Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PENDIDIKAN FILSAFAT
“Kedudukan Alam Semesta, Manusia, Masyarakat Dan Ilmu Pengetahuan
Perspektif Filsafat Pendidikan Islam”

Dosen Pengampu : Dr.Fahrizal., M.Pd

Disusun Oleh :
AHMAD KHOIRUL MA’MUN

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) MA’ARIF SAROLANGUN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah,segala puji bagi Allah SWT.,yang telah mencurahkan


Rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang di berikan
oleh dosen pembimbing dalam mata kuliah ini. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada pemimpin paling mulia, manusia yang paling baik akhlaknya
yaitu Nabi Muhammad SAW., kepada keluarganya, para sahabat serta pengikutnya
yang setia hingga akhir zaman.
Makalah yang berjudul “Kedudukan Alam Semesta, Manusia, Masyarakat
Dan Ilmu Pengetahuan Perspektif Filsafat Pendidikan Islam” ini saya buat
dengan menggunakan kajian studi pustaka.Saya tidak bisa membuat makalah ini
sesempurna mungkin. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat saya harapkan dari
para pembaca dan dosen khususnya.

Semoga apa yang saya sajikan dalam makalah ini dapat memberikan
sumbangsi dalam penncarian informasi di dunia Pendidikan di negeri tercinta
ini,dan tak lupa juga saya ucapkan terima kasih atas masukan dan sarannya.

Sarolangun, 19 Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


KATA PEGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 1
BAB II : PEMBAHASAN
A. Kedudukan Alam Semesta ............................................................................2
B. Kedudukan Manusia Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam
............................................................................................. 3
C. Kedudukan Ilmu Pengetahuan Dalam Perspktif Filsafat
Pendidikan Islam ................................................................ 4
D. Kedudukan Masyarakat Dalam Perspektif Pendidikan Islam ..............5
BAB III : PENUTUP
A.Kesimpulan ............................................................................. 6
B.Kritik Dan Saran ..................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai makhluk yang paling sempurna diantara makhluk ciptaan Tuhan
yang lainnya, manusia diberi oleh Tuhan beberapa kelebihan yang tidak dimiliki
oleh makhluk lainnya, yaitu akal dan daya nalar. Kemampuan manusia untuk
berfikir dan bernalar itu dimungkinkan pada manusia karena ia memiliki susunan
otak paling sempurna dibandingkan otak berbagai jenis makhluk hidup lainnya.
Oleh karena itu, dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu terus berusaha untuk
menambah dan mengumpulkan ilmu pengetahuannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kedudukan alam semesta ?
2. Bagaimana kedudukan manusia dalam perspektif filsafat pendidikan islam ?
3. Bagaimana kedudukan ilmu pengetahuan dalam perspektif filsafat pendidikan
islam ?
4. Bagaimana kedudukan masyarakat dalam filsafat pendidikan islam ?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kedudukan Alam Semesta
Allah sebagai pencipta, pemilik kasih dan sayang untuk segenap
makhluk- Nya alam ini sebagai bukti dari kasih sayang Allah untuk manusia. Karna
alam semesta diciptakan untuk manusia, maka Allah telah menundukkan bagi
mereka untuk kepentingan manusia. Allah menundukan apa yang ada dilangit dan
bumi.Dialah yang memudahkan alam ini bagi manusia dan menjadikannya sebagai
tempat tinggal yang enak untuk didiami.
Agar manusia mudah memahami alam semesta, maka Allah menciptakan
ukuran atau ketentuan yang pasti ( sunnah Allah). Pada alam semesta, sehingga ia
bersifat fredichtable. Kemudian, agar manusia mudah memahami dan berinteraksi
dengan alam semesta ini, maka Allah menciptakan dengan derajat yang lebih
rendah dibanding manusia. Untuk itu, manusia tidak boleh tunduk kepada alam
semesta, tetapi harus tunduk kepada Allah, Tuhan yang telah menciptakan dan
menundukan alam ini buat mereka.
Meskipun alam semesta ini diciptakan untuk manusia, namun bukan berarti
manusia dapat berbuat sekendak hati didalamnya. Hal ini bermakna bahwa
kekuasaan manusia pada alam semesta ini bersifat terbatas. Manusia hanya boleh
mengolah dan memanfaatkan alam semesta ini sesuai dengan iradah atau keinginan.
Tuhan yang telah mengamanahkan alam semesta ini kepada manusia. Memang,
sebagai khalifah Allah telah memberikan mandat kepada manusia untuk
mengatur bumi dan segala isinya. Demikianpun, kekuasaan seorang khalifah
tidaklah bersifat mutlak, sebab kekuasaannya dibatasi oleh pemberi amanah
kekhalifahan itu, yakni Allah.
Dalam persepektif pendidikan Islam, alam adalah guru manusia. Kita semua
wajib belajar dari sikap alam semesta yang tunduk mutlak pada hukum-hukum yang
telah ditetapkan Allah. Tidak terbayangkan oleh kita semua manakala
alam berprilaku diluar hukum-hukum Allah, alam melanggar sunahnya. misalnya
Gunung meletus menyemburkan api, matahari terbit dan turun ke bumi, bintang-

2
3

Bintang berjatuhan, pohon-pohon tumbang, lautan meluap, ombak menghantam,


terjadi badai, dan bumi berhenti berputar.

B. Kedudukan Manusia Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam


1. Manusia Sebagai Hamba Allah (‘abd Allah)
Musa Asy’arie mengatakan bahwa esensi ‘abd adalah ketaatan dan
ketundukan dan kepatuhan yang kesemuanya itu layak di berikan pada tuhan.
Ketundukan dan ketaatan pada kodrat alamiah senangtiasa berlaku baginya. Ia
terikat oleh hukum-hukum Tuhan yang menjadi kodrat pada setiap ciptaanya,
manusia menjadi bagian dari ciptaanya, dan ia bergantung pada sesamanya. Sebagai
hamba Allah, manusia tidak bisa terlepas dari kekuasaannya. Sebab manusia
mempunyai fitrah (potensi) untuk beragama. Mulai dari manusia purba sampai
kepada manusia modern sekarang yang mengakui bahwa diluar dirinya ada
kekuasaan transendental.
Hal ini disebabkan karena manusia adalah makhluk yang memiliki potensi
untuk beragama sesuai dengan fitrahnya. Pada masa purba, manusia
mengasumsikannya lewat mitos yamg melahirkan agama animisme dan dinamisme.
Meskipun dangan pikiran dan kondisi yang cukup sederhana, manusia dahulu telah
mengakui bahwa diluar dirinya ada Zat yang lebih berkuasa dan menguasa seluruh
kehidupannya. Namum mereka tidak mengetahuai hakikat zat yang berkuasa.
Mereka aplikasikan apa yang mereka yakini dan berbagai bentuk ucapan ritual
seperti pemujaan terhadap batu besar, gunung, matahari dan roh nenek moyang
mereka.
2. Manusia Sebagai Khalifah Allah (khalifah fi al-ardh)
Bila ditinjau, kata Khalifah berasal dari madli khalafa, yang berarti
“mengganti dan melanjutkan”. ‘bila pengertian tersebut ditari pada pengertian
khalifah, maka dalam konteks ini artinya lebih cenderung pada pengertian
mengganti yaitu proses penggantian antara satu induvidu dan individu yang lain.
3. Manusia Sebagai Makhluk Paedagogik
Makhluk paedagogik adalah makhluk Allah yang dilahirkan membawa
potensi dapat dididik dan dapat mendidik makhluk itu adalah manusia. Dialah
4

yang memiliki potensi dapat dididik dan mendidik sehingga mampu menjadi
khalifa di bumi, pendukung dan pengembang kebudayaan. Ia dilengkapi dengan
fitrah Allah, berupa bentuk atau wadah yang dapat diisi dengan berbagai
kecakapan dan keterampilan yang dapat berkembang, sesuai dengan
kedudukannya sebagai makhluk yang mulia.

C. Kedudukan Ilmu Pengetahuan Dalam Perspktif Filsafat Pendidikan Islam


Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah
proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadaran sendiri.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang telah diketahui. Cara melakukan sesuatu
dapat dilakukan dengan mendengar, melihat, merasa dan sebagainya yang
merupakan bagian dari alat indra manusia. Semua pengetahuan yang didasarkan
secara indarawi dikategorikan sebagain pengetahuan empirik, artinya pengetahuan
yang bersumber dari pengelaman. Oleh karena itu, pengelaman menjadi bagian
penting dari seluk beluk adanya pengetahuan, yang secara filosofi menjadi bagian
dari kajian epistemologi.
Setiap manusia memiliki pengetahuan karena setiap manusia pernah
mengalami sesuatu, dan setiap pengelamannya dapat dijadikan landasan berpikir
dan beritindak. Dengan demikian, pada umumnya, manusia memiliki pengetahuan.
Akan tetapi, karena setiap manusia memiliki pengelaman yang berbeda-beda, tentu
dalam menyelesaikan masalahnya, bersumber dari pengelaman yang beragam,
sehngga pengetahuan pun menjadi semakin banyak.
Secara filosois, jika terdapat pengetahuan, akan dipertanyakan secara
epistemologi, dari mana asal pengetahuan tersebut, dam bagaimana
memperolehnya? Pengetahuan merupakan objek kajian epistemologi. Akan tetapi
ketika pertanyaan tersebut dijawab bahwa pengetahuan berasal dari pengelaman,
muncul pertanyaan bagaimana memperoleh pengelaman tersebut, atau bahwa
pengetahuan berasal dari kesepakatan para ilmuwan setelah menemukan
pengetahuan dan mengujinya, dipertanyakan, bagaimana melakukan pengujian
terhadap pengetahuan yang di maksud.
Pada dasarnya, pengetahuan memiliki 3 kriteria yaitu:
5

1. Adanya suatu sistem gagasan dalam pikiran.


2. Persesuaian antara gagasan dan benda-benda yang sebenarnya.
3. Ada keyakinan tentang persesuaian itu.

D. Kedudukan Masyarakat Dalam Perspektif Pendidikan Islam


yakni, masyarakat adalah guru bagi semua manusia yang memiliki kemauan
mengambil pelajaran dari setiap apa yang terjadi di dalamnya, masyarakat adalah subur yang
menilai keberhasilan pendidikan, masyarakat adalah tujuan bagi semua anak didik yang telah
belajar di lingkungan, masyarakat adalah ujian paling sulit untuk aplikasi keberhasilan pendidikan
dan masyarakat adalah cermin keberhasilan dan kegagalan dunia pendidikan.
Allah sebagai pencipta seluruh semesta alam ini sebagai bukti kasih sayang Allah kepada
makhluk-Nya. Jika kita merenungi makna ayat dari suara al-Fatihah yang berbunyi maaliki
yaumiddin yang artinya pencipta seluruh semesta alam. Dari ayat ini dapat dijabarkan bahwa
secara mutlak hamba-Nya harus tunduk pada hukum-hukum Allah. Seperti matahari yang terbit
dari sebelah timur dan terbenam dari sebelah barat, keberadaan air, angin, api, hutan, lautan,
gunung-gunung dan seluruh semesta alam ini.
Hakikat alam adalah ciptaan Allah yang harus dijaga dan dikembangkan. Alam adalah
guru bagi manusia dan sebagai tanda kekuasaan Allah. Jika kita memahami hal besar maupun
kecil yang ada di alam ini, alam banyak memberi manfaat keoada manusia. Contohnya angin di
lautan membantu nelayan untuk mengarungi lautan, air di sungai dan bendungan dapat dijadikan
energi pembangkit listrik tenaga air. Kedudukan alam dalam perspektif pendidikan Islam adalah
sebagai guru bagi manusia yang mengajarkan manusia untuk melakukan sesuatu sesuai dengan
hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh allah swt.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1) Kedudukan Alam Semesta
Dalam persepektif pendidikan Islam, alam adalah guru manusia. Kita semua
wajib belajar dari sikap alam semesta yang tunduk mutlak pada hukum-hukum
yang telah ditetapkan Allah.
2) Kedudukan Manusia Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam
 Manusia Sebagai Hamba Allah (‘abd Allah)
 Manusia Sebagai Khalifah Allah (khalifah fi al-ardh)
 Manusia Sebagai Makhluk Paedagogik
3) Kedudukan Ilmu Pengetahuan Dalam Perspktif Filsafat Pendidikan Islam
Setiap manusia memiliki pengetahuan karena setiap manusia pernah
mengalami sesuatu, dan setiap pengelamannya dapat dijadikan landasan berpikir
dan beritindak.
4) Kedudukan Masyarakat Dalam Perspektif Pendidikan Islam
yakni, masyarakat adalah guru bagi semua manusia yang memiliki kemauan
mengambil pelajaran dari setiap apa yang terjadi di dalamnya, masyarakat adalah subur yang
menilai keberhasilan pendidikan, masyarakat adalah tujuan bagi semua anak didik yang telah
belajar di lingkungan, masyarakat adalah ujian paling sulit untuk aplikasi keberhasilan pendidikan
dan masyarakat adalah cermin keberhasilan dan kegagalan dunia pendidikan.

B. Kritik Dan Saran


Demikianlah makalah yang kami buat,semoga bermanfaat untuk semua.
Tak ada gading yang tak retak, Kami menyadari bahwa tak ada yang sempurna,
Kami sebagai manusia biasa yakin bahwa didalam makalah ini tentunya masih ada
banyak kekurangan, Maka dari itu kami mengharap saran dan kritik yang bersifat
konstruktif dari pembaca untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.

6
DAFTAR PUSTAKA

Ramayulis dan Nizar, Samsul. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam
Mulia.
Hasan, Ahmad. 1992. Khilafah Fi Al-Ardh Pembahasan Kontekstual. Jakarta: CV
Cakrawala Persada.
Arifin, H.M Prof. M.Ed., Filsafat Pendidikan Islam,Cet. VI, Remaja Rosdakarya,
PT Bumi Aksara, Jakarta ,2000.
Majid Fahry , Sejarah Filsafat Islam (Sebuah Peta Kronologis), Cet. I, Mizan, ,
Bandung, 2001.

Anda mungkin juga menyukai