang-orang yang
berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi
tanpa (mengindahkan) kebenaran. Mereka itu mendapatkan siksa
yang pedih.
43. Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang
demikian itu termasuk perbuatan yang mulia. (QS. asy- Syura/42: 39-43)
Dari kelompok ayat tersebut, al-Quran mengharapkan adanya
keseimbangan dalam berbuat. Apabila seseorang dizalimi maka ia
berhak membalas sebanyak perbuatan zalim yang
diterimanya. Akan tetapi, di saat yang bersamaan memaafkan perbuatan zalim lebih
dicintai Allah. Pada ayat 39, al-Quran memperbolehkan pembalasan setiap
perbuatan zalim yang diterima. Tidak ada dosa apabila seseorang memenuntut balas
atas kezaliman yang diterimanya tersebut. Akan tetapi, al-Quran tidak berhenti
sampai di sini, karena apabila hanya menuntut balas artinya sama dengan syariat
yang ditetapkan bagi Bani Israil yaitu membalas setiap perbuatan yang diterima (QS.
al-Maidah/5: 45). Begitu pula dengan keharusan memaafkan, al-Quran tidak semata-
mata menyuruh untuk memaafkan tanpa membolehkan pembalasan yang yang
sepadan. Inilah perbedaan ajaran al-Quran dengan Injil. Dalam Injil, ajaran yang
dikedepankan adalah keutamaan memaafkan. Akan tetapi, al-Quran menjadi
gabungan antara ajaran kasih sayang yang digaungkan oleh Injil dan ajaran
pembalasan yang digaungkan oleh Taurat (Munawwar-Rachman, 2012: 1123-
1125).
a. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang
mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang
Kami anugerahkan kepada mereka.
b. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah
diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan
sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan)
akhirat. (Q.S. Al-Baqarah/2: 3-4).
Ciri orang beriman sebagaimana ayat tersebut diatas yaitu:
1) Beriman kepada hal yang ghaib, artinya meyakini sesuatu yang tidak
nampak atau tidak dapat dilihat, seperti meyakini terhadap enam rukun
iman dalam Islam. 2) Mendirikan shalat, artinya menjalankan shalat wajib
lima waktu dalam sehari semalam. 3) Menafkahkan sebagian rezeki,
artinya memberikan sebagian rezeki kepada orang lain yang
membutuhkan yang diniatkan karena Allah sebagai wujud ketaatan dan
syukur atas rezeki dari-Nya. 4) Iman kepada kitab, artinya meyakini kitab
al-Qur’an sebagai firman Allah dan kitab-kitab sebelumnya yaitu Kitab
Zabur, Taurat dan Injil, dan 5) Yakin akan adanya hari akhir, artinya
meyakini bahwa kelak akan ada hari kiamat sebagai batas akhir
kehidupan di dunia dan selanjutnya manusia akan menuju masa depan
untuk kehidupan akhirat
2. Orang Kafir
Orang kafir atau kufur adalah orang yang ingkar dan tidak
percaya terhadap Allah SWT dan apa yang diwahyukan kepada
Rasulullah SAW. Mereka menutupi dan menyembunyikan kebenaran.
Allah mengunci hati, penglihatan dan pendengaran mereka, sehingga
mereka tidak dapat berfikir, melihat dan mendengar ayat-ayat Allah.
Apabila orang kafir diberi peringatan atau tidak, itu sama saja, mereka
tidak akan beriman dan tidak akan berubah Sebagaimana digambarkan
dalam Surat Al-Baqarah ayat 6:
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu
beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak
juga akan beriman (Q.S. Al-Baqarah/2: 6).
3. Orang Munafik
Orang munafik adalah orang yang menampakkan Islam dan kebenaran,
namun sejatinya ia menyembunyikan kekufuran dan kejahatan. Nifak ada
dua jenis yaitu nifak i’tiqadi (keyakinan) dan nifak ‘amali (perbuatan).
Orang munafik itu mengaku dirinya beriman, tapi mereka sesungguhnya
bukan orang yang beriman.
Sebagaimana digambarkan dalam Surat Al-Baqarah/2 ayat 8 yang
menjelaskan:
Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman
kepada Allah dan Hari kemudian, ”padahal mereka itu
sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman (Q.S. Al-
Baqarah/2: 8).
2. Dimensi Ibadah
Tujuan manusia diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah SWT
atau al-wajib al-wujud, terbukti alam semesta bergerak untuk beribadah
kepada kepada Allah SWT, binatang-binatang dan planet bergerak
mengitari tata surya dengan arus berlawanan jarum
jam layaknya thawaf pada ibadah haji, binatang dan pohon serta benda-
benda materi lainnya mengandung substansi sebagai cerminan adanya
Allah SWT sehingga mereka selalu berdzikir kepada-Nya dengan cara
mereka masing-masing (Abu Muhammad Iqbal, 2015: 195).
3. Dimensi Pasrah
Dimensi yang ketiga adalah pasrah atau dalam agama Islam
disebut tawakal. Setelah manusia berusaha, sudah menjadi kewajiban
manusia untuk bertawakal kepada Allah. Memasrahkan kepada Allah
segala usaha yang telah dilakukan dengan berbagai macam daya untuk
mencapai tujuan tertentu. Kepasrahan ini datang bukan karena tanpa
sebab, tawakal itu dilakukan setelah manusia berusaha maksimal sesuai
dengan kemampuannya. Usaha itu diberangi dengan doa sebagai wujud
kepasrahan atas keterbatasan yang dimiliki manusia dihadapan Allah.
Dengan kepasrahan akan menjadikan tujuan hidup manusia terarah,
mampu menerima kenyataan meski tidak sesuai dengan harapan, karena
semua itu sudah menjadi ketentuan-Nya.
Akhir dari perjalanan manusia di dunia adalah menjadi manusia
sempurna lahir dan batin. Pencapaian manusia yang sempurna tentu
melalui tahapan penempaan pendidikan Islam. Manusia yang baik dalam
konsep Islam itu disebut sebagai al- Insan al-Kamil atau manusia
paripurna. Selain penyebutan insan kamil, padanan yang digunakan
adalah insan kaffah yaitu manusia yang sempurna.
Kesempurnaan manusia karena memiliki keseimbangan antara
kebutuhan jasmani dan ruhani. Insan kamil memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Manusia yang hidupnya seimbang, memiliki keterpaduan dua dimensi
kepribadian, yaitu: (1) dimensi isoterik-vertikal yang intinya tunduk
dan patuh kepada Allah SWT, (2) dimensi eksoterik, dialektikal,
horizontal, membawa misi untuk keselamatan bagi lingkungan sosial
alamnya;
b. Manusia yang seimbang dalam kualitas berfikir, berdzikir dan
amalnya.
PAGE \* MERGEFORMAT 14
Bab V: Etika, Moral, dan Akhlak
dalam Islam
Etika adalah studi tentang apa yang dianggap sebagai tindakan yang baik
atau buruk, benar atau salah, dan bagaimana norma-norma ini diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Etika mencakup prinsip-prinsip moral yang
menjadi dasar bagi tindakan dan keputusan individu. Adalah penting untuk
memahami bahwa etika bersifat abstrak dan dapat berbeda antar budaya,
agama, dan waktu.
Akhlak mencakup perilaku nyata dan tindakan yang tercermin dari nilai-
nilai etika dan moral seseorang. Ini adalah implementasi dari prinsip-
prinsip moral dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang memiliki
akhlak baik diharapkan mampu mengaplikasikan nilai-nilai etika dan
moralnya dalam tindakan yang positif dan membangun.
PAGE \* MERGEFORMAT 14
D. Perbedaan dan Hubungan
Etika, moral, dan akhlak merupakan konsep-konsep yang kompleks dan saling
terkait, membentuk dasar-dasar perilaku manusia. Memahami perbedaan dan
hubungan di antara ketiganya memberikan wawasan yang lebih baik tentang
bagaimana nilai-nilai ini membentuk individu dan masyarakat. Dengan
menginternalisasi etika, mempertimbangkan moral pribadi, dan menerapkan
akhlak dalam tindakan sehari-hari, kita dapat membentuk masyarakat yang lebih
beretika dan harmonis.
PAGE \* MERGEFORMAT 14
1. Konsep Kepemimpinan dalam Islam
Kepemimpinan dalam Islam memiliki landasan yang kuat dalam ajaran Al-Qur'an
dan Hadis. Pemimpin dalam Islam diharapkan untuk menjadi teladan yang baik,
adil, dan bertanggung jawab. Dalam Al-Qur'an, Allah menyatakan bahwa
pemimpin harus memimpin dengan keadilan dan memperhatikan kesejahteraan
umat.
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri
di antara kamu..." (Q.S. An-Nisa: 59)
> "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap jiwa memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk esok hari..." (Q.S.
Al-Hasyr: 18)
c. Kepemimpinan Bersifat Pelayanan (Servant Leadership)**
Pemimpin dalam Islam diharapkan untuk melayani umatnya dengan penuh
dedikasi. Konsep kepemimpinan ini tercermin dalam tindakan Rasulullah SAW
yang senantiasa melayani umatnya dengan tulus.
PAGE \* MERGEFORMAT 14
> "Sesungguhnya, yang mulia di sisi Allah di antara kamu ialah yang paling
bertakwa di antara kamu." (Q.S. Al-Hujurat: 13)
> "Dan orang yang kuat itu lebih baik dan lebih disukai oleh Allah daripada orang
yang lemah, dan keduanya itu ada pada dirimu sendiri." (Q.S. An-Nisa: 137)
4. Tantangan dan Tanggung Jawab Pemimpin
Pemimpin dalam Islam memiliki tanggung jawab besar terhadap umatnya. Mereka
harus menghadapi berbagai tantangan, termasuk memastikan keadilan, penegakan
hukum, dan kesejahteraan umat.
> "Dan (ingatlah) hari ketika setiap jiwa datang mempertanggungjawabkan amal
perbuatannya sendiri, dan tidak ada yang dianiaya pada hari itu." (Q.S. Al-Imran:
185)
PAGE \* MERGEFORMAT 14
Bab VII: Hubungan Islam, Ilmu
Pengetahuan, dan Teknologi
Hubungan Islam, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi
Islam, sebagai agama dan pandangan hidup komprehensif, memberikan landasan
yang kuat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hubungan
antara Islam, ilmu pengetahuan, dan teknologi melibatkan pengakuan akan nilai
ilmu pengetahuan sebagai sarana untuk memahami keajaiban ciptaan Allah dan
memajukan kesejahteraan umat manusia.
> "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal." (Q.S. Ali Imran:
190)
Pencarian ilmu dalam Islam dianggap sebagai ibadah. Rasulullah SAW bersabda,
"Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim (laki-laki dan perempuan)."
PAGE \* MERGEFORMAT 14
a. Zaman Kejayaan Islam
Pada masa kejayaan Islam, terutama pada Abad Ke-8 hingga Ke-14, ilmuwan
Muslim seperti Ibnu Sina, Al-Razi, dan Alhazen membuat kontribusi besar dalam
bidang kedokteran, kimia, matematika, dan astronomi.
b. Pemeliharaan dan Pengembangan Karya Klasik
Tradisi ilmiah Islam juga dikenal karena pemeliharaan dan pengembangan karya-
karya klasik Yunani dan Romawi. Perpustakaan besar di Baghdad dan Cordoba
menjadi pusat pengetahuan yang mendukung pertumbuhan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
PAGE \* MERGEFORMAT 14
Bab VIII: Kerukunan Umat
Beragama
Kerukunan Umat Beragama
Kerukunan umat beragama adalah suatu konsep yang menggambarkan kehidupan
harmonis antara pemeluk agama yang berbeda. Dalam konteks masyarakat multireligi,
kerukunan umat beragama menjadi landasan bagi perdamaian, toleransi, dan saling
menghargai antarumat beragama. Makalah ini akan membahas arti, pentingnya, faktor
pendukung, dan upaya yang dapat dilakukan untuk memperkuat kerukunan umat
beragama.
PAGE \* MERGEFORMAT 14
Faktor Pendukung Kerukunan Umat Beragama
4. Peran Pemimpin Agama: Pemimpin agama memiliki tanggung jawab untuk memimpin
dengan contoh, mengajarkan toleransi, dan merangkul keragaman dalam komunitas
mereka.
PAGE \* MERGEFORMAT 14
3. Penguatan Peran Pemuda: Pemuda memiliki potensi besar untuk mempengaruhi
perubahan positif. Peningkatan pemahaman mereka tentang kerukunan antaragama dapat
membentuk masa depan yang lebih toleran.
4. Media yang Bertanggung Jawab: Media memiliki peran penting dalam membentuk
opini publik. Media yang bertanggung jawab dan menghindari diskriminasi dapat
membantu mempromosikan kerukunan.
PAGE \* MERGEFORMAT 14
2. Peran Negara dalam Islam
a. Penegak Keadilan dan Hukum
Negara dalam Islam memiliki peran utama sebagai penegak keadilan dan hukum.
Keadilan sosial dan perlindungan hak-hak individu menjadi tanggung jawab negara.
PAGE \* MERGEFORMAT 14
Bab X: Ekonomi Islam, Zakat,
Wakaf, dan Pajak
Ekonomi Islam menciptakan kerangka kerja yang adil dan berkeadilan, memandang
ekonomi sebagai alat untuk mencapai kesejahteraan umat. Konsep-konsep seperti zakat,
wakaf, dan pajak dalam Islam memberikan dasar bagi distribusi kekayaan dan
pembangunan sosial yang berkelanjutan.
1. Zakat: Kewajiban Sosial dan Ekonomi
a.Definisi Zakat*
Zakat adalah kewajiban bagi setiap Muslim yang mampu untuk memberikan sebagian
dari kekayaannya kepada yang membutuhkan. Zakat bukan hanya kewajiban ekonomi
tetapi juga dimaksudkan sebagai alat untuk mengurangi ketidaksetaraan sosial dan
ekonomi.
b. Fungsi Zakat
1. Redistribusi Kekayaan: Zakat bertujuan untuk mendistribusikan kekayaan dari yang
kaya kepada yang membutuhkan, menciptakan kesetaraan sosial.
2. Purifikasi Hati dan Kekayaan: Zakat membantu membersihkan hati dari sifat serakah
dan materialisme serta membersihkan kekayaan dari keburukan.
3. Pemberdayaan Masyarakat: Dana zakat dapat digunakan untuk memberdayakan
masyarakat melalui pendidikan, kesehatan, dan program-program ekonomi.
4. Wakaf: Investasi Sosial dan Keberlanjutan
a. Konsep Wakaf
Wakaf adalah konsep memberikan sebagian dari aset atau kekayaan untuk kepentingan
umum atau tujuan sosial. Ini termasuk lahan, bangunan, atau sumber daya lain yang
diberikan oleh individu atau lembaga untuk kepentingan masyarakat.
b. Fungsi Waka
PAGE \* MERGEFORMAT 14
Jizyah adalah pajak khusus yang dikenakan pada orang-orang non-Muslim dalam negara
Islam. Pajak ini bertujuan untuk memastikan perlindungan dan keamanan umat non-
Muslim di bawah pemerintahan Islam.
b. Prinsip Keadilan dalam Pajak
Pajak dalam Islam harus dikenakan secara adil dan tidak memberatkan masyarakat.
Prinsip proporsionalitas dan distribusi kekayaan menjadi pedoman utama dalam
penerapan pajak.
PAGE \* MERGEFORMAT 14
- Perpustakaan, madrasah, dan universitas telah menjadi pusat pembelajaran dalam
sejarah kebudayaan Islam.
4. Peran Bahasa Arab:
- Bahasa Arab memegang peranan penting dalam kebudayaan Islam sebagai bahasa Al-
Qur'an.
- Bahasa ini menjadi pusat komunikasi dan budaya di dunia Islam.
5. Pemeliharaan Warisan Sejarah dan Arkeologi:
- Islam mendorong pemeliharaan warisan sejarah dan situs arkeologi sebagai bagian
dari kebudayaan.
- Pemahaman sejarah dan pengetahuan tentang peradaban Islam di masa lalu dianggap
penting.
6. Pakaian dan Adab Berpakaian:
- Islam memberikan pedoman mengenai adab berpakaian yang mencerminkan
kesopanan dan kepatutan.
- Pakaian dalam kebudayaan Islam sering mencerminkan nilai-nilai kesederhanaan dan
kebersihan.
7. Upacara Adat dan Nilai-Nilai Islam:
- Islam memungkinkan adanya upacara adat selama tidak bertentangan dengan prinsip-
prinsip agama.
- Nilai-nilai Islam diintegrasikan dalam upacara adat untuk menjaga kesesuaian dengan
ajaran agama.
PAGE \* MERGEFORMAT 14
masjid mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk spiritual, pendidikan, dan
kesejahteraan sosial.
PAGE \* MERGEFORMAT 14
a. Manajemen Keuangan yang Transparan
1. Zakat dan Infaq: Manajemen keuangan masjid yang transparan dalam pengelolaan
zakat dan infaq untuk kepentingan umat dan pembangunan masjid.
2. Wakaf dan Dana Pembangunan: Mendorong umat untuk berpartisipasi dalam
pembangunan melalui wakaf dan sumbangan sukarela.
b. Pemberdayaan Umat dan Sumber Daya Lokal
B. SARAN
1. Pendidikan dan Penelitian:
- Menggalakkan pendidikan agama Islam yang berkualitas untuk memastikan pemaham
an yang benar terhadap ajaran Islam.
- Mendorong penelitian dan kajian ilmiah yang mendalam untuk menggali lebih dalam
konsep-konsep Islam dan penerapannya dalam kehidupan modern.
2. Dialog Antarumat Beragama:
PAGE \* MERGEFORMAT 14
- Meningkatkan dialog dan kerja sama antarumat beragama untuk memperkuat kerukun
an dan toleransi di masyarakat.
- Mengadakan kegiatan-kegiatan bersama antarumat beragama untuk memahami dan m
enghargai keberagaman keyakinan.
3. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat:
- Mendorong program pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui zakat, wakaf, dan pr
oyek ekonomi syariah untuk mengurangi kesenjangan sosial.
- Mendukung pelatihan keterampilan dan pendidikan ekonomi Islam agar masyarakat d
apat mandiri secara ekonomi.
4. Pembangunan Masjid dan Pendidikan Agama:
- Mendukung pembangunan masjid sebagai pusat pendidikan, kegiatan sosial, dan ibada
h.
- Memperkuat lembaga-lembaga pendidikan agama Islam, seperti madrasah dan pesantr
en, untuk memberikan pendidikan yang holistik.
5. Peningkatan Kesadaran Lingkungan:
- Mendorong kesadaran lingkungan di dalam komunitas Muslim dan menerapkan prakti
k-praktik ramah lingkungan sesuai dengan ajaran Islam.
- Mengintegrasikan nilai-nilai lingkungan dalam kegiatan-kegiatan sosial dan ekonomi.
6. Partisipasi Aktif dalam Politik:
- Mendorong partisipasi aktif umat Muslim dalam proses politik untuk memastikan pem
erintahan yang adil dan representatif.
- Mendukung pemimpin yang memiliki integritas dan berkomitmen pada prinsip-prinsip
keadilan dalam tata kelola negara.
PAGE \* MERGEFORMAT 14