Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FILSAAT PENDIDIKAN

Tentang

“MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK PENDIDIKAN”

DISUSUN

OLEH KELOMPOK 8 :

JIHAN SHAKIRA (23129185)


KARTILLA PRIMALTI (22129310)

LUSI HERLINA FITRI (22129171)

RAIDHA ELSA APRILIANTI (21129286)

DOSEN PENGAMPU :

Drs. JALIUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Manusia Sebagai Makhluk
Pendidikann”. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Filsafat Pendidikan
yaitu Drs. Jalius yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari makalah
yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 14 April 2024

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1

C. Tujuan .................................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3

A. Manusia Sebagai Makhluk Pendidikan ................................................................................ 3

B. Dunia Manusia Sebagai Dunia Terbuka .............................................................................. 4

C. Manusia Sebagai Makhluk Yang Dapt Dan Perlu Dididik .................................................. 5

D. Batas-Batas Pendidikan ....................................................................................................... 7

BAB III PENUTUP ........................................................................................................................ 9

A. Kesimpulan .......................................................................................................................... 9

B. Saran .................................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia dikatakan sebagai makhluk pendidikan karena dia memiliki berbagai potensi,
seperti potensi akal, potensi hati, potensi jasmani, dan juga potensi rohani. Dapat dikatakan
bahwa proses pendidikan adalah proses pembelajaran,tentu saja pembelajaran sebagai
sebuah harus didesain oleh guru agar penyelenggaraannya dapat mengantarkan peserta didik
meraih tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang yang demokratis dan
bertanggung jawab.3 Pendidikan merupakan sesuatu hal yang mutlak ada dan harus dipenuhi
dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat, pendidikan harus bertumpu pada
pemberdayaan semua komponen masyarakat melalui peran sertanya dalam mewujudkan
tujuan pendidikan tujuan pendidikan Nasional yang dirumuskan secara jelas.
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dibekali dengan akal dan pikiran.
Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki derajat paling tinggi di
antara ciptaannya yang lain. Hal yang paling penting dalam membedakan manusia dengan
makhluk lainnya adalah bahwa manusia dilengkapi dengan akal, pikiran perasaan, dan
keyakinan untuk mempertinggi kualitas hidupnya di dunia. Manusia dididik dan mendidik
dirinya agar terbentuk kemampuan untuk menjaga kelangsungan hidupnya secara terus-
menerus. Potensi didik mendidik itulah yang membedakan manusia dengan makhluk
lainnya. Kemajuan teknologi yang semakin cepat membuat manusia dituntut untuk
memperoleh pendidikan yang lebih agar tidak tertinggal dengan individu lainnya. Salah satu
contohnya adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah membawa
perubahan dihampir semua aspek kehidupan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana manusia sebagai makhluk pendidikan?
2. Apa itu dunia manusia sebagai dunia terbuka?
3. Bagaimana manusia sebagai makhluk yang dapat dan perlu dididik?
4. Apa saja batas-batas pendidikan?

1
C. Tujuan
1. Untuk memahami manusia sebagai makhluk pendidikan
2. Untuk memahami tentang dunia manusia sebagai dunia terbuka
3. Untuk memahami tentang manusia sebagai makhluk yang dapat dan perlu dididik
4. Untuk memahami tentang batas-batas pendidikan

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Manusia Sebagai Makhluk Pendidikan
Sehubungan dengan pandangan filsafat tentang hakikat manusia dalam pendidikan,
Syam (1988:153) menulis bahwa hakikat “manusia adalah subjek pendidikan, sekaligus juga
sebagai objek pendidikan”. Manusia dewasa yang berkebudayaan adalah subjek pendidikan
dalam arti yang bertanggung jawab secara moral atas perkembangan pribadi anak-anak
mereka, generasi penerus mereka. Manusia dewasa, apalagi berprofesi keguruan
(pendidikan), memiliki tanggung jawab formal untuk melaksanakan misi pendidikan sesuai
dengan tujuan dan nilai-nilai yang dikehendaki masyarakat dan bangsa.
Dalam proses perkembangan kepribadiannya, manusia yang belum dewasa, baik
menuju pembudayaan maupun proses kematangan dan integritas, adalah “objek”
pendidikan. Artinya, mereka adalah sasaran atau “bahan” yang dibina, meskipun sering juga
disadari bahwa perkembangan kepribadian adalah self-development melalui selfactivities;
jadi sebagai subjek yang sadar mengembangkan diri sendiri.
Proses pendidikan yang berlangsung di dalam kondisi antaraksi yang pluralistis
(antara subjek dengan lingkungan alamiah, sosial dan kultural) amat ditentukan oleh aspek
manusianya. Sebab, kedudukan manusia sebagai subjek di dalam masyarakat, bahkan dalam
alam semesta, memberikan konsekuensi tanggung jawab yang besar bagi manusia. Manusia
mengemban amanat untuk membina masyarakat, memelihara alam lingkungan hidup
bersama. Bahkan manusia terutama bertanggung jawab atas martabat kemanusiaannya
(human dignity).

 Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia sejak lahir hingga akhir hayat
(long life education).
 Manusia dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya sehingga membutuhkan proses
pendidikan untuk mengembangkan potensi dirinya.
 Manusia adalah makhluk berpikir (homo sapiens) yang memiliki kemampuan untuk
belajar, mendidik diri sendiri (self-education), dan mengembangkan potensinya melalui
pendidikan.

3
 Tujuan pendidikan adalah mengembangkan seluruh potensi manusia, baik jasmani
maupun rohani, mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
 Pendidikan mentransfer pengetahuan, nilai, sikap, keterampilan, dan kebudayaan dari
satu generasi ke generasi berikutnya.
 Proses pendidikan berlangsung secara formal (di sekolah), non-formal (di luar sekolah),
dan informal (dalam lingkungan keluarga dan masyarakat).
 Melalui pendidikan, manusia memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
yang diperlukan untuk hidup bermasyarakat dan mengembangkan kepribadian yang
utuh.
 Pendidikan memungkinkan manusia untuk terus berkembang, menyesuaikan diri
dengan perubahan zaman, dan menjadi makhluk yang beradab.

Dengan demikian, pendidikan merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi manusia untuk
mengembangkan seluruh potensi dirinya secara optimal dan hidup bermartabat sebagai
makhluk yang beradab.

B. Dunia Manusia Sebagai Dunia Terbuka


Manusia bersifat terbuka, artinya bahwa dalam eksistensinya manusia adalah
makhluk yang belum selesai mengadakan dirinya sendiri. Ia harus merencanakan dan terus
menerus berupaya “mewujudkan’ apa yang telah direncanakannya itu, untuk menjadi
seseorang pribadi tertentu sesuai pilihannya (bereksistensi). Perkembangan manusia bersifat
terbuka, untuk memahami sesuatu kita perlu melakukan perbandingan, demikian pula
memahami sifat perkembangan manusia.
Manusia hidup dalam dunia yang terbuka, penuh dengan kemungkinan-kemungkinan
dan pilihan-pilihan. Berbeda dengan hewan yang cenderung bertindak secara instingtif,
manusia memiliki kebebasan untuk menentukan tindakannya sendiri. Ini disebabkan oleh
sifat dasar manusia yang rasional dan memiliki kehendak bebas.
Dalam dunia terbuka, manusia tidak terikat oleh pola perilaku tertentu secara ketat.
Manusia dapat mengambil jarak dari situasi dan mempertimbangkan berbagai kemungkinan
sebelum bertindak. Manusia juga dapat merefleksikan dirinya sendiri dan menentukan
tujuan hidupnya.
Konsekuensi dari dunia terbuka ini adalah bahwa pendidikan menjadi sangat penting
untuk membimbing manusia agar dapat menggunakan kebebasan dan kemampuan

4
rasionalnya dengan baik. Pendidikan bukan sekedar transfer pengetahuan, tetapi harus
mendorong perkembangan kritis, kreatif, dan otonom pada diri individu.
Tugas pendidikan adalah membantu manusia menyadari potensi dirinya sebagai
makhluk yang bebas dan rasional, serta memfasilitasi pengembangan kemampuan tersebut.
Pendidikan yang baik akan melatih manusia untuk berpikir mandiri, bertanggung jawab atas
pilihannya, dan menggunakan kebebasannya untuk tujuan positif.
Dengan demikian, filsafat pendidikan menekankan bahwa pendidikan harus diarahkan untuk
menjadikan manusia sebagai subjek yang aktif, bukan objek pasif. Pendidikan seharusnya
membuka cakrawala dan memberi kebebasan kepada manusia untuk menjadi dirinya sendiri
dan mengaktualisasikan potensinya secara optimal di dalam dunia yang terbuka ini.
C. Manusia Sebagai Makhluk Yang Dapat Dan Perlu Dididik
Pendidikan sebagai pewarisan dan pengembangan budaya serta ilmu pengetahuan
dan teknologi. Pendidikan memerlukan SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas
untuk melaksanakan perannya dalam melayani kebutuhan pendidikan masayarakat.
Pendidikan adalah proses mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan. Jadi dalam hal ini
pendidikan adalah proses atau perbuatan mendidik. Makna pendidikan dapat dilihat dalam
pengertian secara khusus dan pengertian secara luas. Dalam arti khusus, Langeveld
mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa
kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaanya.
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dibekali dengan akal dan
pikiran.Manusia merupakan makhluk yang dapat dididik memungkinkan untuk memperoleh
pendidikan. Manusia merupakan makhluk yang perlu dididik karena manusia lahir dalam
keadaan tidak berdaya, lahir tidak langsung dewasa. Pada hakekatnya manusia itu adalah
animal educable (binatang yang dapat dididik), animal educandum (binatang yang harus
dididik) dan homo educandus (makhluk yang dapat mendidik). Menurut Langeveld, seorang
ahli pendidikan yang mengatakan bahwa manusia sebagai animal educable, artinya pada
hakikatnya manusia adalah mahluk yang dapat dididik. Di samping itu, manusia juga bisa
disebut sebagai animal educandum yang artinya manusia pada hakikatnya adalah mahluk
yang harus atau perlu dididik, serta homo enducandus yang bermakna bahwa manusia
merupakan makhluk yang bukan hanya harus dan dapat dididik tetapi juga harus dapat

5
mendidik. Deskripsi di atas mengungkapkan secara jelas bahwa ada mata rantai yang erat
antara hakikat manusia dengan garapan pendidikan sebagai salah satu usaha sadar untuk
lebih memanusiakan manusia. Garapan pendidikan merupakan sesuatu yang mutlak bagi
manusia.
Manusia dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya dan belum memiliki pengetahuan
apapun. Pendidikan dianggap sebagai alat penting untuk mengembangkan potensi dan
kemampuan manusia, memperluas wawasan, dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi
tantangan dan perubahan dalam dunia. Dalam konteks ini, manusia dianggap sebagai
makhluk yang dapat belajar dan mengembangkan diri, serta memerlukan pendidikan untuk
mencapai kemajuan dan kesejahteraan.
Pendidikan membantu manusia memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai,
dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Ini penting agar manusia dapat menyesuaikan
diri dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Pendidikan juga membantu manusia
dalam membentuk karakter dan nilai-nilai yang positif. Ini mencakup pengembangan
kemampuan berpikir kritis, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan untuk
berkontribusi secara positif terhadap masyarakat.
Pendidikan juga merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia, yang pada akhirnya akan berkontribusi pada kemajuan bangsa dan negara.
Pendidikan menjadi kebutuhan dasar bagi setiap manusia untuk mengembangkan diri secara
optimal dan mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan kehidupan yang semakin
kompleks.
Ada beberapa alasan yang menjadi dasar mengapa manusia perlu dididik dan memperoleh
pendidikan, yaitu :
1. Manusia dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya, manusia begitu lahir ke dunia perlu
mendapatkan uluran orang lain untuk dapat melangsungkan hidup dan kehidupannya.
2. Manusia lahir tidak langsung dewasa, untuk sampai pada kedewasaan yang merupakan
tujuan pendidikan dalam arti khusus memerlukan waktu lama. Bagi manusia primitif,
proses pencapaian kedewasaaan tersebut akan lebih pendek dibandingkan dengan
manusia modern.Manusia primitif cukup dengan mencapai kedewasaan secara
konvensional, dimana apabila seseorang sudah memiliki keterampilan untuk hidup
khususnya untuk hidup berkeluarga, seperti dapat berburu, dapat bercocok tanam,

6
mengenal norma-norma hidup bermasyarakat, sudah dapat dikatakan dewasa.Dilihat dari
segi usia, misalnya usia 12-15 tahun pada masyarakat primitif sudah melangsungkan
hidup berkeluarga.
3. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial, yang tidak dapat hidup tanpa
berinteraksi dengan manusia lain.Selain itu, manusia tidak akan berperilaku manusia
seandainya tidak hidup bersama dengan manusia lainnya. Lain halnya dengan hewan,
dimanapun hewan dibesarkan akan tetap memiliki perilaku hewan, seekor kucing yang
dibesarkan dalam lingkungan anjing akan tetap berprilaku kucing, tidak akan berperilaku
anjing. Karena setiap jenis hewan sudah dilengkapi dengan insting tertentu yang pasti
dan seragam, yang berbeda antara jenis hewan yang satu dengan yang lainnya.
D. Batas-Batas Pendidikan
Batas-batas pendidikan merujuk pada periode dan jangka waktu tertentu dalam proses
pendidikan, yang mencakup semua tahapan pendidikan, tidak hanya pendidikan formal saja.
Pendidikan seumur hidup mencakup kegiatan pendidikan formal, informal, dan nonformal,
serta menjadi bagian dari proses pembelajaran yang terus-menerus berlangsung sepanjang
hidup seseorang.
Batas-batas awal pendidikan mencakup dimana proses pendidikan dimulai. Beberapa
pendapat mengenai batas awal pendidikan meliputi:
a) Langeveld menyatakan bahwa pendidikan dimulai saat anak mengenal kewibawaan,
yaitu penurutan secara sukarela berdasarkan keinsyafan, dan ini dimulai setelah anak
mencapai umur tiga tahun.
b) J. J. Rousseau berpendapat bahwa pendidikan bersifat negative, yaitu membiarkan
perkembangan anak tanpa campur tangan, dan ini dimulai sejak anak lahir hingga umur
12 tahun. Batas akhir pendidikan mencakup kemampuan individu untuk bertindak
secara mandiri, menyambut dan merebut kedewasaan, serta memikul tanggung jawab.
Faktor-faktor yang membatasi kemampuan pendidikan meliputi:

a) Faktor anak didik, yang mencakup potensi individu untuk menerima perangsangan dari
luar, dengan setiap anak memiliki potensi yang berbeda.
b) Faktor pendidik, yang merujuk pada kemampuan dan metode pendidik dalam
memberikan pendidikan, dengan perbedaan antara satu pendidik dengan pendidik
lainnya.

7
c) Faktor lingkungan, yang mencakup segala sesuatu yang ada di sekitar anak, termasuk
tempat tinggal, teman bermain, dan buku bacaan, yang dapat memberikan pengaruh
positif atau negatif terhadap proses pendidikan.

Dalam konteks ini, batas-batas pendidikan tidak hanya merujuk pada periode waktu
tertentu, tetapi juga pada berbagai faktor yang mempengaruhi proses pendidikan, termasuk
potensi individu, kemampuan dan metode pendidik, serta lingkungan sekitar.

8
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam proses perkembangan kepribadiannya, manusia yang belum dewasa, baik
menuju pembudayaan maupun proses kematangan dan integritas, adalah “objek”
pendidikan. Artinya, mereka adalah sasaran atau “bahan” yang dibina, meskipun sering juga
disadari bahwa perkembangan kepribadian adalah self-development melalui selfactivities;
jadi sebagai subjek yang sadar mengembangkan diri sendiri.
Dalam dunia terbuka, manusia tidak terikat oleh pola perilaku tertentu secara ketat.
Manusia dapat mengambil jarak dari situasi dan mempertimbangkan berbagai kemungkinan
sebelum bertindak. Manusia juga dapat merefleksikan dirinya sendiri dan menentukan
tujuan hidupnya.
Manusia dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya dan belum memiliki pengetahuan
apapun. Pendidikan dianggap sebagai alat penting untuk mengembangkan potensi dan
kemampuan manusia, memperluas wawasan, dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi
tantangan dan perubahan dalam dunia. Dalam konteks ini, manusia dianggap sebagai
makhluk yang dapat belajar dan mengembangkan diri, serta memerlukan pendidikan untuk
mencapai kemajuan dan kesejahteraan.
Batas-batas pendidikan merujuk pada periode dan jangka waktu tertentu dalam
proses pendidikan, yang mencakup semua tahapan pendidikan, tidak hanya pendidikan
formal saja. Pendidikan seumur hidup mencakup kegiatan pendidikan formal, informal, dan
nonformal, serta menjadi bagian dari proses pembelajaran yang terus-menerus berlangsung
sepanjang hidup seseorang.

B. Saran

Demikianlah makalah ini kami buat dan kami menyadari dalam pembuatan makalah
ini, yang tentunya masih jauh dari kata sempurna. Kami selaku pemakalah memohon kritik
dan saran yang membangun agar pembuatan makalah selanjutnya dapat diperbaiki dimasa
yang akan datang dan dapat menyempurnakan isi makalah ini. Semoga ilmu yang terdapat
dalam makalah ini dapat bernanfaat bagi kita semua.

9
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati, & Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Fadhilah, Izza Amirul & Maunah, Binti. (2021). Manusia Sebagai Makhluk Yang Perlu Dan
Dapat Dididik. Jurnal Cendikia. 15 (2): 254-268.

Muhibbin, S. (2010). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Sadulloh, U. (2010). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sastrapratedja, M. (1988). Pendidikan sebagai Humanisasi. Yogyakarta: Kanisius.

Yunitasari, Dukha. (2018). Mengupas Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Pendidikan Dan
Implikasinya. Jurnal PPKn & Hukum. 13 (1) : 77-93.

10

Anda mungkin juga menyukai