Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH HUBUNGAN MANUSIA, FILSAFAT DAN PENDIDIKAN

Dosen Pengampu:

NAJIH ANWAR, S.Ag. M.Pd.

Disusun Oleh:

1. MUHAMMAD IHSAN JIHADY (212071900003)


2. ZAIN AHMAD SYAMIL NUR (212071900021)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-Nya
tim penulis dapat menyelesaikan makalah ini dan dapat tersusun hingga akhir. Tidak lupa
kami sampaikan terima kasih atas bantuan pihak-pihak yang telah memberikan
menyumbangkan baik berupa ide maupun materi.

Tujuan penulisan artikel ini merupakan salah satu prasyarat untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah Filsafat dan Ilmu Pendidikan. Selama penyusunan artikel ini, penulis
mendapat bimbingan dari berbagai sumber untuk menyelesaikan penyusunan artikel ini.

Penulis menyadari bahwa artikel ini tidak bebas dari kesalahan. Oleh karena itu,
penulis selalu terbuka terhadap kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
terkait kelengkapan dan kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Sidoarjo, 4 April 2023

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk yang memiliki akal budi dan keinginan untuk
berkembang, membutuhkan bimbingan dalam mencapai kemajuan dan perubahan.
Manusia selalu mencari pemahaman dan tujuan hidup yang lebih dalam dan berarti.
Filsafat sebagai disiplin ilmu yang berusaha memahami esensi keberadaan manusia
dan alam semesta menjadi relevan dalm upaya tersebut.
Pendidikan sebagai upaya untuk mengembangkan potensi dan memperluas
pengetahuan dan keterampilan manusia juga memiliki keterkaitan erat dengan filsafat.
Sebuah sistem pendidikan yang baik haruslah mendasarkan pada pemahaman yang
baik tentang manusia dan tujuan hidupnya
Dalam hal ini, filsafat dapat memberikan arahan dan landasan pemikiran yang
diperlukan untuk merancang pendidikan yang ideal. Selain itu, pendidikan juga dapat
menjadi sarana untuk menerapkan nilai dan prinsip-prinsip yang di hasilkan oleh
filsafat dalam kehidupan sehari-hari.
Hubungan antara manusia, filsafat dan pendidikan sangatlah kompleks dan
saling berkaitan erat. Dalam kontes yang lebih luas, hubungan antara manusia, filsafat
dan pendidikan mencakup berbagai aspek, seperti pendidikan moral, sosial dan
politik. Oleh karena itu, pembahasan yang baik tentang filsafat dan pendidikan
sangatlah penting untuk mengembangkan manusia secara optimal dan membentuk
masyarakat yang lebih baik dan harmonis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud manusia?
2. Apa yang dimaksud filsafat?
3. Apa yang dimaksud pendidikan?
4. Bagaimana hubungan manusia, filsafat dan pendidikan?
C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui arti dari manusia
2. Mengetahui arti dari filsafat
3. Mengetahui arti dari pendidikan
4. Mengetahui hubungan antara manusia, filsafat dan pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manusia, Filsafat, dan Pendidikan
1. Pengertian manusia
Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan segala kesempurnaannya. Dalam
ilmu mantiq (logika) manusia di sebut sebagai Al-Insanu Hayawanunnathiq (manusia
adalah binatang yang berpikir). Nathiq sama dengan berkata-kata mengeluarkan
pendapatnya berdasarkan pikirannya. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), “manusia” diartikan sebagai “makhluk yang berakal budi (mampu
menguasai makhluk lain; orang”.1 Menurut pengertian ini manusia merupakan
makhluk Tuhan yang dianugerahi potensi akal dan budi, nalar dan moral supaya dapat
menguasai makhluk lainnya untuk kemakmuran dan kemaslahatannya.
Dalam bahasa Arab makna manusia disebutkan setidaknya ada tiga kata, yaitu
al-basyar, al-insan dan an-nas. Walaupun ketiga kata tersebut menunjuk pada makna
manusia, akan tetapi secara khusus memiliki penekanan pengertian yang berbeda.
Sebagai berikut:2
a. Al-Basyar
Kata basyar digunakan untuk menyebut semua makhluk, baik yang satu
maupun yang banyak. Kata basyar disebutkan sebanyak 36 kali dalam Al
Quran, memberikan petunjuk kepada manusia sebagai makhluk biologis.
Sebagai makhluk biologis, manusia mempunyai tubuh atau fisik yang
digunakan untuk aktivitas fisik, tumbuh kembang, memerlukan makanan,
berkembang biak dan lain sebagainya. Karena pada umumnya ciri-ciri
makhluk hidup sama dengan makhluk lain di bumi seperti hewan dan
tumbuhan maka, hakikat manusia sebagai makhluk biologis dapat berakhir
dan mengalami kematian, perbedaanya manusia mempunyai akal dan
pikiran dan tindakannya dapat dipertanggung jawabkan kelak di akhirat.
b. Al-Insan

1
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online. Diakses melalui https://kbbi.web.id.merek, 5 April 2023
2
Murtadha Mutahhari, Perspektif Al-Quran Tentang Manusia dan Agama, (Bandung: Penerbit Mizan, 1995),
hlm. 117-124
Kata Insan berasal dari kata al-uns yang disebutkan dalam Al-Quran
sebanyak 65 kali. Insan bermakna secara etimologis adalah harmonis,
lemah lembut, tampak atau pelupa. Bukan hanya disebut sebagai An-Nas,
didalam Al-Quran manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raganya
juga disebut sebagai al-Insan merujuk kepada kemampuannya dalam
menguasai ilmu dan pengetahuan serta kemampuannya untuk berbicara
dan melakukan hal lainnya.
c. An-Nas
Dalam Al-Quran manusia juga disebut dengan An-Nas sebanyak 241 kali.
Kata An-Nas dalam Al-Quran condong mengacu pada hakikat manusia
dalam hubungannya dengan manusia lain atau dalam masyarakat.
Sebagaimana yang telah disebutkan dalam ilmu pengetahuan, manusia
merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa keberadaan
manusia lainnya.
Juntika dalam bukunya menyatakan menurut sifat hakiki, manusia adalah
makhluk beragama (homo religius), yaitu makhluk yang mempunyai fitrah untuk
memahami dan menerima nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari agama serta
menjadikan kebenaran agama sebagai rujukan sikap dan perilakunya. Sebagaimana
dalam Firman Allah SWT dalam Q.S Al’Araf : 172 “Bukankah aku ini Tuhanmu?
Mereka menjawab, ya kami bersaksi bahwa Engkau Tuhan Kami”
Sebagaimana telah sedikit di jelaskan di awal tadi, manusia merupakan
makhluk yang sangat unik. Usaha dalam pemahaman hakekat manusia sudah
dilakukan sejak dulu. Akan tetap, hingga saat ini belum menemukan pernyataan yang
benar-benar tepat dan pas, karena memang manusia itu sendirilah yang sangat unik,
diantara manusia satu dengan manusia lain memiliki perbedaan. Bahkan orang
kembar identik sekalipun, mereka pasti mempunyai perbedaan. Dapat dilihat dari
segi fisik, ideologi yang di anut, pemahaman tentang sesuatu, kepentingan yang
dimiliki dan lain sebagainya. Semua itu menyebabkan suatu pernyataan belum tentu
pas untuk di yakini oleh sebagian orang.3
2. Pengertian Filsafat

3
Harun Nasution dan Bahtiar Effendy, Hak Azasi Manusia dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1987), hlm.
48.
Istilah filsafat sudah sangat populer dalam kehidupan dunia akademis. Apalagi
di kalangan pemikir yang banyak mengkaji filsafat hidup, pandangan hidup suatu
bangsa. (Ushiono, 2009)4 Istilah filsafat ditinjau dari dua segi yaitu:
a. Segi semantik: perkataan berasal dari kata bahasa Arab falsafah, yang
berasal dari bahasa Yunani philosophia, yang berarti philos = cinta, suka
(loving) dan Sophia = pengetahuan, hikmah (wisdom).5 Jadi philosophia
berarti cinta pada kebijaksanaan atau cinta pada kebenaran. Kebijaksanaan
pada dasarnya adalah suatu tingkah laku yang adanya di dorong oleh daya
psikis, jadi, kebijaksanaan adalah perilaku yang adanya atas dorongan rasa
menurut kepuasan akal yang bersesuai dengan rasa.
b. Segi praktis: filsafat berarti alam pikiran atau alam berpikir. Berfilsafat
berarti berpikir. Akan tetapi, tidak semua berpikir berarti berfilsafat.
Berfilsafat artinya berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa karena filsafat, maka suatu makhluk dapat
menjadi manusia dan karena manusia, maka pastilah berfilsafat. Filsafat
menjadi ciri khas manusia. (Syahputra, 2020)
Dapat disimpulkan bahwa pengertian filsafat adalah suatu kegiatan atau
aktivitas ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam
mengenai Ketuhanan alam semesta, dan manusia sehingga dapat menghasilkan
pengetahuan atau kebijaksanaan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat
dicapai oleh akal manusia.
3. Pengertian Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, bahkan ada yang menyebut
jika pendidikan adalah sesuatu yang mesti ada dalam kehidupan ini. Karena tanpa
pendidikan yang baik, manusia akan sulit untuk mencapai taraf hidup yang ideal.
Banyak perselisihan diantara para ahli mengenai definisi pendidikan, sehingga sangat
sulit untuk mengetahui secara pasti definisi dari pendidikan itu sendiri. Ahmad Tafsir
mengatakan bahwa sulitnya merumuskan defenisi pendidikan disebabkan oleh dua
faktor, yaitu: pertama, kegiatan pendidikan yang makin bervariasi, kedua, luasnya
aspek yang dibina oleh pendidikan(Das, 2013)
Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

4
Ushiono, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2009), hlm. 39-40
5
Louis Leahy, Horizon Manusia dari Pengetahuan ke Kebijaksanaan, (Yogyakarta: Kanius, 2002), hlm.5.
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara,
perbuatan mendidik.
Menurut H.Baihaqi, pendidikan merupakan sebuah bimbingan atau binaan
terhadap peserta didik yang dilakukan berdasarkan nilai tertentu agar segenap potensi
jasmani, rohani, akal-pikir dan hawa nafsunya dapat berkembang dan matang
sehingga ia dapat mencapai kehidupan yang lebih baik, produktif dan bertanggung
jawab secara moril dalam rangka memenuhi kebutuhan dirinya, keluarganya dan
secara luas, bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negaranya..
Ki Hajar Dewantoro memiliki pandangan bahwa pendidikan adalah tuntutan
yang ada dalam proses tumbuh kembang anak manusia yang akan mendewasakan dan
membawa anak tersebut kepada kehidupan masa depan yang baik. Orientasi pada
pencapaian tujuan hidup merupakan sasaran dan target utama pendidikan
yakni pencapaian kehidupan yang baik dan teratur.
S.Brodjonegoro menyatakan hal serupa, bahwa pendidikan merupakan
tuntutan kepada manusia yang belum dewasa untuk mempersiapkan diri menghadapi
tugas-tugas hidupnya atau dengan kata lain, pendidikan adalah tuntutan terhadap
proses tumbuh kembang manusia yang dimulai sejak dilahirkan hingga tercapainya
kedewasaan, baik itu jasmani maupun rohani.
Selain itu, pendidikan juga dapat diartikan sebagai segala pengalaman belajar
yang berlangsung dimanapun dan kapanpun atau segala peristiwa dan keadaan yang
berpengaruh pada proses pertumbuhan individu. Dengan demikian, pendidikan
merupakan upaya menyiapkan peserta didik agar bersikap secara manusiawi dan
dapat hidup dengan tenang, senang, aman dan sejahtera, baik di kehidupan dunia
maupun di akhirat kelak.
Dari beberapa pengertian pendidikan di atas dapat kita simpulkan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk mendapatkan spiritualitas keagaamaan, pengendalian diri, karakter dan jati diri,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara(Solihin, 2022). Kita juga dapat menyimpulkan bahwa
ada beberapa hakikat pendidikan, yaitu sebagai berikut: 1) Pendidikan merupakan
proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbangan antara kedaulatan subjek
didik dengan kewibawaan pendidik. 2) Pendidikan merupakan usaha mempersiapkan
subjek didik untuk menghadapi perubahan lingkungan yang semakin pesat dan terus
menerus. 3) Pendidikan meningkatkan kualitas hidup individu dan sosial. 4)
Pendidikan berlangsung sepanjang hayat. 5) Pendidikan merupakan penerapan
prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan pribadi manusia
seutuhnya.
B. Hubungan Manusia, Filsafat dan Pendidikan
Manusia filsafat dan pendidikan memiliki hubungan yang serta dan kompleks.
Manusia sebagai makhluk yang rasional memerlukan pendidikan untuk berkembang
dan mencapai potensi terbaiknya. Filsafat sebagai kajian tentang hakikat keberadaan,
kebenaran dan nilai-nilai moral menjadi landasan teoritis yang mendasari pendidikan.
Sebagai contoh, pendekatan pendidikan humanistik yang berfokus pada kebutuhan
manusia sebagai makhluk sosial dan psikologi didasarkan pada pandangan filsafat
humanisme yang menempatkan manusia sebagai pusat perhatian.
Setiap manusia mampu untuk berfilsafat jika dilihat dari potensi yang
dimilikinya, akan tetapi tidak semua orang ingin ataupun mau untuk berfilsafat,
karena untuk berfilsafat setiap individu harus berangkat pada pertanyaan-pertanyaan
sederhana, akan tetapi memerlukan proses berpikir yang mendalam, sistematis dan
universal, sebagai contoh pertanyaan seperti Siapa aku? Darimana asalnya dunia ini?
Untuk apa kita hidup?
Melalui pertanyaan-pertanyaan sederhana di atas, individu akan belajar untuk
berpikir lebih dalam tentang siapakah diri ini, darimanakah diri ini berasal, untuk apa
diri ini hidup, kemana diri ini akan pergi setelah kematian, apakah benar kehidupan
setelah kematian itu ada, dan lain sebagainya. Individu dengan akalnya mencari
jawaban yang benar untuk semua pertanyaan tersebut dan ketika jawaban yang dicari
telah ditemukan, dia akan menjalani kehidupannya dengan prinsipnya, dia tidak akan
merasa bimbang dan akan tahu kemana arah hidupnya. (Masruroh, 2017)
Selain itu, filsafat juga menjadi landasan untuk menentukan tujuan
pendidikan. Tujuan pendidikan bukan hanya sekedar mengejar keberhasilan akademik
atau karir, tetapi juga untuk membangun karakter dan moralitas manusia. Sebagai
contoh pendidikan karakter yang sedang banyak diperbincangkan saat ini didasarkan
pada pandangan filosofis yang menekankan pentingnya moralitas dalam kehidupan
manusia.
Pendidikan juga menjadi alat untuk menerapkan nilai-nilai moral yang
dihasilkan dari filsafat. Pendidikan dapat membentuk manusia yang memiliki
kesadaran moral yang tinggi dan dapat memahami konsekuensi dari tindakan mereka.
Dalam konteks ini, filsafat etika menjadi penting untuk memberikan arahan mengenai
perilaku yang baik dan buruk dalam kehidupan.
Selain itu, pendidikan juga memperluas pengetahuan manusia dan membantu
manusia untuk berpikir kritis. Filsafat menjadi kajian yang penting untuk
mengajarkan manusia untuk berpikir secara rasional dan logis. Filsafat memberikan
dasar untuk memahami konsep dan ide-ide yang kompleks, serta membantu manusia
untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analitis.
Jadi, Hubungan antara manusia, filsafat, dan pendidikan meliputi
1. Memahami hakikat manusia: Filsafat membahas hakikat manusia yang penting
bagi pendidikan. Melalui filsafat, manusia dapat memahami siapa mereka, tujuan
hidup mereka, dan bagaimana mereka harus hidup dalam masyarakat.
2. Pendidikan moral: Filsafat membahas tentang nilai-nilai moral dan etika, yang
dapat membantu dalam pembentukan karakter dan kepribadian siswa. Pendidikan
moral dapat membantu siswa untuk memahami nilai-nilai yang penting dalam
kehidupan dan mengembangkan kepribadian yang baik.
3. Pengembangan kemampuan berpikir kritis: Filsafat dapat membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, logis, dan analitis. Kemampuan ini
penting dalam menghadapi permasalahan dan menyelesaikan masalah dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Memahami sumber pengetahuan: Filsafat membahas tentang sumber pengetahuan
dan bagaimana pengetahuan dapat diperoleh. Hal ini sangat penting dalam
pendidikan karena siswa perlu memahami sumber-sumber pengetahuan yang
dapat dipercaya dan menghindari pengetahuan palsu atau hoax.
5. Pencarian kebenaran: Filsafat membahas tentang pencarian kebenaran dan
bagaimana mencapainya. Pendidikan juga harus memberikan siswa kemampuan
untuk mencari kebenaran dan menyelidiki masalah-masalah dalam kehidupan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Manusia dikarunia
akal sekaligus nafsu. Oleh karena itu, dibutuhkanlah sebuah pengendali penyeimbang
antara keduanya, yaitu dengan agama dan ilmu pengetahuan. Kedua hal ini tidak
dapat diperoleh melainkan dari sebuah proses pendidikan. Pendidikan pada seorang
manusia sudah dimulai bahkan sebelum ia dilahirkan, yaitu dengan berbagai metode
pendidikan prenatal. Namun sebuah proses pendidikan ini juga memerlukan sebuah
landasan berpikir yang biasa disebut dengan filsafat. Hampir semua ilmu di dunia ini
didasari oleh konsep berpikir filsafat yang menjadikannya tidak dapat dipisahkan dari
setiap proses pendidikan. Pendidikan menjadi alat untuk menerapkan nilai-nilai moral
yang dihasilkan dari filsafat, serta memperluas pengetahuan manusia dan membantu
manusia untuk berpikir kritis. Sehingga dapat kita ambil sebuah kesimpulan bahwa
hubungan ketiganya sangatlah kompleks dan tidak dapat dipisahkan. Manusia sangat
membutuhkan pendidikan agar dapat mencapai kedewasaan akal dan nafsunya,
sedangkan pendidikan didasari oleh konsep berpikir filsafat.
DAFTAR PUSTAKA

Das, S. W. H. (2013). Hubungan Filsafat, Manusia dan Pendidikan. Istiqra’, 1(1), 65–73.

Harun Nasution dan Bahtiar Effendy, Hak Azasi Manusia dalam Islam, (Jakarta: Pustaka
Firdaus, 1987), hlm. 48.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online. Diakses melalui https://kbbi.web.id.merek, 5


April 2023

Louis Leahy, Horizon Manusia dari Pengetahuan ke Kebijaksanaan, (Yogyakarta: Kanius,


2002), hlm.5.

Masruroh, L. (2017). MANUSIA DAN FILSAFAT. 38–45.

Murtadha Mutahhari, Perspektif Al-Quran Tentang Manusia dan Agama, (Bandung: Penerbit
Mizan, 1995), hlm. 117-124

Solihin, R. (2022). Hubungan filsafat terhadap perkembangan pendidikan. Edukatif : Jurnal


Ilmu Pendidikan, 33(1), 1–12.

Syahputra, H. (2020). Manusia Dalam Pandangan Filsafat. Al-Hikmah: Jurnal Theosofi Dan
Peradaban Islam, 2(1). https://doi.org/10.51900/alhikmah.v2i1.7601

Ushiono, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2009), hlm. 39-40

Anda mungkin juga menyukai