Di Susun Oleh :
Zakyyah (20222092)
Ichda Nusroti Zulfiana (20222087)
KELAS PBA C
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan kemampuan dan kesempatan
pada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok yang berjudul
“Hakikat Manusia” sesuai dengan rencana. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan
kepada panutan dan junjunga kita Nabi Muhammad Saw.
Ucapan terimakasih juga tidak lupa kami haturkan kepada Failasuf Fadli, M.S.I selaku dosen
pengampu mata kuliah Ilmu Pendidikan atas semua yang telah diberikan sehingga
menambah pengetahuan dan wawasan keilmuan kami. Dan juga kepada semua pihak yang
terllibat dalam pembuatan tugas makalah kami semoga semua dukungan dari semua dapat
dibalas oleh Allah Swt.
Makalah ini tentu saja tidak lepas dari kekurangan dan kekhilafan oleh karena itu kami
dengan senang hati menerima kritik dan saran dari pembaca agar menyempurnakan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan keilmuan bagi kami agar bermanfaat
bagi pembaca.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJAN MASALAH
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MAKALAH
PEMBAHASAN
Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna diciptakan oleh Allah SWT. Dimana
manusia diberikan kelebihan berupa akal serta manusia diberikan nafsu oleh Allah Swt.
Dalam keberadaan manusia, akal manusia dibimbing oleh dua pedoman yautu Alquran dan
Hadist. Dalam Alquran Allah mengajarkan tauhid kepada manusia, menyucikan manusia
kepada agama, membimbing manusia kepada kebaikan baik dalam diri sendiri maupun
dalam kehidupan social sehingga manusia dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di
akhirat.
Dalam Alquran ada tida hakikat manusia yaitu;
a) Basyar, artinya manusia adalah sebagai makhluk biologis
b) Al-insan, artinya manusia sebagai pemakmur bumi, pemegang amanah, serta dapar
dihubungkan dengan proses penciptaan
c) Bani adam dan Dzurriyat Adam, artinya anak-anak keturunan Nab Adam
Dirumusan lain tentang manusia adalah sebagai makhluk yang mempunyai budi, binatang
yang membuat alat dari bahan alam, makhluk ekonomi, makhluk beragama, makhluk yang
pandai menciptakan bahasa, pikiran dan perasaan.
B. DIMENSI KEMANUSIAAN
1. Dimensi fisik
2. Dimensi akal
3. Dimensi iman
4. Dimensi akhlak
5. Dimensi kejiwaan
6. Dimensi keindahan
7. Dimensi sosial kemasyarakatan
Berbeda halnya dengan pandangan kajian bimbingan dan konseling yang menyatakan bahwa
dimensi-dimensi kemanusiaan meliputi:
1. Dimensi keindividuan
2. Diemensi sosial
3. Dimensi kesusilaan
4. Deimensi keberagamaan
Dengan demikian anatara kajian Pendidikan islam dengan ilmu konseling memberikan
semacqaqm pemahaman berkenaan dengan pengembangan semua dimensi-dimensi tersebut
melalui kegiatan Pendidikan, karena sekecil apapun kegiatan Pendidikan tidak terlepas dari
proses Latihan dan bimbingan. Sehingga terwujudlah kepribadian manusia yang mulia bagi
setiap individu. Kepribadian manusia yang mulia itu adalah kepribadian yang mampu
menginplementasiakan dimensi-dimensi kemanusiaannya.
C.BENTUK DIMENSI KEMANUSIAAN
Mengenai dimensi kemanusiaan manusia, maka pembicaraan kita tidak terlepas dari
unsur-unsur penciptaan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang tinggi derajatnya dan
mulia kedudukannya. Sebagai manusia ciptaan Allah yang tinggi derajatnya dan mulia
kedudukannya dikarenakan kebera-daan manusia dihamparan bumi yang terhampar luas ini
dan bahkan dilangit yang tinggi sekalipun, manusia memegang tanggung jawab yang
dipikulkan Tuhan kepadanya sebagai Kalifa Fi al- Ardh (Sebagai Pemimpin dan Pengelola
Alam Semesta) tidak hanya sebagai pengelola alam, bahkan manusia dapat mengambil
manfaat dari hasil pengelolaan tersebut untuk kepentingan dan kesejahteraan umat manusia
itu sendiri. Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang memposisikan manusia pada tempat
yang paling tinggi dari segala makhluknya yaitu sebagai Khalifah (manager) untuk mengatur
alam ini berdasarkan aturan tuhan (Ali, 2006:14). Zakiah Daradjad berpendapat bahwa ada
tujuh macam dimensi-dimensi manusia yang perlu dikembangkan, ketujuh dimensi tersebut
adalah dimensi fisik, akal, iman, akhlak, kejiwaan, ke-indahan, dan dimensi sosial-
kemasyarakatan (Daradjad,1995:2).Berikut ini akan diuraikan ketujuh dimensi-dimensi
kemanusiaan manusia tersebut sebagai berikut :Dimensi Fisik/Jasmaniah
1. Dimensi fisik atau jasmani merupakan salah satu dimensi kemanusiaan manusia yang telah
dianugerahkan Allah, melalui proses kejadian manusia sejak dalam kandunagn ibu
(terbentuknya konsepsi) berproses hingga tiba saatnya masa kelahiran (terlahir kedunia).
Kondisi kejadian fisik yang prima akan menentukan kebagiaan hidup bagi setiap
individu dalam menjalani kehidupan ini sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya.
Begitu juga sebalinya apabila kondisi fisik atau jasmani seseorang mengalami gangguan
atau cacat bawaan.
2. Dimensi akal
Dalam pandangan islam manusia merupakan mahkluk yang paling sempurna kejadian
dan penciptaannya, bila dibandingkan dengan mahkluk ciptaan allah lainnya.
Kesempurnaan kejadian dan penciptaan manusia sebagai mahkluk yang paling indah dan
tinggi derajatnya dikarenakan manusia diberikan dan dibekali oleh allah swt dengan akal
dan pikiran. Dengan akal dan pikiran yang diberikan oleh allahswt tersebut manusia
dapqat mengatasi bebagai permasalahan dan keresahan yang berkenaan dengan persoalan
kehiduapan yang dihadapinya.
3. Dimensi iman
Allah swt menyuruh hambanya beriman supaya masuk kedalam syariat islam secara utuh
dan menyeluruh (khafah) bentuk ajaran islam yang secara seutuhnya adalah beriman
kepada allah swt, malaikat dan rasulnya dan kepada Al-Qur’an dan kitab sebelumnya
yang telah diturunkan kepada nabi dan rasul, qoda’ dan qodar serta hari kiamat.
4. Dimensi akhlak
Dimensi akhlak merupakan perbuatan baik yang dilakukan seseorang atau sekelompok
orang dalam rangka mengharapkan ridho allah swt, termasuk perbuatan buruk juga
bagian dari akhlak seperti berdusta misalnya.
5. Dimensi kejiwaan
Dimensi kejiwaan merupakan bagian dari kondisi psigkologis seseorang dakam
menampilkan perilaku keseharian yqaqng hanya dapat diukur melalui Tindakan atau
perbuatan.
6. Dimensi keindahan
Dimensi keindahan merupakan salah satu bentuk dimensi utama manusia karena manusia
adalah makhluk ciptaan allah swt yang terindah dan paling tinggi predikatnya apabila
dibandingkan dengan makhluk yang lainnya.
7. Dimensi sosial dan kemasyarakatan
Dimensi sosial dan kemasyarakatan merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan
sosial kemasyarakatan. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan
diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi meleburkan diri menjadi satu
kesatuan dan saling berkomunikasi dan berkerja sama.
1
John Dewey, How We Think, Boston: D.C. Heath and Co. 1933, hal. 4.
2
John Dewey, Perihal Kemerdekaan dan Kebudayaan, Jakarta: Saksama, 1955, terj. E. M. Aritonang, hal. 238-
239.
Bagi Dewey, Education is growth, development, life. Ini berarti bahwa proses
pendidikan itu tidak mempunyai tujuan di luar dirinya, tetapi terdapat dalam pendidikan
itu sendiri. Proses pendidikan juga bersifat kontinu, merupakan reorganisasi,
rekonstruksi, dan pengubahan pengalaman hidup. Pendidikan itu adalah hidup itu sendiri,
bukan persiapan untuk hidup. Kehidupan yang baik adalah kehidupan intelegen, yaitu
kehidupan yang mencakup interpretasi dan rekonstruksi pengalaman. Artinya pendidikan
itu adalah pertumbuhan berikutnya. Jadi, pendidikan itu merupakan organisasi
pengalaman hidup, pembentukan kembali pengalaman hidup, dan juga perubahan
pengalaman hidup itu sendiri. mengenai hidup, pada dasarnya adalah proses perbaikan
diri. Maka kelestarian hidup itu hanya dapat dijaga dengan perbaikan yang bersifat
konstan. Hal ini sangat alami dalam kehidupan adalah bekerja keras untuk menyambung
hidup. Jika dilihat dari pemikiran dasar dan tujuan pendidikan John Dewey, penulis
menarik kesimpulan secara umum mengenai dasar atau sumber yang dijadikan pijakan
pendidikannya adalah: pertama, dasar pokok dari filsafatnya teori evolusi dari Darwin;
Kedua, teori pragmatisme. Ketiga, dalam kejiwaan ia menganut teori behaviorisme (teori
hal tingkah laku) serta berlandaskan pada filsafat pragmatisme dan pengalaman yang
merupakan dasar bagi pengetahuan dan kebijakan.
Sedangkan menurut Ibn Khaldūn, Manusia dapat memperoleh segala kesempurnaan dan
puncak segala kemuliaan serta ketinggian di atas makhluk lain di permukaan bumi
karena kesanggupannya berpikir.3
3
T. Saiful Akbar,” MANUSIA DAN PENDIDIKAN MENURUT PEMIKIRAN IBN KHALDUN DAN JOHN
DEWEY”,didaktika, Februari 2015 VOL. 15, NO. 2, 222-243
Mengenai tujuan pendidikan, Ibn Khaldūn mempunyai pandangan yang berbeda dengan
para ahli pendidikan lainnya. Al-Syaybani mencoba menganalisis tujuan pendidikan
menurut Ibnu Khaldun. Menurutnya ada enam tujuan pendidikan, yaitu:
6. Menyiapkan seseorang dari segi kesenian, di sini termasuklah musik, syair, khat, seni
dan lain-lain.
Hakekat pendidikan menurut Ibn Khaldūn dan John Dewey memiliki titik temu pada
proses pemanusiaan, hanya saja pada konsep Ibn Khaldūn dimaknai sebagai proses-
proses yang bertujuan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, mengembangkan
potensi (fitrah) serta terwujudnya kemampuan manusia untuk melaksanakan tugas-tugas
keduniaan dengan baik demi terciptanya peradaban umat manusia. Sedangkan John
Dewey hakekat pendidikannya adalah pembebasan manusia (perserta didik) dari
tindakan dominasi, otoriter menuju pada demokratis, dengan melalui proses humanisasi
yang merupakan pengukuhan manusia sebagai subyek, memiliki kekuatan, kemampuan
dan pola yang berpotensi sebagai dorongan untuk memilih dan mengubah duniannya dan
memecahkan persoalan yang terjadi.
Adapun dalam hal dasar-dasar pendidikan Ibn Khaldūn dan John Dewey adalah
benar-benar sangat berbeda. Ibn Khaldūn beranjak dari sikap keagamaan, yakni
berdasarkan pada ajaran dan nilai-nilai Islam yaitu: al-Qur’an dan Sunnah Nabi Saw.
Pemikirannya juga dipengaruhi oleh para filosof Yunani seperti Plato, Aristoteles dan
lain-lainya. Jadi, dasar pendidikannya bersifat teosentris, dimana di dalamnya menganut
asas-asas teologis. Sedangkan dasar pendidikan John Dewey bersumber pada pemikiran
rasional dan empiris, yakni filsafat pragmatisme serta beberapa pemikiran dari para
tokoh filosof sebelumnya dan lainnya yang ada pada saat itu. Dasar ini bersifat
antroposentris, dimana menggantungkan segala sesuatu pada kekuatan manusia an sich,
tanpa dikaitkan dengan kemahakuasaan Tuhan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manusia ialah sebaik-baik makhluk yang diciptakan oleh allah swt, setidaknya
memiliki dimensi-dimesndi yang menjadi bagian dalam dirinya baik individu,
individu, sosial, Susila, dan beragama. Sehingga mewujudkan manusia seutuhnya
Dari pemikiran Ibn Khaldūn dan John Dewey dapat dilihat sisi persamaan maupun
perbedaannya. Ibn Khaldūn yang bersifat religius logik karena dipengaruhi oleh
penguasaannya dalam ilmu syari’at (agama), dalam kepribadiannya penuh nilai-nilai
Islami lebih menekankan pada spiritualitas manusia dalam membangun peradaban.
Sedangkan John Dewey bersifat radikal dan ekstrem, hal ini terlihat dari gagasan-
gagasan pendidikan progresivismenya yang diperjuangkan untuk melawan otoritas
pengajaran tradisional yang status quo. Ia lebih mengedepankan kebebasan manusia
dalam hal ini sesuai dengan keinginan peserta didik (demokratis). Kedua tokoh
tersebut sama-sama muncul dari sosio-kultural yang tidak humanis. Keduanya
mengakui keberadaan dan eksistensi manusia yang mana dengan fitrah dan dorongan
hati kemanusiannya. Sedangkan sisi perbedaannya tampak jelas dalam konsepsi
pendidikan yang masing-masing mereka tawarkan. Dua konsep tersebut dapat
dipadukan namun tidak secara keseluruhan, sebab konsep pendidikan John Dewey
tidak sepenuhnya cocok dengan konsep ajaran Islam.
DAFTAR PUSTAKA
www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/MKDK400102-M1.