Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MANUSIA,POTENSI,PENDIDIKAN DAN MANAGEMENT BERDASARKAN HADIST

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah Al Hadist

Dosen Pengampu: Gus Muhammad Rodhi,M.Pd

Disusun oleh

Rusdi Hasanudin
Halimatus Syakdiyah

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH(STIT)NU SUMBER AGUNG

KEC.BUAY MADANG TIMUR KAB.OKU TIMUR

PROVINSI SUMATERA SELATAN


KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohiim…..
Segala puji dan syukur kita atas kehadirat Allah SWT yang maha kuasa yang telah
begitu banyak memberikan nikmat-nikmatnya, nikmat iman maupun nikman islam dan begitu
juga nikmat yang lainnya, hingga kita tak mampu untuk menghitung nikmat tersebut. Dan juga
solawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita, nabi agung kita nabi Muhammad
SAW yang telah membawa risalah Islam sehingga kita dapat merasakan indahnya Islam ini.
Pada makalah ini kami dari kelompok presentasi akan menjabarkan dan juga mengorek
pada setiap sudut judul yang akan kami urai pada kesempatan kali ini, dan judul yang akan
kami presentasikan adalah “MANUSIA,POTENSI,PENDIDIKAN DAN MANAGEMENT
BERDASARKAN HADIST”. Namun kami mohon maaf bila ada kekurangan dalam kami
menjelaskan teori ini atau mungkin bahasa kami yang masih agak kaku, mohon pengertiannya.
Sekian terima kasih…

Sumedangsari,30 September 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER
MAKALAH.................................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................iii
BAB I...........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG MASALAH................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................................1
BAB II..........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..........................................................................................................................................2
A. MANUSIA DAN POTENSI PENDIDIKAN..................................................................................2
1. Fitrah Manusia.............................................................................................................................2
2. Manusia Dan Pendidikan (ilmu)..................................................................................................3
3. Pentingnya Potensi Pendidikan....................................................................................................4
4. Keutamaan Menuntut Ilmu..........................................................................................................6
BAB III........................................................................................................................................................9
PENUTUP....................................................................................................................................................9
A. KESIMPULAN................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................10

3
4
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Allah menciptakan alam dunia beserta isinya tidak sekaligus, melainkan melalui
tahapan- tahapan selama enam periode seperti dalam (QS.Al-A‟raf:54). Dikalangan sufi
secara tidak tertulis diajarkan bahwa makhluk pertama yang diciptakan Allah adalah alam
nur, alam arwah, alam malakut, alam jabarut, alam mitsal, dan yang terakhir diciptakan
alam insan (alam manusia). Sebagai makhluk yang paling bungsu, manusia merupakan
ciptaan dan karya Allah yang paling istimewa dan sempurna. Manusia merupakan satu-
satunya makhluk Allah yang perbuatannya mampu mewujudkan bagian tertinggi dari
kehendak tuhan sebagai pencipta alam semesta. Keistimewaan manusia dibanding dengan
makhluk lain yaitu kejadiannya yang terdiri dari dua dimensi yaitu dimensi jasmani dan
rohani.

Al-Qur‟an datang dengan pesan intelektual yang sangat jelas dan kental dimana ayat
pertama yang turun ialah perintah membaca: Iqra‟. Dalam kaitan dengan potensi
pendidikan, Alquran dapat dilihat dalam tiga prespektif. Pertama, Alquran menetapkan dan
menegaskan bahwa pendidikan sangat penting dan mutlak harus dipejuangkan oleh umat
islam. Kedua, semua aktifitas umat islam termasuk didalam nya pendidikan mestilah
merujuk kepada kitab suci Alquran dan hadist. Alquran berada di urutan utama dan yang
paling penting sebagai rujukan umat islam dalam merumuskan filsafat, teori, dan praktik
pendidikan. Keitiga, Alquran sebagai materi pendidikan. Sepanjang sejarah, Alquran selalu
menjadi bagian penting dari isi atau materi pendidikan.

Menurut imam Al Ghazali salah satu sifat kodrati dari manusia yaitu tidak pernah
berhenti bertanya dalam hal mencari kebenaran hingga final serta selalu ingin bertanya-
tanya tentang rahasia alam semesta. Dalam prosesnya pendidikan juga mengarah pada
pendekatan diri kepada Allah dan kesempurnaan insani yang bertujuan bahagia di dunia
dan akhirat.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Firah dari manusia itu ?
2. Bagaimana hubungan manusia dan pendidikan?
3. Apa pentingnya potensi pendidikan ?

1
4. Apa keutamaan menuntut ilmu ?

BAB II

PEMBAHASAN

A. MANUSIA DAN POTENSI PENDIDIKAN


1. Fitrah Manusia
Fitrah sebagai potensi dasar yang dimiliki manusia bukan sesuatu yang dibiarkan
begitu saja, tetapi harus dikembangkan agar manusia dapat menjadi makhluk
sempurna. Usaha yang bias dilakukan untuk mangembangkan fitrah adalah dengan
jalan pendidikan.4 Sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh iman Al-Bukhori
berikut:
Artinya: “Abdan menceritakan kepada kami (dengan berkata) 'Abdullâh
memberitahukan kepada kami (yang berkata) Yunus menceritakan kepada kami (yang
berasal) dari al-Zuhri (yang menyatakan) Abu Salamah bin 'Abd al-Rahmân
memberitahukan kepadaku bahwa Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah saw bersabda:
"Setiap anak lahir (dalam keadaan) fitrah, Kedua orang tuanya (memiliki andil dalam)
menjadikan anak beragama Yahudi, Nasrani, atau bahkan beragama Majusi,
sebagaimana binatang ternak memperanakkan seekor binatang (yang sempurna
anggota tubuhnya). Apakah anda melihat anak binatang itu ada yang cacat (putus
telinganya atau anggota tubuhnya yang lain)?5
Dalam pengertian yang sederhana istilah definisi fitrah sering dimaknai suci dan
potensi. Secara etimologis, asal kata fitrah/fitroh/pitrah berasal dari bahasa Arab,
yaitu fitrah jamak fithar yang suka diartikan sebagai perangai, tabiat, kejadian, asli,
agama, ciptaan. Menurut Quraish Shihab, istilah fitrah diambil dari akar kata al-fithr
yang berarti belahan. Dari makna ini lahir makna-makna lain, antara lain pencipta atau
kejadian.
Fitrah manusia berbeda dengan watak atau tabi'at. Juga berbeda dengan
naluri/garizah. Watak atau tabi'at adalah sifat dasar, seperti kalimat watak oksigen
adalah mudah terbakar. Jadi watak adalah karakteristik yang terdiri dari bentuk, dan
materi (maddah). Inilah yang merupakan watak atau tabi'at suatu benda. Sedangkan
naluri atau garizah adalah sifat dasar. Sifat dasar ini bukan muktasabah (bukan
diperoleh). Dalam naluri tidak terdapat kesadaran yang penuh. Untuk binatang, fitrah
ini disebut naluri. Fitrah sama dengan watak (tabi'at) dan naluri ini juga bukan

2
diperoleh melalui usaha (muktasabah). Bukan pula karena khuduri (perolehan). Istilah
fitrah lazimnya untuk manusia, naluri lazimnya untuk hewan, dan watak lazimnya
untuk benda. Ahmad Tafsir menjelaskan bahwa menurut hadits ini manusia lahir
membawa kemampuan-kemampuan; kemampuan itulah yang disebut pembawaan:
fitrah yang disebut dalam hadits ini adalah potensi. Potensi adalah kemampuan; jadi,
fitrah yang dimaksud disini adalah pembawaan. Ayah-ibu dalam hadits ini adalah
lingkungan sebagaimana yang dimaksud oleh para ahli pendidikan. Kedua-duanya itu
lah, menurut hadits ini, yang menentukan perkembangan seseorang.
Makna fitrah dalam hadits Nabi Muhammad Saw merupakan potensi (fisik, akal,
ruhani) yang menjadi obyek untuk didik dalam sasaran pendidikan Islam. berupa
potensi ber Tuhan/ beragama, potensi berfikir, potensi berbuat kebaikan, potensi
mengrusak/berbuat keburukan, dan potensi fisik yang dapat dibina dan ditumbuh
kembangkan. Tujuan pendidikan Islam harus mampu mengembangkan fitrah atau
potensi manusia (ruh bertuhan, akal, jasad, emosi, akhlak dan aspek kemasyarakatan
(sosial). Pendidikan Islam sebagai manifestasi insan kamil (makhluk terbaik) yang
memiliki orientasi tujuan untuk mengembangkan potensi (fitrah) nya serta
mengembangkannya secara tawazun (seimbang) antara seluruh potensi manusia untuk
kepentingan kehidupan dunia dan akhirat sesuai dengan petunjuk Allah dalam al-
Qur‟an dan Al Hadits. Menjadi pribadi yang beriman bertakwa kepada Allah, memiliki
akhlak yang mulia, serta memiliki keterampilan hidup sesuai bakat dan minatnya
secara proporsional untuk mempertahankan hidup manusia, menyebarkan risalah
ajaran Islam dengan dakwah amar ma‟ruf nahi munkar, sebagai khalifah dimuka bumi
yang mengolah, mengatur, memanfaatkan bumi berserta isinya dalam ridha Allah Swt.
Kehidupan manusia tidak terlepas dari proses pendidikan, dari bayi hingga
dewasa, kehidupan yang menyertainya tidak terlepas dari belajar dan mengajar orang
lain. Oleh karena itu, pendidikan didefinisikan dalam dua pengertian. Pengertian
pertama adalah bahwa pendidikan dalam arti luas terbagi menjadi dua bagian yaitu
pendidikan kehidupan dan pendidikan alam. Pendidikan seumur hidup berarti setiap
perjalanan manusia adalah pendidikan. Setiap hari, manusia menghadapi berbagai
masalah dan urusan dalam hidup, yang pada akhirnya akan membawa pengalaman
berharga bagi dirinya.
2. Manusia Dan Pendidikan (ilmu)
“Dari Umamah RA ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: orang paling dekat
derajatnya dari para Nabi ialah ahkul ilmi (yang berilmu) dan pejuang, jika orang yang

3
berilmu memberi petunjuk pada manusia melalui apa yang datang dari Rasul (ilmu),
dan kalau pejuang berjuanglah dengan pedangnya, seperti yang ditunjukkan Rasul”.
(H.R. Daruquthni).

Dari hadist diatas maka dapat kita ketahui dan imani bersama bahwasannya jika
ingin dekat dengan rasullulah di akhirat kelak maka dapat ditempuh dengan dua jalan
yaitu seorang yang berilmu dan seoarang pejuang.

Oleh karena itu, banyak orang mengatakan bahwa pengalaman pribadi adalah
guru yang berharga, karena pengalaman manusia memungkinkan orang lain untuk
belajar dan mengajar orang lain, dan pengalaman belajar hidup manusia dapat
membentuk cara berpikir mereka. Pada saat yang sama, pendidikan alam berarti bahwa
manusia pada dasarnya memahami lingkungan sekitarnya. Orang-orang mempelajari
objek, lingkungan, dan bahkan orang-orang di sekitarnya setiap hari. Dari interaksi
antara manusia dengan berbagai objek dan masyarakat, diberikan pelajaran hidup yang
akan mendorong manusia untuk berpikir di masa depan, sehingga dari interaksi tersebut
muncul pola pikir pada diri manusia.

Definisi kedua adalah pendidikan dalam arti sempit. Pendidikan semacam ini
identik dengan pendidikan formal atau sekolah, di sekolah atau sekolah formal,
pendidikan dapat diselenggarakan oleh lembaga yang cocok untuk mengajar. Dalam
pendidikan formal semacam ini, potensi masyarakat dibentuk sesuai dengan tingkat
pendidikan dan kepentingan masyarakat tersebut. Dalam pendidikan formal yang
dilaksanakan di sekolah, interaksi antara guru dan teman sangat mempengaruhi cara
berpikir anak. Oleh karena itu, sekolah harus memiliki pengaruh yang positif, seperti
menetapkan visi dan misi yang bertujuan untuk mendidik anak agar memiliki
kemampuan yang berprestasi tidak hanya di bidang sains tetapi juga moralitas.
3. Pentingnya Potensi Pendidikan
Berbicara mengenai potensi ada kaitannya dengan penciptaan manusia, hal
tersebut dikarenakan dalam proses penciptaan manusaia allah telah membekali manusia
dengan potensi-potensi yang dapat membantu manusia dalam menyelesaikan
problematika kehidupan. Potensi dalam Al-quran meliputi pendengaran, penglihatan,
akal, dan hati sebagaimana firman-Nya dalam Q,S An-Nahl 78.
Didahulukannya indra pendengaran baru setelah itu indra penglihatan merupakan
urutan yang sangat tepat, karena setelah diteliti dalam ilmu kedokteran indran yang
pertama berfungsi adalah indra pendengaran baru setelah bebrapa hari kemudian indra
4
penglihatan. Potensi selanjutnya adalah qolbu atau hati, potensi hati ini merupakan
potensi yang sangat strategis dan sangat vital bagi kehidupan manusia dalam mengabdi
kepada allah serta untuk kebahagiaan hidup didunia maupun akhirat. Namun
kenyataannya banyak qolbu manusia yang justru jauh dari allah, hal ini dikarenakan
qolbu menjadi sasaran empuk bagi setan. Maka dari itu pentingnya mendidik qolbu
agar senantiasa bersih dan suci yaitu dengan cara beristighfar, berpuasa, sholat malam,
dan bermajelis dengan orang sholeh, agar terhindar dari godaan setan untuk melakukan
perbuatan tercela.
Potensi selanjutnya adalah akal, potensi ini disebut-sebut merupakan potensi yang
dimiliki manusia sehingga berbeda dan lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan
makhluk lainnya. Perkembangan yang dinamis seperti saat sekarang ini hanya dialami
oleh manusia diaman perkembangan yang dialami merupakan perkembangan yang
sangat luar biasa, bahkan dibebrapa tempat aktivitas yang seharusnya dialami dan
dilakukan oleh manusia sudah tergantikan oleh computer bahkan robot sehingga
menbawa perubahan pada kehidupan manusia. Namun sebenarnya ada satu fungsi akal
selain membuat manusia itu dinamis, fungsi itu adalah untuk membedakan mana
baik dan mana buruk termasuk begaimana manusia memanfaatkan fungsi akalnya,
apakah dia akan memanfaatkan akalnya untuk sesuatu yang diridhoi oleh allah atau
memanfaatkan akalnya untuk sesuatu yang dimurkai oleh allah.
Memanfaatkan akal untuk sesuatu yang diridhoi oleh allah yaitu salah satunya
dengan menuntut ilmu yang bermanfaat agar selamat didunia dan akhirat. Masyhur
sebuah hadits yang dinisbatkan kepada Rasulullah SAW yang berbunyi :

Artinya :“Barangsiapa yang menginginkan dunia maka hendaklah dengan


ilmu, barangsiapa yang menginginkan akhirat, maka hendaklah dengan ilmu,
barangsiapa yang menginginkan keduanya, maka hendaklah dengan ilmu”.
Namun berdasarkan penelitian para ulama, kalimat diatas bukan hadits marfu‟
dan tidak ada satu pun kitab hadits, sekalipun dalam kitab-kitab hadits palsu yang
mencantumkan kalimat diatas. Al-„alamah Muqbil bin Hadi rahimahullah ketika
ditanya apakah kalimat diatas adalah hadits?, beliau menjawab :
“kalimat diatas datang dari sebagian ulama mutaqodimin kita, seperti yang
nampak pada ucapan Sufyan ats-Tsauri : “kita menuntut ilmu untuk dunia, maka ia
enggan kecuali itu untuk agama”. Adapun itu dari Nabi Sholallahu „alaihi wa Salaam
maka tidaklah tsabit, ini bukan hadits”.

5
Muhammad Rootib juga menjawab pertanyaan serupa : “Tidak didapati perkataan ini
asalnya dalam kitab-kitab hadits”.
Yang benar perkataan tersebut adalah perkataan al-Imam asy-Syafi‟i
rahimahullah, sebagaimana disebutkan oleh Imam Baihaqi dalam kitabnya “Manaaqib
asy-Syafi‟i” (2/139, cet. Maktabah Daar at-Turats) :
Artinya: “Telah mengabarkan kepada kami Abu Abdir Rahman bin abil Hasan
as-Shuufiy aku mendengar Abu Muhammad bin Abi Haamid berkata, aku mendengar
Abu Nu‟aim al- Jurjaani al-Faqiih berkata, aku mendengar ar-Rabii‟ bin Sulaiman
berkata, aku mendengar Imam asy-Syafi‟i berkata : “Barangsiapa yang menginginkan
dunia maka hendaklah dengan ilmu, barangsiapa yang menginginkan akhirat, maka
hendaklah dengan ilmu”.
Status sanadnya :

 Abu Abdir Rahman, dinilai oleh asy-Syaikh Naayif bin Sholaah Hafidzahullah,
sebagai perowi yang shoduq, ahli ibadah dan seorang mujtahid dalam “ar-Raudh al-
Baasim” (no. 1001, cet. Daar al-„Aashimah).
 Abu Muhammad, dinilai oleh asy-Syaikh dalam kitabnya yang sama (no. 463) sebagai
perowi tsiqoh banyak meriwayatkan hadits.
 Abu Nu‟aim al-Jurjaani, dinilai oleh Imam adz-Dzahabi sebagai seorang al-Imam, al-
hafidz al-kabiir lagi tsiqoh dalam kitabnya “Siyaar A‟laam an-Nubalaa`” (no. 312,
cet. Ar-Risaalah).
 Ar-Rabii‟ bin Sulaiman, dinilai Imam adz-Dzahabi dalam kitab yang sama (no. 222)
sebagai al-Imam, al-Muhaddits, al-Faqiih al-Kabiir.
Menurut Al-Ghazali, Ilmu pengetahuan itu indah, mulia dan utama. Tetapi,
selama keutamaan itu sendiri masih belum paham, dan yang diharapkan dari keutamaan
itu masih belum terwujud, maka tidak mungkin diketahui bahwa ilmu adalah utama.Ali
bin Abi Thalib berkata kepada kumail yang artinya :
“Wahai kumail, ilmu itu lebih utama daripada harta karena ilmu itu menjagamu,
sedangkan kamu menjaga harta. Ilmu adalah hakim, sedangkan harta adalah dihakimi.
Harta menjadi berkurang jika dibelanjakan sedangkan ilmu akan berkembang dengan
diajarkan kepada orang lain”.7
Ibnu Hajar Al-Atsqolani menyebutkan dalam kitab Fathul Baari bahwa ilmu yang
hukumnya fardhu „ain untuk dicari oleh setiap muslim adalah : “Ilmu syar‟I yang
bermanfaat mengetahui kewajiban mukhallaf dari perkara din-nya, baik urusan ibadah
dan muamalah. Serta ilmu Allah, sifat-Nya, dan kewajiban kita terhadap urusan
6
tersebut, dan menyucikan- Nya dari kekurangan. Adapun semua itu berputar pada
tafsir, hadist, dan fiqh. (Fathur Baari 1/41).
4. Keutamaan Menuntut Ilmu
Karena begitu besar keutamaan dan pentingnya ilmu, maka hendaknya kita tidak
berhenti begitu saja dalam menuntut ilmu. Sesuai dengan sabda Rasulullah bahwa
menuntut ilmu tetap diharuskan sampai tubuh kita terkubur dalam liang lahat.
Artinya : “Telah menceritakan kepada kami [Sa'id bin 'Ufair] Telah menceritakan
kepada kami [Ibnu Wahab] dari [Yunus] dari [Ibnu Syihab] berkata, [Humaid bin
Abdurrahman] berkata; aku mendengar [Mu'awiyyah] memberi khutbah untuk kami,
dia berkata; Aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa
yang Allah kehendaki menjadi baik maka Allah faqihkan dia terhadap agama. Aku
hanyalah yang membagi-bagikan An-Nawawi,Yahya bin syaaf. Al-Majmu‟ „ala syarh
al-muhadzab. Kairo: Maktabah al-Muniriyah. 2007. Juz.1 hlm.40-41.
sedang Allah yang memberi. Dan senantiasa ummat ini akan tegak diatas perintah
Allah, mereka tidak akan celaka karena adanya orang-orang yang menyelisihi mereka
hingga datang keputusan Allah".( H.R Bukhari No. 69).

 Implikasi Hadits terhadap Materi Pendidikan Islam


Dari Hadits diatas dapat dimaknai bahwa Fiqih (‫( الفقه‬adalah bahasa Arab dalam
bentuk mashdar (kata dasar) yang fi‟il-nya (kata kerjanya) adalah ‫ فقه يفقه فقها‬.Kata
fiqh semula berarti ‫)العلن‬pengetahuan) dan ‫(الفهن‬pemahaman). Sedangkan menurut istilah
adalah fiqh didefinisikan secara eksklusif yang terbatas pada hukum-kuhum yang
praktis („amali) yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci (tafsili). Definisi tersebut
bisa dilihat berikit ini: Imam Abu Zahrah mengatakan bahwa al-Fiqh adalah: “Ilmu
yang menerangkan hukum-hukum syara‟ yang praktis („amali)yang diambil dari dalil-
dalil yang terperinci (tafsili)” Fiqih yang dilandasi oleh keimanan yang kuat, akan
mendorong peserta didik untuk mengembangkan pemahaman dan keyakinan tentang
adanya Allah Swt. sebagai sumber kehidupan. Selanjutnya adalah pengamalan yang
mengkondisikan untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil pengamalan Fiqih
dalam kehidupan sehart-hari. Pelaksanaannya tentu dengan membiasakan melakukan
tata cara ibadah, bermasyarakat dan bernegara yang sesuai dengan materi pelajaran
Fiqih yang dicontohkan oleh para ulama. Untuk dapat melaksanakan agama dan
kepercayaannya dengan baik dan benar itu, maka diperlukan pendidikan agama
khususnya Fiqih yang menjadi aturan dalam syariat Agama Islam secara
berkesinambungan, mulai dari sekolah tingkat dasar sampai pada perguruan tinggi.
7
Adapun terhadap materi pendidikan islam saat ini bahwa fiqih adalah salah satu bagian
pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk
mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan hukum Islam yang kemudian
menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, latihan penggunaan, pengamalan dan pembiasaan. Oleh karma itu, materi
Fiqih yang kompleks membutuhkan pembagian waktu untuk bisa diterapkan secara
maksimal.

8
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesimpulan dari makalah ini adalah bahwasannya manusia itu memang


secara potensial adalah mahkluk yang pantas dibebani kewajiban dan
tanggung jawab untuk memelihara dan mengembangkannya demi
kesejahteraan hidup mereka, salah satunya dengan melalui pendidikan. Allah
menciptakan manusia dengan membawa potensi dapat dididik dan dapat
mendidik sehingga mampu menjadi khalifah di bumi. Meskipun demikian
kalau potensi itu tidak dikembangkan, niscaya manusia akan kurang
bermakna dalam kehidupan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Azis, 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras.

An-Nawawi,Yahya bin syaaf. 2007. Al-Majmu‟ „ala syarh al-muhadzab.


Kairo: Maktabah al- Muniriyah.

Hasan Asari. 2018. Sejarah Pendidikan Islam. Medan:


perdana publishing. Juwariyah. 2010. Hadist Tarbawi.
Yogyakarta: Teras.
Rahmat Hidayat,dkk. 2018. Ahklak Tasawuf. Medan: perdana publishing.

Umar, B. 2012. Hadis Tarbawi. Jakarta: Amzah.

10

Anda mungkin juga menyukai