Anda di halaman 1dari 12

Pengertian agama

Sami nuari ahmad


Universitas Singaperbangsa Karawang

student.unsika.ac.id@2210631110188

A.pendahuluan

Agama merupakan suatu ciri kehidupan sosial manusia yang universal,Dalam arti
bahwa semua masyarakat mempunyai cara-cara berpikir dan pola pola perilaku yang
memenuhi syarat untuk disebut „agama‟ (religious).ellis,Tokoh terapi kognitif behavioral
menulis dalam Journal of Counseling and Clinical Psychology terbitan 1980. Agama yang
dogmatis, ortodoks dan taat (yang mungkin kita sebut sebagai kesalehan) bertoleransi sangat
signifikan dengan gangguan emosional orang umumnya menyusahkan dirinya dengan Sangat
mempercayai kemestian, keharusan dan kewajiban yang absolut. Orang Sehat secara
emosional bersifat lunak, terbuka, toleran dan bersedia berubah, Sedang orang yang sangat
relegius cenderung kaku, tertutup, tidak toleran dan Tidak mau berubah, karena itu kesalehan
dalam berbagai hal sama dengan Pemikiran tidak rasional dan gangguan emosional.Banyak
dari apa yang Berjudul agama termasuk dalam superstruktur, agama terdiri atas tipe-tipe
simbol citra,kepercayaan dan nilai-nilai spesifik dengan mana makhluk Manusia
menginterpretasikan eksistensi mereka, akan tetapi karena agama Juga mengandung
komponen ritual maka sebagian agama tergolong juga dalam struktur sosial.

Ada berbagai macam definisi agama. Ada kata agama, din (bahasa Arab), religion
(bahasa Inggris), dan ada religie (bahasa Belanda). Ada yang berpendapat bahwa kata agama
berasal dari bahasa Sangsekerta berarti tidak, dan gama berarti kacau, kocar-kacir. Jadi
agama berarti tidak kacau, kocar-kacir, melainkan teratur.Pendapat lain,walaupun dari segi
asal-usul kata sependapat, berbeda pendapat dari segi akar katanya.Agama berasal dari akar
kata gam yang Berarti pergi, kemudian diberi awalan sehingga menjadi agam yang berarti
kebalikan dari pergi,Yaitu datang, kalau diberi aakhira maka menjadi agama yang
mempunyai arti kedatangan.Pendapat lain lagi mengatakan bahwa agama

1
A.Pengertian agama secara Etimologi
1 . Lihat : Endang Sarfuddin Anshari, Ilmu Filsafat dan
Pengertian agama secara etimologi, kata agama berasal dari bahasa Sankskrit.
Adayang berpendapat bahwa kata itu terdiri dua kata,a Berarti tidak dan Gam Berarti pergi,
jadiagama artinya tidak pergi; tetap di tempat; diwarisi turun termurung. Agama
memangmempunyai sifat yang demikian. Pendapat lain mengatakan bahwa agama berarti
teks ataukitab suci. Selanjutnya dikatakan bahwa Gam Berarti tuntutan. Agama juga
mempunyaituntunan, yaitu Kitab Suci. Istilah agama dalam bahasa asing bermacam-macam,
antara lain :Religion, religio, religie, godsdienst, dan ad-din.

Kata religi – religion dan religio, secara etimologi Menurut winker paris
dalamalgemene encyclopaedie mungkin sekali dari bahasa latin, yaitu dari kata religere
ataureligare yang berarti terikat, maka dimaksudkan bahwa setiap orang yang bereligi
adalahorang yang senantiasa merasa terikat dengan sesuatu yang dianggap suci. Kalau
dikatakan berasal dari kata religere yang berarti berhati hati, maka dimaksudkanbahwa orang
yang bereligi itu adalah orang yang senantiasa bersikap hati hati dengan sesuatu yang
dianggap suci.

Dari etimologis ketiga kata di atas maka dapat diambil pengertian bahwa
agama(religi, din): (1) merupakan jalan hidup yang harus ditempuh oleh manusia
untukmewujudkan kehidupan yang aman, tentram dan sejahtera; (2) bahwa jalan hidup
tersebut berupa aturan, nilai atau norma yang mengatur kehidupan manusia yang dianggap
sebagaikekuatan mutlak, gaib dan suci yang harus diikuti dan ditaati. (3) aturan tersebut ada,
tumbuhdan berkembang bersama dengan tumbuh dan berkembangnya kehidupan
manusia,masyarakat dan budaya.

A.etimologi bahasa inggris

Agama (Surabaya : Bina Ilmu, 1987) hlm. 122-123

2Jalaludin Rakhmad, Psikologi Agama (Jakarta : Rajawali, 1996) hlm. 154-155

3Ishomuddin, Pengantar Sosiologi Agama (Jakarta : Ghalia Indonesia & UMM Press,

2002) hlm. 29.

Prof. Dr. Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta:UI Press, 1979) jil. 1, hlm. 9
Dalam bahasa Inggris, kata “agama” diterjemahkan menjadi “religion”. Untuk
mengkaji kata “religion”, kami menggunakan metode yang sama dengan di atas, yakni
Melalui metode etimologis

Ada dua pendapat mengenai asal-Usul kata “agama”. Pertama, berasal dari bahasa
Indo-German, yaitu “gam”, identik dengan “go” dalam bahasa Inggris yang berarti
“jalan,Cara berjalan, cara-Cara sampai pada keridhaan Tuhan”. Namun, menurut Sukardji,
orangyang mengatakan bahwa kata “agama” berasal dari bahasa Indo-German berarti
belummengetahui bahasa Sansekerta. Kedua, berasal dari bahasa Sansekerta. Dalam kitab
UpadecaTentang “Ajaran-Ajaran Agama Hindu”, disebutkan bahwa “agama” tersusun dari
kata “a”yang berarti “tidak” dan “gam” yang berarti “jalan”. Dalam bentuk harfiah, “agama”
berarti

“tetap di tempat, langgEng, abadi, diwariskan secara terus-menerus dari generasi


keGenerasi”.2 Ada pula pendapat lain, yaitu “agama” berasal dari kata “a” yang berarti
“tidak”,dan “gama” yang berarti “kacau”. Maksudnya, orang-orang yang memeluk suatu
agama danmengamalkan ajaran-ajarannya, hidupnya tidak akan kacau

B.etimologi bahasa arab

Kata “agama” dalam bahasa Arab diterjemahkan menjadi “ad-Dien”.


Munjiedmengatakan bahwa arti harfiah dari “ad-Dien” cukup banyak, misalnya “pahala,
ketentuan,Kekuasaan, Peraturan, dan perhitungan”. Fairuzabadi dalam kamusnya, Al-
Muhieth,Mengatakan bahwa arti harfiah “ad-Dien” adalah “kekuasaan, kemenangan,
kerajaan,kerendahan, kemuliaan, perjalanan, peribadatan, dan paksaan”. Sedangkan
menurut Harun Nasution, “ad-Dien” mengandung arti “menguasai, menundukkan, patuh,
utang, balasan,kebiasaan”.

B.PENGERTIAN AGAMA SECARA TERMINOLOGI


Secara terminologi dalam ensiklopedi Nasional Indonesia, agama diartikan aturanatau
tata cara hidup manusia dengan hubungannya dengan tuhan dan sesamanya. Dalam al-Qur’an
agama sering disebut dengan istilah din. Istilah ini merupakan istilah bawaan dari ajaran
Islam sehingga mempunyai kandungan makna yang bersifat umum dan universal.artinya
konsep yang ada pada istilah din seharusnya mencakup makna-makna yang ada pada istilah
agama dan religi.
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata
kaidahyang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
Agama Adalah fitrah “ketentuan mutlak” bagi Manusia tanpa manusia agama bukan berarti
apa-apa,karena Agama memang ditujukan bagi manusia Dari pendapat tersebut, definisi dan
pengertian agama memiliki perbedaan-perbedaan pokok dan luas antara maksud-maksud
agama pada kata ‘agama’ dalam bahasa Sansekerta,dengan kata ‘religio’ bahasa latin, dan
kata ‘din’ dalam bahasa Arab. Namun secara Terminologi, ketiganya memiliki inti yang
sama, yaitu suatu gerakan di segala bidang menurut kepercayaan kepada Tuhan dan suatu
rasa

Tanggung jawab batin untuk perbaikan pemikiran dan keyakinan, untuk mengangkat
prinsip-prinsip tinggi moralitas manusia, untuk menegakkan hubungan baik antar anggota
masyarakat serta melenyapkan setiap bentuk diskriminasi buruk.

C.PENGERTIAN AGAMA MENURUT BEBERAPA AHLI


DAN TOKOH
1.Fakhroeddin al-Kahiri, Agama dari segi etimologi berasal dari dua kata; A: tidak
danGama: kacau, kocar-kacir, berantakan, yang sama artinya dengan perkataan
Griek;Chaos. Jadi pengertian agama adalah tidak kocar-kacir atau tidak berantakan, atau
agamaitu teratur, dan beres.

2 2Sukardji, 1993: 26-27

3Sukardji, 1993: 28

4Jalaluddin, 1996: 12

5mutahhari, Perspektif Al-Qur`an tentang Manusia dan Agama, peny., Haidar bagir, (Bandung: Mizan, 1997), h.
41-42
2.Menurut Bahrun Rangkuti, seorang muslim cendekiawan sekaligus seorang
linguis,mengatakan bahwa definisi dan pengertian agama berasal dari bahasa Sansekerta; a-
ga-ma. A (panjang) artinya adalah cara, jalan, The Way, dan gama adalah bahasa
IndoGermania; bahasa Inggris Togo artinya jalan, cara-cara berjalan, cara-cara sampai
kepadakeridhaan kepada Tuhan.

3.R.R. Marett, seorang ahli antropologi Inggris mengatakan bahwa definisi dan
pengertianagama itu menyangkut lebih dari pada hanya pikiran, yaitu perasaan dan kemauan
juga,dan dapat memanifestasikan dirinya menurut segi-segi emosionilnya walaupun
idenyakabur.

4. J. G. Frazer, megatakan agama adalah suatu ketundukan atau penyerahan diri


kepadakekuatan yang lebih tinggi dari pada manusia yang dipercayai mengatur
danmengendalikan jalannya alam dan kehidupan manusia.

5.Eden Sheffield Brigtman, memberikan definisi dan pengertian agama, yaitu


bahwaagama merupakan suatu unsur pengalaman-pengalaman yang dipandang
mempunyainilai yang tinggi; pengabdian kepada suatu kekuasaan-kekuasaan yang
dipercayaisebagai sesuatu yang menjadi asal mula, yang menambah dan melestarikan nilai-
nilai ini;dan sejumlah ungkapan yang sesuai tentang urusan serta pengabdian tersebut
baikdengan cara melakukan upacaraupacara yang simbolis maupun melaui perbuatan-
perbuatan yang lain yang bersifat perseorangan serta yang bersifat kemasyarakatan

6.Émile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu
yangterdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci.
Kitasebagai umat beragama semaksimal mungkin berusaha untuk terus
meningkatkankeimanan kita melalui rutinitas beribadah, mencapai rohani yang sempurna
kesuciannya.

7.Sukardji memberikan definisi “ad-Dien” sebagai “undang-undang kebutuhan


yangmendorong dan menjiwai orang berakal dengan usahanya untuk sejahtera hidup di
duniadan Kebahagiaan hidup di akhirat”.

8.Menurut Al-Syahrastani, agama adalah kekuatan dan kepatuhan yang terkadang


biasadiartikan sebagai pembalasan dan perhitungan (amal perbuatan di akhirat).
9.Menurut Prof. Dr. Bouquet mendefinisikan agama adalah hubungan yang tetap
antara diri manusia dengan yang bukan manusia yang bersifat suci dan supernatur, dan yang
bersifat berada dengan sendirinya dan yang mempunyai kekuasaan absolute yang disebut
Tuhan

10.Webster New 20th Century Dictionary mengungkapkan bahwa definisi “religion”


adalah“the system Of rules of conduct and law of action based upon the recognition of belief
in,And reverence for human power of supreme authority”. Batasan itu menggambarkan
bahwa “religion” adalah suatu sistem peraturan-peraturan dari kegiatan yang semuanyaitu
didasarkan pada adanya kepercayaan dan pegangan pada kekuatan yang Mahakuasadan
norma perilaku manusia yang didasarkan pada ketentuan-ketentuan yang ditetapkanTuhan.

3
D.PENGERTIAN AGAMA SECARA FUNGSIONAL

Pembahasan tentang fungsi agama disini akan dibatasi pada dua hal yaitu
agamasebagai faktor integratif dan sekaligus disintegratif bagi masyarakat.

1.Fungsi integratif Agama

Peranan sosial agama sebagai faktor integratif bagi masyarakat berarti peran agama
dalam menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota beberapa
masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan
mereka.Hal ini dikarenakan nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial
didukung bersama oleh kelompok-kelompok keagamaan sehingga agama menjamin adanya
konsensus dalam masyarakat. Hal ini semakin diperkuat dengan adanya konsep sakral yang
melingkupi nilai-nilai keagamaan sehingga hal tersebut tidak mudah untuk dirubah dan
memiliki otoritas yang kuat di masyarakat.

3 ⁶Sukardji, 1993: 34-35

⁷M. Ali Yatim Abdullah,2004:5

⁸Abu Ahmadi,1984
Dengan mendasarkan pada perspektif fungsionaris, Thomas F. O’Dea
Mengungkapkan bahwa agama memiliki fungsi dalam menyediakan dua hal. Pertama, suatu
cakrawala pandangan tentang dunia luar yang tidak terjangkau oleh manusia (beyond).Kedua,
sarana ritual yang memungkinkan hubungan manusia dengan hal diluar jangkauannya, yang
memberikan jaminan dan keselamatan bagi manusia. Lebih jauh, dengan mendasarkan pada
dua hal diatas, ia mengungkapkan enam fungsi agama sebagai berikut:

A.Agama mendasarkan perhatiannya pada sesuatu yang berada di luar jangkauan


manusia yang melibatkan takdir dan kesejahteraan, agama menyediakan sarana emosional
penting yang membantu manusia dalam menghadapi ketidak pastian.

B.Agama menawarkan suatu hubungan transendental melalui pemujaan dan upacara


peribadatan, karenanya agama memberikan dasar emosional bagi rasa aman baru dan
identitas yang lebih kuat ditengah kondisi dan yang dihadapi manusia.

C.disiplin kelompok diatas dorongan hati individu. Dengan demikian agama


berfungsi untuk membantu pengendalian sosial, melegitimasi alokasi pola-pola masyarakat
sehingga membantu ketertiban dan stabilitas.

2.Fungsi Disintegratif Agama

Meskipun agama memiliki peranan sebagai kekuatan yang mempersatukan,


mengikat,dan memelihara eksistensi suatu masyarakat, pada saat yang sama agama juga
dapat memainkan peranan sebagai kekuatan yang mencerai-beraikan, memecah-belah bahkan
menghancurkan eksistensi suatu masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi dari begitu
kuatnya agama dalam mengikat kelompok pemeluknya sendiri sehingga seringkali
mengabaikan bahkan menyalahkan eksistensi pemeluk agama lain. Pada bagian ini,
pembicaraan tentang fungsi disintegratif agama akan lebih memfokuskan perhatian pada
beberapa bentuk konflik sosial yang bersumber dari agama.

Hendropuspito setidaknya mencatat empat bentuk konflik sosial yang bersumber


padaagama, yaitu:
A.Perbedaan doktrin dan sikap mental Dalam konteks ini, konflik sebagai fakta sosial
melibatkan minimal dua kelompok agama yang berbeda, bukan hanya sebatas konstruksi
khayal semata melainkan sebagai sebuah fakta sejarah yang sering kali masih terjadi hingga
saat ini. Konflik yang muncul lebih banyak disebabkan oleh adanya perbedaan doktrin yang
kemudian diikuti oleh sikap mental yang memandang bahwa hanya agama yang dianutnyalah
yang memiliki kebenaran (claim oftruth) sedangkan yang lain sesat, atau setidaknya kurang
sempurna.

B.Perbedaan suku dan ras pemeluk agama Meskipun tidak sedikit bukti yang
menunjukkan bahwa agama memiliki peran dalam mempersatukan orang-orang yang
memiliki perbedaan suku dan ras, namun kita juga tidak bisa membantah bahwa sering kali
perbedaan suku dan ras menimbulkan konflik sosial.Apabila perbedaan suku dan ras saja
telah cukup untuk memunculkan konflik sosial, maka masuknya unsur perbedaan agama
tentunya akan semakin mempertegas konflik tersebut. Hal ini bisa kita lihat dari fakta sejarah
bahwa bangsa kulit putih yang notabene beragama Kristen merasa menjadi bangsa pilihan
yang ditugaskan untuk mempersatukan kerajaan Allah didunia dengan menaklukkan bangsa
lain yang non-Kristen

C.Perbedaan tingkat kebudayaan Sebagai bagian dari kebudayaan, agama merupakan


faktor penting bagi pembudayaan manusia khususnya, dan alam semesta pada
umumnya.Peter Berger menjelaskan fenomena ini dengan menegaskan bahwa agama
merupakan usaha manusiawi dengan mana suatu jaga raya ditegakkan. Dengan kata lain,
agama adalah upaya menciptakan alam semesta dengan cara yang suci. Dengan kerangka
pemikiran bahwa agama memainkan peran dominan dalam menciptakan masyarakat budaya
dan melestarikan alam semesta maka munculnya ketegangan yang disebabkan karena
perbedaan tingkat kebudayaan tidak bisa dilepaskan dari peran agama dalam menyediakan
nilai-nilai yang disatu sisi mendorong pertumbuhan pemikiran bagi perkembangan budaya
dan disisi lain justru menghambat dan mengekang pemikiran tersebut.

D.PENGERTIAN AGAMA MENURUT BERBAGAI AGAMA

✓Agama menurut agama Hindu ialah satya, arta, diksa, tapa, brahma dan yajna.
Satya berarti kebenaran yang absolute. Arta adalah dharma atau perundang-undangan yang
mengatur hidup manusia. Diksa adalah penyucian. Tapa adalah semua perbuatan suci.Brahma
adalah doa atau mantra-mantra. Yajna adalah kurban.Pengertian lain ialah dharma atau
kebenaran abadi yang mencakup seluruh jalan Kehidupan manusia. Jadi agama menurut
agama Hindu ialah kepercayaan hidup pada ajara-ajaran suci dan diwahyukan oleh Sang
HyangVidi yang kekal abadi.

✓Menurut pengertian umat hindu penganut madzhab siwa, kata agama yang
dipergunakan dalam bahasa Indonesia sebagai istilah kerohanian, berasal dari kata Gam yang
berarti pergi, Gam diberi awalan “A” yang berarti Agam berarti kebalikan Dari pergi yang
artinya datang, dan diberi akhiran “A” menjadi agama dengan arti Kedatangan.

✓Agama menurut agama Budha ialah suatu kepercayaan atau persujudan atau
kepercayaan manusia akan adanya daya pengendalian yang istimewa dan terutama dari suatu
manusia yang harus ditaati dan pengaruh pemujaan tadi atas perilaku manusia. Pengertian
lain dari agama adalah suatu badan dari ajaran kesusilaan dan filsafat dan pengakuan
berdasarkan keyakinan terhadap pelajaran yang diakui baik yang ajaran yang budha yang
sangat mulia. Dalam pengertian yang lain bahwa agama adalah cara tertentu untuk pemujaan
kepada para dewa, dewa agung yaitu adanya kekuatan gaya tak terlihat yang menguasai alam
semesta.

✓ Agama menurut agama Kristen ialah segala bentuk hubungan manusia dengan
yang suci. Terhadap yang suci ini manusia tergantung, takut karena sifatnya yang dahsyat dan
manusia tertari karena sifat-sifatnya yang mempesonakan.

✓Agama menurut agama Islam ialah, kata Islam berasal dari kata: salam yang artinya
selamat, aman sentosa, sejahtera yaitu aturan hidup yang dapat menyelamatkan manusia di
dunia dan di akhirat

Sementara itu definisi mutlak dari agama dalam wacananya agak mengalami
kesulitantersendiri, bahkan hampir mustahil untuk dapat mendefinisikan agama yang bias
diterimaatau disepakati semua kalangan. Untuk itu setidaknya ada tiga cara pendekatan yaitu
segifungsi, institusi, dan subtansi

4 11 T.H. Thalhas, Ilmu Perbandingan Agama, (Jakarta: Galura pass, 2006), h. 19-20
12Dr. Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama: Tinjauan kritis (Depok: Perspektif, 2005),h. 13
F.Daftar pustaka
Lihat : Endang Sarfuddin Anshari, Ilmu Filsafat dan

Agama (Surabaya : Bina Ilmu, 1987) hlm. 122-12

2Jalaludin Rakhmad, Psikologi Agama (Jakarta : Rajawali, 1996) hlm. 154-155


3Ishomuddin, Pengantar Sosiologi Agama (Jakarta : Ghalia Indonesia & UMM
Press,2002) hlm. 29.

Prof. Dr. Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta:UI Press,
1979) jil. 1, hlm. 9

2Sukardji, 1993: 26-27

3Sukardji, 1993: 28

4Jalaluddin, 1996: 12

5mutahhari, Perspektif Al-Qur`an tentang Manusia dan Agama, peny., Haidar bagir,
(Bandung: Mizan, 1997), h. 41-42

⁶Sukardji, 1993: 34-35

⁷M. Ali Yatim Abdullah,2004:5

⁸Abu Ahmadi,1984

11 T.H. Thalhas, Ilmu Perbandingan Agama, (Jakarta: Galura pass, 2006), h. 19-20

12Dr. Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama: Tinjauan kritis (Depok: Perspektif,
2005),h. 13

Anda mungkin juga menyukai