Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENDIDIKAN KARAKTER
Di susun untuk memenuhi
Tugas mata kuliah Pendidikan Karakter

Dosen pengampu:
Ira Arifin, M.Pd.

Disusun oleh:

Lailil Maghfiroh (2086206112)


Holifatus Sakdiyah (2086206120)

S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN SOSIAL
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA BLITAR
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Segala Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah yang berjudul “Pendidikan Karakter” dengan
tepat waktu.
Makalah ini merupakan salah satu diskusi wajib bagi Mahasiswa dalam
kegiatan perkulihan. Dan Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas menjadi
Mahasiswa di Universitas Nahdlatul Ulama Blitar.
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
banyak pihak, diantaranya:
1. Ira Arifin, M.Pd, selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Karakter
2. Semua rekan yang terlibat dalam membuat Makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari Makalah ini,
baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya
pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan.
Demikian yang kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah
Teknologi Informasi Pembelajaran dapat bermanfaat.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Pasuruan, 12 Pebruari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Penulis..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Manusia............................................................................................3
B. Hakikat Karakter...........................................................................................5
C. Pembentukan Karakter .................................................................................7
D. Hakikat Pendidikan Karakter .......................................................................9
E. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter ....................................................11
F. Dimensi Pendidikan Karaketr .....................................................................12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................14
B. Saran............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Seorang guru pada dasarnaya harus dituntut bisa mengajar dan
mendidik siswa. Mengajar berhubungan dengan memberikan pengetahuan
kepada siswa atau transfer of knowledge. Mendidik berhubungan dengan
memberikan nilai-nilai dan norma (pendidikan karakter) kepada siswa atau
biasa disebut transfer of value.
Dalam kaitaannya dengan pendidikan karakter, bangsa Indonesia
sangat memerlukan SDM (sumber daya manusia) yang besar dan bermutu
untuk mendukung terlaksananya program pembangunan dengan baik.
Disinilah dibutuhkan pendidikan yang berkualitas, yang dapat mendukung
tercapainya cita-cita bangsa dalam memiliki sumber daya yang bermutu,
berdaya saing, berintregiritas, bermoral dan berakhlak mulia.
Karakter merupakan kualitas moral dan mental seseorang yang
pembentukannya dipengaruhi oleh faktor bawaan (fitrah-natural) dan
lingkungan (sosialisasi atau pendidikan-natural). Pendidikan karakter dinilai
sangat penting untuk ditanamkan pada anak-anak usia SD karena pendidikan
karakter adalah proses pendidikan yang ditujukan untuk mengembangkan
nilai, sikap dan perilaku yang memancarkan akhlak mulia atau budi pekerti
luhur.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa hakikat manusia?
2. Apa hakikat karakter?
3. Bagaimana pembentukan karakter?
4. Apa hakikat pendidikan karakter?
5. Apa fungsi dan tujuan pendidikan karakter?
6. Bagaimana dimensi pendidikan karaketr?

C. Tujuan Penulis
1. Mahasiswa mampu menejelaskan hakikat manusia
2. Mahasiswa mampu menejelaskan hakikat karakter
3. Mahasiswa mampu menejelaskan pembentukan karakter
4. Mahasiswa mampu menejelaskan hakikat pendidikan karakter
5. Mahasiswa mampu menejelaskan fungsi dan tujuan pendidikan
karakter
6. Mahasiswa mampu menejelaskan dimensi pendidikan karaketr

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat manusia
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dibekali dengan akal dan
pikiran. Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki
derajat paling tinggi di antara citaannya yang lain. Hal yang paling penting
dalam membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah bahwa manusia
dilengkapi dengan akal, pikiran, perasaan, dan keyakinan untuk mempertinggi
kualitas hidupnya di dunia.
Jadi karena manusia diciptakan oleh Tuhan dengan berbekal akal dan
pikiran maka manusia membutuhkan pendidikan untuk mengembangkan
kehidupannya demi memuaskan rasa keingintahuannya. Manusia adalah
makhluk bertanya, ia mempunyai hasrat untuk mengetahui segala sesuatu. Atas
dorongan hasrat ingin tahunya, manusia tidak hanya bertanya tentang berbagai
hal yang ada di luar dirinya, tetapi juga bertanya tentang dirinya sendiri. Dalam
rentang ruang dan waktu, manusia telah dan selalu berupaya mengetahui
dirinya sendiri. Hakikat manusia dipelajari melalui berbagai pendekatan
(commonsense, ilmiah, filosofis, religi) dan melalui berbagai sudut pandang
(biologi, sosiologi, antropobiologi, psikologi, politik).
Manusia sesungguhnya adalah makhluk ciptaan Tuhan. Makhluk yang
diberi banyak kesempurnaan dan makhluk yang begitu banyak keluhan. Pada
hakikatnya manusia adalah lemah dimata Tuhannya. Manusia bukan individual
melainkan sosial. Para ahli mempunyai pemahaman yang beragam dalam
memahami hakekat tentang manusia, hal ini dapat kita lihat dari berbagai
pendapat berikut;
1. Charles Darwin (1809-1882) menetapkan manusia sejajar dengan
binatang, karena terjadinya manusia dari sebab-sebab mekanis, yaitu lewat
teori descendensi (ilmu turunan) dan teori natural selection (teori pilihan
alam)
2. ErnestHaeckel (1834-1919) menyatakan manusia dalam segala hal
menyerupai binatang beruas tulang belakang, yakni binatang menyusui

3
3. Aristoteles (384-322) memeberikandevinisi manusia sebagai binatang
yang berakal sehat yang mampu mengeluarkan pendapatnya, dan berbicara
berdasarkan pikirannya (theanimalthanreasons). Disamping itu manusia
juga binatang yang berpolitik (zoonpoliticon) dan binatang yang bersosial
(socialanimal)
4. Harold H. Titus menempatkan manusia sebagai organisme hewani yang
mampu mempelajari dirinya sendiri dan mampu menginterpretasi terhadap
bentuk-bentuk hidup serta dapat menyelidiki makna eksistensi insani
(Endang Saifudin, dalam Muhaimin, 1993;31)
5. Ahli mantiq mendefinisikan manusia sebagai “al-insan hayawanunnathiq”
(manusia adalah hewan yang berbahasa)
Menurut Tirtarahardja dan La Sulo (2005:3-4) hakikat manusia adalah
ciri-ciri karakteristik, yang prinsipiil, yang membedakan manusia dari hewan.
Wujud hakikat manusia yakni kemampuan menyadari diri, kemampuan
bereksistensi, memiliki kata hati, memiliki moral, kemampuan bertanggung
jawab, rasa kebebasan (kemerdekaan), menyadari hak dan kewajiban, dan
kemampuan menghayati kebahagiaan.
Selain itu hakikat manusia juga dibedakan menjadi beberapa dimensi
sebagai berikut :
1.) Beberapa aliran tentang dimensi hakikat manusia misalnya monisme,
spiritualisme, materialisme, atomisme, dualisme, pluralisme, dan
evolusionisme.
2.) Beberapa pilihan tentang dimensi hakikat manusia contohnya Hakikat
manusia jiwa-raga (jasmani-rohani), Hakikat manusia individu dan sosial
dalam hal ini dibedakan menjadi dimensi keindividualan serta dimensi
kevolusionism
3.) Hakikat manusia sebagai makhluk Tuhan yang dibagi menjadi dimensi
kesusilaan dan keagamaan.

4
B. Hakikat Karakter
1. Pengertian Karakter
Menurut Michael Novak karakter merupakan “campuran kompatibel
dari seluruh kebaikan yang diidentifikasi oleh tradisi religius, cerita sastra,
Kaum bijaksana, dan kumpulan orang berakal sehat yang ada dalam
Sejarah.”
Sementara itu, Masnur Muslich menyatakan bahwa karakter
Merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan
Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan Kebangsaan
yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan Perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, Dan adat
istiada.
Selanjutnya, Muchlas Samani berpendapat bahwa karakter dapat
Dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang,
Terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan,
Yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap
Dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendapat senada juga disampaikan oleh Agus Wibowo, bahwa
karakter adalah cara berpikir dan Berperilaku yang menjadi ciri khas tiap
individu untuk hidup dan bekerja Sama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara.
Nilai-nilai karakter yang harus ditanamkan berasal dari teori-teori
Pendidikan, psikologi pendidikan, nilai-nilai sosial budaya, ajaran agama,
Pancasila dan UUD 1945, dan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, serta pengalaman terbaik dan praktek nyata dalam
Kehidupan sehari-hari.Kemendiknas mengidentifikasi ada 18 nilai untuk
pendidikan budaya. Dan karakter bangsa sebagai berikut ini:
a. Religius: sikap dan perilaku patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta
hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

5
b. Jujur: perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan
pekerjaan.
c. Toleransi: sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari
dirinya.
d. Disiplin: tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
e. Kerja Keras: perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
f. Kreatif: berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau
hasil baru dari apa yang telah dimiliki.
g. Mandiri: sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang
lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
Ada tiga komponen karakter yang baik (component sof good
Character) yang dikemukakan oleh Lickona, sebagai berikut
1) Kesadaran Moral
Aspek pertama dari kesadaran moral adalah menggunakan
pemikiran mereka untuk melihat suatu situasi yang memerlukan
penilaian moral dan kemudian untuk memikirkan dengan cermat
tentang apa yang dimaksud dengan arah tindakan yang benar.
Selanjutnya, aspek kedua dari kesadaran moral adalah memahami
informasi dari permasalahan yang bersangkutan.
2) Pengetahuan Nilai Moral
Nilai-nilai moral seperti menghargai kehidupan dan
kemerdekaan, tanggung jawab terhadap orang lain, kejujuran,
keadilan, toleransi, penghormatan, disiplin diri, integritas,
kebaikan, belas kasihan, dan dorongan atau dukungan
mendifinisikan seluruh cara tentang menjadi pribadi yang baik.
ketika digabung, seluruh nilai ini menjadi warisan moral yang
diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Mengetahui

6
sebuah nilai juga berarti memahami bagaimana caranya
menerapkan nilai yang bersangkutan dalam berbagai macam
Situasi.
3) Penentuan Perspektif
Penentuan perspektif merupakan kemampun untuk
mengambil sudut pandang orang lain, melihat situasi sebagaimana
adanya, membayangkan bagaimana mereka akan berpikir, bereaksi,
dan merasakan masalah yang ada. Hal ini merupakan persyaratan
penilaian moral.

C. Pembentukan Karakter
Karakter kita terbentuk dari kebiasaan kita. Kebiasaan kita saat
anak-anak biasanya bertahan sampai masa remaja. Orang tua bisa
mempengaruhi baik atau buruk, pembentukan kebiasaan anak-anak
mereka (Lickona, 2012:50).
Unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran
karena pikiran yang di dalamnya terdapat seluruh program yang terbentuk
dari pengalaman hidupnya, merupakan pelopor segalanya. Program ini
kemudian membentuk sistem kepercayaan yang akhirnya dapat
membentuk pola berpikir yang bisa mempengaruhi perilakunya. Jika
program yang tertanam tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran
universal, maka perilakunya berjalan selaras dengan hukum alam.
Hasilnya, perilaku tersebut membawa ketenangan dan
kebahagiaan. Sebaliknya, jika program tersebut tidak sesuai dengan
prinsip-prinsip universal, maka perilakunya membawa kerusakan dan
menghasilkan penderitaan. Oleh karena itu pikiran harus mendapatkan
perhatian serius.
Karakter merupakan kualitas moral dan mental seseorang yang
pembentukan-nya dipengaruhi oleh faktor bawaan (fitrah, nature) dan
lingkungan (sosialisasi pendidikan, nurture). Potensi karakter yang baik
dimiliki manusia sebelum dilahirkan, tetapi potensi-potensi tersebut harus
dibina melalui sosialisasi dan pendidikan sejak usia dini.

7
Tujuan pembentukan karakter pada dasarnya adalah mendorong
lahirnya anak-anak yang baik dengan tumbuh dan berkembangnya
karakter yang baik akan mendorong anak untuk tumbuh dengan kapasitas
komitmen-nya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukan
segalanya dengan benar serta memiliki tujuan hidup. Masyarakat juga
berperan dalam membentuk karakter anak melalui orang tua dan
lingkungan.
Karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang
memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai
dengan pengetahuannya, jika tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk
melakukan kebaikan tersebut. Karakter juga menjangkau wilayah emosi
dan kebiasaan diri. Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter
yang baik (componentsofgoodcharacter), yaitu:
1. Pengetahuan tentang moral (moral knowing)
Dimensi-dimensi dalam moral knowing yang akan mengisi ranah
kognitif adalah kesadaran moral (moral awareness), pengetahuan
tentang nilai-nilai moral (knowing moral values), penentuan sudut
pandang (perspectivetaking), logika moral (moral reasoning), dan
pengenalan diri (selfknowledge).
2. Perasaan/penguatan emosi (moral feeling)
Moral feeling merupakan penguatan aspek emosi peserta didik untuk
menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-
bentuk sikap yang harus dirasakan oleh peserta didik, yaitu kesadaran
akan jati diri (conscience), percaya diri (selfesteem), kepekaan
terhadap derita orang lain (emphaty), cinta kebenaran (lovingthegood),
pengendalian diri (selfcontrol), dan kerendahan hati (humility).
3. Perbuatan bermoral (moral action)
Moral action merupakan perbuatan atau tindakan moral yang
merupakan hasil (outcome) dari dua komponen karakter lainnya.
Untuk memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan
yang baik (actmorally) maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter,

8
yaitu kompetensi (competence), keinginan (will), dan kebiasaan
(habit).

D. Hakikat Pendidikan Karakter


Pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha manusia secara sadar
dan terencana untuk mendidik dan memberdayakan potensi peserta didik
guna membangun karakter pribadinya sehingga dapat menjadi individu yang
bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem pendidikan yang bertujuan
untuk menanamkan nilai-nilai karakter tertentu kepada peserta didik yang di
dalamnya terdapat komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, serta
tindakan untuk melakukan nilai-nilai tersebut.
Pendidikan karakter (character education) sangat erat hubungannya
dengan pendidikan moral dimana tujuannya adalah untuk membentuk dan
melatih kemampuan individu secara terus-menerus guna penyempurnaan
diri kearah hidup yang lebih baik.
Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Para Ahli
1. Menurut T. Ramli, pengertian pendidikan karakter adalah pendidikan
yang mengedepankan esensi dan makna terhadap moral dan akhlak
sehingga hal tersebut akan mampu membentuk pribadi peserta didik
yang baik.
2. Menurut Thomas Lickona, pengertian pendidikan karakter adalah suatu
usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat
memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.
3. Menurut John W. Santrock, character education adalah pendidikan
yang dilakukan dengan pendekatan langsung kepada peserta didik untuk
menanamkan nilai moral dan memberi kan pelajaran kepada murid
mengenai pengetahuan moral dalam upaya mencegah perilaku yang
yang dilarang.
4. Menurut Elkind, pengertian pendidikan karakter adalah suatu metode
pendidikan yang dilakukan oleh tenaga pendidik untuk mempengaruhi
karakter murid. Dalam hal ini terlihat bahwa guru bukan hanya

9
mengajarkan materi pelajaran tetapi juga mampu menjadi seorang
teladan.
Pada hakikatnya, pendidikan karakter  diharapkan dapat
membentuk manusia secara utuh (holistik) yang berkarakter selain untuk
membentuk pembelajar sepanjang hayat, yang sejatinya akan mampu
mengembangkan  semua potensi  peserta didik secara  seimbang (spiritual,
emosional, intelektual, sosial, dan jasmani) dan juga secara optimal.  Hal
ini menjawab pendapat yang selama ini mengemuka bahwa pendidikan
hanya memberi penekanan dan berorientasi  pada “aspek akademik” saja
dan tidak mengembangkan aspek sosial, emosi, kreativitas, dan bahkan
motorik. Peserta didik hanya dipersiapkan untuk dapat nilai bagus, namun
mereka tidak dilatih untuk bisa hidup.
Sejatinya, hal ini dapat terwujud apabila penguatan pendidikan
karakter ini terprogram dan terencana secara baik, misalnya penguatan
pendidikan karakter berbasis kelas, seharusnya sudah dapat
diimplementasikan oleh setiap guru pada saat pembelajaran berlangsung.
Pembiasaan dan penumbuhan nilai yang baik akan dapat diserap oleh
peserta didik dalam pembelajaran tersebut.
Dalam implementasinya, selain berbasis kelas, penguatan
pendidikan karakter bisa dilaksanakan dengan berbasis sekolah, berbasis
keluarga (rumah tangga) dan berbasis masyarakat. Pada penguatan
pendidikan berbasis sekolah, sekolah tidak hanya diartikan sebagai tempat
belajar, namun sekaligus  dijadikan juga tempat memperoleh peningkatan
karakter bagi peserta didik yang merupakan bagian terpenting dari
pendidikan karakter itu sendiri, dengan kata lain sekolah bukanlah sekedar
tempat “transfer knowledges” namun juga lembaga yang berperan dalam
proses pembelajaran yang berorientasi pada nilai yang baik (value-
oriented enterprise).  Di samping itu sekolah bertanggung jawab bukan
hanya dalam mencetak peserta didik yang unggul dalam ilmu pengetahuan
dan teknologi, tetapi juga dalam karakter dan kepribadian.
Sementara untuk penguatan pendidikan karakter yang berbasis
keluarga, dapat dilaksanakan dengan menjadikan keluarga dan rumah

10
tangga sebagai lingkungan pembentukan watak dan karakter pertama dan
utama bagi peserta didik sehingga keluarga / rumah tangga dijadikan
sebagai “school of love” tempat belajar yang penuh cinta sejati dan kasih
sayang serta tempat pertama penyemaian nilai-nilai kebaikan serta
prinsip-prinsip dasar dalam kehidupan sehingga diharapkan peserta didik
telah memiliki potensi dan bekal yang memadai untuk mengikuti proses
pembelajaran di sekolah.

E. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter


1. Fungsi Pendidikan Karakter
a) Dapat menjelaskan serta mengartikan berbagai karakter individu
b) Mengetahui berbagai karakter baik setiap individu
c) Menunjukan contoh perilaku berkarakter yang baik dalam kehidupan
sehari-hari
d) Memahami sisi baik dalam menjalankan perilaku berkarakter individu
Menurut Zubaedi dalam buku Desain Pendidikan Karakter (2012) yang
menyebutkan tiga fungsi pendidikan karakter di sekolah. Ketika fungsi
tersebut adalah:
a) Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi
Agar perserta didik mampu mengembangkan potensi dalam
dirinya untuk berpikir baik, berhati nurani baik, berperilaku baik,
dan berbudi luhur.
b) Fungsi untuk penguatan dan perbaikan
Memperbaiki dan menguatkan peran individu, keluarga,
satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk
melaksanakan tanggung jawabnya dan berpartisipasi dalam
mengembangkan potensi kelompok, instansi, atau masyarakat
secara umum.
c) Fungsi penyaring
Pendidikan karakter digunakan agar masyarakat dapat
memilih dan memilah budaya bangsa sendiri, dapat menyaring

11
budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai karakter
dan budaya bangsa sendiri yang berbudi luhur.
2. Tujuan pendidikan karakter
a) Membentuk penyempurnaan diri individu secara terus-menerus dan
melatih kemampuan diri demi menuju hidup yang lebih baik.
b) Untuk membangun bangsa yang tangguh, dimana masyarakatnya
bermoral, bertoleransi, bertanggung jawab, dan bergotong-royong.
c) Menciptakan Indonesia yang seutuhnya bertakwah kepada Tuhan
yang maha Esa dan berakhlak mulia.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka di dalam diri peserta didik
harus ditanamkan nilai-nilai pembentuk karakter yang bersumber dari
Agama, Pancasila, dan Budaya. Berikut adalah nilai-nilai pembentuk
karakter tersebut: kejujuran, sikap toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
kemandirian, sikap demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,
cinta tanah air, menghargai prestasi, sikap bersahabat, cinta damai, gemar
membaca, perduli terhadap lingkungan, perduli social, rasa
tanggungjawab, religious.

F. Dimensi Pendidikan Karakter


a) Dimensi etik (olah hati)
Dalam dimensi ini siswa diharapkan menjadi pribadi yang beriman
dan bertaqwa, sehingga sangat jelas proses/prosedurnya  yakni dengan
banyak mendidik dan mengajar anak/siswa/peserta didik untuk belajar
dan memahami ilmu agama.
Ilmu agama merupakan fondasi utama yang bisa membentuk
karakter siswa untuk menjadi pribadi yang berakhlak mulia. Generasi
yang memiliki akhlak mulia bisa menjadi recovery dalam masyarakat
dalam menghadirkan suasana masyarkata yang santun dan peduli
b) Dimensi literasi (olah pikiran)
Dalam dimensi ini siswa didorong untuk menjadi manusia yang
cerdas dan menjadi individu yang unggul dalam bidang akademis
sebagai hasil pembelajaran yang bisa digunakan sebagai pembelajaran
sepanjang hayat.

12
Dimensi literasi/olah pikiran diharapkan bisa men grow-up
semangat dan motivasi siswa untuk menjadi pembelajar yang serius
dan bersungguh-sungguh dalam mengejar mimpi dan cita-citanya agar
kelak bisa menjadi pribadi yang sukses dan bermanfaat bagi orang
lain.
c) Dimensi estetik (olah rasa)
Dimensi estetik berorientasikan dalam mendidik siswa menjadi
manusia yang memiliki integritas moral, rasa berkesenian dan
berkebudayaan. Melalui dimensi ini siswa akan belajar menemukan
sisi estetik dalam dirinya baik yang berkaitan dalam bidang seni,
kebudayaan dan moral.
d) Dimensi kinestetik (olahraga)
Dimensi kinestetik menekankan pada pembentukan individu
yang sehat dan mampu berparisipasi aktif sebagai warga negara. dan
hal tersebut bisa terwujud secara maksimal jika peserta didik memiliki
raga yang sehat.
G.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimimpulan
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dibekali dengan akal
dan pikiran. , ia mempunyai hasrat untuk mengetahui segala sesuatu
karakter adalah cara berpikir dan Berperilaku yang menjadi ciri khas
tiap individu untuk hidup dan bekerja Sama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara.
pembentukan karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya
anak-anak yang baik dengan tumbuh dan berkembangnya karakter yang
baik akan mendorong anak untuk tumbuh dengan kapasitas komitmen-nya
untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya
dengan benar serta memiliki tujuan hidup.
pendidikan karakter adalah suatu usaha manusia secara sadar dan
terencana untuk mendidik dan memberdayakan potensi peserta didik guna
membangun karakter pribadinya sehingga dapat menjadi individu yang
bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.
Pendidikan karakter mempunyai fungsi pembentukan dan
pengembangan potensi, fungsi untuk penguatan dan perbaikan, dan fungsi
penyaring. Sedangkan pendidika karakter bertujuan untuk Untuk
membangun bangsa yang tangguh, dimana masyarakatnya bermoral,
berakhla mulia, bertoleransi, bertanggung jawab, dan bergotong-royong.
Dimensi pendidikan karakter ada 4 yaitu dimensi etik (olah hati),
dimensi literasi (olah pikiran), dimensi estetik (olah rasa) dan dimensi
kinestetik (olahraga).

14
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami susun, kami sadar bahwa masih
banyak kesalahan dan kekurangan baik dalam penyusunan maupun
penyampain dalam makalah ini, maka dari itu kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan guna memperbaiki penyusunan
makalah selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA

A, yandri. 2022. Pendidikan Karakter : Peranan Dalam Menciptakan Peserta


Didik yang Berkualitas.https://gurudikdas.kemdikbud.go.id/news/pendidikan-
karakter-:-peranan-dalam-menciptakan-peserta-didik-yang-berkualitas.
diakses pada 10 Pebruari 2023 pukul 22.00 WIB
Admin. 2019. Pengertian, Unsur dan pembentukan karakter.
https://kalpata.co.id/2019/04/28/pengertian-unsur-dan-pembentukan-
karakter/# diakses pada 12 Pebruari 2023 pukul 08.00 WIB
Ariani, Dini. 2020. Apa itu hakikat manusia?.
https://www.kompasiana.com/diniariani7291/5fb88252d541df6c17114a72/
apa-itu-hakikat-manusia. diakses pada 12 Pebruari 2023 pukul 08.00 WIB
Purbowati, Deni, 2021. Pendidikan Karakter: Pengertian, Nilai, dan
Implementasinya https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/pendidikan-
karakter-pengertian-nilai-dan-implementasinya diakses pada 10 Pebruari
2023 pukul 22.00 WIB
Rijal, 2017. 4 Dimensi Pendidikan Karakter. rijal09.com/2017/10/4-dimensi-
pendidikan-karakter.html diakses pada 10 Pebruari 2023 pukul 22.40 WIB
SMK Widya Nusantara, 2019, Pendidikan Karakter: Pengertian, Fungsi, Tujuan,
dan Urgensinya. https://smkwidyanusantara.sch.id/read/5/pendidikan-
karakter-pengertian-fungsi-tujuan-dan-urgensinya. diakses pada 10
Pebruari 2023 pukul 22.00 WIB

15
,

16

Anda mungkin juga menyukai