Anda di halaman 1dari 16

“PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM TENTANG ALAM

SEMESTA”
(Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan
Islam)
Dosen Pengampu : Euis Dewi Wijayanti S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok I (Satu) PAI 2D
• Akmalia Wulandari
• Ihsan Nurulloh
• Lulu Alawiyah
• Rita
• Wasyilaturahmah
• Wandi Purnama Sopandi

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( PAI )


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM KH. RUHIAT CIPASUNG TASIKMALAYA
TAHUN 1444 H / 2023 M
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, yang Maha Esa karena
atas karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah Filsafat Pendidikan
Islam dengan baik. Tak lupa shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpah
kepada Rasul Allah, Nabi Muhammad SAW serta kepada para keluarganya, para
sahabatnya, para alim ulama dan kepada kita semua selaku umatnya hingga akhir
zaman.
Tak lupa ucapan terima kasih kami haturkan kepada:
1. Ibu Euis Dewi Wijayanti S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Filsafat Pendidikan Islam yang telah memberikan ilmu dan membimbing
kami.
2. Rekan -rekan kelompok I yang telah berkontribusi dalam proses pengerjaan
makalah ini.
Makalah ini dibuat sebagai syarat penyelesaian tugas kelompok kami
dengan judul materi “Pandangan Filsafat Pendidikan Islam Tentang Alam
Semesta”. Dengan dibuatnya tugas malakah ini, kami berharap semoga pembaca
dapat mengetahui dan mempelajari terkait Materi Pandangan Filsafat Pendidikan
Islam Tentang Alam Semesta serta semoga dengan adanya makalah ini dapat
memberikan manfaat dalam mencari ilmu, meningkatkan dan menambah wawasan
pengetahuan seputar judul makalah yang kami sajikan.

Tasikmalaya, 31 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
a. Pengertian Alam Semesta ............................................................................. 3
b. Proses Penciptaan Alam Semesta ................................................................. 4
c. Hakikat Alam Semesta .................................................................................. 6
d. Tujuan Penciptaan Alam Semesta ................................................................ 9
e. Kedudukan Alam Semesta .......................................................................... 10
BAB III................................................................................................................. 12
PENUTUP............................................................................................................ 12
A. Kesimpulan ................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alam semesta yang diciptakan Allah Swt merupakan anugerah yang luar biasa bagi
segenap makhlukNya terutama manusia. Alam bukan hanya sebatas alam empirik
(alam semesta yang tampak) saja, tetapi alam yang dimaksud juga menjangkau
kepada alam non empirik (alamghaib) bahkan dalam tradisi Islam, segala sesuatu
selain Allah disebut sebagai alam. Bayangkan, betapa luasnya cakupan alam
semesta ini, tentu hal ini menuntut kita untuk lebih serius lagi dalam merenungi dan
memikirkan untuk kemudian dapat mengungkap berbagai rahasia yang tersimpan
dibalik alam ini. Mengetahui esensi dari alam raya ini merupakan hal yang sangat
urgen dan mendasar bagi bagi setiap muslim manakala ia ingin sampai kepada satu
pemahaman yang komprehensif tentang alam ini. Alam menyimpan rahasia yang
begitu besar, maka tidak heran jika Alquran berkali-kali memerintahkan untuk
memikirkan alam ini dan mengambil pelajaran daripadanya (mentadabburi alam
ini), melihat alam ini secara keseluruhan sebagai tanda-tanda keberadaan,
kebesaran sekaligus kekuasaan Allah.
Pada akhirnya dengan memahami alam ini kita akan menemukan korelasinya
dengan pendidikan Islam melalui perantara filsafat. Kita akan mengetahui
bagaimana implikasinya terhadap dunia pendidikan yang lebih baik lagi. Tulisan
ini akan membahas secara tuntas mengenai hakikat alam semesta, proses
penciptaan alam semesta, hakikat Alam Semesta, tujuan penciptaan alam semesta
dan kedudukan alam semesta, Semuanya itu bertujuan untuk memperbaiki dan
memajukan pendidikan Islam.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan
masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan Alam Semesta?
2. Bagaimana Proses Penciptaan Alam Semesta?
3. Apa Hakikat Alam Semesta?
4. Apa Tujuan Penciptaan Alam Semesta

1
5. Apa Kedudukan Alam Semesta?

C. Tujuan
• Untuk Mengetahui Pengertian Alam Semesta
• Untuk Mengetahui Proses Penciptaan Alam Semesta
• Untuk Mengetahui Hakikat Alam Semesta
• Untuk Mengetahui Tujuan Penciptaan Alam Semesta
• Untuk Mengetahui Kedudukan Alam Semesta

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Alam Semesta dalam perspektif Falsafah Pendidikan Islam


a. Pengertian Alam Semesta
Alam dalam pandangan Filsafat Pendidikan Islam dapat dijelaskan sebagai
berikut. Kata alam berasal dari bahasa Arab ’alam (‫ ) عالم‬yang seakar dengan ’ilmu
(‫علم‬, pengetahuan) dan alamat (petanda ‫)عال مة‬. Ketiga istilah tersebut mempunyai
korelasi makna. Alam sebagai ciptaan Tuhan merupakan identitas yang penuh
hikmah. Dengan memahami alam, seseorang akan memperoleh pengetahuan.
Dengan pengetahuan itu, orang akan mengetahui tanda-tanda atau alamat akan
adanya Tuhan.
Dalam bahasa Yunani, alam disebut dengan istilah cosmos yang berarti serasi,
harmonis. Karena alam itu diciptakan dalam keadaan teratur dan tidak kacau. Alam
atau cosmos disebut sebagai salah satu bukti keberadaaan Tuhan, yang tertuang
dalam keterangan Al-qur`an sebagai sumber pokok dan menjadi sumber pelajaran
dan ajaran bagi manusia.
Di dalam Al Qur'an pengertian alam semesta dalam arti jagat raya dapat
dipahami dengan istilah "assamaawaat wa al-ardh wa maa baynahumaa"[8]. Istilah
ini ditemui didalam beberapa surat Al Qur'an yaitu: Dalam surat maryam ayat 64
dan 65
" Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu.
kepunyaan-Nya-lah apa-apa yang ada di hadapan kita, apa-apa yang ada di belakang
kita dan apa-apa yang ada di antara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa "
" Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara
keduanya, Maka sembahlah dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya.
apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan dia (yang patut disembah)
" Adapun pendapat menurut para ahli :
• Menurut Al-Rasyidin, dalam bukunya Falsafah pendidikan Islam bahwa
kata `alamin merupakan bentuk prulal yang mengindikasikan bahwa alam semesta
ini banyak dan beraneka ragam. Pemaknaan tersebut konsisten dengan konsepsi
Islam bahwa hanya Allah Swt yang Ahad, Maha Tunggal dan tidak bisa dibagi-

3
bagi. Kemudian beliau menuturkan kembali bahwa konsep islam megenai alam
semesta merupakan penegasan bahwa alam semesta adalah sesuatu selain Allah
Swt.
• Menurut Prof. Dr. Omar Mohammad Al-Toumy al-Syaibany dalam
bukunya Falsafah Pendidikan Islam menyatakan bahwa alam semesta atau alam
jagat ialah selain dari Allah swt yaitu cakrawala, langit, bumi, bintang, gunung dan
dataran, sungai dan lembah, tumbuh-tumbuhan, binatang, insan, benda dan sifat
benda, serta makhluk benda dan yang bukan benda.
Beliau juga menuturkan bahwa sebahagian ulama Islam mutaakhir membagi
alam ini kepada empat bahagian yaitu ruh, benda, tempat dan waktu. Sedangkan
manusia menjadi salah satu unsur alam semesta sebagai makhluk baru dengan
fungsi untuk memakmurkan alam semesta serta meneruskan kemajuaannya.
• Menurut Shihab sebagaimana yang dikutip oleh Al-rasyidin dalam bukunya
falsafah pendidikan Islam menerangkan bahwa semua yang maujud selain Allah
Swt baik yang telah diketahui maupun yang belum diketahui manusia disebut alam.
Kata `alam terambil dari akar kata yang sama dengan `ilm dan `alamah, yaitu
sesuatu yang menjelaskan sesuatu selainnya.
Oleh karena itu dalam konteks ini, alam semesta adalah alamat, alat atau sarana
yang sangat jelas untuk mengetahui wujud tuhan, pencipta yang Maha Esa, Maha
Kuasa, dan Maha Mengetahui. Dari sisi ini dapat dipahami bahwa keberadaaan
alam semesta merupakan tanda-tanda yang menjadi alat atau sarana bagi manusia
untuk mengetahui wujud dan membuktikan keberadaan serta kemahakuasaan Allah
Swt.
Dari satu sisi alam semesta dapat didefenisikan sebagai kumpulan jauhar yang
tersusun dari maddah (materi) dan shurah (bentuk), yang dapat diklasifikasikan ke
dalam wujud konkrit (syahadah) dan wujud Abstrak (ghaib). Kemudian, dari sisi
lain, alam semesta bisa juga dibagi ke dalam beberapa jenis seperti benda-benda
padat (jamadat), tumbuh-tumbuhan (nabatat), hewan (hayyawanat), dan manusia.

b. Proses Penciptaan Alam Semesta


Apabila kita membaca buku tentang teori-teori modern mengenai proses
penciptaan alam semesta, maka teori Big Bang sebuah karya monumental dari

4
Stephen Hawking adalah salah satu literatur yang cukup masyhur dan jamak kita
ketahui. Tapi sesungguhnya teori ini telah dikemukakan Al-quran jauh empat belas
abad yang lalu.
Allah berfirman dalam Surat Al Anbiya ayat 30:

ِ ‫ض كَانَتَا َرتْقًا فَفَتَ ْقنَا ُه َما ۖ َو َجعَ ْلنَا ِمنَ ْال َم‬
َ ‫اء ُك َّل‬
ٍ‫ش ْيء‬ َ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬
ِ ‫اوا‬ َّ ‫أَ َولَ ْم يَ َر الَّذِينَ َكف َُروا أَ َّن ال‬
َ ‫س َم‬
َ‫َحي ٍ ۖ أَفَ َال يُؤْ ِمنُون‬

"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi
itu keduanya dahulu adalah sesuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. Dan daripada air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
mengapakah mereka tiada juga yang beriman?"
Ayat ini dipahami oleh sementara ilmuan sebagai salah satu mukjizat Alquran
yang mengungkapkan peristiwa penciptaan planet-planet.Banyak teori ilmiah yang
dikemukakan oleh para pakar dengan bukti-bukti yang cukup kuat, yang
menyatakan bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu gumpalan yang
diistilahkaan ayat ini dengan ratqan, lalu gumpalan itu berpisah sehingga terjadilah
pemisahan antara bumi dan langit.Memang kita tidak dapat memperatasnamakan
Al-quran mendukung teori tersebut.
Namun, tidak ada salahnya teori-teori itu memperkaya pemikiran kita untuk
memahami maksud firman Allah diatas. Jika kita memakai teori Big Bang dalam
membantu memahami ayat ini adalah sebagai berikut: “universum lahir dari sebuah
ledakan maha dahsayat yang berasal dari materi dalam keadaan super-kerapatan
dan super-panas, keterpaduan ruang dan materi dapat dipahami jika keduanya
berada pada satu titik; singularitas fisis yang merupakan volum yang berisikan
seluruh materi,
Sejak kejadiannya pada peristiwa Big bang alam semesta ini berkembang
secara evolutif.Ia mulai dengan kabut hydrogen yang berputar melanda dan
berputar melalui ruang. Alam semesta penuh dengan asap yang renggang dari gas
yang melimpah ini yang merupakan 90% dari semua materi kosmos ini. dalam
gerak acak dari awan yang seperti itu, atom-atom kadang-kadang berkumpul secara

5
bersama secara kebetulan untuk membentuk kantong-kantong gas yang padat. Dari
peristiwa inilah bintang bintang muncul.
Proses penciptaan alam semesta diungkapkan dengan menggunakan istilah
yang beragam seperti Khalaqa, sawwa, Fatara, Sakhara, Ja`ala, dan Bada`a. semua
sebutan untuk penciptaan ini mengandung makna mengadakan, membuat, mencipta,
atau menjadikan, dengan tidak meniscayakan waktu dan tempat penciptaan.
Dengan kata lain, bahwa penciptaan alam semesta tidak mesti harus di dahului oleh
ruang dan waktu.
Dalam diskursus keagamaan dan kefilsafatan, hakikat penciptaan telah terjadi
perdebatan panjang yang bermuara pada adanya perbedaan interpretasi etimologis
terhadap terma-terma yang digunakan oleh AlQur`an. Para teolog muslim
berpendapat bahwa alam ini diciptakan dari ketiadaaan (al-khalq min `adam) atau
creation ex nihillo. Bagi mereka, karena Allah maha kuasa, maka dalam
menciptakan sesuatu dari ketiadaaan bukanlah suatu kemustahilan.Di pihak lain,
dengan berdasarkan logika dan ilmu serta dengan pengamatan terhadap fenomena
alam secara alamiah, para filosof berpendapat bahwa penciptaan terjadi atas dasar
pengubahan bahan dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain.

c. Hakikat Alam Semesta


Dalam bahasa latin, dunia atau alam semesta disebut dengan kosmos.
Sedangkan ilmu tentang alam dunia disebut cosmologi. Sedangkan teori tentang
penciptaan alam semesta disebut cosmogony. Cosmogoni berasal dari bahasa
Yunani kosmos (dunia, alam raya) dan gignesthai (lahir). Terkadang digunakan
sebagai sinonim dengan kosmologi (Loren Bagus, 2000:497).
Berikut beberapa pengertian tentang kosmogoni :
1. Teori tentang asal mula alam semesta. Dapat diungkapkan dalam bentuk
mitos, spekulasi, atau ilmu pengetahuan;
2. Penelitian sistematis tentang asal-usul alam semesta;
3. Cabang-cabang astronomi yang mencari tahu asal-usul dan perkembangan
benda-benda langit beserta sistem-sistemnya;

6
4. Istilah ini mengacu pada uraian, kisah, laporan tentang asal dunia, dan
berlaku sama untuk uraian-uraian spekulatif para astronom modern, dan laporan
mitis yang kurang canggih (Loren Bagus, 2000:498).
Sedangkan kosmologi adalah ilmu tentang alam semesta sebagai sistem yang
rasional dan teratur. Sering juga digunakan untuk menunjuk cabang ilmu
pengetahuan khususnya astronomi. Ilmu yang memandang alam semesta sebagai
suatu keseluruhan yang integral.
Sedangkan secara tradisional, kosmologi dianggap sebagai cabang metafisika
yang bergumul dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai asal dan susunan alam
raya, penciptaan dan kekekalannya, mekanisme waktu, ruang dan kausalitas (Loren
Bagus, 2000:499).
• Menurut Al- Syaibani (1979:58), yang dimaksud alam jagat atau natura
ialah apapun selain dari allah Swt. Cakrawala, langit, bumi, bintang, gunung,
lembah, daratan, tumbuhan, binatang, insan, dan sebagainya. Sebagian ulama
membagi alam ini menjadi empat yaitu roh, benda, waktu, dan tempat.
• Imam al- Ghazali membagi alam ini menjadi dua bagian, alam syahadah,
alam yang disaksikan dan alam Ghaib. Alam Syahadah adalah alam benda,
berkembang dan berubah-ubah. Alam ghaib menurut al-Ghazali dibagi dua, yaitu
alam al- Jabarut yaitu alam pertengahan antara benda dan roh.Kedua, alam malakut
yaitu alam ma’ani atau pengertian. Alam semesta ini diciptakan oleh Allah untuk
kepentingan manusia agar manusia dapat menjalankan fungsi dan kedudukannya di
muka bumi. Alla berfirman :
" Dia yang menjadikan bumi bagimu dengan mudah kamu jalani, sebab itu
berjalanlah kamu pada beberapa penjurunya dan makanlah rejeki Allah dan kepada-
Nya tempat kembali.” (Q.S. al-Mulk:15)

‫ور‬
ُ ‫ش‬ُ ُّ‫شوا فِي َمنَا ِكبِ َها َو ُكلُوا ِم ْن ِر ْزقِ ِه ۖ َوإِلَ ْي ِه الن‬ ْ َ‫وًل ف‬
ُ ‫ام‬ َ ‫ه َُو الَّذِي َجعَ َل لَ ُك ُم ْاْل َ ْر‬
ً ُ‫ض ذَل‬

Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala
penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah
kamu (kembali setelah) dibangkitkan.

7
Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan alam adalah
bumi. Bumi adalah sebuah wahana yang ditumpangi oleh ber-miliar manusia.
Namun Bumi masih terlalu kecil dibandingkan Matahari, sebuah bola gas pijar
raksasa, lebih dari 1.250.000 kali ukuran Bumi dan bermassa 100.000 kali lebih
besar. Bumi yang tak berdaya, tertambat oleh gravitasi, terseret Matahari
mengelilingi pusat Galaksi lebih dari 200 juta tahun untuk sekali edar penuh.
Ukuran diameter Bumi (12.500 km) baru diketahui pada abad ke- 3 (oleh
Eratosthenes), jarak ke Bulan (384.400 km) abad ke-16 (Tycho Brahe, 1588), jarak
ke Matahari (sekitar 150 juta km) abad ke-17
(Cassini, 1672), jarak bintang 61 Cygni abad ke-19 , jarak ke pusat Galaksi abad
ke-
20 (Shapley, 1918), jarak ke galaksi-luar (1929), Quasar dan Big Bang (1965)
(http://4moslem.wordpress.com)
Selanjutnya, mengenai asal mula alam semesta dijelaskan oleh Allah dalam
al- Qur’an pada ayat berikut:
َ ‫احبَةٌ ۖ َو َخلَقَ ُك َّل‬
‫ش ْيءٍ ۖ َوه َُو‬ ِ ‫ص‬َ ُ‫ض ۖ أَنَّ ٰى يَ ُكونُ لَهُ َولَدٌ َولَ ْم تَ ُك ْن لَه‬
ِ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬ ِ ‫س َم َاوا‬
َّ ‫بَدِي ُع ال‬
‫ع ِلي ٌم‬
َ ٍ‫ش ْيء‬َ ‫بِ ُك ِل‬
" Dia Pencipta langit dan bumi. bagaimana dia mempunyai anak padahal
dia tidak mempunyai isteri. dia menciptakan segala sesuatu; dan dia mengetahui
segala sesuatu.» (QS. Al An ‘am:101)
Keterangan yang diberikan Al Qur’an ini bersesuaian penuh dengan
penemuan ilmu pengetahuan masa kini. Kesimpulan yang didapat astrofisika saat
ini adalah bahwa keseluruhan alam semesta, beserta dimensi materi dan waktu,
muncul menjadi ada sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa yang tejadi dalam
sekejap. Peristiwa ini, yang dikenal dengan “Big Bang”, membentuk keseluruhan
alam semesta sekitar 15 milyar tahun lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan
sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal.
Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa Big Bang merupakan
satusatunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula
alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada. Dari ayat tadi
dapat diketahui bahwa bumi dan langit serta semesta raya itu diciptakan, tidak
muncul secara kebetulan. Alam semesta ini mengembang.

8
Dalam Al Qur’an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih
terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini:
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya
Kami benar-benar meluaskannya.” (QS. Adz Dzaariyat:47)
Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun
1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom
Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling
menjauhi. Sebuah alam semesta, di mana segala sesuatunya terus bergerak
menjauhi satu sama lain, berarti bahwa alam semesta tersebut terus-menerus
“mengembang”. Pengamatan yang dilakukan di tahun-tahun berikutnya
memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus mengembang. Kenyataan ini
diterangkan dalam Al Qur’an pada saat tak seorang pun mengetahuinya.
d. Tujuan Penciptaan Alam Semesta
Omar menjelaskan bahwa alam semesta tercipta diperutukkan untuk manusia
sebagai penerima amanah dengan menjadi khalifah di muka bumi ini. Alam dapat
menjadi sumber ilham melalui potensi akal yang diberikan Allah swt kepada
manusia untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan hakikat-hakikat yang terdapat
di dalam alam semesta ini. Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa manusia akan
memperoleh manfaat dan keuntungan yang amat besar apabila manusia tersebut
mampu dan mengerti dalam memanfaatkan apa saja yang terdapat di alam
semesta ini.
keterkaitannya terhadap pendidikan Islam dengan alam semesta adalah
tercipta
sebagai sesuatu yang khusus bagi manusia untuk mengemban amanah dari Allah
Swt sebagai khalifah yang akan memimpin, memelihara, menjaga serta menjadikan
alam ini sebagai sarana dalam berkehidupan dengan meraih berbagai wawasan ilmu
pengetahuan.
keberadaan alam semesta atau Allah menciptakan alam semesta adalah untuk
memenuhi kepentingan manusia. Karena itu, hendaknya manusia menjadikan alam
semesta lahan kajian dan tempat manusia beraktifitas guna memenuhi berbagai
kebutuhannya baik dalam posisi sebagai hamba Allah maupun sebagai khalifah
Allah, misalnya dalam hal memenuhi kebutuhan pendidikan, seperti: menjadikan

9
alam sebagai sumber ilmu pengetahuan dan pembelajaran, sebagai bahan/ materi,
metode, media dan lingkungan yang positif dalam penyelenggaraan pendidikan
Islam dan pembelajaran guna mewujudkan tujuan hidup umat manusia melalui
perwujudan tujuan akhir pendidikan Islam yang identik dengan tujuan kehidupan.
e. Kedudukan Alam Semesta
Dalam perspektif filsafat pendidikan islam, alam adalah guru manusia. Kita
semua wajib belajar dari sikap alam semesta yang tunduk mutlak pada hukum-
hukum yang telah diciptakan oleh Allah. Tidak terbayangkan oleh kita semua
manakala alam berperilaku di luar hukum-hukum Allah, alam melanggar
sunnahnya. Gunung meletus menyemburkan api, matahari terbit dan turun ke bumi,
bintang-bintang berjatuhan, pohon-pohon tumbang, lautan meluap, ombak
menghantam, terjadi badai, dan bumi berhenti berputar. Pelajaran apa yang dapat
diambil dari kejadian demikian.
Rusaknya kehidupan alam disebabkan oleh perilaku manusia yang tidak mau
belajar dari alam semesta yang indah ini. Misalnya, kasus penebangan hutanliar
mengakibatkan hutan gundul,erosi, kebanjiran, bencana, kelaparan,kehancuran dan
kebiadaban di antara manusia
Alam semesta ini dapat dijadikan guru yang bijaksana, ombak di lautan yang
dapat menjadi energi bagi para peselancar, angin dimanfaatkan untuk terjun payung,
air deras yang dibendung untuk energi pembangkitan listrik dan banyakmanfaat
yang mudah semakin meningkatan taraf kehidupan manusia. Belajar dari alam
semesta adalah tujuan hidup manusia dan secara filosofis kedudukan alam semesta
bagaikan guru dengan muridnya, pendidik dengan anak didik , bahkan alam semesta
bagaikan literatur yang amat luas dan kaya dengan informasi yang aktual. Alam
mempertontonkan karyanya yang dinamis kepada manusia yang mau belajar
seumur hidup.
Kedudukan alam semesta dalam perspektif Pendidikan islam adalah sebagai
“teacher” yang mengajar kepada manusia untuk bertindak sesuai dengan
hukumhukum yang telah digariskan Tuhan. Karena manusia akan menerima
rangsanganrangsangan dari alam yang dapat memperkembangkan potensi-potensi
alamiah manusia. Dari hasil proses tersebut manusia dapat berbudaya, berkarya,
dan mencipta.

10
Abuddin Nata (1997) berpendapat kedudukan manusia di alam raya sebagai
khalifah (penguasa atau pengelola alam) yang memiliki kekuasaan untuk mengelola
alam dengan menggunakan segenap daya potensi yang dimilikinya, serta sebagai
‘abd (pengabdi) yaitu seluruh usaha dan aktivitasnya harus dilakukan dalam rangka
ibadah atau mengabdi kepada Allah SWT. Secara garis besar Allah menjelaskan
dalam AlQur’an tujuan penciptaan manusia sekaligus pula fungsi manusia dalam
alam semesta, yaitu sebagai hamba dan sebagai khalifah/pemimpin kedudukan
manusia dalam alam semesta sebagai berikut:
1. Sebagai pemanfaat dan menjaga kelestarian Allah, didasarkan pada surah
AlJum’ah[62] ayat 10 dan Al-Baqarah[2] ayat 60.
2. Sebagai peneliti alam dan dirinya untuk mencari Tuhan, didasarkan surah
AlBaqarah[2] ayat 164, Al-Fathir[35] ayat 11 & 13.
3. Sebagai khalifah (penguasa) di muka bumi, didasarkan pada surah Al-
An’am[6] ayat 165.
4. Sebagai makhluk yang paling tinggi dan mulia, didasarkan surah At-Tin[95]
ayat 4 dan Al-Isra[17] ayat 70.
5. Sebagai hamba Allah SWT sesuai surah Az-Zariyat[52] ayat 56 dan surah
Ali Imran[3] ayat 83.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pemikiran filsafat pendidikan Islami. Allah menciptakan alam semesta ini
bukan untukNya, tetapi untuk seluruh makhluk yang diberi hidup dan kehidupan.
Sebagai pencipta dan sekaligus pemilik, Allah mempunyai kewenangan dan
kekuasaan absolut untuk melestarikan dan menghancurkannya tanpa diminta
pertanggungjawaban oleh siapapun.
Namun begitu, Allah telah mengamanatkan alam seisinya dengan makhluk-
Nya yang patut diberi amanat itu, yaitu MANUSIA. Dan oleh karenanya manusia
adalah makhluk Allah yang dibekali dua potensi yang sangat mendasar, yaitu
kekuatan fisi dan kekuatan rasio, disamping emosi dan intuisi. Ini berarti, bahwa
alam seisinya ini adalah amanat Allah yang kelak akan meminta
pertanggungjawaban dari seluruh manusia dalam menjalankan amanat itu.
Dengan memamfaatkan sebaik-baiknya apa saja yang terkandung dari
penciptaan alam ini. Dari itulah manusia akan tahu apa hakikat tujuan
diciptakannya alam semesta bagi mereka yang pada intinya akan menghantarkan
manusia menjadi hamba yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt.
Kedudukan alam semesta dalam filsafat pendidikan islam adalah sebagai
seorang guru yang mengajarkan kepada anak didiknya untuk bertindaksesuai
dengan aturan dan hukum-hukum yang telah ditentukan oleh Allahsebagai pencipta
alam semesta ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hermawan Heris, A. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta Pusat: Direktorat


Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI.
Syar’I Ahmad. 2020. Filsafat Pendidikan Islam. Palangkaraya: CV. Narasi Nara.
Satrisno Hengki. 2018. Filsafat Pendidikan Islam. Jogyakarta: Penerbit
Samudra Biru(Anggota IKAPI).
https://id.scribd.com/document/411489205/Kedudukan-Alam-Semesta-
DalamFilsafat-Pendidikan-Islam#
https://www.anekamakalah.com/2011/11/hakikat-alam-semesta.html?m=1
(http://4moslem.wordpress.com/200828/11/).

13

Anda mungkin juga menyukai