Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM


TERHADAP MANUSIA, MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Dr. Agus Sutiyono, M.Ag,M.Pd

Disusun Oleh:

1. Renny Wijayanti (2003016059)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Filsafat Pendidikan Islam ini
dengan baik dan tepat waktu. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada baginda Nabi
agung Muhammad SAW yang telah menuntun kita dari zaman kegelapan menuju zaman
yang terang benderang.

Terimakasih kami ucapkan kepada Bapak Dr. Agus Sutiyono, M.Ag.,M.Pd selaku
dosen pengampu mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam, serta semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan pembaca mengenai bab Pandangan Filsafat Islam Terhadap
Manusia, Masyarakat dan Lingkungan.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan
kekurangan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari para pembaca.

Semarang, 24 Desember 2020

Penulis

I
DAFTAR ISI

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Para masyarakat muslim memandang Filsafat pendidikan Islam dari seluruh
aspek tatanan kependidikan Islam. Secara harfiyah filsafat berarti cinta kepada ilmu.
Filsafat berasal dari kata “philo” = cinta dan “sophos” = ilmu atau hikmah. Secara
historis, filsafat menjadi induk segala pengetahuan yang berkembang sejak zaman
yunani kuno sampai dengan zaman modern sekarang. Menurut John memandang
pendidikan sebagai proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik
menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional) menuju
kearah tabiat manusia dan manusia biasa, maka filsafat dapat juga diartikan sebagai
teori umum pendidikan.1 Menurut Abdur Rahman Nahlawi filsafat pendidikan islam
adalah pengaturan pribadi dan masyarakat sehingga dapat memeluk islam secara logis
dan sesuai secara keseluruhan baik dalam kehidupan individu maupun kolektif.
Dalam kaitannya dengan pandangan filsafat pendidikan islam memiliki makna
sebagai pemikiran yang rasional, mendalam, sistematis, universial, dan spekulasi
tentang pendidikan. Karena pendidikan menyangkut problem manusia dengan
kehidupannya yang berhubungan dengan aktivitas pendidikan, maka secara garis
besarnya filsafat pendidikan meliputi pemikiran mengenai bagaimana terhadap
manusia, hubungan dengan masyarakat, lingkungan, dan ilmu pengetahuan. Potensi
yang dimilikinya, kemungkinan-kemungkinannya untuk dididik dan sebagainya.
Oleh karena itu, dalam tulisan yang sederhana ini, penulis bermaksud untuk
membahas tentang pandangan filsafat pendidikan Islam terhadap manusia, masyarakat
dan lingkungan..

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah pandangan filsafat pendidikan Islam terhadap manusia?
2. Bagaimanakah pandangan filsafat pendidikan Islam terhadap masyarakat?
3. Bagaimanakah pandangan filsafat pendidikan Islam terhadap lingkungan?

1
Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), 1

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pandangan filsafat pendidikan islam terhadap manusia.
2. Untuk mengetahui pandangan filsafat pendidikan islam terhadap masyarakat.
3. Untuk mengetahui pandangan filsafat pendidikan islam terhadap lingkungan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pandangan Filsafat Pendidikan Islam terhadap Manusia

Manusia senantiasa keliru dalam memahami dirinya. Kadangkala ia cenderung


untuk bersikap superior, sehingga memandang dirinya sebagai makhluk yang paling
besar dan agung di alam ini. Bahkan superioritas ini diserukannya dengan penuh
keangkuhan, kecongkakan dan kesombongan. Kadangkala pula dia cenderung untuk
bersikap imferior, sehingga memandang dirinya sebagai makhluk yang paling hina
dan rendah didunia ini. Karena itu dia bersujud kepada pohon, batu, sungai, gunung
atau binatang. Menurut keyakinannya, keselamatan hanya akan diperoleh jika dia
bersujud kepada matahari, bulan, bintang, api dan makhluk-makhluk lain yang
dipandangnnya memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk memberikannya bahaya atau
manfaat kepadanya. Islam telah menjelaskan hakikat dan asal diri manusia,
keistimewaan dan kelebihannya, tugasnya didalam hidup, hubungannya dengan alam,
serta kesiapannya untuk menerima kebaikan dan keburukan.
Hakikat dan asal diri manusia berpangkal pada dua asal: asal yang jauh, yaitu
kejadian pertama dari tanah, ketika Allah menyempurnakan kejadiannya dan
meniupkan ruh ciptaan-Nya kepadanya; dan asal yang dekat, yaitu kedua dari nutfah.
Diantara hal yang memuliakan dan melebihkan manusia adalah bahwa Allah telah
memberikan kepadanya kemampuan untuk belajar dan berpengatahuan, serta
membekalinya dengan segala peralatan kemampuan ini. Tugas paling luhur manusia
ialah beribadah kepada Allah. Inti dari seluruh tanggung jawab ini adalah tanggung
jawab manusia terhadap ibadah kepada Allah dan pengtauhidan-Nya; yakni
memurnikan ibadah hanya kepada Allah Semata.
1. Hakikat Manusia
Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna, tinggi derajatnya serta
mempunyai nafsu dan akal pikiran. Dilihat dari proses penciptaanya manusia
dalam pandangan Al-Qur’an diciptakan dalam dua tahapan yaitu: pertama,
tahapan primordial. Kedua, disebut dengan tahapan biologi. Manusia pertama,
Adam as dicitakan dari attiin (tanah), Al-turob (tanah debu), Min shal (tanah liat),
Min hamain masnun (tanah lumpur yang hitam)

3
Manusia merupakan pertalian antara dua unsur yaitu badan dan ruh. Masing-
2
masing unsur tersebut berdiri sendiri. Dalam Al-Qur’an banyak ditemukan
gambaran yang membicarakan tentang manusia dan makna filosofis dari
penciptaannya, manusia merupakan makhluk-Nya paling sempurna dan sebaik-
baik ciptaan yang dilengkapi dengan akal pikiran.
Allah berfirman yang artinya:
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal
darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging dan segumpal
daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus
dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.
Maka Maha Suci Allah. Pencipta Yang Paling Baik.”3
Penciptaan manusia adalah proses biologi yang dapat dipahami secara sains.
Manusia diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air mani (nutfah) yang
disimpan ditempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani dijadikan darah beku
(‘alaqah) yang menggantung dalam rahim. Darah beku tersebut kemudian
dijadikan-Nya segumpal daging (mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang
belulang lalu kepadanya ditiupkan ruh.4 Hadist yang diriwayatkan Bukhori dan
Muslim menyatakan bahwa ruh dihembuskan Allah SWT kedalam janin setelah
ia mengalami perkembangan 40 hari nutfah, 40 hari alagah dan 40 hari mudghah.
Manusia secara fisik memiliki bentuk yang lebih sempurna dibandingkan
makhluk lain. Dengan kata lain manusia memiliki bentuk yang paling tinggi.
Tentang hakikat insan para ahli falsafah dan cendekiawan telah memberikan
definisi dengan berbagai ungkapan antara definisi tersebut ialah:
1) Definisi ahli filsafah sebagai berikut : Insan adalah binatang yang berkata-
kata atau berbahasa atau insan adalah binatang yang berfikir.
2) Definisi para ahli bahasa : insan adalah binatang (makhluk) yang bisa
menggunakan bahasa dan menciptakan istilah terhadap benda-benda
disekitarnya, memberi nama sesuatu untuk dikenali dan dapat
diperkenalkan.

2
Zuhairini, dkk. Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), 75.
3
Q.S, Al Mu’minun ayat 12-14
4
Nizar, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Intermasa, 2002), 15.

4
3)  Ahli agama menta’rifkan insan sebagai binatang (makhluk yang
beragama) atau makhluk yang punya cenderung untuk beriman dengan
yang ghaib atau makhluk yang mampu membedakan antara halal dan yang
haram.
4)  Ahli ilmu ethika menta’rifkan insan sebagai binatang (makhluk
berakhlak) atau makhluk yang punya kebebasan untuk memilih alternatif
dan bertanggung jawab terhadap pilihanya yang dilakukan secara bebas
itu.
5) Ahli ekonomi dan sosiologi menta’rifkan insan sebagai makhluk berakhlak
sosial.

Dari definisi-definisi ini kita simpulkan definisi yang dibuat oleh ahli
filsafah yang tersusun dari”hewan ,”dan “berbicara.”ia boleh meliputi semua
ciri dalam definisi –definisi lain ,jika sekiranya difahami secara integral dan
luas.apa ciri serta arti yang terkandung dalam definisi Lain itu sebenarnya
boleh saja dirujuk secara langsung atau tidak langsung kepada watak dan
sifat”berkata”bertutur atau daya berfikir.Berkata adalah ciri insan yang paling
menonjol.dasar dan alat berkata ialah bahasa.Tanpa bahasa insan pasti tidak
mampu mengerti hakikat yang menyangkut tentang diri secara
mendalam.umpamanya tentang hakikat yang menyangkut tentang hakikat atau
kadar kebebasan ,soal nilai,dan soal milik.oleh sebab itu bahasa merupakan
titik pertemuan bagi pernyataan sikap bagi pribadi-pribadi insan maka bahasa
mestilah diberikan keutamaan dalam membicarakan soal insan.bahasa adalah
saripati perkataan dan acuan yang mencantumkan potongan-potongan ayat
sehingga membawa arti bertujuan dan menjadi media mengalirkan fikiran.5

Dalam membangun hidupnya insan Muslim juga menurut perintah


Nabinya seperti yang terdapat dalam hadits-hadits beliau seperti :

ُ ْ‫تَ ُمو‬ ‫ك‬
‫ َغدًا‬ ‫ت‬ َ ِ‫اِل ’ ِخ َرات‬  ْ‫ َوا ْع َمل‬،‫أَبَدًا‬  ُ‫تَ ِعيْش‬ ‫ك‬
َ َّ‫ن‬ ‫ َكأ‬ ‫ك‬ َ ‫لِ ُد ْنيَا‬ ‫اِ ْء َمل‬
َ َّ‫ َكأن‬ ‫ك‬

“perbuatlah untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya,dan


berbuatlah untuk akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok”

5
Mohd.Aziz Al Habbabi dalam bukunya “Al insan Hayawanun yata kalam.” “Al Asahalah “sebuah majalah
Aljeria yang dikeluarkan oleh kementerian pembelajaran dan urusan agama tahun III bil.16 Sept./o ct.,1973
hal:71-82.

5
Islam juga memupuk kesadaran atau “sense of belonging”terhadap
masyarakat dan bahwa di satu sela yang terpenting dalam masyarakat.

Menurut Islam dunia adalah ladang tanaman untuk mendapatkan hasilnya


diakhirat dan insan khalifah Allah di bumi. Tujuan kegiatan ekonominya ialah
memakmurkan dunia. Jika Allah mencipta insan tanpa naluri dan syahwat
niscaya pupuslah dia. Jika dijadikannya tanpa akal niscaya dia binasa. Jika
diciptakanya insan tanpa kebebasan maka jadilah ibadahnya sebagai suatu
yang terpaksa dan hilanglah arti ibadahnya.6

Jika kecintaan keagamaan telah tumbuh dalam hati seseorang maka akan
kita dapati beberapa perubahan. Apa yang ditakuti oleh orang biasa tidak lagi
begitu menakutkannya,pembunuhan,kezaliman dan siksa tidak lagi
menakutkan. Yang ditakuti ialah kemurkaan Allah s.w.t dan ketidak relaanya
karena kelalaian untuk berkorban nyawa mempertahankan agamanya.7

a. Manusia di diberikan Oleh Allah kelebihan.8 Kelebihan manusia


adalah :
- Dijadikan Allah sebagai khalifah(wakil)dibumi(surat 2:3; surat 6:122)
- Dimuliakan Allah dan diberi kelebihan yang tidak dimiliki oleh
mahluk lain (surat :17:70)
- Diberi alat indera atau akal (suat 17:78 ; dan surat 30:8)
- Tempat tinggal yang baik dibandingkan dengan mahluk lain dan diberi
rezeki( surat 70;10)
- Memiliki proses regenerasi yang teratur melalui perkawinan
- Diberi daya berusaha dan usahanya dihargai (surat 53:79)
b. Adapun kelemahan manusia ialah sebagai berikut :9
- Manusia adalah mahluk yang lemah (surat 4 :28)
- Manusia memiliki kecendrungan nakal
- Manusia itu sombong, tidak mau berterimakasih, dan mudah putus asa

6
Nadimul Jisr “Al quran fit tarbiatil islamiah “Fit taujihil islami lisysyabab(dari kajian mu’tamar Majma’ul
Buhuth Al Islamiah)Kaherah AL AZHAR ASY-SYARIF Majma’ul buhuth Al Islamiah 1971,hal :86
7
Prof.Omar muhammad Al-Toumy As-Syaibani,Falsafah pendidikan islam,(jakarta:bulan
bintang,1979).hal:159
8
Hermawan Filsafat Pendidikan Islam, Hlm. 49
9
Ibid Hlm.49

6
- Manusia itu sering mencelakakan diri sendiri
- Manusia itu senang membantah (QS. 16:4; QS. 18:54)
- Manusia itu bersifat tergesa-gesa
- Manusia itu pelit
- Manusia itu adalah suka mengeluh
- Manusia mempunyai kecendrungan untuk berbuat maksiat terus
menerus dan bertindak malampaui batas (surat 75:5)
2. Kedudukan Manusia
Kesatuan wujud manusia antara badan dan ruh didukung oleh potensi-potensi
yang ada membuktikan bahwa manusia sebagai ahsan at-taqwin dan merupakan
manusia pada posisi yang strategis yaitu: Hamba Allah (‘abd Allah) dan Khalifah
Allah (khalifah fi al-ardh).
a. Manusia Sebagai Hamba Allah (‘abd Allah) Jin dan manusia diciptakan
melainkan hanya untuk beribadah kepada Allah. Maka dalam hal ini
manusia berkedudukan sebagai hamba yang wajib mentaati seluruh
perintah-Nya, sebaliknya manusia juga harus menjauhi seluruh
laranganNya.
b. Manusia Sebagai Khalifah Allah fi al-Ardh. Manusia adalah wakil Allah
dibumi yang merupakan pelaksana dari kekuasaan dan kehendak Allah.

Namun masih ada juga kedudukan Manusia yang terdapat dalam al qur’an
diantaranya :

- Sebagai pemanfaat dan penjaga kelestarian alam(Al-Jumu’ah: 10; Al-


Baqarah: 60).
- Sebagai Peneliti alam (Al-Baqarah: 163, Al-An’am:168)  
- Sebagai makhluk yg paling tinggi dan paling mulia (At-Tin:4, Al-Isra:70).
3. Manusia dan Proses Kependidikan
Manusia tidak hanya dipandang sebagai makhluk ideal dan struktural. Tetapi
diletakkan pada posisi potensial dalam masa perkembangannya. Manusia
bukanlah robot ataupun makhluk instrumental.10 Dalam masa penggalian
potensial sesuai masa perkembangannya, proses pendidikan dalam prinsip
pandangan Islam bersifat tabi’iyah yang artinya sesuai dengan tabiat hidup
manusia. Manusia mengalami proses kependidikan yang bersasaran pokok pada
10
Arifin, Muzayyin. Filsafat Pendidikan Islam, Ed. Revisi, Cet. 6, (Jakarta: Bumi aksara. 2012),

7
kepala, hati dan tangan akan berlangsung sepanjang hayat. Proses Kependidikan
adalah long life education yang diartikan sebagai proses belajar tanpa akhir.
Dari segi psikologis, manusia dan proses pendidikan dapat dipandang sebagai
makhluk yang sedang berkembang dalam proses komunikasi antara
individualitasnya dengan orang lain maupun lingkungan sekitar proses ini dapat
membawa pada pengembangan sosialitas dan kemampuan moralitasnya. Menurut
pandangan Islam, proses kependidikan yang berlaku bagi manusia itu dipandang
sebagai perkembangan yang alamiah, yaitu proses yang harus terjadi terhadap diri
manusia. Pola perkembangan tersebut merupakan sunnatullah sebagaimana telah
tertulis di surat Al-mu’minun ayat 12-14 yang diatas.
Di dalam Al-Qur’an ada tiga konsep tentang makna manusia yaitu: Al-basyar,
Al-insan dan Anna.
1) Konsep Al-Basyar
Kata Al-Basyar dinyatakan dalam Al-Qur’an sebanyak 36 kali dan tersebar
dalam 26 surat. Secara etimologi Al-Basyar juga diartika mulamasah, yaitu
persentuhan kulit antara laki-laki dan perempuan. Makna ini dapat dipahami
bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki segala sifat kemanusiaan
yang terbatas, seperti makan, minum, seks, keamanan, kebahagiaan, dan lain
sebagainya. Penunjukkan kata Al-Basyar ditunjukan Allah kepada seluruh
manusia tanpa kecuali. Demikian pula halnya dengan para rasul-rasul-Nya.
Hanya saja kepada mereka diberikan wahyu, sedangkan kepada manusia
umumnya tidak diberikan. Firman Allah SWT.
Artinya: “katakanlah: Sesungguhnya aku (Muhammad) hanyalah seorang
manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku...” (QS. Al Kahfi/18:110).
Berdasarkan konsep Al-Basyar. Manusia tak jauh berbeda dengan makhluk
biologis lainnya. Dengan demikian kehidupan manusia terikat kepada kaidah-
kaidah prinsip kehidupan biologis lain seperti berkembang biak, mengalami
fase pertumbuhan dan perkembangan dalam mencapai tingkat kematangan
serta kedewasaan.
Manusia memerlukan makan, minum dengan kreteria halal serta bergizi
(QS. 16: 69) untuk hidup dan ia juga butuh akan pasangan hidup melalui jalur
pernikahan (QS. 2: 187) untuk menjaga, melanjutkan proses keturunannya
(QS. 17: 23-25). Dan Allah SWT memberikan kebebasan dan kekuatan kepada
manusia sesuai dengan batas dan potensi yang dimilikinya untuk mengelola

8
dan memanfaatkan alam semesta, sebagai salah satu tugas kekhalifahannya di
muka bumi.
2) Konsep Al-Insan
Kata Al-Insan yang berasal dari kata al-uns, yang dinyatakan dalam Al-
Qur’an sebanyak 73 kali dan tersebar dalam 43 surat. Secara etimologi, al-
Insan dapat diartikan harmonis, lemah lembut, tampak atau pelupa. Dan ada
juga dari akar kata Naus yang mengandung arti “pergerakan atau dinamisme”.
Merujuk pada asal kata al-Insan dapat kita pahami bahwa manusia pada
dasarnya memiliki potensi yang positif untuk tumbuh serta berkembang secara
fisik maupun mental spritual. Di samping itu, manusia juga dibekali dengan
sejumlah potensi lain, yang berpeluang untuk mendorong ia ke arah tindakan,
sikap, serta prilaku negatif dan merugikan. Kata Al-Insan digunakan AlQur’an
untuk menunjukan totalitas manusia sebagai makhluk jasmani dan rohani.
Harmonisasi kedua aspek tesebut dengan berbagai potensi yang dimilikinya
mengantarkan manusia sebagai makhluk Allah yang unik dan istimewa,
sempurna dan memiliki diferensiasi individual antara satu dengan yang
lainnya dan sebagai makhluk yang dinamis, sehingga mampu menyandang
predikat khalifah Allah di muka bumi. Perpaduan antara aspek pisik dan psikis
telah membantu manusia untuk mengekspresikan dimensi al-insan al-bayan,
yaitu sebagai makhluk berbudaya yang mampu berbicara, mengetahui baik
dan buruk, mengembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban dan lain
sebagainya.
3) Konsep An-Nas
Kata An-Nas dinyatakan dalam Al-Qur’an sebanyak 240 kali dan tersebar
dalam 53 surat. Kosa kata An-Nas dalam Al-Qur’an umumnya dihubungkan
dengan fungsi manusia sebagai makhluk sosial. Manusia diciptakan sebagai
makhluk bermasyarakat yang berawal dari pasangan laki-laki dan wanita
kemudian berkembang menjadi suku dan bangsa untuk saling kenal mengenal
“berinteraksi” (QS. 49: 13). Hal ini sejalan dengan teori “strukturalisme”
Giddens yang mengatakan bahwa manusia merupakan individu yang
mempunyai krakter serta prinsip berbeda antara yang lainnya tetapi manusia
juga merupakan agen sosial yang bisa mempengaruhi atau bahkan di bentuk
oleh masyarakat dan kebudayaan di mana ia berada dalam konteks sosial.

9
Manusia mempunyai kedudukan ganda di alam semesta yang materil ini.
Sebagai jasad ia adalah bagian dari dan berada di dalam alam semesta, tetapi
sebagi ruh ia berada diatas atau di luar alam semesta. Dan karena kedudukannya
yang istimewa inilah manusia dipilih sebagai wakil Tuhan di muka bumi ini.
Peranan manusia sebagai “khalifatullah fil ardh” ini dijelaskan oleh Qur’an
suci sebagai berikut:
“Dan Dia-lah yang telah membuatmu menjadi khalifah di muka bumi dan telah
mengangkat sebagian dari kamu di atas yang lain guna mengujimu dengan
sesuatu yang telah diberikan pada kamu sekalian”. (Q.S, Al-An’am. 6: 165).
Tetapi, lepas dari kekuasaannya sebagai khalifah, manusia juga mempunyai
kewajiban-kewajiban khusus kekhalifahan. Seperti seorang duta yang wajib
mencerminkan sifat-sifat mulia bangsa, yang mengangkatnya sebagai duta dalam
setiap perbuatannnya, maka manusia sebagai wakil Tuhan di muka bumi wajib
mencerminkan sifat-sifat mulia di dalam setiap perbuatan dan ciptaannya.
Demikian pula sebagai seperti seorang duta yang harus tetap tunduk hukum-
hukum bangsa yang memberinya kekuasaan sebagai wakil bangsa di samping ia
harus tunduk pada hukum-hukum negara tempat ia bertugas, maka manusia pun
harus tunduk pada hukum-hukum spritual Ilahi di samping harus tunduk pada
hukum-hukum alam materil.
Walaupun manusia adalah khalifah Tuhan, hal ini tidaklah boleh menimbulkan
kesombongan di hati manusia, karena sebenarnya manusia tetaplah merupakan
hamba atau abdi-Nya sesuai dengan pernyataan Allah SWT dalam ayat suci yang
berbunyi:
“Tidaklah Ku-jadikan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi Aku”.(Q.S
AlDzariyat, 51:56).
Keyakinan tentang manusia itu makhluk yang termulia dari segenap makhluk
dan wujud lain yang ada di alam jagat ini. Allah karuniakan keutamaan yang
membedakannya dari makhluk lain. Allah membekali manusia dengan beberapa
ciri tertentu yang akan terangkan kelak kebahagiannya. Dengan karunia itu
manusia berhak mendapat penghormatan dari makhluk-makhluk lain. Peri
manusia di cipta dari segumpal darah atau dari tanah atau dari mani berubah
menjadi segumpal darah. Ayat yang menjelaskan tentang kejadian manusia
umumnya adalah dalam kontek memberi penghormatan atau supaya diambil
i’tibar dari kejadian itu. Antaranya ada yang melikiskan tentang kekuasaan Allah

10
untuk membangkit atau menghidupkan kembali insan itu dari kuburnya maka
hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia ciptakan.
Keutamaan lebih memberikan kepada manusia dari makhluk lain. Manusia
dilantik menjadi khalifah dibumi untuk memakmurkannya. Untuk itu dibebankan
kepada manusia amanah attaklif. Diberikan pula kebebasan dan tanggung jawab
memiliki serta memelihara nilai-nilai keutamaan. Keutamaan yang diberikan
bukanlah karena bangsanya, bukan juga karena warna, kecantikan, perawatan,
harta, derjat, jenis profesi dan kasta sosial atau ekonominya. Tetapi semata-mata
karena imam, takwa, akhlak, ketinggian akal dan amalnya. Karena manusia
sanggup memikul tanggung jawab terhadap diri dan masyarakat. Karena ia dapat
menggunakan pengetahuan serta kepandaian. Pendek kata manusia diberikan
status demikian itu karena ciri dan sifat utama yang di karuniakan Allah
kepadanya. Ciri-ciri itu tidak diberikan kepada makhluk-makhluk lain. Sebab itu,
layaklah manusia diberi karunia dan keutamaan dari Allah. Memang banyak
karunia yang diberikan kepada manusia karena manusia mempunyai motivasi,
kecenderungan dan kebutuhan permulaan baik yang diwarisi dan diperoleh dalam
proses sosialisasi yaitu yang diperoleh ketika berinteraksi dengan element
lingkungan yang bersifat benda, manusia atau kebudayaan.

B. Pandangan Filsafat Pendidikan Islam terhadap Masyarakat


1. Hakikat Masyarakat
Menurut bahasa masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-
luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.11 Dalam
bahasa Inggris, masyarakat disebut society, asal katanya socius yang berarti
kawan.. Adapun kata masyarakat berasal dari bahasa Arab, yaitu Syirk, artinya
bergaul. Adanya saling bergaul ini, tentu karena ada bentuk-bentuk aturan hidup,
yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh
unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan.
Masyarakat disebut pula kesatuan sosial, karena mempunyai ikatan-ikatan kasih
sayang yang erat.12

11
Tim Penulis Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia Depdikbud, Ed.II., (Jakarta: Balai
Pustaka, 1994), 635.
12
E-learning Gunadarma.ac.id, Pdf Bab X Agama dan Masyarakat, Pendidikan Agama Islam, 20.

11
Sedangkan menurut istilah masyarakat adalah kelompok-kelompok manusia
yang saling terikat oleh sistem-sistem, adat istiadat, ritus-ritus serta hukum khas
dan yang hidup bersama.
Pendapat beberapa ahli tentang masyarakat sebagai Berikut:13
a. Menurut Selo Sumardjan Masyarakat Adalah Orang-orang yang hidup
bersama menghasilkan kebudayaan.
b. Menurut Karl Mark Masyarakat adalah suatu struktur yang menderita
suatu ketegangan  organisasi atau perkembangan akibat adanya
pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi;
c.  Menurut Emile Durkheim Masyarakat merupakan kumpulan manusia
yang relatif (mandiri, hidup Bersama-sama dalam waktu yang cukup lama,
tinggal di suatu wilayah tertentu,  Mempunyai kebudayaan sama serta
melakukan sebagian besar kegiatan kelompok/kumpulan manusia tersebut.
Menurut Filsafat Pendidikan Islam dalam kaitannya dengan pendidikan
didasari oleh lima prinsip yang salah satunya adalah pandangan terhadap
masyarakat.14 Prinsip-prinsip yang menjadi dasar pandangan terhadap masyarakat
berisikan dua pemikiran bahwa:
a. Masyarakat merupakan kumpulan individu yang terikat oleh kesatuan
berbagai aspek seperti tanah air, budaya, agama, tradisi dan lain-lainnya.
b. Masyarakat Islam memiliki identitas tersendiri yang secara prinsip
berbeda dari masyarakat lainnya.
2. Dasar Pembentukan Masyarakat Islam
Penelaahan di sini didasarkan atas istilah ummah yang digunakan Al-Qur’an.
Tentu saja, membatasi penelaahan dengan semata pada istilah yang digunakan
akan dengan sendirinya mempersempitkan atau menjadikan pemahaman tentang
masyarakat ideal dalam Al-Qur’an tidak utuh, karena ayat-ayat lain yang tidak
dicantumkan di sini juga memuat idelaitas masyarakat, meski istilah kunci
tersebut tidak ditemukan. Oleh karena itu, penjelasan dalam ayat-ayat lain yang
dikemukakan sebagai penjelas. Istilah ummah salah satunya dapat dilihat dalam
surat ali-Imran ayat 104, yang artinya:

13
Hermawan, Filsafat Pendidikan Islam, Hlm.49
14
Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam: Konsep dan Perkembangan Pemikirannya. (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 1994), 22.

12
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar
merekalah orang-orang yang beruntung”.15
Ayat ini menyatakan bahwa pembentukan masyarakat adalah ditegakkan atas
dasar-dasar kebaikan, yang ma’ruf dan yang tidak tercela. Oleh sebab itu, aturan-
aturan ini semuanya berdasarkan pada wahyu, maka tugas utama masyarakat
islam adalah mengetahui dan menjaga wahyu-wahyu ini. Tetapi yang penting ia
bahwa umat manusia juga membuat suatu perjanjian dengan Allah yang terdapat
dalam firman Allah surat AlA’raaf: 172, yang artinya:
“dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengleuarkan keturunan anak-anak Adam
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): “Bukankah aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab: “Betul (Engkau
Tuhan kami). Kami menjadi saksi”. (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-
orang yang lengah terhadap terhadap ini (keesaan Tuhan)”16
Oleh karena itu, aspek daripada perjanjian umat manusia dengan Allah adalah
melaksanakan, menyaksikan dan mejaga islam itu sendiri merupakan suatu
amarah yang dipikul kepadanya. Selanjutnya masyarakat juga harus berfungsi
sebagai saksi kepada seluruh manusia tentang konsep islam bahwa sleuruh
kehidupan, pengetahuan dan kekuasaan yang ada pada manusia adalah suatu
amanah. Jadi ada 2 syarat utama untuk menjadi masyarakat model (ideal society)
yang dijanjikan Allah itu, yaitu: (1) sanggup menaburkan kebaikan; dan (2)
membasmi kemungkaran di atas bumi di samping beriman kepada Allah.17
Menurut Mustafa Abd. Al Wahid, dasar-dasar pembentukan masyarakat Islam
adalah sebagai berikut:
- Persaudaraan
Masyarakat yang dibina atas dasar persaudaraan yang
menyeluruh dan diikat oleh kesatuan keyakinan yaitu tidak ada Tuhan
yang hak disembah selain Allah dan Muhammad adalah Rasul-
Nya. Masyarakat Islam bersifat universal dan tidak terikat oleh
perbedaan bangsa, bahasa dan warna kulit.
15
Surat Ali-Imran ayat 104
16
Surat Al-A’raaf: 172
17
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologis dan Pendidikan, (Jakarta: Pustaka al
Husna, 1986), 83.

13
- Kasih Sayang
Masyarakat Islam dibina atas dasar kasih sayang antara satu sama
lain.
- Persamaan
Masyarakat Islam mempunyai hak dan kewajiban yang sama.
Adapun yang membedakannya hanyalah fungsinya masing-masing
dalam masyarakat.
- Kebebasan
Masyarakat Islam dibina untuk mempunyai kebebasan atau
kemerdekaan. Dalam agama Islam tidak ada paksaan dalam beragama.
Hal ini bukan berarti orang Islam bebas tidak beragama.
- Keadilan Sosial
Masyarakat Islam dibina atas dasar berkeadilan sosial yaitu
keadilan yang merata bagi seluruh umat.
3. Karakteristik Masyarakat Islam
Ciri-ciri utama masyarakat Islam adalah bahwa masyarakat itu bebas dan suci.
Bebas menurut islam sangat luas dan dalam pengertiannya bebas dari semua yang
menghalangi setiap orang dan masyarkat melakukan tindakan yang benar. Bebas
dari semua nilai-nilai palsu dan hal-hal yang menghambat manusia untuk maju
dan berkembang. Bebas menurut nilia-nilai kemanusiaan, bukan lepas dari batas-
batas kemanusiaan itu sendiri dan dengan berarti bebas yang suci tidak bercampur
dengan kebebasan hewani. Bila manusia bebas dari pemujaan terhadap selain
Allah, maka ia akan menemukan dirinya memiliki kekuatan dasar yang sangat
potensial dan bergerak maju, tidak terhalangi oleh sesuatu yang tidak baik dan
tidak tunduk kepada sesuatu selain yang diperintahkan oleh Khaliq yang pasti
selalu baik. Pada saat itu tampilan ia menciptakan suatu struktur dalam hidup ini
yang menghasilkan kebebasan yang bersumber dari kepatuhan kepada Allah dan
melaksanakan pedoman yang diberikannya.
Adapun ciri-ciri masyarakat Islam, yaitu: (1) Masyarakat Islam itu beriman
kepada Allah, nabi dan rasul, kitab-kita samawi, hari akhirat, hari kebangkitan,
perhitungan dan balasan, (2) Masyarakat Islam meletakkan islam pada tempat
yang tinggi, (3) Masyarakat Islam memberi penilaian yang tinggi kepada akhlak
dan tatasusila, (4) Masyarakat Islam memberi perintah utama kepada ilmu, sebab
ilmu dianggap sebagai cara yang terbaik untuk memantapkan akidah dan agama,

14
(5) Masyarakat islam menghormati dan menjaga kehormatan insan. Tidak
memandang perbedaan warna kulit, bangsa, agama, harta dan keturunan, (6)
Keluarga dan kehidupan berkeluarga mendapat perhatian besar dalam masyarakat
Islam, masyarakat Islam menguatkan ikatan dan binaan keluarga, (7) Masyarakat
islam adalah masyarakat dinamis dan bertekad untuk berkembang dan berubah
dengan pesat dan terus menerus, (8) Masyarakat Islam adalah masyarakat yang
terbuka, boleh menerima pengaruh yang baik dari masyarakat lain terutama di
bidang ilmu pengetahuan. (9) Masyarakat Islam bersifat insaniah, saling kasih
mengasihi, ramah tamah, tolong menolong bantu membantu antara satu sama lain.
4. Hubungan Masyarakat dengan Pendidikan Islam
Dalam pandangan mengenai hubungan masyarakat dengan pendidikan Islam,
sebagaimana diungkapkan oleh Restu Andrian yaitu masyarakat dan pendidikan
merupakan dua komponen yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya,
masyarakat membutuhkan pendidikan begitu pula sebaliknya, tanpa masyarakat
pendidikan tidak akan berjalan dengan baik karena didalam pendidikan terdapat
unsur masyarakat seperti guru, peserta didik dan lainnya, begitulah sebaliknya
tanpa ada pendidikan masyarakat akan menjadi bodoh dan tidak mempunyai ilmu
pengetahuan. Selain itu, masyarakat juga dipandang sebagai laboratorium dimana
anak belajar, menyelidiki turut serta dalam usaha-usaha masyarakat yang
mengandung unsur-unsur masyarakat. Pendidikan dalam arti yang luas adalah
usaha untuk mengubah dan memindahkan nilai kebudayaan kepada setiap
individu dalam suatu masyarakat.18 Islam juga telah mengatur berbagai hal, begitu
juga pendidikan dengan segala aspeknya. Jadi pendidikan Islam dalam arti yang
luas maka adalah usaha untuk mengubah dan memindahkan nilai kebudayaan
Islam kepada setiap individu alam suatu masyarakat.
Menurut konsep ajaran Islam, jika manusia mematuhi ketentuan pedoman
wahyu dan keteladanan Rasulullah Saw. itu secara jujur dan ikhlas, maka ia akan
tumbuh menjadi manusia yang seimbang dan sejalan dengan potensi yang
dimilikinya. Dengan demikian ia berpeluang untuk mencapai tujuannya sebagai
pengabdi Allah yang setia serta menjalankan misi kekhalifahan dimuka bumi.
Sebagai pengabdi ia akan tunduk dan patuh menjalankan perintah Allah dan
selaku khalifatnya manusia tersebut berpeluang untuk memakmurkan kehidupan
bumi sebagaimana terdapat dalam surat alBaqarah ayat 30 yang artinya:
18
Jalaluddin & Usman Said, Filsafat Pend ..., 12

15
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi. “mereka berkata: “
Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) dibumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Atas dasar ini, kita dapat berkata bahwa tujuan pendidikan Al-Qur’an adalah
“membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan
fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya, guna membangun dunia ini
sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah atau dengan kata yang lebih singkat
dan sering digunakan oleh Al-Qur’an, “untuk bertakwa kepada-Nya.”19
Berdasarkan pemikiran itu pula, maka dalam konsep pendidikan. Segala
bentuk aturan harus dijaga oleh manusia sebagai makhluk-Nya yang memiliki
nilai lebih, karena potensi yang harus ia miliki sesuai dengan Al-Qur’an surat l-
Baqarah ayat 31 yang artinya: “Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama
(benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat
lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
memang benar orang-orang yang benar!”20
Dalam pembentukan masyarakat yang ideal, pendidikan Islam juga sangat
berperan penting untuk menetapkan nasib sebuah masyarakat, disamping
masyarakat itu sendiri. Tidak hanya nasib mereka di dunia, tetapi juga nasib
masyarakat itu diakhirat, karena setiap masyarakat harus
mempertanggungjawabkan apa saja yang telah mereka lakukan. Islam sebagai
agama, dalam arti menghendaki perubahan terhadap masyarakat, dari hal yang
negatif menuju hal-hal yang positif. Masyarakat jahiliyah memiliki pola pikir,
sikap dan tingkah laku terpuji dan tercela. Dalam hal ini, Islam menerima dan
mengembangkan yang terpuji, menolak dan meluruskan yang tercela.
Perubahan dapat terlaksana akibat pemahaman dan penghayatan nilai-nilai Al-
Qur’an, serta kemampuan memanfaatkan dan menyesuaikan diri dengan hukum-
hukum sejarah dalam masyarakat, dimana hukum-hukum tersebut tidak mungkin
mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi pada satu-dua orang yang tidak

19
M.Quraish Shihab, Membumikan” Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Cet. 2,
(Bandung: Penerbit Mizan, 1992), 172-173.
20
Surat Al-Baqarah ayat 31

16
mampu mengalirkan arus kepada masyarakat, tidak mungkin dapat menghasilkan
perubahan mayarakat. Perubahan yang terjadi pada diri seseorang harus
diwujudkan dalam suatu landasan yang kokoh serta berkaitan erat dengannya,
sehingga perubahan yang terjadi pada dirinya itu menciptakan arus, gelombang
ataupaling sedikit riak yang menyentuh orang-orang lain. Demikianlah, maka
pembinaan individu berbarengan dengan pembinaan masyarakat. Karena
pentingnya kaitan pribadi-pribadi dengan masyarakat dan karena Al-Qur’an sejak
mula bertujuan mengubah masyarakat, maka ditemukan bayak ayatnya yang
berbicara tentang tanggung jawab kolektif (masyarakat) disamping tanggung
jawab pribadi sebagaimana ia berbicara tentang ajal (batas manusia) dan ajal
masyarakat.
Hubungannya dengan pendidikan Islam yang lainnya adalah terkait dengan
fungsi pendidikan Islam itu sendiri yang diantaranya adalah; menyiapkan generasi
muda untuk memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat pada masa
yang akan datang, memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan
peranan-peranan tersebut dari generasi tua kepada generasi muda dan
memudahkan nilai-nilai yang bertujuan untuk memelihara keutuhan dan kesatuan
masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup (survival) suatu
masyarakat dan peradaban.21
Prinsip-prinsip yang menjadi pandangan Islam terhadap masyarakat adalah :
1) Prinsip pertama, mengakui bahwa masyarakat dalam pengertian yang paling
sederhana ialah kumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh kesatuan
negara, kebudayaan dan agama. Termasuk segala jalinan yang timbal balik,
berkepentingan bersama, adat kebiasaan, pola-pola, teknik-teknik, sistem
hidup, undang-undang, institusi dan segala segi dan fenomena yang
dirangkum masyarakat dalam pengertian luas.
2) Prinsip kedua, menyakini bahwa masyarakat islam mempunyai sikap dan
cirinya tersendiri, membedakan dari masyarakat lain. Menyebabkan
masyarakat islam benar-benar menjadi masyarakat ideal yang menjadi contoh
masyarakat lain. Menyebabkan masyarakat islam benar-benar menjadi
masyarakat ideal yang menjadi contoh masyarakat lain untuk menikmati
kebahagiaan, kemakmuran dan memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani.
Masyarakat yang digariskan islam hendaknya dibina dengan moral atau nilai-
21
Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, Cet I, (Bandung: AlMa’raf, 1980), 92.

17
nilai islam yang berlandaskan pada Al-Qur’an dan hadist. Ciri-ciri masyarakat
islam yaitu: masyarakat yang berdiri atas dasar keimanan kepada Allah, Nabi,
Rasul, Kitabkitab Allah, Hari akhirat. Masyarakat islam segala sesuatu hukum
kehidupan dikembalikan kepada hukum Allah. Masyarakat islam mempunyai
nilai-nilai yang baik atau akhlakul karimah. Masyarakat islam mempunyai
ilmu agama serta ilmu duniawi untuk mencapai tujuan dunia dan akhirat.
3) Prinsip ketiga, masyarakat islam menyakini bahwa azas untuk membina
masyarakat ialah akidah kepercayaan bahwa Allah itu Esa, serta menyakini
rukun-rukun iman lainnya dan rukun-rukun Islam.
4) Prinsip keempat, menyakini bahwa agama dalam pengertian luas yang
meragukan setiap yang berhubungan dengan akidah ibadah, pergaulan, antara
sesama manusia ialah merupakan teras dalam kehidupan pribadi dan
masyarakat.
5) Prinsip kelima, masyarakat islam menyakini bahwa ilmu yang yang
sebenarbenarnya dan sebaik-baiknya adalah iman dan akhlak untuk mencapai
kemajuan, kemakmuran dan kekuatan masyarakat islam.
6) Prinsip keenam, masyarakat islam selalu mengikuti perubahan dan kemajuan
zaman melalui struktur masyarakat sistem kebudayaan dan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang selalu diselaraskan dengan nilai-nilai islami.
7) Prinsip ketujuh, masyarakat islam merupakan sel atau unit pertama untuk
kemajuan Islam. Pribadi yang shaleh dan msyarakat yang shaleh mempunyai
hubungan yang erat dan tak dapat dipisahkan untuk kegemilangan untuk
kegemilangan islam.
8) Prinsip kedelapan, masyarakat islam selalu menciptakan suasana tolong
menolong setia kawan, persaudaraan, saling mengasihi, cinta-mencintai dan
kerja sama antar individu dalam kehidupan bermasyarakat.
Jadi, setelah membaca dan menelaah pandangan Islam terhadap
masyarakat. Penulis mengambil inti sari atau kesimpulan dari pandangan islam
terhadap masyarakat tersebut yaitu: bahwa masyarakat islam selalu
bekerjasama, saling tolong menolong, beradaptasi, berpartisipasi dalam
kehidupan sehari-hari. Masyarakat Islam selalu mengambil semua aspek
kehidupan serta mengembalikan hukum kepada sumber hukum islam yang
hakiki yaitu kalamullah (Al Qur’an) dan Al-Hadis sebagai sumber hukum
dikehidupannya. Masyarakat Islam selalu berinopasi dan mengembangkan

18
ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memajukan dan memakmurkan
masyarakat Islam yang menghalangi segala sesuatu dengan nilai-nilai islami.
Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan teknologi untuk membuat
masyarakat islam lebih berpendidikan dan lebih jenius serta selalu membawa
nilai-nilai islami dikehidupannya sehari-hari.
C. Pandangan Filsafat Pendidikan Islam terhadap Lingkungan
Alam semesta khususnya lingkungan adalah media pendidikan sekaligus
sebagai sarana yang digunakan oleh manusia untuk melangsungkan proses
pendidikan. Di dalam alam semesta ini manusia tidak dapat hidup dan “mandiri”
dengan sessungguhnya. Karena antara manusia dan alam semesta saling
membutuhkan dan saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Di mana alam
semesta ini butuh manusia untuk merawat dan memeliharanya sedangkan manusia
butuh alam semesta sebagai sarana berinteraksi dengan manusia lainnya.
1. Manusia dan Alam
Sejak kelahiran manusia, muncul jenis-jenis baru tumbuhan dan hewan yang
telah disediakan untuk lingkungan hidup manusia agar sejahtera hidupnya.
Lingkungan itu perlu diolahh dan dimanfaatkan manusia sebaik-baiknya, supaya
sesuai dengan maksud Allah menciptakan manusia dimuka bumi ini sebagai
khalifah. Kita harus mencintai lingkungan, artinya memperlakukan bermacam
ragam benda, baik biotik (yang dapat diperbaharui) maupun abiotik (yang tidak
dapat diperbaharui), agar lingkungan hidup dapat dan dapat untuk kesejahteraan
dan kebahagiaan manusia lahir dan batin. Bumi dan isinya adalah bahan mentah
yang harus diolah dan dilestarikan manusia agar bumi dan isinya selalu
terlestarikan dan terolah secara baik.
Allah berfirman dalam surat Al-A’raf ayat 7 yang artinya:
“Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan
Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber)penghidupan. Amat sedikitlah kamu
bersyukur”.22
Berpegang pada dalil-dalil Al-Qur’an yang ada, alam semesta ini diciptakan
oleh Allah untuk dipelajari manusia agar ia dapat menjalankan fungsi dan
kedudukannya dimuka bumi ini.23 Didalam Al-Qur’an. Lebih dari 750 ayat yang
menunjukkan fenomena alam dan manusia diminta untuk memikirkan alam agar

22
Q.S Al-A’raff ayat 7
23
Zuhairini, dkk. Filsafat Pendidikan..., 83.

19
mengenal Tuhan melalui tanda-tanda-Nya. Mehdi Golsani secara baik, membagi
ayat al-Qur’an menjadi delapan kategori, diantaranya:24
1. Ayat yang mengambarkan elemen-elemen pokok objek atau menyuruh
manusia untuk menyingkapkan. Ayat-ayat ini terdapat dalam Q.S.
21:45; Q.S. 76:2. Atau juga terdapat dalam Q.S. 86:5 “Maka hendaklah
manusia memperhatikan dari apa yang diciptakan”.
2. Ayat yang mengenai masalah cara penciptaan objek-objek materil,
apapun yang menyuruh manusia untuk menyingkap asal-usulnya.
Adapun ayat-ayatnya dapat dilihat dalam Q.S.23: 12-14; Q.S. 21:30;
Q.S. 32: 10; Q.S. 41: 11; Q.S.88: 17-20 atau Q.S. 11: 7. “Dan dialah
yang menciptakan langit dan bumi dalamm enam masa dan ‘Arsy-Nya
di atas air......”
3. Ayat yang menyuruh manusia untuk menyingkap bagaimana alam fisis
ini berwujud. Ayat-ayatnya antara lain Q.S. 29:20 dan Q.S. 29:19 yang
artinya “Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah
memulai penciptaan (makhluk), kemudian Dia mengulanginya
(kembali).....”
2. Alam Dan Lingkungan Pendidikan
Lingkungan dalam arti luas mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal,
adat istiadat, dan alam. Dengan kata lain, lingkungan adalah segala sesuatu yang
tampak dan terdapat  dkk,1996dalam alam kehidupan. Ia adalah seluruh yang ada,
baik berupa manusia maupun benda, alam bergerak ataupun tidak bergerak.
(Zakiah Darajat, dkk, 1996: 63-64). Dengan demikian, lingkungan adalah sesuatu
yang melingkupi hidup dan kehidupan manusia.
Adapun lingkungan pendidikan secara sederhana berarti lingkungan tempat
terjadinya pendidikan. M.Arifin menyebut lingkungan pendidikan dengan istilah
lembaga pendidikan. Menurutnya, salah satu factor yang memungkinkan
terjadinya proses pendidikan islam secara konsisten dan berkesinambungan
adalah institusi atau lembaga pendidikan islam. (M. Arifin, 1996: 83). Abudin
Nata memahami lingkungan pendidikan islam seagai salah satu institusi atau
lembaga tempat pendidikan itu berlangsung. Di dalamnya terdapat cirri cirri
keislaman yang memungkinkan terselenggaranya pendidikan islam dengan baik.

24
Sahrodi, Jamali, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Arvino Raya, 2011), 42.

20
Lingkungan pendidikan berfungsi sebagai penunjang terjadinya proses kegiatan
belajar mengajar secara aman, tertib dan berkelanjutan.
Menurut Sutari Imam Bamadid, lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu
yang segala sesuatu yang ada di sekitar anak didik. Oleh karena itu, lingkungan
pendidikan disini merupakan alam sekitar (milieu). Alam sekitar dipandang
sebagai salah satu factor penentu proses pelaksanaan pendidikan, meskipun ia
tidak bertanggung jawab terhadap keberhasilan pendidikan. Beberapa ahli
membagi lingkungan pendidikan kedalam 3 lembaga yaitu lingkunagan keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan, dan merupakan mata rantai yang tidak boleh diputuskan, (Abudin
Nata, 1997: 111-112)
Dari beberapa prinsip filsafat pendidikan islam tentang alam, telah disebutkan
bahwa alam semesta merupakan penentu keberhasilam proses mendidik. Adanya
interaksi dari peserta didik dengan benda atau lingkungan alam tempat sekitar
kita merupakan prinsip filsafat kehidupan.
Adapun prinsip-rinsip Filsafat pendidikan islam tentang alam dan lingkungan
antara lain :
1) Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa pendidikan Islam sebagai proses
pembentukan pengalaman dan perubahan tingkah laku, baik individu
maupun masyarakat, hanya akan berhasil apabila terjadi interaksi peserta
didik dengan benda dan lingkungan Alam sekitar mereka hidup.
2) Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta atau Universe, baik
yang mated maupun bukan, memiliki hukumnya sendiri sendiri.
3) Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta yang terdiri dari
dua kategori: Alam benda dan Alam ruh, harus dipandang oleh satu
kesatuan yang tidak bisa dipisah pisahkan.
4)  Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta dengan segala
macam manesvitasi, elemen-elemen, dan unsure-unsurnya itu berubah dan
selalu bergerak sesuai hokum dan tujuan yang telah digariskan Peciptanya.
5) Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta yang berjalan
dengan teratur itu harus dipahami sebagai keajaiban dan kegungan sang
Pencipta.
6) Filsafat Pendidikan Islam, meskipun percaya bahwa di ala mini terjadi
hubungan kasual (sebab-akibat), akan tetapi ini terjadi secara mutlak.

21
7)  Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semestaini bukanlah
musuh dari manusia dan bukan merupakan penghalang bagi kemajuan
manusia.
8) Filsafat Pendidikan Islam ini percaya bahwa alam semsta dan seluruh
isinya itu bersifat baru.
9) Filsafat PendidikanIslam percaya bahwa kekekalan dan keabadian Allah
sebagai pencipta merupakan hal yang keluar dan bebas dari hokum ala
mini.
10) Filsafat Pendidikan Islam ini percaya bahwa Allah adalah sumber Alam
semesta.25

Islam juga mengajarkan bahwa Alam diciptakan sebagai sebuah panggung


theater untuk manusia, sebuah lading untuk tumbuh dan memakmurkan, untuk
mensyukuri nikmat dan anugrah Allah, dan untuk menyatakan diri sebagai
seseorang yang berharga secara etis. Hal-hal yang harus diperhatikan berkenaan
dengan alam semsesta atau lingkungan adalah sebagai berikut :

a) Alam bukanlah kepunyaan manusia, melainkan milik Allah, manusia


mendapat amanah dari Allah untuk suatu tujuan yang diperintahkan
olehnya, yaitu sebagai pengelola alam. Manusia diharapkan
mengembalikan amanah itu kepada Allah dalam keadaan yang lebih baik
b)  Alam semesta, bagaimana yang sudah terjadi, dapat diarahkan menuju
suatu perubahan yang dikehendaki. Alam diciptakan dalam keadaan yang
masih berkembang, dan masih terbuka bagi keterlibatan manusia dalam
proses dan penaklukan hokum-hukumnya dalam suatu usaha yang nyata.
c) Dalam pengelolaan dan pemanfaatan alam, manusia diperintahkan untuk
bertindak secara moral, tidak boleh mengeksploitasi sumber daya Alam
yang menyebabkan kerusakan hilangnya keseimbangan, keserasian, dan
keharmonisan.

25
Dr. H. Zaenudin, M. Ag., Filsafat Pendidikan Islam, (Semarang: Media Campus Indonesia, 2013),
hlm 101-102

22
d) Islam mewajibkan kepada manusia untuk mengkaji dan memahami tanda-
tanda Allah di Alam, Allah tidak sekedar menyusun ilmu Alam, tetapi juga
menyusun keraturan Alam.26
3. Memanfaatkan Lingkungan
Manusia terhadap lingkungan sangatlah dominan selaku subjek penentu, yang
dapat menentukan apakah lingkungan itu dapat bermanfaat atau tidak. Namun
manusia tentulah sangat menginginkan kehidupannya selalu bermanfaat.
Pemanfaatan alam sebesar-besarnya bagi kehidupan dan kesejahteraan harus
disertai upaya menjaga keseimbangan ekologi dan mempertahankan
kelestariannya. Seharusnya sikap manusia terhadap lingkungan bersifat akti
memanfaatkannya seperti tanah, air dan udara.
a. Tanah
Penggunaan tanah untuk pertanian seperti dikemukakan sebelumnya,
dimulai sejak yang paling sederhana dengan abad teknologi pada zaman
sekarang. Islam memberikan motivasi agar manusia memanfaatkan tanah
umpamanya untuk memetik hasil dari kekayaan tanah. Allah berfirman dalam
surat Al-Baqarah ayat 22 yang artinya:
“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit
sebagai atap dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia
menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu;
karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah [30],
Padahal kamu mengetahui”
b. Air
Air merupakan kebutuhan pokok manusia, sejak penggunaan air
seperti minum, masak, mandi sampai pemanfaatannya untuk pertanian dan
pembangkit listrik. Allah SWT berfirman dalam surat waqiah ayat 68-70 yang
artinya:
“Maka Terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum (68)
Kamukah yang menurunkannya atau kamikah ang menurunkannya? (69)
Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan dia asin, Maka Mengapakah
kamu tidak bersyukur? (70)”
26
Prof. Dr. H. Abd. Haris, M.Ag., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2012), hlm
92-93

23
c. Hutan
Hutan sebagai pelindung banjir, longsor dan penyimpanan persediaan
air di pegunungan. Air tersebut meresap ke dalam tanah di sela-sela rimba,
kemudian muncul menjadi mata air yang jernih mengalir melalui kali-kali
kecil dan berhimpun menjadi sungai. Allah SWT berfirman surat Qaaf ayat 7-
11 yang artinya:
“7. Dan kami hamparkan bumi dan Kami letakkan padanya gunung-
gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman
yang indah dipandang mata, 8. Untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi
tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah). 9. dan Kami turunkan dari
langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu
pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam. 10. dan pohon kurma yang
tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun, 11. untuk
menjadi rezki bagi hambahamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu
tanah yang mati kering). Seperti Itulah terjadinya kebangkitan.

BAB III
PENUTUP

24
A. Kesimpulan
Manusia dalam islam sering diistilahkan dengan kata Insan, an-nas,
bsyaran dan bani adam. Pigur manusia ideal dalam islam adalah Nabi Muhammad
SAW. Masyarakat Adalah tujuan bersama. Masyarakat dalam islam disebut ummah.
Ummah sebagai manifestasi masyarakat islam memiliki karakter meleakkan tauhid
dan akhlak sebagai prinsip utama.
Pandangan islam terhadap masyarakat tersebut yaitu : bahwa masyarakat islam
selalu bekerjasama, saling tolong menolong, beradaptasi, berpartisipasi dalam
kehidupanya sehari-hari. Masyarakat islam selalu mengambil semua aspek kehidupan
serta mengembalikan hukum kepada sumber hukum islam yang hakiki yaitu
kalamullah (Al-qur’an) dan Al-hadis sebagai sumber hukum dikehidupannya.
Lingkungan sebenarnya apa yang ada di dalam bumi ini. Manusia yang di
tugaskan oleh Allah swt sebagai khalifah atau pemimpin di muka bumi, maka
manusia mengemban tugas yang sangat berat yaitu sebagai pemimpin yang bertugas
melestarikan dan menjaga serta mengolah apa saja yang ada di bumi dengan baik
tanpa merusak di atas bumi, karena dengan mengolah lingkungan maka manusia dapat
memanfaatkan lingkungan untuk kehidupan sehari-hari.

B. Saran
Tiada Gading Yang Tak Retak, begitupun dengan makalah ini. Masih ada
beberapa kesalahan yang ada tanpa disadari oleh penulis, oleh karena itu penulis
harapkan akan adanya kritik dan saran atas makalah ini yang membangun. Dan dari
penulis sendiri kami ucapkan terima kasih, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua

25
DAFTAR PUSTAKA

Al Qu’an Tejemah, Al Hikmah ( Bandung: Darul Pustaka, 2011)

Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002)

Arifin, Muzayyin. Filsafat Pendidikan Islam, Ed. Revisi, Cet. 6, (Jakarta: Bumi aksara. 2012)
Dr. H. Zaenudin, M. Ag., Filsafat Pendidikan Islam, (Semarang: Media Campus Indonesia,
2013)

E-learning Gunadarma.ac.id, Pdf Bab X Agama dan Masyarakat, Pendidikan Agama Islam.

Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologis dan Pendidikan,
(Jakarta: Pustaka al Husna, 1986)

Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, Cet I, (Bandung:


AlMa’raf, 1980)

Hermawan Heris, Filsafat Pendidikan Islam ( Jakarta Pusat: Kemenag RI, 2012)

Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam: Konsep dan Perkembangan
Pemikirannya. (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1994)

M.Quraish Shihab, Membumikan” Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, Cet. 2, (Bandung: Penerbit Mizan, 1992)

Mohd.Aziz Al Habbabi dalam bukunya “Al insan Hayawanun yata kalam.” “Al Asahalah
“sebuah majalah Aljeria yang dikeluarkan oleh kementerian pembelajaran dan urusan agama
tahun III bil.16 Sept./o ct.,1973.

Nadimul Jisr “Al quran fit tarbiatil islamiah “Fit taujihil islami lisysyabab(dari kajian
mu’tamar Majma’ul Buhuth Al Islamiah)Kaherah AL AZHAR ASY-SYARIF Majma’ul
buhuth Al Islamiah 1971.

Nizar, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Intermasa, 2002)

Prof. Dr. H. Abd. Haris, M.Ag., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Sinar Grafika Offset,
2012)

Prof.Omar muhammad Al-Toumy As-Syaibani,Falsafah pendidikan islam,(jakarta:bulan


bintang,1979)

III
Sahrodi, Jamali, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Arvino Raya, 2011)

Tim Penulis Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia Depdikbud,
Ed.II., (Jakarta: Balai Pustaka, 1994)

Zuhairini, dkk. Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004)

IV

Anda mungkin juga menyukai