A. Definisi Sejarah
Sejarah adalah pelajaran dan pengetahuan tentang perjalanan masa lampau ummat manusia, mengenai apa
yang dikerjakan, dikatakan dan dipikirkan oleh manusia pada masa lampau, untuk menjadi cerminan dan
pedoman berupa pelajaran, peringatan, kebenaran bagi masa kini dan mendatang untuk mengukuhkan hati
manusia.
Berbagai permasalahan yang menyebabkan di antara mahasisw yang beragamakan islam harus mendirikan
organisasi yang bernama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), faktor –faktor yang ada diantaranya kondisi
umaat islam di dunia, kondisi umat islam di Indonesia, dan kondisi perguruan tinggi berikut Mahasiswanya.
Sosok Lafran pane yang merupakan pemerakarsa berdirinya HMI. Beliau lahir pada tanggal 5
pebruari 1922..... medan dengan keinginanya beliau mangenyam pendidikan di Sekolah tinggi Islam
(STI)yang bertempat di jakarta, sesuai dengan di pindahkanya STI ke Yogjakarta pada tahun 1945 lafran pane
terpaksa harus pindah studi ke yogja. Pada tanggal 5 pebruari 1947 Organisasi HMI didirikan pada , seiring
dengan berjalanya waktu dan juga rasa ketidak puasanya Lafran Pane untuk mencari ilmu beliau meneruskan
studinya dengan berpindah ke Akademik Ilmu Politik (AIP)pada tahun 1948. Pada tahun 1949 AIP disatikan
dan menjadi salah satu Fakultas di Unaversitas Gajah Mada, hanya saja pada waktu itu namanya bukan
Universitas Gajah Mada melainkan Balai Perguruan tinggi Gajah Mada. Secara Otomatis Lafran pane menjadi
salah sati mahasiswa yang menjadi mahasiswa petama di UGM dan menjadi mahasiswa lulusan pertama di
UGM pada tanggal 26 januari 1953.
Seiring dengan tujuan HMI yang digariskan sejak awal berdirinya, maka konsekuensinya dalam masa perang
kemerdekaan, HMI terjun kegelanggang pertempuran melawan agresi yang dilakukan oleh Belanda,
membantu Pemerintah, baik langsung memegang senjata bedil dan bambu runcing, sebagai staff, penerangan,
penghubung. Untuk menghadapi pemberontakkan PKI di Madiun 18 September 1948, Ketua PPMI/ Wakil
Ketua PB HMI Ahmad Tirtosudiro membentuk Corps Mahasiswa (CM), dengan Komandan Hartono dan
wakil Komandan Ahmad Tirtosudiro, ikut membantu Pemerintah menumpas pemberontakkan PKI di Madiun,
dengan mengerahkan anggota CM ke gunung-gunung, memperkuat aparat pemerintah. Sejak itulah dendam
kesumat PKI terhadap HMI tertanam. Dendam disertai benci itu nampak sangat menonjol pada
tahun \’64-\’65, disaat-saat menjelang meletusnya G30S/PKI.
Selama para kader HMI banyak yang terjun ke gelanggang pertempuran melawan pihak-pihak agresor,
selama itu pula pembinaan organisasi terabaikan. Namun hal itu dilakukan secara sadar, karena itu semua
untuk merealisir tujuan dari HMI sendiri, serta dwi tugasnya yakni tugas Agama dan tugas Bangsa. Maka
dengan adanya penyerahan kedaulatan Rakyat tanggal 27 Desember 1949, mahasiswa yang berniat untuk
melanjutkan kuliahnya bermunculan di Yogyakarta. Sejak tahun 1950 dilaksankanlah tugas-tugas konsolidasi
internal organisasi. Disadari bahwa konsolidasi organisasi adalah masalah besar sepanjang masa. Bulan Juli
1951 PB HMI dipindahkan dari Yogyakarta ke Jakarta.
Setelah Orde Baru mantap, Pancasila dilaksanakan secara murni serta konsekuen (meski hal ini perlu
kajian lagi secara mendalam), maka sejak tanggal 1 April 1969 dimulailah Rencana Pembangunan Lima
Tahun (Repelita). HMI pun sesuai dengan 5 aspek pemikirannya turut pula memberikan sumbangan serta
partisipasinya dalam era awal pembagunan. Bentuk-bentuk partisipasi HMI baik anggotanya maupun yang
telah menjadi alumni meliputi diantaranya :
1. Partisipasi dalam pembentukan suasana, situasi dan iklim yang memungkinkan dilaksanakannya
pembangunan
2. Partisipasi dalam pemberian konsep-konsep dalam berbagai aspek pemikiran.
3. Partisipasi dalam bentuk pelaksana langsung dari pembangunan.
Suatu ciri khas yang dibina oleh HMI, diantaranya adalah kebebasan berpikir dikalangan anggotanya,
karena pada hakikatnya timbulnya pembaharuan karena adanya pemikiran yang bersifat dinamis dari
masing-masing individu. Disebutkan bahwa fase pergolakan pemikiran ini muncul pada tahun 1970,
tetapi geja-gejalanya telah nampak pada tahun 1968. Namun klimaksnya memang terjadi pada tahun
1970 dimana secara relatif masalah-masalah intern organisasi yang rutin telah terselesaikan. Sementara
dilain sisi persoalan ekstern muncul menghadang dengan segudang problema. Pada tahun 1970
Nurcholis Madjid menyampaikan ide pembaharuan dengan topic keharusan pembaharuan didalam
pemikiran Islam dan masalah integritas umat. Sebagai konsekuensinya di HMI timbul pergolakan
pemikiran dalam berbagai substansi permasalahan yang. Perbedaan pendapat dan penafsiran menjadi
dinamika di dalam menginterpretasikan dinamika persoalan kebangsaan dan keumatan. Hal ini misalnya
dalam dialektika dan perbincangan seputar Negara dan Islam, konsep Negara Islam, persoalan Islam
Kaffah sampai pada penyesuaian dasar HMI dari Islam menjadi Pancasila sebagai bentuk ijtihad
organisasi didalam mempertahankan cita-cita jangka panjang keummatan dan kebangsaan.
Secara histories sejak tahun 1995 HMI mulai melaksanakan gerakan reformasi dengan menyampaikan
pandangan, gagasan dan kritik terhadap pemerintahan. Sesuai dengan kebijakan PB HMI bahwa HMI tidak
akan melakukan tindakan-tindakan inkonstitusional dan konfrontatif. Gerakan koreksi pemerintahanpertama
disampaikan pada jaman konggres XX HMI di Istana Negara tanggal 21 Januari 1995. kemudian peringatan
MILAD HMI Ke 50 Saudara Ketua Umum Taufiq Hidayat menegaskan dan menjawab kritik-kritik yang
menyebutkan bahwa HMI terlalu dekat dengan kekuasaan. Bagi HMI kekuasaan bukanlah wilayah yang
haram. Tetapi adalah wilayah pencermatan dan kekritisan terhadap pemerintahan. Kemudian dalam
penyampaian Anas Urbaningrun pada MILAD HMI ke 51 di Graha Insan Cita Depok tanggal 22 Pebruari
1998 dengan judul “Urgensi Reformasi bagi Pembangunan Bangsa Yang Bermartabat”.
Kritik terhadap HMI datang dari dalam dan dari luar HMI. Kritik ini sangat positif karena dengan
demikian HMI akam mengetahui kekurangan dan kelebihan organisasi. Sehingga kedepan kita mampu
memperbaiki dan menentukan sikap dan kebijakan yang sesuai dengan keadaan jaman.
Dari masa kemasa, beberapa persoalan yang dihadapkan pada HMI tentang kritik independensi HMI,
kedekatan dengan militer, sikap HMI terhadap komunisme, tuntutan Negara Islam, dukungan terhadap
rehabilitasi masyumi, penerimaan azas tunggal Pancasila, adaptasi rasionalitas pemikiran, dan lain-lain yang
memberikan penilaian kemunduran terhadap HMI, Yahya Muhaimin dalam konggres HMI ke XX
mengemukakan konsep tentang revitalisasi, reaktualisasi, refungsionalisasi, dan restrukturisasi organisasi.
Anas Urbaningrum menjawabnya dengan pemberian wacana politik etis HMI. Yakni dengan langkah :
Peningkatan visi HMI, intelektualisasi, penguasaan basis dan modernisasi organisasi.
Untuk pencapaian tujuan HMI perlu dipersiapkan kondisi yang tepat sebagai modal untuk merekayasa masa
depan sesuai dengan 5 kualitas insan cita HMI. Tantangan yang dihadapi HMI dan masa depan bangsa
Indonesia sangat komplek. Tetapi justeru akan menjadi peluang yang sangat baik untuk memperjuangkan cita-
cita HMI sampai mencapai tujuan.
F. PENUTUP
Dengan mengetahui sejarah masa lampau dapat diketahui kebesaran dan semangat juang HMI. Hal
tersebut merupakan tonggak bagi HMI untuk meneruskan perjuangan para pendahulunya pada masa kini dan
menuju hari esok yang lebih baik. Mempelajari HMI tidak hanya cukup dengan mengikuti training formal.
Mempelajari dan menghayati HMI harus dilakukan secara terus menerus tanpa batas kapan dan dimanapun.
Dengan cara seperti itulah pemahaman dan penghayatan akan nilai-nilai HMI dapat dilakukan secata utuh dan
benar.
Yakin usaha sampai bahagia hmi.