Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG AGAMA DAN


ILMU PENGETAHUAN

A. Agama
1. Pengertian Agama
Banyak sekali definisi-definisi tentang agama, baik dari tokoh-tokoh
agama maupun filosof yang menguraikan tentang agama, secara berbeda-
beda, seperti pendapatnya Fakhroeddin Al Kahiri, bahwa agama dari segi
etimologi itu berasal dari dua kata; A: tidak dan GAMA: kacau, kocar-
kacir, berantakan, yang sama artinya dengan perkataan Griek; chaos, jadi
arti dari agama adalah tidak kocar-kacir atau tidak berantakan. Lebih jelas
lagi kata agama itu teratur, beres. Jadi yang dimaksud disini adalah suatu
peraturan yang mengatur keadaan manusia, maupun mengenai sesuatu
yang gaib, ataupun yang mengenai budi pekerti, pergaulan hidup bersama
atau yang lainnya.1
Sedangkan menurut H. Bahrun Rangkuti’ seorang muslim
cendekiawan sekaligus seorang linguis, mengatakan bahwa Agama itu
berasal dari bahasa Sansekerta; a-ga-ma. A panjang artinya adalah cara,
jalan, the way, dan gama adalah bahasa Indo Germania; bahasa Inggris
togo artinya jalan, cara-cara berjalan, cara-cara sampai kepada keridhoan
kepada Tuhan.2
Selain agama itu berasal dari bahasa Sansekerta seperti yang telah di
kemukakan di atas. Agama dalam bahasa Latin disebut ‘religion’, dalam
bahasa-bahasa barat sekarang bisa disebut ‘Religion’ dan ‘religious’, dan
dalam bahasa Arab disebut ‘Din’ atau juga ‘Al din’. Dari pendapat-
pendapat tersebut diatas sebenarnya memiliki perbedaan-perbedaan pokok
dan luas antara maksud-maksud agama pada kalimat ‘agama’ dalam
bahasa Sansekerta, dengan kalimat ‘religio’ bahasa latin dan kalimat ‘Al
din’ dalam bahasa Arab, namun secara terminologi ketiganya memiliki inti
1
H.Endang Saifuddin Anshari, Ilmu filsafat dan Agama, Surabaya PT, Bina Ilmu
1987,hlm 122.
2
Ibid., hlm 123.

10
yang sama, yaitu suatu gerakan di segala bidang menurut kepercayaan
kepada Tuhan dan suatu rasa tanggung jawab batin untuk perbaikan
pemikiran dan keyakinan, untuk mengangkat prinsip-prinsip tinggi
moralitas manusia, untuk menegakkan hubungan baik antar anggota
masyarakat serta melenyapkan setiap bentuk diskriminasi buruk.3
Setelah diketahui asal-usul agama dari berbagai bahasa, baik dari
bahas Sansekerta, Inggris, Belanda, Arab di atas, maka penulis mencoba
untuk memaparkan secara definitif para tokoh-tokoh yang lain:
i. R.R. Marett, seorang ahli antropologi Inggris mengatakan
bahwa agama itu menyangkut lebih dari pada hanya
pikiran, yaitu perasaan dan kemauan juga, dan dapat
memanifestasikan dirinya menurut segi-segi emosionilnya
walaupun idenya kabur.
ii. J. G. Frazer, megatakan agama itu adalah “suatu
ketundukan atau penyerahan diri kepada kekuatan yang
lebih tinggi dari pada manusia yang dipercayai mengatur
dan mengendalikan jalannya alam dan kehidupan
4
manusia”.
iii. Eden Sheffield Brigtman, memberikan definisi deskriptif
agama yaitu bahwa agama merupakan suatu unsur
pengalaman-pengalaman yang dipandang mempunyai nilai
yang tinggi; pengabdian kepada suatu kekuasaan-kekuasaan
yang dipercayai sebagai sesuatu yang menjadi asal mula,
yang menambah dan melestarikan nilai-nilai ini; dan
sejumlah ungkapan yang sesuai tentang urusan serta
pengabdian tersebut baik dengan cara melakukan upacara-
upacara yang simbolis maupun melaui perbuatan-perbuatan

3
Muslim Arbi, Rasionalitas Islam, Jakarta, Penerbit YAPI, 1989, hlm. 7.
4
HM. Arifin, Belajar Memahami Ajaran Agama-agama Besar, Jakarta, CV. Serajaya
Cet. I, 1981, hlm. 4.

11
yang lain yang bersifat perseorangan serta yang bersifat
kemasyarakatan.5
iv. Harun Nasution mengatakan bahwa agama dilihat dari
sudut muatan atau isi yang terkandung di dalamnya
merupakan suatu kumpulan tentang tata cara mengabdi
kepada Tuhan yang terhimpun dalam suatu kitab, selain itu
beliau mengatakan bahwa agama merupakan suatu ikatan
yang harus dipegang dan dipatuhi.6
Beberapa definisi di atas memperlihatkan betapa luasnya cakupan
agama dan sekaligus menunjukkan betapa pengertian agama itu cukup
banyak. Hal ini di samping menunjukkan adanya perhatian besar dari para
ahli terhadap agama, juga menunjukkan bahwa merumuskan pengertian
agama itu sangat sulit sehingga tidak cukup satu pengertian saja.
Dengan bertolak dari beberapa pengertian agama, Harun Nasution
merumuskan delapan pengertian agama sebagai berikut:
i. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan
kekuatan gaib yang harus dipatuhi.
ii. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai
manusia.
iii. Mengingatkan diri pada suatu bentuk yang mengandung
pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri
manusia dan yang mempengaruhi perbuatannya.
iv. Kepercayaan kepada suatu kekuatan gaib yang
menimbulkan cara hidup tertentu.
v. Suatu sistem tingkah laku (code of conduct) yang berasal
dari kekuatan gaib.
vi. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang
diyakini bersumber dari kekuatan gaib.

5
Soejono Soemargono, Pengantar Filsafat, Yogyakarta, Tiara Wacana Yoya, 1992,hlm.
448.
6
Dede Rosyada, Abuddin Nata, Materi Pokok Agama Islam, Jakarta, Direktorat Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, 1994, hlm. 5.

12
vii. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasan
lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan yang misterius
yang terdapat dalam alam sekitar manusia.
viii. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia
melalui seorang rasul.7

Kesadaran akan adanya wujud tertinggi itu sudah ada dalam


masyarakat sederhana, masyarakat yang masih rendah tarap
kebudayaannya serta belum dipengaruhi oleh kebudayaan-kebudayaan
lainnya, dan kesadaran masyarakat tentang adanya wujud tertinggi itu
sudah ada sejak adanya manusia di muka bumi, sehingga memunculkan
bebagai macam bentuk kepercayaan terhadap kekuatan yang maha Tinggi,
seperti kepercayaan terhadap kekuasan atau kekuatan yang keramat dan
tidak berpribadi, yang dianggap halus mampu berjasad yang dapat dimiliki
atau tidak dapat dimiliki oleh benda, binatang dan manusia (Dinamisme).8
Ataupun kepercayaan terhadap adanya roh-roh (Animisme).
Kepercayaan terhadap kekuatan yang tinggi di atas segala-galanya
itulah yang kemudian memunculkan berbagai macam agama. Sedangkan
agama dilihat dari segi bentuknya ada dua macam:
i. Agama asli, yaitu kerohanian khas dari suatu bangsa atau
suku bangsa sejauh itu berasal dan diperkembangkan di
tengah-tengah bangsa itu sendiri dan tidak dipengaruhi oleh
kerohanian bangsa lain atau menirunya. Dan biasanya
kerohanian agama asli itu tidak diuraikan dalam ajaran
yang sistematis dan terperinci. Tetapi kerohanian itu
dihayati dalam sikap batin terhadap zat atau wujud tertinggi
yang pada hekekatnya mengatasi manusia.9

7
Ibid., hlm 6.
8
A.B. Haniq, Ilmu Agama, terjemahan MD. Koesumo Sastro, Jakarta, Bpk Gunung
Mulia, 1966, hlm. 30.
9
Martin Sardy, Agama Multidimensional, Bandung, Penerbit Alumni, 1983, hlm. 90.

13
ii. Agama samawi atau agama wahyu adalah agama yang
berdasarkan pada wahyu Allah. Wahyu berarti pernyataan
dari Allah kepada misioner, merasul atau dakwah.10
Agama Islam merupakan agama wahyu yang dibawa oleh
Muhammad SAW dari Allah SWT dan dipelihara serta dipahamkan
dengan rapi dan teliti sekali oleh para sahabatnya dan orang-orang
pada jaman sahabat itu.11 Dan merupakan agama wahyu yaitu
berdasarkan wahyu dari Allah dan bukan ciptaan manusia.
Agama Islam mengajak umat manusia agar patuh dan tunduk
kepada Allah SWT agar mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan di
dunia dan akhirat, seperti kata Islam yang berarti selamat dan sentosa
yang berasal dari kata aslama – yuslimu – islaman yang juga berarti
menyerahkan diri patuh dan tunduk12, hal ini seperti dalam firman
Allah SWT:

‫ﺩ‬ ‫ﻋ ﹾﻨ‬
ِ ‫ﻩ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻪ َﺃ‬ ‫ﻥ ﹶﻓﹶﻠ‬
‫ﺴ‬
ِ‫ﺤ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻪ ِﻟﱠﻠ ِﻪ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻭ‬ ‫ﺴﹶﻠﻡ‬
 ‫ﻥ َﺃ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺒﻠﹶﻰ‬
‫ﻥ‬
 ‫ﺯﻨﹸــﻭ‬ ‫ﺤ‬  ‫ﻴ‬ ‫ﻡ‬ ‫ــ‬‫ﻻ ﻫ‬‫ﻡ ﻭ‬ ‫ﻴ ِﻬ‬ ‫ﻋﻠﹶــ‬ ‫ﻑ‬ ‫ﻭ ﹲ‬ ‫ﻻ ﺨﹶــ‬‫ــ ِﻪ ﻭ‬‫ﺭﺒ‬
(112:‫)ﺍﻟﺒﻘﺭﺓ‬
Artinya : “Bahkan barang siapa aslama (menyerahkan diri) kepada
Allah sedangkan ia berbuat kebaikan maka baginya pahala
pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak pula bersedih hati.” (Q.S al – Baqarah, 2:
112)13

Sebagai agama wahyu Islam berpegang pada sumber al-Qur’an


dan Hadits dan ditambah lagi sumber dari hasil ijtihad, yang berperan
untuk mengusahakan jalan keluar dalam penetapan hukum bagi suatu
ketetapan yang tidak disebutkan hukumnya secara tersurat dalam Al-
Qur’an.14

10
Ibid, hlm. 93.
11
Moh. Rivai, Perbandingan Agama, Semarang, Wicaksana, 1984, hlm. 135.
12
Dede Rosyada, Abudin Nata, op.ci.t, hlm. 48.
13
Al-qur’an dan terjemah, Kitab suci Al-qur’an, Departemen Agama RI, hlm. 30.
14
Dede Rosyada, Abudin Nata, op.ci.t, hlm. 60.

14
Al- Qur’an sebagai Kitab suci agama Islam mengandung hal-hal
yang berhubungan dengan:
1. Tauhid, kepercayaan terhadap Allah,
Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Para
Rasul-Nya, hari kiamat serta qodho dan
qodar.
2. Pekerjaan hati serta gerak-gerak yang
mendorong ke arah kesempurnaan budi
pekerti yang luhur.
3. Hal-hal yang berhubungan dengan
pengabdian anggota jasmani, yang
berhubungan dengan hukum-hukum
segala perintah Allah dan segala larangan-
Nya.15
2. Sumber-Sumber Agama
Agama yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari mengandung
pengertian yang berhubungan serta mengatur segala aspek kehidupan
manusia yang bersifat rohaniah dan bersifat jasmaniah. Sebagai pengatur
hidup, akan dapat dirasakan manfaatnya apabila pemeluknya menghayati
dan mengamalkan ajaran agamanya itu dalam kitab suci yang merupakan
sumber dari agama.16
Di lihat dari segi asalnya, kitab suci agama dapat digolongkan
menjadi dua jenis yaitu kitab suci agama samawi dan kitab suci agama
ardhi.
a. Kitab Suci Agama Samawi
Kitab suci agama samawi adalah kumpulan wahyu Allah yang
diturunkan kepada para nabi atau rasulnya baik secara langsung

15
Moh. Rivai, op.cit., hlm. 139.
16
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kata kitab diberi dua arti, yitu: (1) Buku; (2)
Wahyu Tuhan yang dibukukan; Kitab Suci. Dijelaskan pula bahwa kitab suci searti dengan wahyu
Tuhan yang dibukukan, lihat stefan leks, Mengenal ABC Kitab Suci, Y0gyakarta, Kanisius, 1996,
hlm. 9.

15
maupun dengan perantaraan malaikat Jibril untuk pedoman hidup dan
perilaku kehidupan darinya dan para pengikutnya atau umatnya. Jenis
kitab suci samawi yang terkenal adalah kitab suci taurat yang
diturunkan kepada Nabi Musa AS, kitab Zabur diturunkan kepada
Nabi Daud, kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa AS dan kitab suci
Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
b. Kitab Suci Agama Ardhi
Kitab suci agama Adhi adalah kumpulan ajaran agama yang
ditulis oleh pembangun agama yang bersangkutan dan orang-orang
yang dianggap suci oleh para pemeluknya untuk pedoman hidup dan
kehidupan bagi pemeluk itu.17

B. Ilmu Pengetahuan

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan telah menjadi bagian dari alam pikir manusia, hasil-
hasilnya bagai perabot yang indah bagi lingkungan manusia. Setiap
manusia harus menerimanya, bagai gadis cantik dalam dongeng yang
dikisahkan, harus bersedia menerima alam semesta ini.
Namun masalahnya lebih bersifat memusingkan dari pada bersifat
misterius. Ilmu pengetahuan jelas merupakan hasil ciptaan sadar manusia,
dengan sumber-sumber historis yang didokumentasikan secara baik
dengan orang-orang profesional terpercaya yang mempraktekkan serta
menguraikannya. Kemudahan yang diberikan oleh ilmu pengetahuan pada
manusia berupa pemahaman yang jelas dan melihat segala sesuatu secara
jeli, membuat manusia merasa bahwa alam itu sendiri sangat nyata, sukar
dan pasti.18

17
K. Sukardi, Agama-agama yang berkembang didunia dan pemeluknya, Bandung,
Angkasa, 1993, hlm. 12.
18
C.A Qodir, Ilmu pengetahuan dan Metodenya, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1998,
hlm. 8.

16
Sampai saat ini pemakaian istilah pengetahuan untuk knowledge dan
ilmu pengetahuan science masih menajdi perdebatan, tetapi demi tidak
menambah kesimpang siuran maka penulis akan memakai istilah diatas
sebagaimana istilah itulah yang sampai saat ini biasa dipakai dalam
masyarakat. Pengetahuan atau knowledge adalah hal tahu atau pemahaman
akan sesuatu yang bersifat spontan tanpa mengetahui seluk beluknya
secara mendalam. Ciri mengetahuan adalah tidak terbuka akan usaha
bantahan atas dasar pengamatan dan pemeriksaan. Sedangkan ilmu
pengetahuan atau science adalah pengetahuan yang bersifat metodis,
sistematis, logis. Metodis maksudnya pengetahuan tersebut diperoleh
dengan menggunakan cara kerja yang terperinci dan telah ditentukan
sebelumnya. Sistematis maksudnya pengetahuan tersebut merupakan
suatu keseluruhan yang mandiri dari hal-hal yang paling berhubungan
sehingga dapat dipertanggung jawabkan. Logis maksudnya proposisi-
prosisi (pernyataan) yang satu dengan yang lain mempunyai hubungan
rasional sehingga dapat ditarik keputusan yang rasional pula.19
Walaupun demikian orang harus ingat bahwa ada hubungan obyektif
antara muatan istilah science dengan istilah knowledg, karena semua
science mencakup mengetahui, walaupun tidak semua bentuk pengetahuan
bisa dinyatakan sebagai science.
Pengatahuan dapat disebut saintifik apabila memenuhi persyaratan-
persyaratan tertentu, sebagai berikut :
a. Harus berada pada tahap intelektual. Persyaratan
ini sangatlah elementer sehingga komentar apapun
akan nampak sangat menggangu hal yang jelas.
Tidak ada masalah beberapa banyak obyek-obyek
dicapai oleh indera, tetapi persepsi inderawi masih
merupakan pengalaman individual dalam segala
kekongkritannya.

19
Suterjo Adisusilo, Problematika perkembangan Ilmu Pengetahuan, Jogyakarta,
Yayasan Kanisius, 1983, hlm. 9.

17
b. Harus pasti. Paling tidak jika kepastian itu adalah
mungkin mengetahui obyek yang dipertimbangkan
oleh orang yang mengetahui. Jika kepastian tidak
dapat dicapai, maka seseorang harus dipuaskan
minimal untuk sementar dengan pengetahuan yang
semata-mata mungkin.
c. Harus memberikan suatu kajian yang mendalam
terhadap kausa-kausa dari obyek yang sedang
dibahas. Oleh karena itu untuk bisa dikatakan
saintifik, pengetahuan tidak bisa dibatasi semata-
mata hanya pada fakta-fakta, tetapi harus
mencakup fondasi-fondasi dan kausa-kausa yang
mendukung fakta-fakta itu.20
Ilmu pengatahuan yang merupakan produk kegiatan berfikir
merupakan obor dan semen peradaban dimana manusia menemukan
dirinya danmenghayati hidup dengan lebih sempurna. Berbagai kegiatan
dikembangkan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya
dengan jalan menerapkan pengetahuan yang diperolehnya. Proses
penemuan dan penerapan itulah yang menghasilkan kapak dan batu yang
zaman dulu sampai komputer hari ini. Berbagai masalah memasuki benak
pikiran manusia dalam menghadapi kenyataan hidup sehari-hari dan
beragam buah pikiran telah dihasilkan sebagai bagian dari sejarah
kebudayaannya. Meskipun tampak beragam buah pemikiran itu namun
pada hakikatnya upaya para manusian dalam memperoleh pengetahuan
didasarkan pada tiga masalah pokok yakni: apakanh yang akan kita
ketahui? bagaimanakan cara kita memperoleh pengetahuan? dan apakah
nialai pengetahuan tersebut bagi kita?21

20
P. Henry Van Lear,Filsafat Sain bagian pertama (Ilmu Pengetahuan secara Umum),
Jogyakarta, Penerbit LPMI (Lembaga Penerjemah dan Penulis Muslim Indonesia), 1995, hlm. 3.
21
Jujun S.Suria Sumantri, Ilmu Dalam Perspektif, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia,
1992, hlm. 2.

18
Pertanyaan itu kelihatannya sederhana namun mencakup
permasalahan yang sangat asasi. Berbagai buah pemikiran yang besar
sebenarnya merupakan serangkaian jawaban yang diberikan atas ketiga
pertanyaan tadi. Pemikiran-pemikiran besar dalam sejarah kebudayaan
manusia dapat dijadikan dan dibedakan dari cara mereka menjawab
pertanyaan-pertanyaan itu. Seperti juga langkah-langkah pembukaan
dalam sebuah permainan catur maka berbagai aliran dalam pemikiran
manusia dapat tersusun kepada pembukaan dasar yang mengawali
kegiatan berfikirnya.
Berlainan dengan agama atau bentuk-bentuk pengetahuan lainnya
ilmu membatasi diri hanya kepada kejadian yang bersifat empiris yang
mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca indera
manusia. Dalam batas-batas tersebut maka ilmu mempelajari obyek-obyek
empiris seperti batu-batuan, bintang-bintang, tumbuh-tumbuhan, hewan
atau manusia itu sendiri. Ilmu mempelajari gejala dan peristiwa
berdasarkan obyek yang ditelaahnya maka ilmu dapat disebut sebagai
pengetahuan empiris, dimana obyek-obyek berbeda diluar jangkauan
manusia tidak termasuk kedalam bidang penelaahan keilmuan tersebut
inilah yang merupakan salah satu ciri ilmu yakni orientasi terhadap dunia
empiris.
Untuk mendapatkan pengetahuan ini ilmu membuat beberapa andaian
(asumsi) mengeanai obyek-obyek empiris. Asumsi ini perlu, sebab
pernyataan asumtiflah yang memberi arah dan landasan bagi kegiatan
penelaahan pengetahuan. Sebuah pengetahuan baru dianggap benar
selama manusia menerima asumsi yang dikemukakan.22
Klasifikasi atau penggolongan ilmu pengetahuan mengalami
perkembangan atau perubahan sesuai dengan jaman. Ada beberapa
pandangan yang berkaitan dengan klasifikasi ilmu pengetahuan, sebagai
berikut :

22
Ibid,.hlm. 6.

19
a. Dengan mempelajari kodrat
pemikiran rasional dapat
menemukan sifat yang benar
dari alam semesta, sebab
alam semesta ini merupakan
suatu sistem rasional yang
isinya dapat diketahui
dengan menyusun cara
deduksi dari hukum-hukum
berfikir.
b. Pengetahuan kemanusian
terdiri atas ilmu-ilmu murni
dan filsafat praktis. Ilmu-
ilmu yang murni adalah
teologi rasional yang terkait
dengan pengetahuan tentang
Tuhan, psikologi yan terkait
dengan masalah jiwa, dan
kosmologi yang terkait
dengan kodrat dunia fisik,
filsafat praktis mencakup
etika sebagai ilmu tentang
tingkah laku manusia,
politik atau ilmu
pengetahuan, ekonomi
sebagai bidang ilmu yang
harus dilakukan seseorang
untuk mencapai
kemakmuran.
c. Ilmu-ilmu murni dan filsafat
praktis sekaligus merupakan

20
produk metode berfikir
deduktif. Ilmu teoritis
dijabarkan dari hukum tak
bertentangan yang
menyatakan bahwa sesuatu
itu tak dapat ada dalam
waktu yang bersamaan.
d. Seluruh kebenaran
pengetahuan diturunkan dari
hukum-hukum berfikir. Apa
yang dikatakannya moral
dan religi adalah suatu
kodrat yang abstrak dan
formal secara niscaya.
Diformalkan kedalam
aturan-aturan yang harus
diketahui ataupun
diformalkan kedalam
seperangkat kepercayaan
kepada tuhan dan jiwa
manusia.
e. Jiwa manusia dalam
pandangan Wollf di bagi
menjadi tiga yaitu,
mengetahui, menghendaki
dan merasakan. Ketiga
aspek jiwa manusia itu akan
mempengaruhi pandangan
Imanuel kant tentang tiga
kritiknya yang terkenal,
yaitu kritik atas rasio murni,

21
kritik atas rasio praktis,
kritik atas daya
23
pertimbangan.

2. Sumber-sumber Ilmu Pengatahuan


Sebagai sumber lahirnya ilmu pengetahuan dan penemuan-penemuan
ilmiah biasanya berkenaan dengan timbulnya keheranan pada diri
seseorng pada diri peneliti dalam mengamati sesuatu keanehan atau
menonjolnya suatu gejala yang mendorong dilakukannya penelitian-
penelitian.
Prof. Soediman Kartohadiprojo mengatakan, bahwa rasa heran yang
mendorong seseorang peneliti untuk mengadakan penelitiaannya yang
merupakan sumber-sumber penelitian yang ilmiah.
Dalam hidup dan kehidupan ini, manusia memiliki masalah, lalu
memikirkan masalah itu dan mengamati dengan cermat, kemudian
menghubung-hubungkan pengamatan tadi.
Dalam hipotesis adanya wahyu Allah, maka dapatlah dikatakan bahwa
ada empat sumber manusia.
a. Empiris
Empiris adalah hasil pengamatan manusia, dengan ini muncul
aliran empirisme yang dipelopori oleh tokoh John Locke. Manusia
dilahirkan sebagai kertas putih atau meja putih, pengalamanlah yang
akan memberikan lukisan kepadanya. Dunia empiris merupakan
sumber pengetahuan utama dalam dunia pendidikan, yang terkenal
dengan teori tabula rasa (teori kertas putih).
Empirisme merupakan aliran dalam filsafat yang berpendapat
bahwa dalam pengetahuan dapat diperoleh memalui pengalaman,
dengan jalan observasi atau dengan jalan penginderaan. Pengalaman
merupakan faktor fundamental dlam pengetahuan manusia, pendek

23
Rizal Mustansyir, Misna’ Munir, Filsafat Ilmu, Jokjakarta, Pustaka Pelajar Offset,
2001, hlm. 144 –146.

22
kata apa yang kita ketahui itu berasal dari segala apa yang didapat
melalui alat indera.24
Berbicara mengenai pengalaman, Randall mengklasifikasikan
menjadi enam bentuk, yaitu :
1. merupakan suatu akumulasi
pengetahuan, informasi ataupun skil,
yang menunjukkan derajat yang
berbeda antara pengalaman seseorang
dengan yang lainya.
2. merupakan suatu kualitas dari perasaan
atau emosi yang menujukkan reaksi
psikologis.
3. merupakan keseluruhan lapangan
kesadaran manusia, yang termasuk
pengertian ini tidak hanya penginderaan
langsung, melainkan juga tidak
langsung.
4. merupakan suatu latihan yang sistematis
dalam melakukan tehnik-tehnik
observasi secara sadar.
5. sebagai dunia fakta, sesuatu yang
bersifat eksternal dan obyektif.
6. sebagai suatu relasi, atau hubungan.
Dalam hal ini pengalaman itu tidak mutlak murni subyektif dan
tidak mutlak murni obyektif, melainkan suatu hubungan mahluk hidup
dengan lingkungannya.25
b. Rasionalisme
Rasionalisme adalah satu aliran yang mengemukakan bahwa
sumber pengetahuan manusia itu berasal dari pikiran, rasio, jiwa

24
Ibid., hlm. 99.
25
Ibid., hlm. 100.

23
manusia.26 Pelopornya yaitu Rene Descartes. Aliran ini sangat
medewakan aliran akal budi manusia yang melahirkan paham
intelektualisme.
Rasio mempu mengetahuai kebenaran alam semerta yang tidak
mungkin dapat dikatahuai melalui observasi sebab pengalaman hanya
dapat menggambarkan, tidak dapat membuktikan.
c. Intuisionalisme
Secara etimologi istilah intuisi berarti langsung melihat,
pengertian secara umum merupakan suatu metode yang tidak
berdasarkan penalaran maupun pengalaman dan pengamatan indera.
Kaum intuisionis berpendapat bahwa manusia mempunyai
kemampuan khusus, yaitu cara khusus untuk mengetahui dan tidak
terikat pada indera maupun penalaran.
d. Wahyu Allah
Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah
kepada manusia lewat para nabi yang diutusnya. Wahyu ini
dikodifikasikan dalam tiga buah kitabsuci yaitu taurat, Injil dan Al-
Qur’an. Wahyu (agama) berisikan pengetahuan baik mengenai
kehidupan seseorang yang terjangkau oleh empiris maupun yang
mencakup permasalahan yang transendental.
Ilmu pengetahun dimulai tanpa dengan kepercayaan dengan cara
tidak percaya ilmu pengetahuan mengkaji dengan riset, pengalaman
dan percobaan untuk sampai kepada kebenaran yang faktual.
Antara semua sumber pengetahuan itu, tak mungkin ada kontradiksi,
karena kesemuanya berasal dari satu sumber yaitu Tuhan. Jika terasa ada
kontradiksi itu hanya tampaknya saja.27

3. Posisi Akal dan Wahyu.


Sebelum penulis menguraikan posisi akal dan wahyu, penulis akan
menguraikan sedikit tentang pengertian akal dan wahyu.
26
Endang Saifuddin Anshori, op.cit., hlm. 97.
27
Burhanuddin Salam, op.cit., hlm. 101-102.

24
Kata akal yang sudah menjadi kata Indonesia berasal dari kata Arab

Al- ‘aql ( ‫ )ﺍﻟﻌﻘل‬yang dalam bentuk kata benda berlainan dengan kata
Al-wahy ( ‫ ) ﺍﻟﻮﺣﻲ‬tidak terdapat dalam Al-Qur’an. Kalau di lihat kamus-
kamus Arab, akan dijumpai kata ‘Aqala, berarti mengikat dan menahan.
Dalam pemahaman Profesor Izutzu, kata ‘Aql dalam jaman jahiliyah
dipakai dalam arti kecerdasan praktis (Practical Intelligene), yang dalam
istilah psikologi modern disebut kecakapan memecahkan masalah
(Problem –Solving Capasity). Orang berakal menurut pendapatnya adalah
orang yang memiliki kecerdasan untuk menyelesaikan masalah, setiap kali
ia dihadapkan pada problem dan selanjutnya dapat melepaskan diri dari
bahaya yang ia hadapi.
Bagaimanapun kata ‘Aqala, mengandung arti mengerti, memahami
dan berfikir. Seperti dalam firman Allah dalam surat Al-a’rof: 179 :

‫ﺏ‬ ‫ﻡ ﹸﻗﻠﹸﻭ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺱ ﹶﻟ‬


ِ ‫ﺍ ﹾﻟِﺄ ﹾﻨ‬‫ﻥ ﻭ‬‫ﺠ‬ِ ‫ﻥ ﺍ ﹾﻟ‬ ‫ﻡ ﹶﻜﺜِﻴﺭﺍﹰ ِﻤ‬ ‫ﻬ ﱠﻨ‬ ‫ﺠ‬ ‫ﺭ ْﺃﻨﹶﺎ ِﻟ‬ ‫ﺩ ﹶﺫ‬ ‫ﹶﻟ ﹶﻘ‬‫ﻭ‬
‫ﻡ‬ ‫ـ‬‫ﻭﹶﻟﻬ‬ ‫ـﺎ‬‫ﻥ ِﺒﻬ‬  ‫ﻭ‬‫ﺼﺭ‬ ِ ‫ﺒ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻥ ﻻ‬  ‫ﻴ‬ ‫ﻋ‬
 ‫ﻡ َﺃ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﺎ‬‫ﻥ ِﺒﻬ‬ ‫ﻭ‬‫ﻴ ﹾﻔ ﹶﻘﻬ‬ ‫ﻻ‬
‫ل‬‫ـ ﱡ‬‫ﻡ َﺃﻀ‬ ‫ﻫ‬ ‫ل‬ ْ ‫ﺒ‬ ‫ﺎ ِﻡ‬‫ ﻜﹶﺎ ﹾﻟَﺄ ﹾﻨﻌ‬‫ﺎ ﺃُﻭﹶﻟﺌِﻙ‬‫ﻥ ِﺒﻬ‬  ‫ﻭ‬‫ﻤﻌ‬ ‫ﺴ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻥ ﻻ‬  ‫ﺁﺫﹶﺍ‬
(179:‫ﻡ ﺍ ﹾﻟﻐﹶﺎ ِﻓﻠﹸﻭﻥ )ﻷﻋﺭﺍﻑ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺃُﻭﹶﻟﺌِﻙ‬
Artinya: “Sesungguhnya kami ciptakan bagi mereka banyak jin dan
manusia; mereka memiliki kalbu yang dengannya mereka
tidak dapat memahami, mempunyai mata yang dengannya
mereka tidak dapat meliha, dan mempunyai telinga yang
dengannya mereka tidak mendengar; mereka seperti
binatang, bahkan lebih sesat lagi; mereka orang yang lalai
(Q.S. Al-a’rof: 179).28

28
Al-Qur’an dan Terjemah, op.cit., hlm. 251.

25
Akal dalam pandangan filosof Islam adalah suatu daya dari jiwa

(Al-Nafs ‫ﺍﻟـﻨﻔﺱ‬ atau al-Ruh ‫ﺍﻟـﺭﻭﺡ‬ ) yang terdapat dalam diri

manusia. Kata-kata Al-Nafs dan Al-Ruh berasal dari Al-Qur’an dan telah
masuk kedalam bahasa kita dalam bentuk nafsu, nafas dan ruh.29

Sedangkan Wahyu berasal dari kata Arab Al-wahy ( ‫ ) ﺍﻟﻮﺣﻲ‬dan Al-


wahy adalah kata asli Arab dan bukan pinjaman dari bahasa asing. Kata
itu berarti suara, api dan kecepatan. Disamping itu juga berarti bisikan,
isyarat, tulisan dan kitab. Al-Wahy selanjutnya mengandung arti
pemberitahuan secara tersembunyi dan dengan cepat, tetapi kata itu lebih
dikenal dengan apa yang disampaikan Tuhan kepada Nabi-nabi. Dalam
kata wahyu demikian terkandung arti penyampaian sabda Tuhan kepada
orang pilihan-Nya agar diteruskan kepada umat manusia untuk dijadikan
pegangan hidup. Sabda Tuhan itu mengandung ajaran, petunjuk dan
pedoman yang diperlukan umat manusia dalan perjalanan hidupnya baik
di dunia ini maupun di ahirat nanti.30
Dalam perkembangan Islam, akal memainkan peran penting bukan
dalam bidang kebudayaan saja, tetapi juga dalam bidang agama sendiri.
Dalam membahas masalah-masalah keagamaan, Ulama-ulama Islam tidak
semata-semata berpegang pada Wahyu, tetapi banyak pula berpegang
pada pendapat akal. Peranan akal yang besar dalam pembahasan masalah-
masalah keagaman banyak di jumpai bukan pula hanya dalam bidang
filsafat, tetapi juga dalam bidang tauhid, bahkan pula dalam fiqih dan
tafsir sendiri.
1. Fiqih.

Memulai

29
Harun Nasution, Akal dan Wahyu Dalam Islam, ed. 1, cet. 2, Jakarta, UI- Press, 1986,
hlm. 6.
30
Ibid., hlm. 15.

26
berbicara mengenai peranan akal
dalam bidang fiqih atau hukum

Islam, kata Faqiha ( ‫ـﺎ‬


‫) ﻓﻘﻬـ‬
sendiri mengandung makna
faham. Untuk memahami dan
mengetahui diperlukan
pemikiran dan pemakaian akal,
yang dalam Islam disebut Ijtihad

( ‫ﺍﻻﺠﺘﻬــﺎﺩ‬ ). Ijtihad pada

asalnya mengandung arti usaha


keras dalam melaksanakan usaha
berat, dan dalam istilah hukum
berarti usaha keras dalam bentuk
pemikiran akal untuk
mengeluarkan ketentuan hukum
agama dari sumber-sumbernya.

Di
samping Ijtihad dijumpai pula
dalam fiqih istilah Al-ra’y

( ‫)ﺍﻟـــﺭﺍﺀﻯ‬, yang bisa

diterjemahkan dengan pendapat


atau opini, Selanjutnya terdapat
pula istilah Al-Istihsan

( ‫)ﺍﻷﺴﺘﺤﺴـــﺎﻥ‬, yang

mengandung arti memandang


lebih baik dalam, istilah fiqih

27
“meninggalkan hukum umum
untuk mengambil hukum kecil”,
karena dipandang lebih baik.31
2. Ilmu Tauhid

Kalau dalam
ilmu fiqih, baru paranan akal
dalam hukum Islam yang
dipermasalahkan. Dalam Ilmu
Tauhid permasalahannya
meningkat menjadi masalah akal
dan wahyu. Polemik penting
dalam hal ini terjadi antara
aliran-aliran teolog Islam,
terutama Mu’tazilah di satu
pihak dan Asy’ariyah serta
Maturidiyah di lain pihak,
walaupun perbedaan itu terjadi
di antara keduanya, namun
mereka tetap berpegang pada
Nas atau ayat Al-Qur’an.
3. Falsafah

Dalam Ilmu
Filsafat, akal lebih banyak
dipakai dan dianggap lebih besar
dayanya. Sebagai akibatnya
pendapat-pendapat keagamaan
filosof lebih Liberal dari pada
pendapat-pendapat keagamaan

31
Ibid., hlm. 73.

28
Ulama tauhid.

Filosof
Islam berkeyakinan bahwa
antara akal dan wahyu, antara
agama dan filsafat tidak ada
pertentangan, keduanya sejalan
dan serasi.32
Dengan akal itu pula manusia berusaha mengatasi kesulitan-
kesulitannya, membuat perencanaan, melakukan pengkajian dan
penelitian, yang membuatnya menjadi mahluk unggul di muka bumi dan,
wajar jika manusia memperoleh amanah sebagai kholifah di muka bumi.
Sesungguhnya akal demikian penting dan hebatnya dalam mengenali
sesuatu, dalam teknologi, biologi, kimia dan sains lainnya, namun tetap
terbatas dalam suatu ruang lingkup tertentu. Masih banyak problem yang
pelik yang tidak sanggup dijawab oleh akal secara cepat dan tepat,
ataupun kalau dipaksa untuk dijawab hanyalah merupakan waham yang
menimbulkan keragu-raguan, misalnya dalam masalah-masalah gaib
(metafisis), kiamat, dan kehidupan sesudah mati dan sebagainya.
Dalam hal-hal ini yang tidak dapat dijabarkan oleh akal itulah
diperlukan informasi dari yang Maha Pencipta dan Maha Kuasa, yaitu
Tuhan yang Maha Esa. Informasi dari Tuhan melalui nilai-nilai-Nya
tentang berbagai masalah yang bertujuan menuntun dan membimbing
manusia pada keselamatan, itulah yang dinakan wahyu, dan hal itu amat
dibutuhkan.
Dengan perkataan lain, bahwa informasi yang didapati melalui
naluri dan akal amat terbatas, sehingga diperlukan informasi yang lebih
dalam dan utuh yang bersumber di luar akal amat dibutuhkan, dimana hal
itu didapati hanya melalui wahyu.

32
Ibid., hlm. 81.

29
Akan dapat mengenal Tuhan dengan bukti-bukti wujudnya. Tetapi
wahyu merupakan sumber ilmu yang paling terang dan pintas, dalam
berma’rifat, wahyu sumber informasi yang lebih utuh dan tepat.33

33
H. Hamzah Ya’qub, Falsafah Agama, Titik Temu Akal dengan Wahyu, Jakarta,
Pedoman Ilmu Jaya, 1991, hlm. 130.

30

Anda mungkin juga menyukai