Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

ALAM DALAM TINJAUAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam

Dosen Pengampu:

Drs. H. Socheh, M.H., M.Pd.I

Disusun oleh:

Addini Nur Mulia Saputri (20214210104649)

Alisa Kharismatuz Zahida (20214210104651)

Hikmatul Imaniyah (20214210104668)

M. Abdul Rohim (20214210104682)

Silna Firdausa Nuzula (20214210104703)

Titis Istiqomah (20214210104704)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) AL MUSLIHUUN


TLOGO BLITAR

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat rahmat, taufiq, hidayah serta karunianya Makalah kami dengan judul "Alam
Dalam Tinjauan Filsafat Pendidikan Islam” dapat terselesaikan dengan baik dan
tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan islam.

Dalam penyelesaian makalah ini, kami cukup banyak mengalami


kesulitan,terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang.
Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini
dapat terselesaikan dengan cukup baik.Karena itu, sudah sepantasnya jika kami
mengucapkan terimakasih kepada:

1. Orang tua dan keluarga kami yang banyak memberikan motivasi dan
beberapa pihak yang membantu penyelasaian makalah ini.
2. Bapak Drs. H. Socheh, M.H., M.Pd.I sebagai dosen pengampu mata kuliah
kami yang tidak lelah dan bosan untuk memberikan arahan dan bimbingan
kepada kami setiap saat.

Kami sadar dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, kami
mengharap kritik yang berguna dari para pembaca. Ada kurang lebihnya kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Blitar, 10 Desember 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dan Hakikat Alam Semesta
B. Alam Semesta Menurut Pandangan Ahli Filsuf
C. Proses Penciptaan Alam Semesta
D. Tujuan Penciptaan Alam Semesta
E. Implikasi Penciptaan Alam Semesta Terhadap Pendidikan Islam
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Alam semesta merupakan realitas yang dihadapi oleh manusia, yang sampai
kini baru sebagian kecil saja yang dapat diketahui dan diungkap oleh manusia. Bagi
seorang ilmuwan akan menyadari bahwa manusia diciptakan bukanlah untuk
menaklukkan seluruh alam semesta, akan tetapi menjadikannya sebagai fasilitas
dansarana ilmu pengetahuan yang dapat dikembangkan dari potensi manusia yang
sudah ada saat ajali.
Alam semesta berarti sesuatu selain Allah SWT, sehingga segala sesuatu
yang ada di dalamnya baik yang berwujud nyata (nyata) maupun yang abstrak
(gaib) merupakan bagian dari alam semesta yang saling berhubungan. Memahami
dan mempelajari alam yang menghasilkan ilmu sejati, harus dilakukan melalui
pendidikan yang nyata dan berkualitas. Oleh karena itu, Islam memiliki ajaran yang
sangat penting dalam pendidikan untuk menghasilkan ilmuan, cendekiawan atau
cendekiawan yang kemudian akan melestarikan dan mensejahterakan dunia ini.
Pemikiran filsafat pendidikan Islami, Allah menciptakan alam semesta ini
bukan untukNya, tetapi untuk seluruh makhluk yang diberi hidup dan kehidupan.
Sebagai pencipta dan sekaligus pemilik, Allah mempunyai kewenangan dan
kekuasaan absolut untuk melestarikan dan menghancurkannya tanpa diminta
pertanggung jawaban oleh siapapun. Namun begitu, Allah telah mengamanatkan
alam seisinya dengan makhluk-Nya yang patut diberi amanat yaitu manusia.Oleh
karenanya manusia adalah makhluk Allah yang dibekali dua potensi yang sangat
mendasar, yaitu kekuatan fisik dan kekuatan rasio, disamping emosi dan intuisi. Ini
berarti, bahwa alam seisinya ini adalah amanat Allah yang kelak akan meminta
pertanggung jawaban dari seluruh manusia dalam menjalankan amanat itu.
Memahami alam, seseorang akan memperoleh pengetahuan. Dengan pengetahuan
itu, orang akan mengetahui tanda-tanda akan adanya Tuhan. Berdasarkan uraian
diatas, oleh karena itu penulis membuat makalah yang berjudul “Alam Dalam
Tinjauan Filsafat Pendidikan Islam”
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dan hakikat Alam Semesta dalam perspektif islam?
2. Bagaimana pandangan beberapa filsuf tentang Alam Semesta?
3. Bagaimana proses penciptaan Alam Semesta?
4. Apa tujuan dari penciptaan Alam Semesta?
5. Bagaimana Implikasi penciptaan Alam Semesta terhadap Pendidikan Islam?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dan hakikat dari Alam Semesta
2. Mengetahui pengertian Alam Semesta menurut pandangan beberap filsuf
3. Mengetahui proses penciptaan Alam Semesta
4. Mengetahui tujuan penciptaan Alam Semesta
5. Mengetahui Implikasi penciptaan Alam Semesta terhadap Pendidikan Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Hakikat Alam Semesta
Kata ‘alam(‫ )العالم‬secara bahasa berarti seluruh alam semesta. Jika dikatakan
al-kauny (‫)الكني‬: al-alamy( ‫)العالمي‬artinya yang meliputi seluruh dunia. Dalam bahasa
Yunani,alam semesta atau jagat raya disebut sebagai “kosmos” yang berarti “serasi,
harmonis”. Dari segi akar kata, “‘alam” memiliki akar yang sama dengan “‘ilm”
(ilmu,pengetahuan) dan ‘‘alamat” (alamat, pertanda).Disebut demikian karena jagat
raya ini sebagai pertanda adanya Sang Maha Pencipta, yaitu Allah Swt.

Secara bahasa alam semesta merupakan segala sesuatu yang ada di langit
dan di bumi selain Allah SWT, sedangkan secara filosofis alam merupakan
kumpulan substansi yang telah tersusun dari materi dan bentuk yang ada di langit
dan di bumi.Menurut Muhmmad Abdu, orang Arab sepakat bahwa kata “alamin”
tidak merujuk kepada sesuatu yang ada, seperti alam, batu dan tanah, tetapi mereka
memakai kata alamin untuk merujuk kepada semua makhluk Allah yang berakal
seperti, alam manusia, hewan dan tumbuhan. Dalam al-qur’an disebut juga kata
alaminsebanyak 73 kali yang termaktub dalam 30 surah.

Sedangkan Sirajuddin Zar merujuk pengertian alam semesta itu


menggunakan ‘’ Assamawatu walardu wama bainahuma’’yang disebutkan dalam
al-qur’an sebanyak 20 kali. Kata ini mengacu kepada dua alam yaitu alam fisik
seperti manusia, hewan dan tumbuhan, dan alam non fisik atau alam gaib seperti
alam malaikat, alam jin dan ruh.

Abu Al-Ainain menyebutkan bahwa alam semesta dalam filsafat dengan


istilah al-kaunyang berarti segala sesuatu yang diciptakan Allah, yang mencakup
nama segala jenis makhluk, baik yang dapat dihitung maupun yang dapat
dideskripsikan. Al-kaunsebagai makhluk Allah dapat dibagi menjadi dua kategori
yaitu, alam al-syahadah(yang dapat dikenali melalui panca indera, seperti langit dan
bumi), dan alam al-ghoib(yang hanya dapat dikenali melalui wahyu ilahi, seperti
alam malaikat dan jin).Di dalam Al-Qur’an kata yang berkaitan dengan alam adalah
“Khalaqa” yang berasal dari kata kerja (untuk menciptakan), kata itu disebutkan
sebanyak 253 kali, menunjukan tindakan penciptaan sebagai kata benda.
Menurut Hasan Hanafi, alam adalah bukan sebagai benda tetapi
merupakansebuah persepsi kebudayaan yang menentukan sikap manusia terhadap
alam. Ariestoteles juga berpendapat bahwa alam bagaikan bulatan (bola)
raksasa,yang berpusat pada bumi dan sekitarnya hingga ke orbit bulan, yang
merupakan batas alam bumi. Sedangkan apa yang berada di atas bulan sampai ke
bulatan langit pertama adalah alam langit.

Dapat disimpulkan bahwa alam semesta bermakna sesuatu selain Allah


SWT, maka apa-apa yang terdapat di dalamnya baik dalam bentuk konkrit (nyata)
ataupun dalam bentuk abstrak (ghaib) merupakan bagian dari alam semesta yang
berkaitan satu dengan yang lainnya. Kata alam berarti segala sesuatu yang ada di
langit dan di bumi (seperti bumi, binatang dan kekuatan). Sedangkan semesta
berarti seluruh, segenap, semuanya yang ada di alam.Adapun definisi alam semesta
yaitu seluruh ruang waktu kontiniu tempat kita berada, dengan energi dan materi
yang dimilikinya.

Sementara dalam bahasa yunani, alam disebut dengan istilah cosmos yang
berarti1 serasi, harmonis. Karena alamitu diciptakan dalam keadaan teratur dan
tidak kacau. Alam atau cosmos disebut sebagai salah satu bukti keberadaan Tuhan,
yang tertuang dalam keterangan al-qur’an sebagai sumber pokok dan menjadi
sumber pelajaran dan ajaran bagi manusia.

Jika ditinjau dari sudut bahasa Indonesia, kata alam diartikan dalam
berbagai definisi yaitu diantaranya sebagai berikut:

1. Segala yang ada di langit dan di bumi (seperti bumi, binatang, dan kekuatan)
2. Lingkungan kehidupan
3. Segala sesuatu yang termasuk di suatu lingkungan (golongan dan
sebagainya) dan dianggap sebagai suatu ketuhanan
4. Segala daya (gaya, kekuatan, dan sebagainya) yang menyebabkan
terjadinya dan seakan-akan mengatur segala sesuatu yang ada di dunia ini
5. Yang bukan buatan manusia
6. Semesta

1
Sirajuddin Zar, Konsep Penciptaan Alam dan Pemikiran Islam, Sains dan Al-Quran,(Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1994)
7. Kerajaan, daerah, dan negeri.

Oleh karena itu dalam konteks ini, alam semesta adalah alamat, alat atau
sarana yang sangat jelas untuk mengetahui wujud Tuhan, pencipta yang Maha Esa,
Maha Kuasa, dan Maha Mengetahui. Dari sisi ini dapat dipahami bahwa keberadaan
alam semesta merupakan tanda-tanda yang menjadi alat atau sarana bagi manusia
untuk mengetahui wujud dan membuktikan keberadaan serta kemahakuasaan Allah
SWT. Hakikat alam semesta adalah ciptaan Allah yang harus dijaga dan
dikembangkan. Alam adalah guru bagi manusia dan sebagai tanda kekuasaan Allah.
Jika kita memahami hal besar maupun halkecil yang ada di alam ini, maka kita akan
menemukan banyak manfaat yang diberikan alam kepada manusia.
B. Alam Semesta Menurut Pandangan Ahli Filsuf
1. Al-Ghazali
Al-Ghazali mempunyai nama lengkap Abu Hamid bin Muhammad bin
Ahmad Al-Ghozali yang lahir di Republik Islam Irak tahun 450 H atau1058M. Al-
Ghazali adalah seorang tokoh yang kontroversial dengan para filsuf, hal ini
dibuktikan dengan kritikannya kepada para filsuf lain. Al Ghazali juga pernah
menulis buku yang berjudul Al Maqasid Alfilasifah, kemudian melengkapinya
dengan menulis buku keduanya yang berjudul Tahafutul Falasifa (ketidak beresan,
kekaburan dari filsafat,yang lazimnya diterjemahkan dengan penghancuran
filsafat). Kitab Tahafut Al Falasifah tersebut terdiri dari 20 diskusi yang merupakan
ajaran falsafah yang berbentuk semacam dialog tertulis diikutib bantahan-bantahan.
Dari 20 persoalan filsafat yang ia tulis pada kitab tersebut hanya ada 4 yang
disebutkan secara langsung tentang alam semesta seperti:

a. Persoalan tentang sanggahan atas pandangan para filsuf tentang eternitas


alam.
b. Masalah penolakan terhadap keyakinan para filsuf atas keabadaian alam.
c. Masalah ketidak jujuran para filsuf bahwa Tuhan adalah pencipta alam dan
penjelasanbahwa ungkapan tersebut hanya bersifat metaforis.
d. Penjelasan tentang ketidakmampuan para filsuf membuktikan eksistensi
pencipta alam.
Timbulnya reaksi dan perdebatan tentang qadimnya alam tersebut bermula
dari kesimpulan para filsuf yang mengatakan bahwa alam itu qadim. Seperti Al-
Farabi dan Ibnu Sina yang mengatakan bahwa alam itu qadim sedikitpun tidak
dipahami mereka sebagai alam yang ada dengan sendirinya. Alam itu qadim justru
Tuhan menciptakanya sejak azali. Bagi mereka mustahil Allah Swt ada dengan
sendirinya tanpa mencipta pada awalnya, kemudian menciptakan alam. Hal tersebut
disanggah oleh Al-Ghazali dengan mengatakan bahwa qadimnya alam membawa
kepada kekufuran, ketika alam itu qadim, maka alam itu tidak bemula dan ada
dengan sendirinya. Ketika alam semesta ini qadim dan Allah juga qadim
menyebabkan ada dualisme yang qadim, dan ini bertentangan dengan akidah Islam,
yang berujung pada kemusrikan atau politeisme.

Al-Ghazali kembali mengkoreksi kepada faham yang lebih umum.


Selanjutnya dia mengkritik sejumlah dalil-dalil lain bukan sebagai suatu kekufuran,
melainkan sebagai suatu bid’ah dan tidak logis. Dalam diskusi, Al-Ghozali
melawan ajaran ta’til dari mutazilah dan falsafah yang meniadakan adanya sifat-
sifat nyata pada Tuhan. Al Ghozali juga menulis dalam beberapa argumen lain
dengan memperbincangkan bukti tentang keberadaan Tuhan, ke-Esaan Tuhan,
pengetahuan Tuhan, penciptaan dan persoalan mengenai jiwa manusia. Al-Ghozali
juga menentang pernyataan yang lahir dari filsafat Aristotelian bahwa alam adalah
kekal. Menurutnya, alam berasal dari ketiadaan menjadi “ada” karena ciptaan
Tuhan. Dunia berasal dari iradat (kemauan) Tuhan semata-mata dan tidak bisa
terjadi dengan sendirinya. Iradat Tuhan bersifat mutlak dan terlepas dari ruang dan
waktu, namunciptaan Tuhan (dalam hal ini dunia/alam) dapat ditangkap oleh akal
manusia, karena dunia terbatas dalam ruang dan waktu. Tuhan bersifat transenden,
namun kemauan (iradat) Tuhan adalah immanent dan merupakan sebab hakiki dari
segala kejadian. Baginya hanya Allah yang qadim, artinya adanya Allah tidak
diawali dengan tidak ada. Maka syahadat dalam teologi Islam adalah “La qadima
illallah”, tidak ada yang qadim selain Allah.2 Adanya alam diawali dengan tidak
ada sehingga alam tidak qadim. Karena adanya adanya alam di ciptakan oleh Allah.
Berdsarkan diskripsi tersebut Al-Ghazali menampilkan sebuah koreksi yang

2
Yaya Sunarya. Pengantar Filsafat. h. 97
berlandaskan pada al-quran diantaranya Surat Asy-Syura ayat 29 yang artinya:
"Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya langit dan bumi dan makhluk-makhluk
yang melata yang Dia sebarkan kepada keduanya. Dan Dia maha kuasa
mengumpulkan semuanya apabila dia kehendaki." Surat Az-zumar ayat 62 yang
artinya "Allah pencipta segala sesuatu dan Dia Maha pemelihara atas segala
sesuatu." Surat Al-Hasyr ayat 24 yang artinya: "Dialah Allah yang menciptakan,
yang mengadakan, yang membentuk rupa, Dia memiliki nama-nama yang indah.
Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada-Nya. Dan dialah Mahaperkasa,
Mahabijaksana."

Adanya alam adalah hasil dari irodat Tuhan, karena sifat irodat dalam
pandangan Al-Ghozali adalah sifat yang mutlak ada pada Tuhan, dengankata lain,
Tuhan memiliki kehendak dengan kebebasan yang tidak terbatas. Dia berkehendak
untuk menciptakan atau tidak menciptakan. Namun demikian, meskipun pandangan
dan pemikiranya bersumber pada al-quran tetap saja tidak luput dari kritikan.
Seperti kritikan Ibnu Rusyd terhadap konsep Al-Ghozali tentang alam hadis, bahwa
alam mempunyai permulaan dalam zaman mengandung arti bahwa ketika Tuhan
menciptakan alam tidak ada sesuatu disamping Tuhan. Tuhan dengan kata lain,
ketika itu berada dalam kesendirianya. Tuhan menciptakan dari tiada menjadi nihil.
Konsep tersebut kata Ibnu Rusyd tidak sesuai dengan kandungan Al-Quran. Di
dalam Al-Quran digambarkan bahwa sebelum alam diciptakan Tuhan, Telah ada
sesuatu disamping-Nya. Penggalan ayat 7 dari Surat Hud yang artinya: "Dan dialah
yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan Arsy-Nya di atas air …"
Jelas disebut dalam ayat tersebut, bahwa Tuhan menciptakan langit dan bumi telah
ada unsur lain disamping Tuhan, yaitu air. Disamping itu kata Khalaqa di dalam
Al-Quran, kata Ibnu Rusyd menggambarkan penciptaan bukan dari tiada (creatio
ex nihilo) seperti yang dikatakan Al-Ghozali, tetapi dari ada, seperti yang dikatakan
para filsuf. Contohnya adanya bumi dan langit “ada” yang berasal dati bentuk
materi asal yang empat (api, uadara, airdan tanah) diubah Tuhan menjadi “ada”
dalam bentuk bumi dan langit. Dan yang kodim adalah materi yang asal. Adapun
langit dan bumi susunanya adalah yang baru (hadis)

2. Ibnu Rusyd
Ibnu Rusyd memiliki nama lengkap Abu Al-Walid Muhammad bin Ahmad
bin Muhammad bin Rusyd yang lahir di Cordova tahun 520H/1126M.3 Ibnu Rusyd
adalah orang yang sangat radikal mengenai filsafat alam dan banyak menimbulkan
salah pengertian di kalangan ahli-ahli pengetahuan dan kaum agama. Mereka
menuduh bahwa Ibnu Rusyd adalah seorang materialis, ateis dan naturalis yang
tidak percayaakan Tuhan.

Adapun pokok-pokok pikiran Rusyd yang di kemukakan dalam buku-buku


komentarnya terhadap filsafat Aristoteles dan buku “Tahafut Al-falasifah “, adalah
sebagai berikut:

1) Alam semesta terdiri atas benda dan bentuk yang pada hakikatnya bersifat
azali atau kekal abadi, tetapi keazalianya berbeda jauh dari azalinya Allah
Swt
2) Sifat khusus bagi alam adalah “gerak”, dan karenanya memerlukan adanya
“penggerak”, yaitu Allah, yang bergerak adalah alam dan yang
menggerakan adalah Allah Swt. Gerakan itulah yang menimbulkan
perubahan sepanjang zaman yang tiada henti.
3) Setiap benda diliputi oleh waktu dan tempat yang tidak akan habis bahkan
waktu dan benda itu termasuk alam juga, yang adanya mendahului alam
benda.
4) Antara Allah Swt dengan alam semesta terdapat seperti halnya hubungan
negara dengan kepala Negara, karena kedudukan-Nya sebagai pencipta
maka Allah itu berbeda dengan cosmos atau alam semesta.
5) Penghubung utama antara Allah Swt dengan alam ialah intellegensia, yang
bertingkat, seperti susunan bintang-bintang di langit.

Sesuai dengan keyakinan kaum teolog Muslim, Alam diciptakan Allah dari
tidak ada menjadi ada, sementara itu menurut filsuf muslim, alam ini Kadim yang
artinya alam ini diciptakan dari sesuatu materi yang sudah ada. Ibnu Rusyd dalam
mendukung pendapat ahli filsof yang lain ia mengemukakan sejumlah ayat Al-
Quran diantaranya sebagai berikut:

3
Yaya Sunarya. Pengantar Filsafat. h. 133
1) Surah. Hud ayat 7 yang artinya: "Dan Dialah yang menciptakan langit dan
bumi dalam enam masa, dan 'Arsy-Nya di atas air, agar Dia menguji
siapakah diantara kamu yang lebih baik amalnya. Jika engkau berkata
(kepada penduduk Mekah) .Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan setelah
mati, niscaya orang kafir itu akan berkata, ini hanyalah sihir yang nyata."
2) Surah Al-Anbiya’: 30, yang artinya: “Dan apakah orang-orang kafir tidak
mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu menyatu, kemudian
kami pisahkan antara keduanya dan kami jadikan segala sesuatu yang hidup
berasal dari air, maka mengapa mereka tidak beriman?"
3) Surah Fussilat ayat 11 yang artinya: "Kemudian Dia menuju langit dan
(langit) itu masih berupa asap, lalu dia berfirman kepadanya dan kepada
bumi, datanglah kamu berdua menurut perintah-Ku dengan patuh atau
terpaksa. Keduanya menjawab, kami datang dengan patuh."

Menurut Ibnu Rusyd perbedaan diantara mereka disebabkan dalam


memberi arti al-hadis dan qadim. Menurut kaum teolog muslim, Al-hadis berarti
menciptakan dari tiada menjadi ada, sedangkan menurut kaum filsuf muslim berarti
mewujudkan dari ada menjadi ada dari bentuk lain.4 Qadim menurut kaum teolog
muslim adalah sesuatu yang mempunyai wujud tanpa sebab, sedangkan menurut
kaum filsuf muslim adalah sesuatu yang kejadianya dalam keadaan terus menerus
tanpa awal dan akhir. Dalam Fasl Al-Maqal, Ibnu Rusyd menjelaskan bahwa
perselisihan antara mereka tentang alam ini hanyalah perselisihan dari segi
penanaman atau semantik. Mereka membagi bahwa yang ada ini terbagi menjadi
tiga, yaitu:

a. Jenis pertama, wujudnya karena sesuatu yang lain dan dari sesuatu dengan
arti wujudnya ada pencipta dan diciptakan dari benda serta didahulii oleh
zaman. Wujud ini mereka namakan dengan baru.
b. Jenis kedua, wujudnya karena tidak ada sesuatu, tidak pula dari sesuatu dan
tidak didahului oleh zaman. Wujud ini mereka sepakatdan dinamakan
dengan qadim. Wujud yang qadim inilah yang dinamakan dengan yang
Allah.

4
Ibnu Rusyd.Tahafut, Tahaqiq Sulaiman Dunya, (Kairo: Dar Al-Maarif,1971) h. 362.
c. Wujud yang ketiga adalah wujud yang berda di tengah-tengah kedua jenis
di atas, yaitu wujud yang tidak terjadi bersal dari sesuatu dan tidak dapat di
dahului oleh zaman, tetapi terjadinya karena sesuatu yang diciptakan.
Wujud jenis ini adalah alam semesta. Wujud alamini ada kemiripanya
dengan jenis wujud yang pertama dan kedua. Di katakan mirip dengan yang
pertama karena wujudnya dapat dilihat oleh panca indra, dan dikatakan
seperti wujud yang kedua karena tidak didahului oleh zaman dan adanya
sejak azali.

Bagi Ibnu Rusyd, alam ini adalah qadim karena ia wujud dengan kemauan
Tuhan, sedangkan kemauan-Nya tidak bisa ditolak dan tidak ada permulaan.
Kadimnya alam tidak membawa pada politeisme atau ateisme karena kadim dalam
pemikiran filsafat bukan hanya berarti sesuatu yang tidak diciptakan tetapi juga
berarti sesuatu yang diciptakan dalam keaadaan terus menerus, mulai dari zaman
yang tidak bermula pada masa lampau sampai ke zaman tak berakhir pada masa
mendatang. Jadi Tuhan kadim berarti Tuhan tidak diciptakan, tetapi adalah
pencipta. Dan alam kadim berarti alam di ciptakan dalam keadaan terus menerus
dari zaman tak bermula ke zaman tak berakhir.

3. Al-Kindi

Al-Kindi lahir di Irak pada tahun 801M/185 H dengan nama lengkap Abu
Yusuf Ya’kub Ibnu Ishaq Ibnu Sabbah ibn ‘Imran Ibnu Ismail, Ibnu Muhammad
Ibnu Asy-Sya’at ibn Qais.5 Ia adalah salah seorang filosof yang menentang bahwa
alam itu kodim, yang didasarkan pada teori matematika dalam pandanganya
mengenai alam, dan ia memastikan bahwa alam itu berakhir (mutanahin). Dalam
bukunya “Rasa’il Al-Kindi Al-Falsafiyah”, menjelaskan bahwa alam ini di jadikan
Tuhan dari yang tidak ada menjadi ada dan Tuhan yang mengendalikan, mengatur
serta menjadikanya sebab yang lain. Ia juga mengemukakan tiga argumen,yakni
gerak, zaman,dan benda. Benda menjadi ada harus ada gerak. Masa gerak
menunjukkan adanya zaman. Adanya gerak tentu mengharuskan adanya benda.
Mustahil kiranya ada gerak tanpa adanya benda. Ketiganya sejalan akan berakhir di
sisi lain, benda memiliki tiga dimensi, yaitu panjang, lebar dan tinggi. Ketiga

5
M.M. Syarif, Para Filosof Muslim, (Bandung:Mizan, 1985) . h. 11
dimensi ini membuktikan bahwa benda tersusun, dan setiap yang tersusun tidak
dapat dikatakan qadim.

Al-Kindi menolak secara tegas pandangan Aristoteles yang mengatakan


bahwa alam terbatas oleh ruang, tetapi tak terbatas oleh waktu karena gerak alam
se-abadi penggerak tak tergerakan. Keabadian alam dalam pemikiran islam ditolak
karena Islam berpendirian bahwa alam diciptakan. Ibnu Sina dan Ibn Rusyd dituduh
sebagai ateis karena menganggap bahwa alam ini kekal. Masalah ini menjadi
masalah penting dalam filsafat Islam, termasuk Al-Gazali yang menyebutkan dua
puluh dari sanggahan terhadap para filsuf dalam Tahaful Al-falasifah.

4. Ibnu Tufail

Nama lengkap Ibnu Tufail adalah Abu Bakar Muhammmad Ibnu‘Abd Al-
malik ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Tufail yang lahir pada tahun 506
H/1110M di Spanyol.6 Menurut Ibnu Tufail alam ini qadim dan juga baru. Alam
qadim karena Allah menciptakan sejak azali, tanpa tidak didahului oleh zaman.
Dilihat dari esensinya, alam adalah baru karena terwujudnya alam (ma’lul)
bergantung pada zat Allah. Pandangan Ibnu Tufail sama dengan pandangan
Aristoteles yang menyatakan alam qadim dengan kaum ortodoks Islam yang
menyatakan alam baru. Ibnu Tufail untuk memperjelas pendapatnya memberikan
contoh sebagai berikut: sebagaimana ketika anda menggenggam sebuah benda,
kemudian anda gerakan dengan tangan anda, maka benda mesti bergerak mengikuti
tangan anda. Gerakan benda tidak terlambat dari segi zaman dan hanya
keterlambatan di segi zat. Demikian pula alam, seluruhnya merupakan akibat dan
diciptakan oleh Allah tanpa zaman. Firman Allah dalam Surah Yasin ayat 50, yang
artinya: "Sesungguhnya keadaan-Nya apabila ia menghendaki sesuatu hanyalah
berfirman , jadilah! maka terjadilah ia."

5. Nasiruddin Al-Tusi

Nasirudin Al-Tusi dalam karyanya Tasawwurat (yang di tulis pada masa


pemerintahan Isma’iliyyah) awalnya ia mengecam creatio ex nihilo, dengan
mengemukakan bahwa dunia ini kekal karena kekuasaan Tuhan yang

6
M.M. Syarif, Para Filosof Muslim, h. 173-174
menyempurnakannya meski dalam hak dan kekuatanya sendiri ia tercipta Dalam
karyanya yaitu fusul, Tusi meninggalkan sikap tersebut dan mendukung doktrin
ortodoks mengenai creatio ex nihilo, pandangan yang menyatakan adanya waktu
ketika dunia ini belum maujud, kemudianTuhan menciptakannya dari yang tidak
ada menjadi ada. Secara jelas mengisyaratkan bahwa Tuhan bukanlah pencipta
sebelumnya adanya penciptaan dunia ini atau kekuatan penciptan-Nya masih
bersifat potensial yang kemudian hari baru dapat diwujudkan, dan ini merupakan
sangkalan atas daya ciptanya yang kekal.

Dengan menggolongkan zat menjadi yang pasti dan yang mungkin, dia
mengemukakan bahwa eksistensi yang mungkin itu bergantung kepada yang pasti.
Dan karena ia maujud akibat sesuatu yang lain dari dirinya tidak dapat dikatakan
bahwa ia dalam keadaan maujud sebab penciptaan yang maujud itu mustahil. Dan
karena sesuatu yang maujud itu tidak ada, begitu juga kemaujudan yang pasti itu
menciptakan yang mustahil itu dari ketiadaan.Proses semacam itu disebut
penciptaan,sedangkan hal-hal yang ada itu disebut yang tercipta (muhdas).7

Perdebatan yang tidak berkesudahan antara pemikiran Al-Gazali dengan


Ibnu Rusyd ataupun dengan para filsuf yang lain tentang qadimnya alam semua
tidak dapat dipersalahkan. Perbedaan itu wajar dan timbul karena mereka memiliki
tafsiran masing-masing terhadap ayat Al-Qur’an tentang penciptaan alam. Sebab
dalil-dalilyang membuktikan ke-qadimanya sama kuatnya dengan dalil-dalil yang
membuktikankeabaharuan alam

C. Proses Penciptaan Alam Semesta

Penciptaan alam semesta telah lama diteliti oleh para ilmuan. Para ilmuan
mencari tahu tahapan-tahapan terbentuknya alam semesta dengan berbagai
pendapat dan teori. Manusia pada zaman sekarang pun memuji para ilmuan barat
yang berhasil mengemukakan proses terbentuknya alam semesta. Tidak hanya itu,
hampir seluruh ilmu pengetahuan alam berkiblat pada negeri barat. Para ilmuan
mereka dipuji atas penemuan yang mereka cetuskan. Padahal tidak perlu menunggu
para ilmuan untuk memahami ilmu-ilmu, semua ilmu telah tercangkup dalam Al

7
Yaya Sunarya. Pengantar Filsafat. h. 157
Quran. Manusia membangga-banggakan para ilmuan barat, padahal semua hal, ter
terkecuali proses penciptaan alam semesta sudah tercangkup dalam Al Quran. Al
Quranlah yang seharusnya menuai banyak pujian dari seluruh umat manusia.
Semua sudah ada dalam Al Quran yang kita baca sehari-hari namun mengapa
manusia tidak menyadarinya? Karena manusia hanya membaca tanpa memahami
maksudnya. Inilah pentingnya untuk mengkaji tiap ayat dalam Al Quran. Allah
menyinggung penciptaan alam semesta dalam Al Quran bahwasan nya alam
semesta diciptakan dalam 6 masa:

‫ت َخلَقَ الَّذِي َوه َُو‬ َ ‫اَيَّام ِست َّ ِة فِي َواْلَر‬


ِ ‫ض السَّمٰ ٰو‬
Artinya: Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari” (QS Hud:
7).
Dalam ayat ini Allah menyebutkan bahwa penciptaan alam semesta terjadi dalam 6
masa. Beberapa mufassir menerjemahkan kata ayyam sebagai hari, namun beberapa
juga menerjemahkan sebagai masa/periode.8 Ayyam dimaksudkan dengan rentan
masa atau kejadian yang mana hanya Allah saja yang mengetahui berapa lamanya.
Karena waktu di sisi manusia dan sisi Allah berbeda. Ada ayat Al Quran yang
mengatakan bahwa sehari di sisi Allah sama dengan 1000 tahun dalam hitungan
manusia, dan ada juga ayat yang menjelaskan bahwa satu hari di sisi Allah 50 ribu
tahun dalam pandangan manusia. Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan
arti Ayyam. Enam periode/proses itu di jabarkan dalam surah An-Naaziat: 27-33.
Dimulai sejak penciptaan alam semesta alam semesta pertama kali sampai
penciptaan manusia yang adalah jenis makhluk terakhir yang Allah ciptakan di
muka bumi.
1. Tahap Pertama
‫س َم ۤا ُء ا َ ِم خَلقًا اَشَد َءاَنت ُم‬
َّ ‫بَ ٰنىهَ ۚ ال‬
Apakah penciptaan kamu yang lebih hebat ataukah langit yang telah dibangun-
Nya? (QS. An Naziat : 27)
Ayat ini menerangkan bahwa permulaan alam semesta dimulai dengan
ledakan besar BIG BANG. Berdasarkan analisis astronomi kosmologi, ledakan BIG

8
Ibnu Katsir, Imam Tafsir Al Quranul Azhim, Pustaka Imam Syafi’i: Jakarta (2018)
BANG terjadi 13,7 milyar tahun yang lalu. Allah telah menciptakan langit dalam 7
lapisan seperti firmannya:

‫سب َع َخلَقَ الَّذِي‬ َّ ‫ص َر فَار ِجعِ ت َٰف ُوت ِمن خَل ِق‬
َ ‫الرحمٰ ِن فِي ت َٰرى َما ِطبَاقًا‬
َ ‫سمٰ ٰوت‬ ُ ُ‫ف‬
َ َ‫طور ِمن ت َٰرى هَل الب‬
Artinya: “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali
tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak
seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak
seimbang?” (Q.S. Al Mulk: 3)

Manusia mengira tujuh lapisan langit adalah tujuh lapisan atmosfer, padahal
lapisan yang dimaksud lebih luas dari itu. Hal ini juga dibuktikan oleh hadis nabi
yang menceritakan perjalanan beliau bertemu zat Allah SWT di langit ketujuh.
Dalam perjalanannya beliau SAW bertemu nabi dalam setiap lapisan langit, hingga
akhirnya sampai di hadapan Allah SWT. Penciptaan pertama kali adalah energi-
energi dan partikel, seperti proton dan elektron. Kemudian Allah menciptakan
berbagai objek langit yang bisa kita lihat hingga hari ini. Betapa naifnya manusia
ketika dia bermaksiat kepada Allah, kemudian merasa bahwa ia telah menyusahkan
Allah SWT.

Betapa naifnya pula manusia, merasa bahwa Allah akan kesulitan


membangkitkan manusia setelah kematian. Tidakkah ia melihat seberapa luas alam
semesta yang Allah bangun? Tidakkah manusia sadar betapa sangat kecil manusia
dibandingkan luasnya alam semesta? Tidakkah manusia perhatikan berapa banyak
misteri luar angkasa yang belum terpecahkan? Jangankan alam semesta, dunia dan
seisinya pun, di hadapan Allah SWT diibaratkan hanya sebuah koin yang dilempar
di tengah gurun pasir. Betapa kecil dan naifnya manusia. Kalau bukan Allah SWT
yang menjadi Tuhan kita, maka diketahui keberadaannya pun bahkan tidak oleh
siapa pun.

2. Tahap Kedua
‫سم َك َها َرفَ َع‬ َ َ‫ف‬
َ ‫س ّٰوى َها‬
Artinya: Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya, (QS. An-
Naziat: 28)
Dalam ayat ini menjelaskan alam semesta yang mengembang dari masa ke masa.
Benda-benda langit berjauhan satu sama lain yang mana ini adalah efek dari ledakan
besar BIG BANG. Dengan kata lain langit semakin meninggi, lalu Allah SWT
menyempurnakannya, kalimat ‘lalu menyempurnakannya’ menunjukkan bahwa
penciptaan semesta bukanlah proses sekali jadi, namun proses bertahap.

Hal ini sesuai dengan teori ledakan Big Bang yang mengatakan bahwa alam
semesta ini adalah hasil dari sebuah ledakan besar, dan ledakannya masih kita
rasakan sampai sekarang. Karena para peneliti menemukan bahwa jarak antara satu
planet dan planet lain semakin menjauh dari waktu ke waktu. Bayangkan, ketika
sebuah bom meledak, pasti ia akan menghempaskan segala sesuatu yang ada di
sekitarnya ke segala penjuru, semakin besar ledakan semakin jauh jarak benda yang
terhempas. Begitu pun dengan alam semesta, bintang-bintang adalah benda-benda
yang terhempas akibat ledakan yang semakin menjauh dari sumber ledakan.

Alam semesta yang mengembang sesuai dengan firman Allah SWT yang berbunyi:

‫س َم ۤا َء‬
َّ ‫لَ ُمو ِسعُونَ َّواِنَّا بِاَيىد بَنَي ٰن َها َوال‬
Artinya: Dan langit kami bangun dengan kekuasaan (Kami), dan kami benarbenar
meluaskannya (QS. Az Zariyat: 47)
3. Tahap Ketiga
‫ش‬ َ ‫ض َحاهَا َوأَخ َر َج لَيلَ َها َوأَغ‬
َ ‫ط‬ ُ

Artinya: Dan Dia menjadikan malamnya (gelap gulita), dan menjadikan siangnya
(terang benderang) (QS. An Naziat : 29)

Ayat ini menceritakan masa penciptaan matahari yang bersinar, serta bumi,
dan planet-planet lain yang berotasi atau bisa kita sebut tata surya sehingga terjadi
fenomena malam dan siang. Dan Allah SWT menjadikan malamnya gelap gulita,
sebagai waktu bagi manusia untuk beristirahat dari lelahnya bekerja, dan
menjadikan siangnya terang benderang sebagai waktu untuk bekerja dan mencari
rezeki di muka bum. Penciptaan siang dan malam perkara yang mudah. Setelah
langit sempurna, maka dihamparkanlah bumi sebagai tempat yang sempurna bagi
manusia untuk hidup.

4. Tahap Keempat
َ ‫دَ ٰحى َها ٰذلِكَ بَعدَ َواْلَر‬
‫ض‬
Artimya: Dan setelah itu bumi Ia hamparkan (QS. An Naziat : 30)
Ayat ini menjelaskan tentang proses evolusi yang terjadi di bumi. Lempeng
benua besar atau pangaea dihamparkan di bumi, berpecah menjadi lempengan-
lempengan yang membentuk lima benua. Bumi dihamparkan dalam ayat tersebut
bermaksud bergesernya lempengan bumi sedikit demi sedikit dalam jangka waktu
jutaan tahun. Setelah Allah menciptakan langit dan bumi di mana terhampar dan
rata untuk mereka tinggal, Allah juga keluarkan (di bumi) mata air serta tumbuh-
tumbuhan yang menjadi konsumsi bagi manusia dan binatang. Setelah itu semua,
Allah ciptakan gunung yang menjadikan kokoh bumi, Allah menjadikannya
sebagaimana pasak agar stabil dan untuk tempat tinggal (makhluk-Nya)
5. Tahap Kelima
‫َو َمرعٰ ى َها َم ۤا َءهَا ِمن َها اَخ َر َج‬

Artinya: Darinya dia pancarkan mata air, dan (ditumbuhkan) tumbuhtumbuhannya


(QS. An-Naziat: 31)

Ayat ini menjelaskan awal kehidupan di bumi dan juga planet lain yang di
siapkan untuk kehidupan dengan menyediakan air. Hidrogen terbentuk karena suhu
panas menciptakan awan panas yang kemudian menjadi air. Dengan hujan, Allah
menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang menjadi kehidupan
pertama di bumi. Berdasarkan fosil tertua di bumi, kehidupan bermula pertama kali
di dalam laut yang hangat. Allah SWT juga telah menyebutkan bahwa penciptaan
makhluk dimulai dari air.

Allah sudah menyiapkan bumi sebagai sebaik-baik tempat untuk kehidupan


manusia. Dari hujan, Allah menumbuhkan tumbuhan yang kemudian menghasilkan
oksigen dan atmosfer. Dengan begitu lengkaplah apa yang dibutuhkan manusia
untuk hidup di bumi

6. Tahap Keenam
‫ اَرسٰ ى َها َوال ِج َبا َل‬- ‫ام ُكم لَّ ُكم َمتَاعًا‬ َ ِ ‫َو‬
ِ ‫ْلن َع‬
Artinya: Dan gunung-gunung, Dia pancangkan dengan teguh, (semua itu)
untuk kesenanganmu dan untuk hewan-hewan ternakmu (QS. An-Naziat: 32-33)
Ayat ini menjelaskan terbentuknya gunung-gunung akibat evolusi geologi.
Gunung-gunung dipancangkan agar bumi tidak mudah berguncang dan kokoh.
Kemudian hewan-hewan dan manusia mulai diciptakan di atas muka bumi. Setelah
terpenuhinya syarat utama kehidupan yaitu air dan oksigen, manusia dan hewan
pun diciptakan. Selain itu gunung-gunung juga terbentuk demi tegaknya dan
kuatnya permukaan bumi. Bayangkan, jika bumi tanpa adanya pegunungan, maka
bumi akan dengan mudah terguncang dan hancur. Jadi memang benar bahwa Allah
SWT sudah menciptakan permukaan bumi sebaik-baiknya agar manusia, hewan
dan tumbuhan hidup dan berkembang biak di dalamnya. Setelah semua tahapan
besar itu, alangkah manusia seharusnya menjaga dengan baik apa yang telah Allah
SWT anugerahkan. Maka tidak salah, ketika manusia merusak ekosistem alam demi
untuk kepentingan pribadi, alam pun akan marah, Allah SWT pun membiarkan
alam semesta ciptaannya untuk balas dendam terhadap apa yang dilakukan
manusia.

D. Tujuan Penciptaan Alam Semesta


Tujuan penciptaan alam semesta menurut perspektif Islam pada dasarnya
adalah sarana untuk menghantarkan manusia pada pengetahuan dan pembuktian
tentang keberadaan dan kemahakuasaan Allah.9 Sebagaimana Firman Allah swt
dalam surat al-Dukhan ayat 38-39: “Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi
dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan
keduanya melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak Mengetahui.”

Al-qur`an secara tegas menyatakan bahwa tujuan penciptaan alam semesta


ini adalah untuk memperlihatkan kepada manusia akan tanda-tanda Allah Swt.
Menurut Oliver Leaman, Allah merancang alam serta seluruh Ciptaan-Nya adalah
untuk kepentingan kita manusia, meskipun Dia tidak harus berbuat seperti itu, dan
apa yang Dia minta sebagai tindak balasan-Nya hanyalah menyembah dan bertakwa
kepada-Nya. Keberadaaan alam semesta merupakan petunjuk yang jelas tentang
keberadaaan Allah SWT. Oleh karena itu dalam mempelajari alam semesta,
manusia akan sampai pada pengetahuan bahwa Allah Swt adalah Zat yang
menciptakan alam semesta. Seperti firman Allah dalam Surat Al-Fushilat ayat 53

9
Jamali Sahroni. Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: 2011). H. 43
yang artinya: Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan)
kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka
bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu
menjadi saksi atas segala sesuatu?

Ayat tersebut jelas menunjukan tanda-tanda kekuasaan-Nya. Allah yang


Maha Kuasa menganjurkan kepada manusia untuk melihat dan memikirkan
fenomena alam, dan dengan melihat keteraturan dan koordinasi di dalam sistem
penciptaan dan keajaiban-keajaibanya akan lebih mendekatkan diri kepada-Nya.10
Melalui pengetahuan tentang alam akan melihat kebesaran Allah sebagai pencipta.
Pengakuan ini diikuti dengan mematuhi perintah Allah agar manusia tidak
melakukan kesalahan dan alam semesta ini tidak mengalami kerusakan. Dalam
Surat Ar-Ruum ayat 41, Allah berfirman: Telah tampak kerusakan di darat dan di
laut yang disebabkan oleh perbuatan tangan manusia, Allah swt menghendaki
supaya mereka merasakan sebagian dari perilaku mereka supaya,mereka kembali
(Kejalan yang benar).

Ayat tersebut menunjukan bahwa kerusakan di bumi disebabkan karena


ulah tangan manusia, dan pastinya akan memberikan dampak buruk kepada
manusia itu sendiri. Allah swt menyebut alam sebagai nikmat besar yang diberikan-
Nya untuk manusia agar dimanfaatkan dalam kehidupan di dunia secara benar.11
Manusia akan memperoleh manfaat dan keuntungan yang amat besar apabila
manusia tersebut mampu dan mengerti dalam memanfaatkan apa saja yang terdapat
di alam semesta ini secara bijaksana.

Alam semesta diciptakan sebagai bahan dan sumber pelajaran serta


pengamatan bagi manusia untuk menggali rahasia Allah Swt dengan akal dan
pengamatan untuk dapat menyumbangkan suatu kebajikan dan faedah manusia
seluruhnya yang pada akhirnya manusia akan memahami apa hakikat diciptakannya
alam semesta ini. Hal ini tertera dalam surat Yunus ayat 4: Hanya kepada-Nyalah
kamu semuanya akan kembali; sebagai janji yang benar daripada Allah,

10
Toto Suharto. Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: AR-Ruzz Media, 2006). h.
101-102
11
Maslikhah. Alam Terkembang Menjadi Guru memotret Fenomena lingkungan Melalui
Pendidikan Lingkungan Hidup, (Salatiga: STAIN Salatiga Press: 2013). H. 6-7.
Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada permulaannya Kemudian
mengulanginya (menghidupkannya) kembali (sesudah berbangkit), agar dia
memberi pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan
amal saleh dengan adil. Dan untuk orang-orang kafir disediakan minuman air yang
panas dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka.

Alam semesta diciptakan Allah Swt untuk kepentingan manusia.


Keseimbangan antara alam dengan makhluk hidup berdampak pada kesejahteraan
hidup manusia.12 Untuk memenuhi kebutuhan manusia selama hidup di permukaan
bumi ini. Oleh karenanya alam telah ditundukkan oleh Allah Swt untuk mereka,
sebagai tempat tinggal bagi manusia, ini dimaksudkan agar manusia mudah dalam
memahami alam semesta dan tahu bagaimana cara memanfaatkannya untuk
kepentingan mereka.

E. Implikasi Penciptaan Alam Semesta Terhadap Pendidikan Islam


Dalam Islam, esensi alam semesta adalah selain dari Allah Swt. Dia adalah
alRabb, yaitu Tuhan yang Maha Pencipta (khaliq), yang menciptakan seluruh
makhluq, makro dan mikro kosmos. Karenanya Ia disebut al-Rabb al-‘alamin,
Tuhan Pencipta alam semesta. Sebagai Pencipta, Dia juga yang memelihara dan
‘mendidik’ seluruh alam.13 Alam harus dipelajari sebagai objek studi atau ilmu
pengetahuan.Untuk itu, pendidikan islami merupakan instrument kunci guna
menemukan, menangkap, dan memahami alam dengan seluruh fenomena dan
noumenanya. Upaya itu pada akhirnya akan menghantarkan manusia pada
kesaksian akan keberadaan dan kemahakuasaan Allah Swt. Karenanya, dalam
konteks ini, melalui proses pendidikan islami, manusia dihantarkan pada pengakuan
(syahadah) akan keberadaan Allah Swt sebagai Tuhan Pencipta, Pemelihara, dan
Pendidik alam semesta.14
Dalam perspektif Islam, manusia harus merealisasikan tujuan
kemanusiaannya di alam semesta, baik sebagai syahid Allah, ‘abd Allah maupun
khalifah Allah. Dalam konteks ini Allah menjadikan alam semesta sebagai wahana
bagi manusia untuk bersyahadahakan keberadaan dan kemahakuasaanNya. Wujud

12
Ridwan Abdullah Sani.Sains Berbasis Al-Quran, (Jakarta:Bumi Akasara, 2015). H.115.
13
Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islam,h. 11.
14
Ibid., h. 12.
nyata yang menandai syahadah itu adalah penunaian fungsi sebagai makhluk
‘ibadah dan pelaksanaan tugastugas sebagai khalifah. Dalam hal ini alam semesta
merupakan institusi pendidikan, yakni tempat dimana manusia dididik, dibina,
dilatih dan dibimbing agar berkemampuan merealisasikan atau mewujudkan fungsi
dan tugasnya.Karena alam ini bukan hanya syahadah saja, tetapi ada alam ghaib,
maka sebagai wilayah studi objek telaah pendidikan islami tidak hanya berkaitan
dengan gejala-gejala yang dapat diamati indera manusia (fenomena), tetapi juga
mencakup segala sesuatu yang tidak dapat diamati oleh indera
(noumena).Karenanya pengetahuan yang ditransfer tidak hanya pengetahuan
indrawi dan rasional tetapi juga ilmu-ilmu laduny, isyraqi, iluminasi dan
kewahyuan.15
Allah sebagai pencipta adalah pemilik dan penguasa tidak ada pencipta
selain Dia. PenciptaanNya meliputi seluruh alam.Dia adalah Rabbul ‘alamin.Allah
adalah Esa sebagai Rabb. Pengesahan ini disebut tauhid Rububiyah artinya
mengimani dengan sungguh-sungguh tanpa ada keraguan bahwa Dialah Rabb satu-
satunya, tidak memerlukan apapun kepada selain Dia. Rabb adalah pemilik seluruh
alam, pemelihara dan penyempurna segala sesuatu. Ia yang menyampaikan sesuatu
ketingkat kesempurnaan sedikit demi sedikit. Kata Rabb bermakna Uluhiyah,
penghambaan diri manusia kepadaNya dan tuntutan melaksanakan ibadah hanya
kepadaNya.16
Dampak dari memahami esensi alam semesta terhadap Pendidikan Islam
adalah menyadarkan kembali tugas dan fungsi manusia di bumi Allah ini sebagai
khalifah dan hambaNya melalui saran yang disebut dengan Pendidikan
Islam.Pendidikan Islam berfungsi mengarahkan para pendidik dalam membina
generasi penerus yang mandiri, cerdas, berkepribadian sempurna (sehat jasmani dan
rohani) serta bertanggungjawab dalam menjalani hidupnya sebagai hamba Allah,
makhluk individu, dan sosial menuju terbentuknya kebudayaan Islam.17 Pendidikan
Islam secara luas tidak hanya terbatas pada transfer tiga ranah saja (kognitif, afektif,

15
Ibid., h. 12.
16
Nasrun Jamy Daulay, Tafsir Alquran: Dalam Beberapa Tema Aktual, (Bandung: Citapustaka
Media Perintis, 2009), h. 6.
17
Syafaruddin, et.al. Ilmu Pendidikan Islam: Melejitkan Potensi Budaya Ummat (Jakarta: Hijri
Pustaka Utama, 2012), h. 29.
psikomotorik), akan tetapi mencakup berbagai hal yang berkenaan dengan
pendidikan Islam secara luas yang mencakup sejarah, pemikiran, dan lembaga.18

18
Haidar Putra Daulay dan Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam Dalam Lintasan Sejarah: Kajian dari
Zaman Pertumbuhan Sampai Kebangkitan (Jakarta: Kencana, 2013), h. 3.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pengertian dan Hakikat Alam Semesta:
Alam semesta bermakna sesuatu selain Allah SWT, maka apa-apa yang
terdapat di dalamnya baik dalam bentuk konkrit (nyata) ataupun dalam bentuk
abstrak (ghaib) merupakan bagian dari alam semesta yang berkaitan satu dengan
yang lainnya. Kata alam berarti segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi
(seperti bumi, binatang dan kekuatan). Sedangkan semesta berarti seluruh,
segenap, semuanya yang ada di alam.Adapun definisi alam semesta yaitu seluruh
ruang waktu kontiniu tempat kita berada, dengan energi dan materi yang
dimilikinya.
Hakikat alam semesta adalah ciptaan Allah yang harus dijaga dan
dikembangkan. Alam adalah guru bagi manusia dan sebagai tanda kekuasaan
Allah. Jika kita memahami hal besar maupun halkecil yang ada di alam ini, maka
kita akan menemukan banyak manfaat yang diberikan alam kepada manusia.
2. Alam Semesta dalam Pandangan Filsuf.
 Menurut Imam Al-Ghazali: Menurutnya, alam berasal dari ketiadaan
menjadi “ada” karena ciptaan Tuhan. Dunia berasal dari iradat (kemauan)
Tuhan semata-mata dan tidak bisa terjadi dengan sendirinya. Iradat Tuhan
bersifat mutlak dan terlepas dari ruang dan waktu, namunciptaan Tuhan
(dalam hal ini dunia/alam) dapat ditangkap oleh akal manusia, karena dunia
terbatas dalam ruang dan waktu. Tuhan bersifat transenden, namun
kemauan (iradat) Tuhan adalah immanent dan merupakan sebab hakiki dari
segala kejadian. Baginya hanya Allah yang qadim, artinya adanya Allah
tidak diawali dengan tidak ada.
 Menurut Ibnu Rusyd: Bagi Ibnu Rusyd, alam ini adalah qadim karena ia
wujud dengan kemauan Tuhan, sedangkan kemauan-Nya tidak bisa ditolak
dan tidak ada permulaan. Kadimnya alam tidak membawa pada politeisme
atau ateisme karena kadim dalam pemikiran filsafat bukan hanya berarti
sesuatu yang tidak diciptakan tetapi juga berarti sesuatu yang diciptakan
dalam keaadaan terus menerus, mulai dari zaman yang tidak bermula pada
masa lampau sampai ke zaman tak berakhir pada masa mendatang. Jadi
Tuhan kadim berarti Tuhan tidak diciptakan, tetapi adalah pencipta. Dan
alam kadim berarti alam di ciptakan dalam keadaan terus menerus dari
zaman tak bermula ke zaman tak berakhir.
 Menurut Al-Kindi: Dalam bukunya “Rasa’il Al-Kindi Al-Falsafiyah”,
menjelaskan bahwa alam ini di jadikan Tuhan dari yang tidak ada menjadi
ada dan Tuhan yang mengendalikan, mengatur serta menjadikanya sebab
yang lain. Ia juga mengemukakan tiga argumen,yakni gerak, zaman,dan
benda. Benda menjadi ada harus ada gerak. Masa gerak menunjukkan
adanya zaman. Adanya gerak tentu mengharuskan adanya benda. Mustahil
kiranya ada gerak tanpa adanya benda. Ketiganya sejalan akan berakhir di
sisi lain, benda memiliki tiga dimensi, yaitu panjang, lebar dan tinggi.
Ketiga dimensi ini membuktikan bahwa benda tersusun, dan setiap yang
tersusun tidak dapat dikatakan qadim.
 Menurut Ibnu Tufail: Menurut Ibnu Tufail alam ini qadim dan juga baru.
Alam qadim karena Allah menciptakan sejak azali, tanpa tidak didahului
oleh zaman. Dilihat dari esensinya, alam adalah baru karena terwujudnya
alam (ma’lul) bergantung pada zat Allah.
 Menurut Nasiruddun Al-Tusi: Dengan menggolongkan zat menjadi yang
pasti dan yang mungkin, dia mengemukakan bahwa eksistensi yang
mungkin itu bergantung kepada yang pasti. Dan karena ia maujud akibat
sesuatu yang lain dari dirinya tidak dapat dikatakan bahwa ia dalam keadaan
maujud sebab penciptaan yang maujud itu mustahil. Dan karena sesuatu
yang maujud itu tidak ada, begitu juga kemaujudan yang pasti itu
menciptakan yang mustahil itu dari ketiadaan.Proses semacam itu disebut
penciptaan,sedangkan hal-hal yang ada itu disebut yang tercipta
3. Proses Penciptaan Alam Semesta
Adapun proses penciptaan alam semesta, sudah disebutkan dalam potongan
ayat surat Hud ayat 7. Pada ayat tersebut Allah SWT berfirman, bahwa alam
semesta diciptakan dalam 6 masa. Kata ayyam pada ayat tersebut diartikan
berbeda oleh para ulama. Ada yang mengartikan hari, ada pula masa. Adapun
kalau diartikan hari, maka satu hari dalam hitungan Allah bernilai 1000 tahun
dalam hitungan manusia. Tidak ada ynag tahu pasti jumlah hitungannya. Maka
kata ayyam dalam ayat tersebut, diartikan sebagai masa atau kejadian. Enam
masa tersebut dijelaskan pada surat An Naziat ayat 27-33. Bermula dari
penciptaan langit yang tinggi tanpa adanya tiang-tiang yang menyanggah.
4. Tujuan Penciptaan Alam Semesta
 Untuk memperlihatkan kepada manusia akan tanda-tanda Allah Swt.
 Sebagai bahan dan sumber pelajaran serta pengamatan bagi manusia untuk
menggali rahasia Allah Swt dengan menggunakan akal manusia.
 Untuk kepentingan manusia, yaitu sebagai tempat tinggal bagi manusia
 Alam sebagai nikmat besar yang diberikan Allah Swt untuk manusia agar
dimanfaatkan dalam kehidupan di dunia secara benar
5. Implikasi Penciptaan Alam Semesta Terhadap Pendidikan Islam
Dampak dari memahami esensi alam semesta terhadap Pendidikan Islam
adalah menyadarkan kembali tugas dan fungsi manusia di bumi Allah ini sebagai
khalifah dan hambaNya melalui saran yang disebut dengan Pendidikan
Islam.Pendidikan Islam berfungsi mengarahkan para pendidik dalam membina
generasi penerus yang mandiri, cerdas, berkepribadian sempurna (sehat jasmani
dan rohani) serta bertanggungjawab dalam menjalani hidupnya sebagai hamba
Allah, makhluk individu, dan sosial menuju terbentuknya kebudayaan Islam.
B. SARAN
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari
sempurna dan masih sangat terbatas pengetahuan penulis tentang materi ini. Maka
jika terdapat kekhilafan dalam makalah ini, penulis memohon kemakluman. Untuk
itu, penulis mengharap kritik dan saran dari pembaca, dan bimbingan dari dosen
pengampu utamanya supaya penulis dapat memperbaiki diri pada makalah-makalah
selanjutnya. Walaupun demikian, semoga makalah ini dapat memberi manfaat
untuk kita semua dan dapat membantu proses pembelajaran. Aamiin.
DAFTAR PUSTAKA

Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami: Membangun Kerangka Ontologi,

epistemologi, dan Aksiologi Praktik Pendidikan Islami Medan: Citapustaka Media

Perintis, 2017.

Direktorat Jendral Pendidikan Islam.Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta:

Departemen Agama RI, 2009.

Ibnu Katsir. 2018. Imam Tafsir Al Quranul Azhim, Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i

Kartanegara, Mulyadi. Nalar Religius: Memahami Hakikat Tuhan, Alam, dan

Manusia. Jakarta: Erlangga, 2008.

Napitupulu, Dedi Sahputra. Esensi Alam Semesta Perspektif Filsafat Pendidikan

Islam. Jurnal Pendidikan Islam. Vol. VI. No.1, Januari-Juni 2017.

Sadullah, Uyoh. 2011, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: Alfa Beta.

Sahrodi, Jamali. 2008. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Arfino Raya.

Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi, An-Nafahat Al-Makkiyah, Malang: Darul

Minhaj. Shihab, M Quraish. 2002. Tafsir Al Mishbah, Jakarta: Lentera

Anda mungkin juga menyukai