MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Hadits Tarbawi II Pada Program Studi
Oleh:
KELOMPOK 1
RATNA (10156121097)
RUSDI ( 10156121111)
STAIN MAJENE
2022
KATA PENGANTAR
Dengan Menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang Puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan Rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah ini dengan judul “MANUSIA
DAN POTENSI PENDIDIKAN PERSPEKTIF HADITS“
Makalah ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Hadits Tarbawi II, sekaligus makalah
ini di buat untuk menambah wawasan tentang apa saja potensi pendidikan manusia menurut
perspektif hadits. Namun tidak terlepas dari itu kami mohon maaf apabila ada salah, baik dari
segi penyusunan, bahasa dan aspek lainnya.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, di
karnakan terbatasnya wawasan dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karna itu kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritikan dari berbagai pihak.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan kami.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………..
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG………………………………………………………………….
B. RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN…………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rasulullah SAW mengajarkan cara mengembangkan potensi manusia dengan
pendidikan islam. Perkembangan potensi manusia dipengaruhi oleh orang tua, teman
dan lingkungan sekitarnya. Oleh karenanya Rasulullah menerapkan pendidikan islam
dalam pengembangan potensi manusia, melalui orang tua dan lingkungan masyarakat.
Orang muslim harus menggunakan ilmu yang berdasarkan nilai-nilai Islam.
Al-qur’an dan hadis harus dijadikan referensi untuk membuat hipotesis dan asumsi
ilmu. Sebab al- qur’an dan hadits harus diletakkan sebagai petunjuk yang sudah
diyakini kebenarannya.
Melalui petunjuk dan penjelasan Al-qur’an, manusia dapat memahami,
memikirkan, dan menafsirkan maknanya untuk kemudian menghimpun ilmu
pengetahuan. Selanjutnya, ilmu pengetahuan tersebut diamalkan dalam segala aspek
kehidupan. Dengan ilmu pengetahuan yang diamalkan tersebut (ilmu sekaligus amal),
maka secara esensial Islam benar-benar menjadi rahmat bagi semua umat manusia.
Potensi yang ada pada manusia tersebut dapat mendorong manusia kepada dua
hal, yaitu kepada kebaikan dan keburukan, maka perlu adanya pendidikan untuk
selalu mengarahkan manusia ke perbuatan-perbuatan yang baik. Dan pada faktanya
pendidikan Islam memberikan solusi, yaitu dengan mendidik manusia sesuai fitrah
dan potensi yang ada dalam diri setiap anak.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini meliputi beberapa
aspek, yaitu:
1. Apa hubungan manusia dengan potensi pendidikan ?
2. Apa saja potensi-potensi manusia ?
3. Hadits apa saja yang membahas mengenai manusia dan potensi pendidikan ?
4. Apa pentingnya potensi pendidikan bagi manusia ?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Fitrah Manusia
Fitrah sebagai potensi dasar yang dimiliki manusia bukan sesuatu yang dibiarkan
begitu saja, tetapi seharusnya dikembangkan agar manusia dapat menjadi makhluk
sempurna. Usaha-usaha yang biasa dilakukan untuk mengembangkan fitrah adalah
dengan jalan pendidikan.
Dalam pengertian yang sederhana istilah definisi fitrah sering dimaknai suci dan
potensi. Secara etimologis, asal kata fitrah/ fitroh/pitrah berasal dari bahasa arab, yaitu
fitrah فطرةjamak فطرyang suka diartikan sebagai perangai, tabiat, kejadian, asli, agama,
ciptaan. Menurut Quraish Shihab, istilah fitrah di ambil dari akar kata al-fithr yang berarti
belahan. Dari makna ini lahir makna-makna lain antara lain pencipta atau kejadian.
Fitrah manusia berbeda dengan watak atau tabi’at. Juga berbeda dengan naluri/
garizah. Watak atau tabi’at adalah sikap dasar, seperti kalimat watak oksigen adalah
mudah terbakar. Jadi watak adalah karakteristik yang terdiri dari bentuk, dan materi
(maddah). Inilah yang merupakan watak atau tabi’at suatu benda. Sedangkan naluri atau
garizah adalah sifat dasar. Sifat dasar ini bukan muktasabah (bukan di peroleh). Dalam
naluri tidak terdapat kesadaran yang penuh. Untuk binatang, fitrah ini disebut naluri.
Fitrah sama dengan watak (tabi’at) dan naluri ini juga bukan di peroleh melalui usaha
(muktasabah). Bukan pula karena khuduri (perolehan). Istilah fitrah lazimnya untuk
manusia, naluri lazimnya untuk hewan, dan watak lazimnya untuk benda.
Makna fitrah dalam hadits Nabi Muhammad SAW merupakan potensi (fisik, akal,
ruhani) yang menjadi obyek untuk didik dalam sasaran pendidikan islam. Berupa potensi
berTuhan/ beragama, potensi berpikir, potensi berbuat kebaikan, potensi merusak atau
berbuat keburukan, dan potensi fisik yang dapat dibina dan di tumbuh kembangkan.
Tujuan pendidikan Islam harus mampu mengembangkan fitrah atau potensi
manusia (ruh berTuhan, akal, jasad, emosi, akhlak dan aspek kemasyarakatan (sosial).
Pendikan islam sebagai manifestasi insan kamil (makhluk terbaik) yang memiliki orientasi
tujuan untuk mengembangkan potensi (fitrah)nya serta mengembangkannya secara
tawazun (seimbang) anatar seluruh potensi manusia untuk kepentingan kehidupan dunia
dan akhirat sesuai dengan petunjuk Allah dalam Al-Qur’an dan al-Hadits. Menjadi pribadi
yang beriman bertakwa kepada Allah, memiliki akhlak yang mulia, serta memiliki
keterampilan hidup sesuai bakat dan minatnya secara proporsional untuk mempertahankan
hidup manusia, menyebarkan risalah ajaran islam dengan dakwah amar ma’ruf nahi
mungkar, sebagai khalifah di muka bumi yang mengolah, mengatur, memanfaatkan bumi
beserta isinya dalam ridho Allah SWT.
Dari hadits diatas maka dapat kita ketahui dan imani bersama bahwasannya jika
ingin dekat dengan Rasullullah diakhirat kelak maka dapat ditempuh dengan dua jalan
yaitu seorang yang berilmu dan seorang pejuang.
Oleh karena itu, banyak orang mengatakan bahwa pengalaman pribadi adalah guru
yang berharga, karena pengalaman manusia memungkinkan orang lain untuk belajar dan
mengajar orang lain, dan pengalaman belajar hidup manusia dapat membentuk cara
berpikir mereka. Pada saat yang sama, pendidikan alam berarti bahwa manusia pada
dasarnya memahami lingkungan sekitarnya. Orang-orang mempelajari objek, lingkungan,
dan bahkan orang-orang disekitarnya setiap hari. Dari interaksi antara manusia dan
berbagai objek dan masyarakat, diberikan pelajaran hidup yang akan mendorong manusia
untuk berpikir dimasa depan, sehingga dari interaksi tersebut muncul pola pikir pada diri
manusia.
Definisi kedua adalah pendidikan dalam arti sempit. Pendidikan semacam ini
identik dengan pendidikan formal atau sekolah, disekolah atau sekolah formal, pendidikan
dapat diselenggarakan oleh lembaga yang cocok untuk mengajar, dalam pendidikan formal
semacam ini, potensi masyarakat dibentuk sesuai dengan tingkat pendidikan dan
kepentingan masyarakat tersebut. Dalam pendidikan formal yang dilaksanakan disekolah,
interaksi antara guru dan teman sangat mempengaruhi cara berpikir anak. Oleh karena itu,
sekolah harus memiliki pengaruh yang positif, seperti menetapkan visi dan misi yang
bertujuan untuk mendidik anak agar memiliki kemampuan yang berprestasi tidak hanya
dibidang sains tetapi juga moralitas.
B. POTENSI-POTENSI MANUSIA
Menurut Ibn Taimiyah sebagaimana dikutip oleh Juhaja S. Praja pada diri
manusia juga memiliki setidaknya tiga potensi fitrah yaitu:
1. Daya intelektual (quwwat al-al-'aql) yaitu potensi dasar yang memungkinkan manusia
dapat membedakan nilai intelektualnya, manusia dapat mengetahui dan meng-Esakan
Tuhannya.
2. Daya defensif (quwwat al-ghaddab) yaitu potensi dasar yang dapat menghindarkan
manusia dari perbuatan yang dapat membahayakan dirinya.
Ada juga pendapat Ibn Taimiyah yang dikutip Nurchalis Majdid yang
membagi fitrah manusia kepada dua bentuk yaitu:
1. Fitrat Al-gharizat merupakan potensi dalam diri manusia yang dibawanya semenjak ia
lahir. Potensi tersebut antara lain nafsu, akal, hati nurani yang dapat dikembangkan
melalui jalur pendidikan.
2. Fitrat Al-munaazalat merupakan potensi luar manusia. Adapun wujud dari fitrah ini
yaitu wahyu allah yang diturunkan untuk membimbing dan mengarahkan fitrat
algharizat berkembang sesuai dengan fitrahnya yang hanif.
Muhammad Bin Asyur sebagaimana disitir M. Quraish Shihab dalam
mendefinisikan fitrah manusia ada beberapa potensi yang dimiliki oleh manusia
diantaranya yaitu:
1. Potensi jasadiah, yaitu contonya potensi berjalan tegak dengan menggunakan kedua
kaki.
2. Potensi akliyahnya, yaitu contohnya kemampuan manusia untuk menarik sesuatu
kesimpulan dari sejumlah premis.
3. Potensi rohaniyah, yaitu contohnya kemampuan manusia untuk dapat merasakan
senang, nikmat, sedih, bahagia, tentram, dan sebagainya.
Potensi-potensi tersebut berkembang seiring dengan perkembangan dan
pertumbuhan manusia, sejak kecil potensi tersebut dalam keadaan lemah, kemudian
kuat dan akan lemah kembali seperti semula.
علَى
َ َما ِم ْن َم ْولُ ْو ٍد اِالَّ يُ ْولَ ُد.سلَّ َم
َ علَ ْي ِه َو
َ ُّللا
ص َّل ه
َ ِّللا ُ قَا َل َر:َع ْنهُ قَال
س ْو ُل ه ُه َري َْرةَ َر ِض َي ه
َ ُّللا
Telah menceritakan kepada kami Adam telah menceritakan kepada kami Ibnu
Abu Dza’bin dari Az-Zuhriy dari Abu Salamah bin ‘Abdurrahman dari Abu Hurairah
radiallahu ‘anhu berkata; Nabi SAW bersabda: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan
fitrah. Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi
Yahudi, Nasrani, atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang
ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya
(HR.Bukhari.No.1296)”
Penjelasan hadis:
Berdasarkan hadits tersebut bahwa setiap anak telah memiliki fitrah atau suatu
potensi yang telah ada di dalam dirinya, orang tuanyalah yang memiliki tanggung
jawab untuk mengembangkan potensi tersebut. Dalam hadits tersebut, Rasulullah
tidak menyebutkan kata yusallim karena pada hakikatnya manusia itu terlahir dalam
keadaan Islam. Sebab manusia kehilangan fitrah keagamaannya itu dikarenakan
didikan dari kedua orang tuanya dan lingkungan yang membentuknya. Hadits tersebut
tidak hanya membahas mengenai potensi manusia dalam segi keagamaan, melainkan
juga potensi-potensi manusia yang lain. Potensi anak itu sangat bersih bagaikan suatu
kertas putih yang belum tercoret-coret oleh tinta. Sebagaimana yang diibaratkan oleh
Imam Ghazali dalam kitabnya, Ihya Ulumuddin, sebagai permata indah (Jauhar) yang
belum diukir, dibentuk dalam suatu rupa apapun. Permata itu merupakan amanat
Allah yang dititipkan kepada para orang tua.
Kaitan antara hadits setiap manuisa terlahir dalam keadaan fitrah dengan
pendidikan adalah dalam hadist tersebut Rasulullah menjelaskan bahwa setiap anak
yang lahir itu membawa potensi. Potensi-potensi itu tidaka akan bermanfaat apabila
tidak dikembangkan melalui pendidikan. Pendidikan sangat penting dalam
pengembangan potensi anak. Pendidikan anak dalam pengembangan potensinya tidak
hanya dilakukan di sekolah saja, melainkan pendidikan harus selalu diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Rasulullah mengajarkan kepada setiap orang tua untuk
mendidik anaknya dengan baik, sesuai dengan apa yang telah dituntunkan dalam Al-
Qur’an dan As-Sunnah.
Kesimpulan dari uraian di atas mengenai apa saja potensi pendidikan manusia
akan diuraikan sebagia berikut:
1. Potensi Ketauhidan
Manusia pertama kali terlahirdi dunia telah memiliki fitrah yaitu
potensi meyakini dan menerima kebenaran tauhid Allah. Setiap manusia
terlahir dalam keadaan muslim. Potensi Islam dalam diri manusia telah
Allah tanamkan sejak manusia dalam keadaan bayi.
2. Potensi Keahlian atau Bakat Manusia
3. Potensi Berpikir
Potensi berpikir manusia dapat membantu dalam pemecahan masalah
yang dialami sehari-hari. Potensi berpikir yang dimiliki manusia juga
dapat membantu mengembangkan kemaslahatan umat. Seperti
perkembangan teknologi dan lain sebagainya.
Potensi selanjutnya adalah akal, potensi ini disebut merupakan potensi yang
dimiliki manusia sehingga berbeda dan lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan
makhluk lainnya. Perkembangan yang dinamis seperti saat sekarang ini hanya dialami
dengan manusia diaman perkembangan yang dialami merupakan perkembangan yang
sangat luar biasa bahkan beberapa tempat aktivitas yang seharusnya di alami dan
dilakukan oleh manusia sudah tergantikan oleh computer bahkan robot sehingga
membawa perubahan pada kehidupan manusia. Namun sebenarnya ada satu fungsi akal
selain membuat manusia itu dinamis, fungsi itu adalah untuk membedakan mana yang
baik dan mana yang buruk.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manusia memang secara potensial adalah makhluk yang pantas dibebani kewajiban
dan tanggung jawab untuk memelihara dan mengembangkannya demi kesejahteraan
hidup mereka, salah satunya dengan pendidikan. Allah menciptakan manusia dengan
membawa potensi dapat dididik dan dapat mendidik sehingga mampu menjadi khalifah
di bumi. Meskipun demikian kalau potensi itu tidak di kembangkan, niscaya manusia
akan kurang bermakna dalam kehidupan.
B. SARAN
Kami terbuka pada siapa saja yang ingin memberikan saran kepada kami, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Semoga saran yang membangun dapat
memotivasi kita semua untuk menjadi pembelajaran dimateri setelahnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/45111268/MANUSIA_DAN_POTENSI_PENDIDIKAN
http://makalahqw.blogspot.com/2014/05/hadits-tarbawi-manusia-dan-potensi.html?m=1
https://www.academia.edu/45091329/MAKALAH_HADIST_TARBAWI_MANUSIA_DAN
_POTENSI_PENDIDIKAN