Anda di halaman 1dari 16

Hadist-Hadist Tentang Potensi-Potensi/Keunggulan

Manusia Yang Dikembangkan Lewat Pendidikan

MAKALAH
Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah Hadits Tarbawi
Dosen Pengampu : Dr. H. Tajuddin Nur, M.Pd.I.

Oleh

Adam Hasyim : 2210632110001


Dewi Solihat : 2210632110021

PROGRAM STUDI PASCASARJANA


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT dengan rahmat dan hidayah-Nya
lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Hadist-Hadist
Tentang Potensi-Potensi/Keunggulan Manusia Yang Dikembangkan Lewat
Pendidikan.

Adapun makalah ini kami susun guna memenuhi tugas mata Hadits Tarbawi.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah Dr. H.
Tajuddin Nur, M.Pd.I. karena telah memberikan kami tugas sehingga
menambah pengetahuan kami mengenai “Hadist-Hadist Tentang Potensi-
Potensi/Keunggulan Manusia Yang Dikembangkan Lewat Pendidikan. dan
juga membentuk kebersamaan dan sinergi dalam kelompok ini. Dan secara
khusus kami juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua kami yang
senantiasa memberikan semangat dan dukungan serta do’a yang selalu mengiringi
kami.

Kami memahami masih terdapat kekurangan dalam makalah ini, baik dalam hal
sistem penyusunan maupun materinya. Oleh sebab itu kami sangat berharap atas
kritik dan saran yang membangun guna mengembangkan pembahasan materi yang
lebih baik lagi untuk makalah selanjutnya.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................2
C. Tujuan Pembahasan.......................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................3

A. Potensi dan Keunggulan Manusia dalam Pendidikan Islam..........3


1. Potensi Akal.............................................................................4
2. Potensi Tauhid/Fitrah...............................................................7
3. Potensi Ruhiyah.......................................................................8
4. Potensi Bakat/Prestasi..............................................................9

BAB III PENUTUP.........................................................................................11

A. Kesimpulan...................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses alamiah yang tidak bisa dipisahkan dari
kehidupan manusia sehari-hari. Dapat dikatakan pula bahwa pendidikan
merupakan bagian dari hidup, karena tanpa disadari setiap hari manusia
melakukan proses pendidikan. Pedidikan yang dilalui manusia beraneka ragam,
karena pendidikan tidak hanya dapat dipelajari di bangku sekolah, melainkan juga
dapat dipelajari dalam kehidupan berupa pengalaman-pengalaman yang dialami
manusia.

Manusia yang merupakan makhluk terbaik yang sempurna ciptaan Allah


SWT, menyimpan banyak kelebihan yang bisa terus di optimalkan Oleh sebab itu
pembahasan tentang manusia merupakan masalah yang kompleks. Selain
mengenai dirinya, juga terkait dengan fungsi dan tanggung jawabnya. Manusia
selain dikenal sebagai makhluk alternatif, juga dinilai sebagai makhluk potensial
yang dapat berkembang dan dikembangkan. Dimaksud dengan makhluk alternatif,
karena manusia dianugerahkan kemampuan untuk menentukan arah dan pilihan
hidupnya.

Manusia adalah makhluk yang termulia di antara makhluk-makhluk yang


lain dan ia dijadikan oleh Allah dalam sebaik-baik bentuk/kejadian, baik fisik
maupun psikisnya, serta dilengkapi dengan berbagai alat potensial dan potensi-
potensi dasar (fitrah) yang dapat dikembangkan dan diaktualisasikan seoptimal
mungkin melalui proses pendidikan.1

Supaya manusia lurus dalam menentukan arah hidupnya sesuai dengan


nilai-nilai dari kemanusiaanya itu sendiri, Islam menyediakan pandangan
bagaimana mengoptimalkan segala potensinya sesuai dengan fitrah manusia
melalui pendidikan, karena pendidikan Islam menekankan pengembangan potensi

1
Hamim, A. H., Ahmad, N., & Suhartini, A. (n.d.). PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM.

1
dasar manusia, yaitu mentauhidkan Allah. agar tentunya sejalan denga hakikat
manusia sebagai makhluk yang mengabdi kepada Allah SWT.

2
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah adalah sebagai


berikut :

1. Potensi dan Keunggulan Manusia dalam Pendidikan Islam


2. Apa saja Hadist-Hadist dan Alquran Tentang Potensi-Potensi/Keunggulan
Manusia Yang Dikembangkan Lewat Pendidikan.?

C. Tujuan Pembahasan

Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka tujuan penulisan adalah


untuk mengetahui :

1. Potensi dan Keunggulan Manusia dalam Pendidikan Islam


2. Hadist-Hadist dan Alquran Tentang Potensi-Potensi/Keunggulan Manusia
Yang Dikembangkan Lewat Pendidikan.?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Potensi dan Keunggulan Manusia dalam Pendidikan Islam

Potensi dapat dijelaskan sebagai kemampuan dasar dari sesuatu yang masih
terkubur di dalamnya, menunggu untuk ditransformasikan menjadi kekuatan nyata
di dalam benda itu. Oleh karena itu potensi diri manusia merupakan kemampuan
dasar yang dimiliki oleh manusia yang masih terkubur dalam tubuhnya sendiri,
menunggu untuk direalisasikan sebagai manfaat nyata bagi kehidupan manusia.2

Manusia tidak bisa dilepaskan dari Pendidikan, sejak ia lahir hingga


meninggal Pendidikan senantiasa mengiringi hidupnya sepanjang hayat, hal ini
sebagaimana dalam hadits nabi yaitu :

‫ُأ ْطلُ ِب الْ ِعمْل َ ِم َن الْ َمهْ ِد ىَل الل َّ ْح ِد‬


‫ِإ‬
Artinya: “Tuntutlah ilmu dari buaian (bayi) hingga liang lahat.”

Pembahasan mengenai pendidikan tidak lepas dengan pembahasan manusia,


karena manusia adalah objek utama dalam pendidika tersebut. Manusia
merupakan makhluk yang sempurna diantara makhluk yang lainnya. Karena
dalam diri manusia terdapat daya pengetahuan yang mana tidak dimiliki oleh
makhluk lain. Banyak ilmuan yang mendefinisikan arti dari manusia salah satunya
adalah al-Attas, beliau mengatakan bahwa manusia adalah binatang rasiaonal,
maksudnya manusia memiliki daya untuk memahami makna-makna yang mana
tidak dapat dipahami oleh makhluk lain, manusia juga dapat merumuskan sesuatu
menjadi ilmu, perumusan itu tidak dilakukan dengan asal-asalan melainkan
dengan penelitian dan pengamatan. Daya akal pikiran itulah yang membentuk
rasional manusia.3

2
Wiyono, Slamet. 2006. Manajemen Potensi Diri, Jakarta: Grasindo
3
Suharto, Toto. 2016. Filsafat Pendidikan Islam (Menguatkan Epistimologi Islam dalam
Pendidikan). Jakarta: Ar-Ruzz Media

3
Daya Akal pikiran dan pengetahuan manusia itulah yang disebut dengan
potensi. Manusia ketika dilahirkan di dunia ini telah memiliki potensi yang dapat
membantunya untuk hidup. Potensi manusia tidak akan muncul apabila tidak ada
dorongan untuk dikembangkan. Pengembangan potensi manusia ini membutuhkan
berbagai faktor. Rasulullah SAW menjelaskan dalam hadisnya, beliau bersabda:

 ‫لُك ُّ َم ْولُو ٍد يُودَل ُ عَىَل الْ ِف ْط َر ِة فََأب َ َوا ُه هُي َ ِّو َدا ِن ِه َأ ْو يُنَرِّص َ ا ِن ِه َأ ْو يُ َم ِّج َسا ِن ِه‬ 

“Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka bapaknyalah yang


mebuatnya menjadi Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari No. 1319.
Muslim No. 2658)

Kaitan antara hadis tersebut dengan pendidikan adalah dalam hadis tersebut
Rasulullah menjelaskan bahwa setiap anak yang lahir itu membawa potensi.
Potensi-potensi itu tidak akan bermanfaat apabila tidak dikembangkan melalui
pendidikan. Pendidikan sangat penting dalam pengembangan potensi anak.

Pendidikan dalam pengembangan potensi manusia tidak hanya dilakukan di


sekolah saja, melainkan pendidikan mesti diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Rasulullah mengajarkan kepada setiap orang tua untuk mendidik anaknya dengan
baik, sesuai dengan apa yang telah dituntunkan dalam al-Qur’an dan hadits,
Adapun menurut pandangan Alquran dan Hadits tentang potensi manusia adalah
sebagai berikut :

1. Potensi Akal

Pengertian akal banyak diberikan para ahli. A.W Munawwir menyatakan


akal berasal dari Bahasa Arab dari kata ‘aql yang berarti akal, pikiran.4

4
AW. Munawwir, Kamus Al Munawwir Arab-Indonesia, (Surabaya : Pustaka Progressif, 1997), h.
957

4
Dalam Bahasa Indonesia akal diartikan sebagai alat berpikir, daya pikir (untuk
mengerti, pikiran, ingatan). Akal juga dapat diartikan sebagai daya (kekuatan)
untuk berpikir sedalam-dalamnya (sampai keakar-akarnya) untuk memahami
sesuatu atau dapat juga diartikan sebagai suatu jalan untuk melakukan sesuatu.

Dalam lisan Bahasaa Arab dikatakan bahwa al-‘aql berarti al-bijr yang
berarti menahan dan mengekang hawa nafsu. Selanjutnya dijelaskan bahwa
al-‘aql mengandung arti kebijaksanaan (al-nuba), lawan dari lemah pikiran (al-
bumq). Al-‘aql juga mengandung arti qalbu (al-qalb) yang berarti memahami.
Berarti akal dapat juga diartikan sebagai alat untuk merenung dan memahami
sesuatu untuk mendapatkan pengetahuan. Kata akal dalam Al Qur-an juga
memiliki makna intelektual. Sebab, akal merupakan kemampuan berpikir untuk
menggunakan nalarnya dalam mencari dana tau memecahkan permasalahan yang
terdapat dalam proses kehidupan.

Dalam konteks ayat-ayat Al Qur-an kata akal dapat dipahami sebagai daya
untuk memahami dan menggambarkan sesuatu. Dorongan moral dan daya untuk
mengambil pelajaran dan kesimpulan serta hikmah, akal memiliki posisi yang
sangat mulia. Karena segala pengetahuan diperoleh dari akal, walau demikian
bukan berarti akal diberi kebebasan tanpa batas dalam memahami agama.

Di antara sekian ajaran al-Qur’an dan al-Hadis yang paling fenomenal yaitu
anjurannya untuk umat Islam dalam memaksimalkan akal. Dampak dari anjuran
ini umat Islam mulai memikirkan alam semesta dengan segenap isinya yang
akibatnya ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat. Jika kita merujuk kepada
al-Qur’an, maka akan mudah kita jumpai ayat-ayat al-Qur’an yang
memerintahkan kita untuk berpikir dan menggunakan akal sampai-sampai
perkataan la’allakum ta’qilun, la’allakum tatadabarun, la’allakum tatafakkarun
sering kita jumpai di dalam al-Qur’an. Al-Qur’an juga mengapresiasi dengan
sangat tinggi orang-orang yang berilmu bahkan berjanji untuk mengangkat
mereka beberapa derajat:

5
ٌ ‫يَ ْرفَع ِ اهّٰلل ُ اذَّل ِ ْي َن ٰا َمنُ ْوا ِمنْمُك ْۙ َواذَّل ِ ْي َن ُا ْوتُوا الْ ِعمْل َ د ََر ٰج ٍ ۗت َواهّٰلل ُ ِب َما تَ ْع َملُ ْو َن َخ ِبرْي‬

Artinya : Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di


antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah
Mahateliti apa yang kamu kerjakan.

Hal yang sama terdapat juga di dalam Hadist, bagaimana Nabi Muhammad
mendorong umat Islam :

Wajib Menuntut Ilmu

ٍ ‫مطلَ ُب الْعِمْل ِ فَ ِريْضَ ٌة عَىَل لُك ِّ ُم ْسمِل‬ 


“menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim” (H.R. al-Baihaqi).5

Memerintahkan Berfikir segala ciptaan-Nya.

ِ ‫تَ َفكَّ ُر ْوا يِف َخلْ ِق هللا َو َال تَ َفكَّ ُر ْوا يِف‬
‫هللا‬

“Berpikirlah kamu tentang ciptaan Allah dan janganlah kamu berfikir tentang
Dzat Allah” (HR. Abu Nu’aim dari Ibnu Abbas).

Pentingnya Menguasai Ilmu Pengetahuan

ِ ‫ َو َم ْن َأ َرا َدمُه َا فَ َعلَ ْي ِه ِابلعِمْل‬، ِ ‫ َو َم ْن َأ َرا َد اآل ِخ َر َه فَ َعلَ ْي ِه اِب لْعِمْل‬، ِ ‫َم ْن َأ َرا َد ادلُّ نْ َيا فَ َعلَ ْي ِه اِب ْ لعِمْل‬
"Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia menguasai ilmu.
Barangsiapa menginginkan akhirat, hendaklah ia menguasai ilmu. Dan barang siapa yang
menginginkan keduanya (dunia dan akhirat), hendaklah ia menguasai ilmu." (HR.
Ahmad)

Ilmu lebih berharga ketimbang uang

‫َّن اَأْلنْ ِب َي َاء ل َ ْم ي ُ َو ِّرثُوا ِدينَ ًارا َواَل ِد ْرمَه ًا ن َّ َما َو َّرثُوا الْعِمْل َ فَ َم ْن َأخ ََذ ِب ِه َأخ ََذ حِب َظٍّ َوا ِف ٍر‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬

5
Diriwayatkan pula dari Ibn Majah. Lihat Ibn Majah, Sunan Ibn Majah) (Sunan Ibn Majah
(Beirut: Dar Ihya al-Kutub al-Arabi, T,tp), vol 1, hal, 81. Bahkan Nabi saw menempatkan akal
sebagai identitas orang yang beriman.

6
“Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, sesungguhnya
mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang telah mengambilnya,
maka ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. Abu Dawud dan At-
Tirmidzi).

2. Potensi Tauhid/Fitrah

Manusia pertama kali terlahir di dunia telah memiliki fitrah yaitu potensi
menyakini dan menerima kebenaran tauhid Allah. setiap manusia terlahir dalam
keadaan muslim. Potensi Islam dalam diri manusia telah Allah tanamkan sejak
manusia dalam keadaan bayi. Faktanya, setiap manusia, dalam hatinya kecilnya
percaya bahwa di dunia ini ada Dzat yang maha menciptakan seluruh alam
semesta ini, dan Dzat itu tidak memerlukan pertolongan makhluk lain untuk dapat
menciptakan alam semesta yang ada.6

Nabi Muhammad SAW bersabda:

 ‫لُك ُّ َم ْولُو ٍد يُودَل ُ عَىَل الْ ِف ْط َر ِة فََأب َ َوا ُه هُي َ ِّو َدا ِن ِه َأ ْو يُنَرِّص َ ا ِن ِه َأ ْو يُ َم ِّج َسا ِن ِه‬ 

“Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka bapaknyalah yang


mebuatnya menjadi Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari No. 1319.
Muslim No. 2658)

Dalam Alquran Allah SWT Berfirman :

_ۚ _ِ ‫ف_ََأ ِق_ ْ_م_ _َو هْج َ َك_ ِل_ ِّ_دل_ ي_ ِ_ن_ َح_ ِن_ ي_ ًف_ ا_ ۚ_ ِف_ ْ_ط_ َر_ َت_ ا_هَّلل ِ_ ا_لَّ_يِت ف_َ _َط َر_ ا_ل_نَّ_ا_ َس_ ع_َل_َهْي َ ا_ ۚ_ اَل ت_َ ْب_ ِد_ ي_ َل_ ِل_ َخ_ لْ_ ِ_ق_ ا_هَّلل‬
_‫َذ_ٰ كِل َ ا ِّ__دل ي_ ُ_ن_ ا_لْ_ق_َ مِّي ُ_ _َو ل_َٰ ِك_ َّن_ َأ ْك_ رَث َ ا_ل_نَّ_ا_ ِ_س_ اَل ي_َ ْع_ ل_َ ُم_ و_ َن‬

Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;


(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui, (QS. Ar-Rum:30)

6
Lestari, I. A., Ismail, G., Islam, F. A., & Yogyakarta, U. M. (n.d.). (Kajian Ḥ ad ῑṡ tentang Setiap
Manusia Terlahir dalam Keadaan Fitrah). 3–23.

7
Pada ayat ini Allah telah menciptakan semua makhlukNya berdasarkan
fitrahnya surat ini telah menginspirasikan untuk mengembangkan dan
mengaktualisasikan fitrah atau potensi itu dengan baik dan lurus.7

3. Potensi Ruhiyah

Adalah potensi yang dilekatkan pada hati nurani untuk membedakan dan
memilih jalan yang haq dan yang bathil, jalan menuju ketaqwaan dan jalan
menuju kedurhakaan.

‫فََألْهَ َمهَا فُ ُج َورهَا َوتَ ْق َواهَا‬ , ۖ ‫َون َ ْف ٍس َّو َما َس ٰ ّوهىَا‬

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : "dan jiwa serta penyempurnaannya


(ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya." (QS. Asy Syams : 7-8).

Di dalam hati setiap manusia telah tertanam potensi ini, yang dapat
membedakan jalan kebaikan (kebenaran) dan jalan keburukan (kesalahan) dari
kemampuan ini, Nabi Shallallahu’alaihi wasallam pernah bersabda :

"Wabishah bin Ma'hab Ra berkata : Saya datang kepada Nabi


Shallallahu’alaihi wasallam untuk bertanya tentang bakti (al-birri). Maka sebelum
saya bertanya, Nabi bertanya : "Kau datang untuk bertanya tentang bakti ?"
Jawabku : Ya. Bersabda Nabi Shallallahu’alaihi wasallam : "Tanyakan pada
hatimu. Baktimu ialah semua perbuatan yang menimbulkan ketenangan dalam
hati dan jiwa. sedangkan dosa, itu semua perbuatan yang menimbulkan keraguan
dalam hati dan jiwa. Meskipun telah mendapat fatwa dari orang-orang". (HR
Ahmad dan Darimi).

4. Potensi Bakat/Prestasi

Al-Qur’an yang menjadi kitab suci umat Islam juga bisa menjadikan
seseorang berbakat. Ada beberapa hal dalam Al-Qur’an yang menjadikan
seseorang berbakat. Ada anak kecil yang hafal Al-Qur’an, ada yang pintar
7
Maimunah Hasan, Membangun Kreativitas Anak Secara Islami (Yogyakarta : bintang cemerlang
2002) hlm. 9

8
melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan berbagai lagu qiro’ah dan masih banyak
beberapa contoh anak berbakat lainnya. Salah satu aspek dalam bakat adalah
kemampuan kognisi serta intelegensi tinggi. Hafalan juga merupakan bagian dari
intelegensi. Oleh karena itu, seorang anak yang sudah bisa hafal Al-Qur’an setebal
ratusan halaman dikatakan sebagai anak berbakat. Tentunya bakat ini tidak
langsung didapatkan seketika itu. Ada potensi pada anak kecil saat lahir yang
diketahui oleh orang tuanya. Kemudian ada proses yang dijalani untuk mencapai
bakat ini.

Lebih daripada itu manusia memiliki potensi apapun sesuai dengan


perkembangan zaman, hal inilah yang, membedakan manusia dngan makhluk
lainnya, setiap manusia memiliki kemampuan dan potensi dalam dirinya,
sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Surah At Tin (QS. 95), ayat 4:

ٍ ‫۫ لَ َقدۡ َخلَ ۡقنَا ااۡل ِن ۡ َس َان یِف ۤۡ َا ۡح َس ِن تَ ۡق ِومۡی‬


Artinya: Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya (Q.S At-tin:4)

Dalam hadist juga dijelaskan :

‫ « الْ ُمْؤ ِم ُن الْ َق ِو ُّى َخرْي ٌ َوَأ َح ُّب ىَل اهَّلل ِ ِم َن‬-‫صىل هللا عليه وسمل‬- ِ ‫ول اهَّلل‬ ُ ‫َع ْن َأىِب ه َُر ْي َر َة قَا َل قَا َل َر ُس‬
‫ِإ‬
‫الْ ُمْؤ ِم ِن الضَّ ِع ِيف َوىِف لُك ٍّ َخرْي ٌ ْاح ِر ْص عَىَل َما ي َ ْن َف ُع َك َو ْاس َت ِع ْن اِب هَّلل ِ َو َال تَ ْعجِ ْز َو ْن َأ َصاب َ َك ىَش ْ ٌء فَ َال تَ ُق ْل‬
‫ِإ‬
َّ ‫ َولَ ِك ْن قُ ْل قَدَ ُر اهَّلل ِ َو َما َش َاء فَ َع َل فَ َّن لَ ْو تَ ْفتَ ُح مَع َ َل‬.‫لَ ْو َأىِّن فَ َعلْ ُت اَك َن َك َذا َو َك َذا‬
‫الش ْي َط ِان‬
‫ِإ‬
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda, “Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh
Allah daripada seorang mukmin yang lemah. Namun, keduanya memiliki
keistimewaan masing-masing. Berusahalah semaksimal mungkin untuk
menggapai hal-hal yang bermanfaat untukmu! Mintalah pertolongan kepada Allah
dan janganlah menjadi orang yang lemah! Jika ada suatu musibah yang
menimpamu, janganlah engkau katakan: “seandainya aku lakukan hal lain (selain
yang aku lakukan tadi), maka aku akan begini dan begitu”! Namun katakanlah:

9
“hal tersebut merupakan bagian dari takdir yang Allah telah tentukan dan Allah
telah melakukan apa yang Ia kehendaki”. Ketahuilah bahwa berandai-andai itu
memberi peluang kepada syetan untuk memainkan perannya.” (HR. Muslim no.
6945, Imam Ahmad no. 8777 dan 8815, Ibnu Majah no. 79 dan 4168, Nasai no.
10457, Ibnu Hibban, Baihaqi, dan lainnya).

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan diatas, kesimpulan yang dapat diambil bahwa dalam islam
sudah begitu kumplit menanamkan nilai pendidikan dalam rangka
mengembangkan setiap potensi manusia yang dimiliki. Bahkan dalam islam
manusia merupakan makhluk yang sempurna dengan segala potensi yang
dimilikinya wajib dimaksimalkan dan di maf. Akan tetapi memaksimalkan potensi
manusia tentunya tidaklah mudah, perlu pendidikan yang tepat dalam membentuk
manusia seutuhnya yang bertaqwa kepada Allah SWT.

11
DAFTAR PUSTAKA

AW. Munawwir, Kamus Al Munawwir Arab-Indonesia, (Surabaya : Pustaka


Progressif, 1997), h. 957
Diriwayatkan pula dari Ibn Majah. Lihat Ibn Majah, Sunan Ibn Majah (Sunan Ibn
Majah) (Beirut: Dar Ihya al-Kutub al-Arabi, T,tp), vol 1, hal, 81. Bahkan Nabi
saw menempatkan akal sebagai identitas orang yang beriman.
Hamim, A. H., Ahmad, N., & Suhartini, A. (n.d.). PERSPEKTIF PENDIDIKAN
ISLAM.
Lestari, I. A., Ismail, G., Islam, F. A., & Yogyakarta, U. M. (n.d.). (Kajian Ḥ ad ῑṡ
tentang Setiap Manusia Terlahir dalam Keadaan Fitrah). 3–23.

Maimunah Hasan, Membangun Kreativitas Anak Secara Islami (Yogyakarta :


bintang cemerlang 2002) hlm. 9

Suharto, Toto. 2016. Filsafat Pendidikan Islam (Menguatkan Epistimologi Islam


dalam Pendidikan). Jakarta: Ar-Ruzz Media
Wiyono, Slamet. 2006. Manajemen Potensi Diri, Jakarta: Grasindo

12

Anda mungkin juga menyukai