Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

HAKEKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA


DITULIS MEMENUHI MATAKULIAH PENGANTAR
PENDIDIKAN
DOSEN : DR. BISTARI M,Pd.

DISUSUN OLEH :

Dina Agustini : F1221231016


Dini : F1221231009
Anisa Yunuros : F1221231035
Gheriya Sofi Alfani : F1221231028
Deniela : F1221231036

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirannya yang telah
melimpahkan Rahmat, hidayah, dan inayah nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang PENGANTAR PENDIDIKAN dengan judul
HAKEKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA. Makalah ini kelak kami
susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan daei berbagai pihak dan artikel
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telat berpartisipasi
dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun kata
bahasanya.
Oleh karena itu, dengan segala kekurangan dalam makalah ini kami
menerima segala saran, dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini. Di balik pembuatan makalah ini terdapat mahasiswa
mahasiswi yang hebat yang tidak gentar berusaha semaksimal mungkin untuk
mencapai keberhasilan pada tema ini. Terlepas dari banyaknya kesalahan dalam
pembuatan dan kurangnya literatur, kami kelompok 1 meminta maaf sebesar-
besarnya.

PONTIANAK, 27 AGUSTUS 2023

PENULIS

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3
A. Latar Belakang...........................................................................................3
B. Rumusan Masalah......................................................................................4
C. Tujuan Masalah.........................................................................................4
D. Manfaat Penulisan.....................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6
A. Hakikat Manusia........................................................................................6
B. Sifat Hakikat Manusia...............................................................................6
C. Dimensi Dimensi Dan Potensi Hakekat Manusia....................................7
D. Pengertian Pertumbuhan Dan Perkembangan.....................................10
E. Konsepsi Konsepsi Perkembangan Manusia.........................................12
F. Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia............................................14
G. Sosok Manusia Indonesian Sesungguhnya............................................18
BAB III PENUTUP..............................................................................................20
A. Kesimpulan...............................................................................................20
B. Rangkuman...............................................................................................20
C. Saran..........................................................................................................23
GROSARIUM......................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengantar ilmu pendidkan merupakan mata kuliah yang dibuat dan wajib
diambil dengan tujuan supaya mahasiswa bisa memahami pendidikan dan
memberikan gambaran umum tentang dunia Pendidikan. Manusia adalah
makhluk yang diciptakan dengan kesempurnaan dalam cara berpikir serta
caranya untuk mengendalikan diri. Manusia diberikan nafsu juga hasrat.
Yaitu hasrat untuk mencapai tujuan dengan memenuhi syarat untuk menjadi
manusia yang berkarakter. Dengan kelebihan akal pikiran dan budi pekerti
yang Tuhan titipkan, manusia mampu berpikir tentang bagaimana cara ia
hidup, dan bagaimana caranya untuk bertahan hidup. Dengan perkembangan
pola pikir yang luas, setiap bentuk dari masalah yang dialaminya akan
menemui jalan keluar sendiri.
Manusia secara prinsip mempunyai ciri ciri khusus dan unik sejak
dilahirkan kemuka bumi, inilah yang membedakan antara manusia dan
makhluk hewani walaupun secara bentuk fisik biologisnya mempunyai
kemiripan, misalnya saat berjalan menggunakan kaki, mempunya tulang
belakang, melahirkan, menyusui,pemakan segala (omnivora).
Materi yang diangkat dari kelompok 1 ini iyalah hakikat manusia dan
pengembangannya. Manusia memiliki Hasrat untuk mengetahui. Pendidikan
juga berfungsi untuk menyadarkan manusia agar manusia mampu mengenal,
melihat dan memahami realitas kehidupan yang ada di sekelilingnya.
Manusia perlu mendidik diri karena manusia sebagai mahkluk yang disebut
Animal Educable. Alasan dunia pendidikan mempelajari hakikat manusia dan
pengembangannya adalah karena pendidikan merupakan upaya untuk
mengembangkan peradaban manusia. Hal ini tidak dapat tercapai jika kita
tidak memahami diri kita sendiri.

3
4

Harapan dan tujuan materi yang kami sampaikan ini ialah mengajarkan
dan memberitahukan wawasan yang lebih mengenai sejarah keberlangsungan
manusia, hakikat dan proses manusia berserta pengembangannya agar
manusia mengetahui bukan hanya perkembangan saja.
Alasan kenapa kami mengangkat tema hakikat manusia dan
pengembangannya ialah karena kami ingin menunjukkan bahwa hakikat
manusia dan pengembangannya ini berpotensi membuka wawasan sebesar
besarnya untuk perkembangan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, penulis
tertarik untuk menganalisa, mengkaji tentang hakikat manusia dan
perkembangannya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dapat
dirincikan sebagai berikut :
1. Bagaimana uraian tentang hakikat manusia ?
2. Uraian Dimensi dimensi hakekat manusia ?
3. Bagaimana uraian potensi manusia dan pengembangannya ?
4. Sosok manusia Indonesia sesungguhnya ?

C. Tujuan Masalah
Berdasarkan paparan rumusan masalah tersebut, maka tujuan masalah
dapat dirincikan sebagai berikut :
1. Untuk mendeskripsikan tentang hakekat manusia
2. Untuk memberitahukan potensi dan dimensi beserta pengembangannya
3. Untuk memunculkan sosok manusia sebenarnya
5

D. Manfaat Penulisan
Berdasarkan dari tujuan penulisan, Manfaatkan penulisan makalah bagi
penulisan untuk mengasah kemampuan diri dalam melakukan piker kerja
sistematis. Selain itu, penulisan makalah juga membantu penulis untuk
memunculkan ide ide baru yang mungkin berguna untuk kemajuan.
Sedangkan manfaat penulisan bagi pembaca adalah untuk menambahkan
wawasan mahasiswa dengan ide yang baru dan inovasi pengembangan
manusia. Selain itu manfaat nya untuk setiap paragraph ialah ;
1. Mampu memahami apa itu hakikat manusia
2. Mampu pengembangkan dimensi dan potensi manusia
3. Mampu mengembangkan konsepsi konsepsi hakikat manusia
4. mampu mengetahui pertumbuhan dan perkembangan
5. Serta menampilkan wujud sosok manusia sebenarnya
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Manusia
Manusia secara prinsip mempunyai ciri ciri khusus dan unik sejak
dilahirkan ke muka bumi ini. Inilah yang membedakan antara manusia dan
makhluk lainnya. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung
jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial. Yang mampu mengarahkan
dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan
mampu menentukan nasibnya. istilah hakikat adalah kenyataan yang
sebenarnya atau sesungguhnya. Hakikat adalah berhubungan dengan makna
atau arti, bukan fakta yang terjadi. Asal usul kata hakikat adalah dari bahasa
Arab “Al-Haqq” yang artinya hak.
Hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara
principal (jadi bukan hanya gradual) membedakan manusia dari hewan.

B. Sifat Hakikat Manusia


Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik yang secara
prinsipil membedakan manusia dengan hewan meskipun antara manusia dan
hewan banyak kemiripan terutama jika dilihat dari segi biologisnya.
Kesamaan secara biologis ini misalnya adanya kesamaan bentuk (misalnya
kera), bertulang belakang seperti manusia, berjalan tegak dengan
menggunakan kedua kakinya, melahirkan dan menyusui anak, pemakan
segalanya, dan adanya persamaan metabolisme dengan manusia. Bahkan
beberapa filosof seperti Socrates menamakan manusia itu zoon politicon
(hewan yang bermasyarakat), Max Scheller menggambarkan manusia sebagai
das kranke tieri (hewan yang sakit) (Drijakara, 1962:138).
Kenyataan dalam pernyataan tersebut dapat menimbulkan kesan yang
keliru, mengira bahwa manusia dan hewan hanya berbeda secara gradual,
yaitu suatu perbedaan yang melalui rekayasa dapat dibuat menjadi sama

6
keadaannya, misalnya air karena perubahan temperatur lalu menjadi es batu.
Seolah-olah

7
8

dengan kemahiran rekayasa pendidikan, orang hutan, misalnya, dapat


dijadikan manusia.
Upaya manusia untuk mendapatkan keterangan bahwa hewan tidak identik
dengan manusia telah ditemukan. Charles Darwin dengan teori evolusinya
telah berjuang untuk menemukan bahwa manusia berasal dari kera, tetapi
temuannya ini ternyata gagal. Ada misteri yang dianggap menjembatani
proses perubahan dari kera ke manusia yang tidak sanggup diungkapkan yang
disebut the missing link, yaitu suatu mata rantai yang putus. Ada suatu proses
antara yang tak dapat dijelaskan. Jelasnya tidak ditemukan bukti-bukti yang
menunjukkan bahwa manusia muncul sebagai bentuk ubah dari primata atau
kera melalui proses evolusi yang bersifat gradual.

C. Dimensi Dimensi Dan Potensi Hakekat Manusia


1. Dimensi Keindividuan
Dikatakan oleh Lyson bahwa individu adalah orang seorang,
sesuatu yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in
devide). Selanjutnya individu diartikan juga sebagai sebagai pribadi
(Lysen, Individu dan Masyarakat: 4). Setiap anak manusia yang dilahirkan
ke dunia ini sebenarnya telah memiliki potensi. Potensi yang dimaksud
menurut penulis seperti yang dikemukakan oleh Gardner. Ia menyatakan
bahwa manusia memiliki tujuh kecerdasan, yaitu kecerdasan ersama an,
kecerdasan logika matematika, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestik
tubuh, kecerdasan ersa, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intra
personal (Campbel, dkk., 2006: 2-3). Kecerdasan-kecerdasan ini yang
selanjutnya kita sebut sebagai potensi tentu saja tidak sama dimiliki oleh
setiap individu. Ada individu yang memiliki kelebihan dalam hal
kebahasaan, tetapi kurang pintar dalam hal ersa, ada individu yang lebih
pintar matematika, tetapi tidak pintar tentang kebahasaan. Oleh karena itu,
setiap individu tidak boleh diperlakukan sama. Mereka ingin terlihat
berbeda dengan yang lain atau menjadi seperti dirinya sendiri. Tidak ada
diri individu yang ersama di muka bumi ini.
9

Penulis sangat setuju dengan dimensi keindividualan seperti yang


telah diungkapkan di atas. Memang benar bahwa tidak ada manusia yang
ersama dengan manusia lain di atas permukaan bumi ini. Bahkan, anak
yang terlahir kembar pun pada hakikatnya tidak memiliki karakter yang
persis sama. Dengan kata lain, masing-masing ingin mempertahankan
kekhasannya sendiri. Kekhasan yang dimaksud ini seperti kekhasan dalam
cita-cita, cara belajar, cara menghadapi dan menyelesaikan masalah, cara
berinteraksi dengan orang lain. Karena adanya kekhasan yang dimiliki
oleh setiap manusia ini, dalam proses pembelajaran kekhasan ini tentu
harus diperhatikan oleh peserta didik. Tenaga pendidik tidak dapat boleh
memaksakan kehendaknya kepada kepada subjek didik.
Menurut penulis, memang usaha untuk memperhatikan peserta
didik berdasarkan kekhasan yang dimilikinya merupakan usaha yang baik.
Akan tetapi, yang menjadi pertanyaan adalah apa keterkaitan dimensi
keindividuan dengan ersama an? Bagaimana cara mengimplementasikan
hal ini dalam pembelajaran? Sebagai contoh, apa yang harus dilakukan
terhadap anak didik yang tidak suka pelajaran ersam Indonesia saat materi
ersam Indonesia diajarkan oleh tenaga pendidik? Apakah anak didik
tersebut diminta oleh gurunya untuk keluar atau diam saja? Pertanyaan
seperti ini tampaknya sering dihadapi oleh peserta didik. Contoh lain
disebutkan, misalnya, anak didik memiliki berbagai gaya belajar. Ada anak
didik yang mudah belajar ersa hanya dengan berdiskusi ersama-teman-
teman-teman sekelas, ada anak didik yang mudah belajar hanya dengan
mendengarkan apa yang disampaikan oleh gurunya, ada anak didik yang
mudah belajar dengan cara langsung mempraktikkan, ada pula anak didik
yang mudah belajar hanya dengan membaca buku. Bagaimanakah gaya
belajar yang bervariasi ini dapat diatasi oleh pendidik dalam suatu proses
pembelajaran? Hal seperti ini tampaknya perlu untuk dikaji secara spesifik.
10

2. Dimensi Kesosialan
Setiap anak yang dilahirkan memiliki potensi sosialitas. Artinya,
mereka dikaruniai benih kemungkinan untuk bergaul. Dengan adanya
dorongan untuk bergaul ini, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya.
Betapa kuatnya dorongan tersebut sehingga penjara merupakan hukuman
yang paling berat dirasakan oleh setiap manusia karena dengan diasingkan
di dalam penjara berarti diputuskannya dorongan bergaul itu secara
mutlak.
Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampat lebih jelas pada
dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorogan untuk bergaul, setiap
orang ingin bertemu dengan sesamanya. Seseorang dapat mengembangkan
kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di dalam interaksi dengan
sesamanya. Seorang berkesempatan untuk belajar dari orang
lain, mengidentifikasi sifat-sifat yang di kagumi dari orang lain untuk
dimilikinya, serta menolak sifat yang tidak di cocokinya. Hanya di dalam
berinteraksi dengan sesamanya, dalam saling menerima dan memberi,
seseorang menyadari dan menghayati kemanusiaanya.

3. Dimensi Kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang
lebih tinggi. Akan tetapi, di dalam kehidupan bermasyarakat, orang tidak
cukup hanya dengan berbuat yang pantas jika di dalam yang pantas atau
sopan itu terkandung kejahatan terselubung. Oleh karena itu, pengertian
susila berkembang sehingga memiliki perluasan arti menjadi kebaikan
yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan sering digunakan istilah
yang mempunyai konotasi berbeda yaitu etiket (persoalan kesopanan) dan
etika (persoalan kebaikan). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
orang yang berbuat jahat berarti melanggar hak orang lain dan dikatakan
tidak beretika dan tidak bermoral, sedangkan tidak sopan diartikan sebagai
tidak beretiket. Jika etika dilanggar ada orang lain yang merasa dirugikan,
11

sedangkan pelanggaran etiket hanya mengakibatkan ketidaksenangan


orang lain.
Susila sebenarnya mencakup etika dan etiket. Persoalan kesusilaan
selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Nilai yang dimaksud dapat
berupa nilai otonom, nilai heteronom, nilai keagamaan.

4. Dimensi Keberagaman
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk beragama. Beragama
merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk yang
lemah sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia memerlukan
agama untuk keselamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa agama
menjadi sandaran vertikal manusia. Manusia dapat menghayati agama
melalui proses pendidikan manusia. Pemerintah dengan berlandaskan pada
GBHN memasukkan pendidikan agama ke dalam kurikulum di sekolah
mulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi.

D. Pengertian Pertumbuhan Dan Perkembangan


Salah satu ciri makhluk hidup adalah tumbuh dan berkembang.
Istilah pertumbuhan dan perkembangan menyangkut dua peristiwa yang
sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan yaitu tumbuh dan
kembang. Pengertian mengenai pertumbuhan dan perkembangan per definisi
adalah sebagai berikut: 1. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah
perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ
maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound,
kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan
metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). 2. Perkembangan
(development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Suryabrata (2011:176)
menyebutkan pada dasarnya teori ilmu perkembangan dapat dibagi tiga yaitu
12

teori nativisme, teori empirisme, dan teori konvergensi. Penjelasan mengenai


ketiga teori tersebut dapat dilihat sebagai berikut.

1. Navitisme
Aliran nativisme ini mempercayai bahwa perkembangan individu
ditentukan oleh bawaan sejak lahir. Para ahli dalam teori ini menunjukkan
berbagai kesamaan atau kemiripan antar orang tua dan dengan anak-
anaknya. Misalnya jika ayahnya seorang seniman maka anaknya yang
menjadi seniman merupakan keturuan gen dari ayah/bakat tersebut bawaan
sejak lahir. Namun aliran ini masih diragukan, karena benar pada dasarnya
manusia memiliki potensi sejak lahir. Namun potensi-potensi yang ada
tersebut akan berkembang dengan optimal jika didukung dengan
lingkungan yang memadai.

2. Empiris
Aliran empirisme merupakan aliran yang menolak secara kuat
pandangan mengenai aliran nativisme. Aliran empirisme menekankan
bahwa hanya lingkungan lah yang berpengaruh terhadap perkembangan
anak. namun ternyata aliran empirisme ini masih diragukan. Jika aliran ini
betul-betul benar, maka kita dapat menciptakan manusia yang ideal
sebagaimana yang diinginkan dengan menyediakan kondisi-kondisi yang
dibutuhkan. Namun pada kenyataannya banyak anak orang kaya dan
pandai yang gagal meskipun mereka memiliki fasilitas yang lengkap.
Begitupula banyak dijumpai maka dari keluarga yang kurang mampu dan
tidak memiliki fasilitas yang memadai, malah berhasil dalam belajar. Jadi
aliran empiris ini juga tidak dapat dipertahankan sebagaimana aliran
natisme.

3. Konvergesi
Dari kedua aliran nativisme dan empiris yang tidak dapat dengan
kuat dipertahankan, maka muncullah aliran yang dapat mengatasi kedua
13

aliran tersebut. Aliran yang dimaksud yaitu aliran konvergen yang


dirumuskan oleh W. Stern. Teori konvergen ini mengemukakan bahwa
perkembangan individu yang baik dipengaruhi oleh faktor bawaan dan
lingkungan. Potensi yang dimiliki oleh masing-masing individu perlu
menemukan lingkungan yang sesuai yang dapat mengoptimalkan
perkembangan bahkan tersebut. Sebagai contoh setiap anak manusia yang
normal berpotensi untuk dapat berdiri tegak dengan kedua kakinya.
Potensi untuk berdiri tegak dengan kedua kakinya ini akan terealisasi
dengan sempurna jika anak manusia ini dirawat dan diajakan untuk berdiri
tegak oleh pengasuhnya. Namun akan berbeda jika anak manusia ini
diasuh atau tinggal bersama serigala. Anak tersebut tidak akan dapat
berdiri tegak dengan kedua kakinya meskipun memiliki potensi.

E. Konsepsi Konsepsi Perkembangan Manusia


1. Konsepsi Asosiasi
Konsepsi ini beranggapan bahwa hakekat perkembangan yaitu
pelaksanaan asosiasi dimana komponen (parsial) lebih penting daripada
keseluruhan. Anak-anak pada awalnya memiliki kesan sebagian-sebagian,
kemudian melalui pelaksanaan asosiasi komponen-komponen tadi
menyusun suatu keseluruhan.

2. Konsepsi Gestalt.
Konsepsi ini berlawanan dengan konsepsi asosiasi. Dalam konsepsi
Gestalt maka pesan global akan dibentuk oleh anak terlebih dahulu
kemudian bagian-bagian. Konsepsi ini menyatakan bahwa perkembangan
adalah proses deferensiasi yaitu proses untuk memisah-misahkan,
membeda-bedakan.

3. Konsepsi Neo Gestalt.


Konsepsi ini juga dapat disebut dengan nama “Field Theory” atau dapat
disebut dengan teori medan. Tokoh yang populer yaitu dalam teori ini Kurt
14

Lewin. Teori ini beranggapan bahwa perkembangan merupakan proses


deferensiasi dan proses stratifikasi. Struktur pribadi dapat digambarkan
dari lapisan-lapisan, dan semakin besar anak semakin bertambah lapisan-
lapisannya.
4. Konsepsi Sosiologis.
Konsepsi ini beranggapan bahwa perkembangan tersebut yakni proses
sosialisasi. Anggapan ini mengungkapkan bahwa anak-anak itu pada
awalnya merupakan asocial (prasosial), kemudian berkembang menjadi
sosial.

5. Konsepsi Freudianisme.
Tokoh utama dalam konsepsi ini yaitu Sigmud Freud. Tokoh ini terkenal
dengan teori psikodinamika. Konsepsi ini berpendapat bahwa sumber
pokok perilaku manusia adalah libido seksualis (dorongan untuk
memuaskan nafsu seks). Insting ini tidak mengenal batas sehingga Freud
berpendapat bahwa anak itu asocial. Sedangkan kenyataan di masyarakat
menganut norma. Dengan demikian anak mengalami dua dunia yang
bertentangan, disatu pihak ingin memuaskan instingnya di lain pihak
norma masyarakat membataasinya. Banyak tuntutan instink yang terhalang
oleh norma masyarakat. Untuk mengatasi konflik ini anak harus
menyesuaikan diri dengan menekan dorongan yang tidak dibenarkan
masyarakat. Kemudian menyalurkan dorongan melalui kaidah yang
berlaku dalam masyarakat. Proses ini disebut sebagai “internalisasi,
sublimasi dan identifikasi”. Melalui perkembangan ini anak berubah dari
asocial menjadi sosial (bermoral).

6. Konsepsi Biososial.
Konsepsi ini beranggapan bahwa hidup merupakan proses belajar.
Disamping itu, berkembang juga merupakan belajar, “living is learning
and growing is learning”. Hal ini artinya untuk mempertahankan hidupnya,
setiap makhluk harus belajar, dengan belajar maka dapat berkembang.
15

F. PENGEMBANGAN DIMENSI HAKIKAT MANUSIA


Sasaran pendidikan adalah manusia sehingga dengan sendirinya
mengembangkan dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidikan.
Meskipun pendidikn itu pada dasarnya baik tetap dalam pelaksanaanya
mungkin saja bisa terjadi kesalahan- kesalahannya yang lazim di sebut salah
didik. Sehubungan dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa terjadi.
Pengembangan yang utuh tingkat keutuhan perkembanganya
dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu kualitas dimensi
hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas pendidikan yang
diselesaikan untuk memberikn pelayanan atas perkembangannya. Selanjutnya
pengembangan yang utuh dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu, wujud dan
arahnya.
Dari wujud dimensi Keutuhan tertjadi antara aspek jasmani dan
rohan, antara dimensi individualan, kesosialan, kesusilaan, dan
keberagamaan, antara aspek koknitif dan pesikomotor. Penembangan aspek
jasmaniah dan rohaniah diikatan utuh jika keduanya mendapat pelayanan
secara seimbang. Pengembangan dimensi secara individualan, kesosialan,
kesusilaan, dan keberagamaan dikatan utuh jika kedua dimensi tersebut
mendapat layanan denyan baik, tidak terjadi pengabaian terhadap salah
satunya. Pengembangan dominan kognitif, afektif dan pesikomotor dikatan
utuh jika ketiga- tiganya mendapatka pelayanan yang seimbang.
Dari arah prngembangan keutuhan pengembangan dimensi hakikat
manusiadapat di arahkan kepada pengembangan dimensi individualan ,
kesosialan, kesusilaan, keagamaan secara terpadu. Dapat disimpulkan bahwa
pengembangan dimensi hakikat manusia ya ng utuh dan berkembang secara
selaras. Perkembangan dimaksud mencakup bersifat horizontal (yang
menciptakan keseimbangan) dan yang bersifat vertikal (yang menciptakkan
16

ketinggian martabat manusia). Dengan demikian totalitas bentuk manusia


yang utuh.

Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia


akan terjadi di dalam propses pengembangan jika ada unsur dimensi hakikat
manusia yang tetrabaikan untuk ditangani, misalnya dimensi kesosialan di
dominasi oleh pengembangan dimensi keindividualan ataupun dominan
efektif di dominasi oleh pengembangan dimensi individyualan ataupun
dominan efektif dominansi oleh pengembangan dominan kognitif. Demikian
pila secara fertikal ada dominan tingkahlaku terabaikan penanganannya.
Pengembangan yang tidak utuh berakibat terbentuknya kepribadian yang
pincang dan tidak mantap. Pengembangan semacam ini merupakan
pengembangan yang potalogis, Beberapa pandangan tentang hakikat
manusia :

1. Pandangan Psikonaltik
a. Tokoh psikoanalitik (Hansen, stefic, wanner, 1977) menyatakan
bahwa manusia [ada dasarnya digerakkan oleh dorongan-dorongan
dari dalam dirinya yang bersifat instingtif. Tingkah laku seseorang
ditentukan dan dikontrol oleh kekuatan psikologis yang sudah ada
pada diri seseorang, tidak ditentukan oleh nasibnya tetapi diarahkan
untuk memenuhi kebutuhan dan insting biologisnya.
b. Sigmund freud mengemukakan bahwa struktur kepribadian seseorang
terdiri dari tiga komponen yakni: ide, ego, super ego. Masing-masing
komponen tersebut merupakan berbagai insting kebutuhan manusia
yang mendasari perkembangan manusia.

2. Pandangan Humanistik
a. Pandangan Humanistik(Hansen, dkk, 1977) menolak pandangan Freud
bahwa manusia pada dasarnya tidak rasional, tidak tersosialisasikan
17

dan tidak memiliki control terhadapnasibnya sendiri. Tokoh


Humanistik (Roger) berpendapat bahwa manusia itu memiliki
dorongan untuk menyerahkan dirinya sendiri kearah positif, manusia
itu rasional, tersosialisasikan, mengatur, dan mengontrol dirinya
sendiri.
b. Pandangan Adler (1954), bahwa manusia tidak semata-mata
digerakkan oleh dorongan untuk memuaskan dirinya sendiri, namun
digerakkan oleh rasa tanggung jawab social serta oleh kebutuhan
untuk mencapai sesuatu.

3. Pandangan Martin Buber


Mrtin Buber (1961) tidak sependapat dengan pandangan yang
menyatakan bahwa manusia berdosa dan dalam gengaman dosa. Buber
berpendapat bahwa manusia merupakan sesuatu keberadaan (eksistensi)
yang berpotensi. Namun, diharapkan pada kesemestaan atau potensi
manusia itu terbatas.Keterbatasan ini bukanlah keterbatasan yang
mendasar (esensial), tetapi keterbatsan factual semata-mata. Ini berarti
bahwa yang akan akan dilakukan oleh manusia ini tidak dapat diramalkan
dan manusia masih menjadi pusat ketakterdugaan dunia.

4. Pandangan Behaviouristik
Kaum behaviouristik (Hansen, dkk, 1977) berpendapat bahwa
manusia sepenuhnya adalah mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol
oleh fakto-fakto yang datang dari luar. Lingkungan adalah penentu tunggal
dari tingkah laku manusia. Dengan demikian kepribadian individu dapat
dikembalikan semata-mata kepada hubungan antara individu dengan
lingkungannya, hubungan itu diatur oleh hokum-hukum belajar, seperti
teori pembiasaan (conditing) dan peniruan.

Setelah mengikuti beberpa pendapat tentang manusia diatas dapat ditarik


beberapa pengertian bahwa:
18

1. Manusia pada dasarnya memiliki “teanga dalam” yang mengerakkan


hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2. Dlam diri manusia ada fungsi yang bersifat rasional dan bertanggung
jawab atas tingkah laku social dan rasional individu.
3. Manusia mampu mengarahkan dirinya ke tujuan posotif, mampu mengatur
dan mengontrol dirinya dan mampu menetukan “nasibnya” sendiri.
4. Manusia pada hakikatnya dalam proses berkembang terus tidak pernah
selesai.
5. Dalam hidupnya individu melibatkan dirinya dlam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain, dan membantu dunia
lebih baik untuk ditempati.
6. Manusia merupakan suatu keberadaan berpotensi yang perwujudannya
merupakan ketakterdugaan, namun potensi ini terbatas.
7. Manusia adalah mahluk tuhan yang mengandung kemungkinan baik dan
jahat.
8. Lingkungan adalah penentuan tingkah laku manusia dan tingkah laku ini
merupakan wujud kepribadian manusia.

Para ahli mempunyai pemahaman yang beragam dalam memahami


hakekat tentang manusia, hal ini dapat kita lihat dari berbagai pendapat berikut;
1. Charles Robert Darwin (1809-1882) menetapkan manusia sejajar dengan
binatang, karena terjadinya manusia dari sebab-sebab mekanis, yaitu lewat
teori descendensi (ilmu turunan) dan teori natural selection (teori pilihan
alam).
2. Ernest Haeckel (1834-1919) menyatakan manusia dalam segala hal
menyerupai binatang beruas tulang belakang, yakni binatang menyusui.
3. Aristoteles (384-322) memeberikan devinisi manusia sebagai binatang
yang berakal sehat yang mampu mengeluarkan pendapatnya, dan berbicara
berdasarkan pikirannya (the animal than reasons). Disamping itu manusia
juga binatang yang berpolitik (zoon politicon) dan binatang yang bersosial
(social animal).
4. Harold H. Titus menempatkan manusia sebagai organisme hewani yang
mampu mempelajari dirinya sendiri dan mampu menginterpretasi terhadap
19

bentuk-bentuk hidup serta dapat menyelidiki makna eksistensi insani


(Endang Saifudin, dalam Muhaimin, 1993;31).
5. Ahli mantiq mendevinisikan manusia sebagai “al-insan hayawanun nathiq”
(manusia adalah hewan yang berbahasa).

G. SOSOK MANUSIA INDONESIAN SESUNGGUHNYA


manusia Indonesia seutuhnya adalah perpaduan antara aspek
jasmani dan rohani setiap manusia dengan memiliki keimanan dan ketaqwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, aktif, tanggung jawab, berpendidikan
serta memiliki rasa cinta terhadap tanah air.
Pendidikan manusia seutuhnya, pada dasranya merupakan tujuan
yang hendak dicapai dalam konsep Value Education atau General Education
yakni :
1. Manusia memiliki wawasan menyeluruh terkait dengan segala aspek
kehidupan.
2. Memiliki kepribadian yang utuh.
Istilah menyeluruh dan utuh merupakan dua terminologi yang
memerlukan isi dan bentuk yang disesuaikan dengan konteks sosial budaya
dan keyakinan suatu bangsa yang dalam bahasa lain pendidikan yang
melahirkan
1. Pribadi yang dapat bertaqarrub kepada Allah dengan benar , dan
2. Layak hidup sebagai manusia
Untuk dapat menghasilkan manusia yang utuh , diperlukan suri
tauladan bersama antar keluarga, masyarakat , dan guru disekolah sebagai
wakil pemerintah. Patut diingat bahwa pembentukan jati diri manusia utuh
berada pada tataran efeksi, dan pembelajarannya dunia efeksi hanya akan
berhasil apabila dilakukan melalui metode pelakonan, pembiasaan, dan suri
tauladan dari orang dewasa. Manusia Indonesia seutuhnya dirumuskan di
dalam UU Pendidikan.
Dinyatakan bahwa pembangunan dilaksanakan di dalam rangka
pembangunan manusia Indonesia seutuhya dan pembangunan masyarakat
20

Indonesia seluruhnya. Hal ini benar bahwa pembangunan itu tidak hanya
mengejar kemajuan lahiriyah, seperti pendidikan, rasa aman, bebas
mengeluarkan pendapat, yang bertanggung jawab , atau rasa keadilan,
melainkan keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara keduanya.
Selanjutnya juga dapat diartikan bahwa pembangunan itu merata diseluruh
tanah air, bukan hanya untuk golongan atau sebagian dari masyarakat. Selain
itu, juga diartikan sebagai keselarasan hubungan antara manusia dengan tuhan-
Nya, antara sesama manusia, antara manusia dengan lingkungan alam
sekitarnya, keselarasan hubungan antara bangsa-bangsa dan juga keselarasan
antara cita-cita hidup didunia dengan kebahagiaan di akhirat.
21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada hakikatnya manusia adalah sebagai makhluk TUHAN yang
MAHA ESA, yang diciptakan dalam bentuk paling sempurna. Manusia
adalah makhluk spiritual yang akan menjalani fase fase peristiwa kehidupan
baik sebelum lahir, sekarang, maupun setelah mati.
Manusia juga adalah hamba dan khalifah ALLAH di bumi, maka
manusia merupakan makhluk ciptaan TUHAN, makhluk yang terlahir dalam
kondisi tidak berdaya ( kertabersih), membutuhkan bantuan dari orang lain,
makhluk yang memiliki kemampuan berfikir,masuk akal budi, selalu ingin
tahu tentang semuanya sesuatu, kemampuan berbicara, membuat perangkat
peralatan, makhluk sosial yang mampu berkerja sama, yang memiliki
hakikatnya masing masing baik individu maupun sosial.
Manusia pasti memiliki potensi yang bisa dikembangkan sesuai
dengan kreatifitas, inovasi, yang terus menerus dilakukan dengan
mempertimbangkan dimensi potensi manusia.

B. Rangkuman
1. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa
diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,
meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan
nitrogen tubuh).
2. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
3. Teori perkembangan individu dibagi menjadi tiga, yaitu teori nativisme,
teori empirisme, dan teori konvergensi.

22
23

4. Dari pendapat yang bermacam-macam dari para ahli terkait dengan


perkembangan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu konsepsikonsepsi
para ahli yang mengikuti aliran asosiasi, konsepsi-konsepsi para ahli yang
mengikuti aliran Gestalt dan Neo-Gestalt, dan konsepsi-konsepsi para ahli
yang mengikuti aliran sosiologisme.
5. Pengembangan manusia dibagi menajadi yaitu pengembangan manusia
sebagai makhluk individu, pengembangan manusia sebagai Makhluk
sosial, pengembangan manusia sebagai makhluk susila.
6. Pada hakikatnya manusia adalah sebagai makhluk TUHAN yang MAHA
ESA, yang diciptakan dalam bentuk paling sempurna. Manusia adalah
makhluk spiritual yang akan menjalani fase fase peristiwa kehidupan baik
sebelum lahir, sekarang, maupun setelah mati.
7. Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik yang secara
prinsipil membedakan manusia dengan hewan meskipun antara manusia
dan hewan banyak kemiripan terutama jika dilihat dari segi biologisnya.
8. Ada berbagai macam dimensi dimensi dalam perkembangan yaitu :
9. Individual, kesosialan, kesusilaan, keberagaman
10. Salah satu ciri makhluk hidup adalah tumbuh dan berkembang. Istilah
pertumbuhan dan perkembangan menyangkut dua peristiwa yang sifatnya
berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan yaitu tumbuh dan
kembang.
11. Suryabrata (2011:176) menyebutkan pada dasarnya teori ilmu
perkembangan dapat dibagi tiga yaitu teori nativisme, teori empirisme,
dan teori konvergensi.
12. konsepsi konsepsi perkembangan.
13. Beberapa pandangan tentang hakikat manusia :
a. Pandangan psikoanalitik
1) Tokoh psikoanalitik (Hansen, stefic, wanner, 1977) menyatakan
bahwa manusia [ada dasarnya digerakkan oleh dorongan-dorongan
dari dalam dirinya yang bersifat instingtif. Tingkah laku seseorang
24

ditentukan dan dikontrol oleh kekuatan psikologis yang sudah ada


pada diri seseorang, tidak ditentukan oleh nasibnya tetapi diarahkan
untuk memenuhi kebutuhan dan insting biologisnya.
2) Sigmund freud mengemukakan bahwa struktur kepribadian
seseorang terdiri dari tiga komponen yakni: ide, ego, super ego.
Masing-masing komponen tersebut merupakan berbagai insting
kebutuhan manusia yang mendasari perkembangan manusia.
b. Pandangan Humanistik
1) Pandangan Humanistik(Hansen, dkk, 1977) menolak pandangan
Freud bahwa manusia pada dasarnya tidak rasional, tidak
tersosialisasikan dan tidak memiliki control terhadapnasibnya
sendiri. Tokoh Humanistik (Roger) berpendapat bahwa manusia itu
memiliki dorongan untuk menyerahkan dirinya sendiri kearah
positif, manusia itu rasional, tersosialisasikan, mengatur, dan
mengontrol dirinya sendiri.
2) Pandangan Adler (1954), bahwa manusia tidak semata-mata
digerakkan oleh dorongan untuk memuaskan dirinya sendiri,
namun digerakkan oleh rasa tanggung jawab social serta oleh
kebutuhan untuk mencapai sesuatu.
14. Para ahli mempunyai pemahaman yang beragam dalam memahami
hakekat tentang manusia, hal ini dapat kita lihat dari berbagai pendapat
berikut;

a. Charles Robert Darwin (1809-1882) menetapkan manusia sejajar


dengan binatang, karena terjadinya manusia dari sebab-sebab
mekanis, yaitu lewat teori descendensi (ilmu turunan) dan
teori natural selection (teori pilihan alam)
b. Ernest Haeckel (1834-1919) menyatakan manusia dalam segala hal
menyerupai binatang beruas tulang belakang, yakni binatang
menyusui
25

c. Aristoteles (384-322) memeberikan devinisi manusia sebagai


binatang yang berakal sehat yang mampu mengeluarkan
pendapatnya, dan berbicara berdasarkan pikirannya (the animal than
reasons). Disamping itu manusia juga binatang yang berpolitik
(zoon politicon) dan binatang yang bersosial (social animal)
d. Harold H. Titus menempatkan manusia sebagai organisme hewani
yang mampu mempelajari dirinya sendiri dan mampu
menginterpretasi terhadap bentuk-bentuk hidup serta dapat
menyelidiki makna eksistensi insani (Endang Saifudin, dalam
Muhaimin, 1993;31)
e. Ahli mantiq mendevinisikan manusia sebagai “al-insan hayawanun
nathiq” (manusia adalah hewan yang berbahasa

15. manusia Indonesia seutuhnya adalah perpaduan antara aspek jasmani dan
rohani setiap manusia dengan memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, aktif, tanggung jawab, berpendidikan
serta memiliki rasa cinta terhadap tanah air.
Pendidikan manusia seutuhnya, pada dasranya merupakan tujuan yang
hendak dicapai dalam konsep Value Education atau General Education
yakni :
a. Manusia memiliki wawasan menyeluruh terkait dengan segala aspek
kehidupan.
b. Memiliki kepribadian yang utuh.

C. Saran
Kami sebagai penulis menyadari, bahwa makalah ini banyak sekali
kesalahan, dan sangat jauh dari kesempurnaan. Kendala dalamn penyusunan
makalah ini, yaitu kurangnya sumber referensi untuk membuat makalah.
Bagi pembaca, hasil makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan
pengetahuan, terkait dengan hakikat manusia yang masih ada hingga saat ini.
Khususnya yang berminat untuk mengetahui lebih jauh tentang hakikat
26

manusia maka perlu mengetahui harus mengetahui lebih banyak tentang


hakikat manusia dan pengembangannya
Tentunya, penulis memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber
yang dapat dipertanggung jawabkan nantinya.
GROSARIUM

omnivora : stilah omnivora berasal dari kata Latin omnis, yang artinya semua
atau segalanya, dan vorare yang artinya makan.
Animal Educable : manusia disebut 'animal educable' yaitu sebagai makhluk
yang dapat di didik. berbagai julukan terhadap manusia tersebut dia atas
menunjukkan sifat hakikat manusia yang tidak kita temui pada hewan.
Zoon politicon : Zoon Politicon merupakan sebuah istilah yang digunakan oleh
Aristoteles untuk menyebut makhluk sosial.
[1] Kata Zoon Politicon merupakan padanan kata dari kata Zoon yang berarti
"hewan" dan kata politicon yang berarti "bermasyarakat". Secara harfiah Zoon
Politicon berarti hewan yang bermasyarakat.
[2] Dalam pendapat ini, Aristoteles menerangkan bahwa manusia dikodratkan
untuk hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain, sebuah hal yang
membedakan manusia dengan hewan.
Gradual : berangsur-angsur; sedikit demi sedikit: menjelang Lebaran terjadi
kenaikan harga sembilan bahan pokok secara --; 2 sedikit; kecil: di sana-sini
terdapat perbedaan- perbedaan secara
GBHN : GBHN adalah haluan negara tentang penyelenggaraan negara dalam
garis-garis besar sebagai pernyataan kehendak rakyat secara menyeluruh dan
terpadu
Parsial : berhubungan atau merupakan bagian dari keseluruhan
Deferensiasi : Diferensiasi berarti menyesuaikan instruksi untuk memenuhi
kebutuhan individu. Apakah guru membedakan konten, proses, produk, atau
lingkungan belajar, penggunaan penilaian yang berkelanjutan dan
pengelompokan yang fleksibel menjadikan ini pendekatan pengajaran yang
berhasil.
stratifikasi : pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas
secara bertingkat atas dasar kekuasaan, hak-hak istimewa, dan prestise.

27
prososial : tingkah laku yang positif yang menguntungkan atau membuat
kondisi fisik atau psikis orang lain lebih baik yang dilakukan atas dasar sukarela
tanpa mengharapkan imbalan orang lain.
Freudianisme : ideologi libertarian progresif budaya berdasarkan karya karya
sigmun freud
bersifat instingtif : dengan atau menurut insting; bersifat atau secara insting
esensial : Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), esensial artinya
perlu sekali, mendasar, dan hakiki.
eksistensi : Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), eksistensi berarti
keberadaan. Kata ini mengacu pada kata dasar eksis. Eksis selain memiliki arti
ada dan berkembang. Selain itu, eksis juga bisa berarti dikenal, tenar dan
populer.
positif : Kata positif adalah kata yang mengandung penegasan adanya sesuatu,
seperti kaya (adanya harta benda), gemuk (adanya daging), terang (adanya
cahaya).
Value Education : Value based education atau pendidikan berbasis nilai
memberikan kekuatan dan energi pada setiap materi, mata pelajaran, dan mata
kuliah. Setiap pendidik pada jenjang apa pun, dari mulai PAUD sampai
perguruan bisa menjadikan konsep ini sebagai salah satu pijakan dalam
pembelajaran.
General Education : Pengertian GE secara singkat adalah Pendidikan yang
berkenaan dengan pengembangan keseluruhan kepribadian seseorang dalam
kaitannya dengan masyarakat dan lingkungan hidupnya.

28
DAFTAR PUSTAKA

Desmita. 2016. Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosda karya .diakses Tanggal


28 Agustus 2023 melaui https://klipaa.com/story/1962-hakikat-
manusia-dan-pengembangannya

Prawira, Purwa Atmaja. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Ar Ruzz Media.


Diakses pada 28 Agustus 2023 melalui
https://spada.kemdikbud.go.id/course/view.php?id=3245
Poerwanti, Endang & Wododo, Nur. 2002.Perkembangan Peserta Didik diakses
pada tanggal 28 Agustus 2023 melalui
https://www.blogbarabai.com/2017/11/pengertian-sifat-hakikat-
manusia.html#google_vignette
Malang: UMM Press. Suryabrata, Sumadi. 2011. Psikologi Pendidikan.
Diakses pada tanggal 28 agustus 2023 melalui
https://www.academia.edu/32661486/PANDANGAN_TENTANG_P
OTENSI_MANUSIA
Jakarta: Rajagrafindo Persada. Sutirna & Samsudin, Asep. 2015.diakses pada
tanggal 28 Agustus 2023 melalui
https://www.ilmiahku.com/2019/12/sosok-manusia-indonesia-
seutuhnya.html%20%20%20https:/
afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/14/hakikat-manusia-dan-
perkembangannya/
Landasan Pendidikan: Teori dan Praktek. Bandung: Refika Aditama Diakses pada
tanggal 28 Agustus 2023 melalui
https://www.ilmiahku.com/2019/12/sosok-manusia-indonesia-
seutuhnya.html%20%20%20https:/
afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/14/hakikat-manusia-dan-
perkembangannya/

29

Anda mungkin juga menyukai