Anda di halaman 1dari 21

KONSEP MANUSIA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama

Oleh :

Alina Nurapriani

Amanda Lutfi Maliku Zahra

Anida Azis Nurfaizah

Deva Simpama

Mira Patimah

Rifa Nur Alia

Winda Septia Adawiah

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN INDONESIA WIRAUTAMA

JALAN SATRIA RAYA NO.29, ANDIR, PAKUTANDANG, KEC. CIPARAY


BANDUNG, JAWA BARAT 40381

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan


jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam
ciptaan-Nya. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan
kita Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus
berupa ajaran agama yang sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang


menjadi tugas Pendidikan Agama dengan judul Konsep Manusia Dalam
Perspektif Al-Quran.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Deni Suherman,


S.Pd.I, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Pendidikan Agama. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya
makalah ini.

Akhir kata, penulis memahami jika makalah ini tentu jauh dari
kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki
karya-karya kami di waktu-waktu mendatang.

Cianjur, 29 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

A. Latar Belakang ...............................................................................................1


B. Rumusan Masalah...........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................2
D. Manfaat Penulisan...........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3

A. Hakikat Manusia Dalam Islam........................................................................3


B. Konsep dan Pengertian Manusia dalam Al-Quran..........................................3
1. Al-Insan......................................................................................................3
2. Al-Naas.......................................................................................................5
3. Bani Adam dan Zurriyat Adam..................................................................6
4. Al-Basyar....................................................................................................9
5. Al-Mar’un.................................................................................................13
6. Al-Insun....................................................................................................14

BAB III PENUTUP..........................................................................................16

A. Kesimpulan ..................................................................................................16
B. Saran.............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Allah SWT sebagai pencipta telah menciptakan langit dan bumi, dan


segala sesuatu yang ada di antarakeduanya. Salah satu ciptaan Allah itu adalah
manusia, yang diberi keistimewaan berupa kemampuan berpikir yang
melebihi jenis makhluk lain yang sama-sama menjadi penghuni bumi.
Kemampuan berpikiritulah yang diperintahkan Allah agar dipergunakan untuk
mendalami wujud atau hakikat dirinya dan tidak semata-mata dipegunakan
untuk memikirkan segala sesuatu di luar dirinya.
Demikianlah kenyataannya bahwa manusia tidak pernah berhenti
berpikir, kecuali dalam keadaan tidur atau sedang berada dalamsituasi diluar
kesadaran. Manusia berpikir tentang segala sesuatu yang tampak atau dapat
ditangkapoleh pancaindera bahkan yang abstrak sekalipun. Dari sejarah
kehidupan manusia ternyata tidak sedikit usaha manusia dalam memikirkan
wujud atau hakikat dirinya, meskipun sebenarnya masih lebih banyakyang
tidak menaruh perhatian untuk memikirkannya.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang diatas, masalah yang akan dibahas dalam penulisan
makalah ini antara lain adalah;

1. Apa yang dimaksud dengan manusia?


2. Bagaimana hakikat manusia menurut islam?
3. Bagaimana konsep dan pengertian manusia dalam al-quran?

1
C. TUJUAN PENULISAN

Sesuai dengan masalah diatas, makalah ini bertujuan untuk memberi


informasi kepada pembaca tentang hakikat manusia, konsep dan pengertian
manusia dalam al-quran

D. MANFAAT PENULISAN

Sesuai dengan tujuan penulisan diatas, setelah mengkaji makalah ini,


diharapkan mahasiwa dapat;
1. Memahami apa yang dimaksud dengan manusia
2. Memahami bagaimana hakikat manusia menurut islam
3. Memahami konsep dan pengertian manusia dalam al-quran

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM

Manusia adalah salah satu makhluk ciptaan Allah SWT yang memiliki
peranan penting dalam kehidupan di muka bumi. Manusia juga dipandang
sebagai makhluk yang paling tinggi derajatnya dibandingkan makhluk Allah
SWT bahkan Allah menyuruh para malaikat untuk bersujud kepada Adam
Alaihi salam. Masyarakat barat memiliki pandangan bahwa manusia adalah
makhluk yang memiliki jiwa dan raga serta dibekali dengan akal dan pikiran.

B. KONSEP DAN PENGERTIAN MANUSIA DALAM AL-QURAN

Manusia merupakan mahluk hidup yang paling sulit dimengerti


meskipun oleh dirinya sendiri. Manusia adalah mahluk yang tidak bisa
ditebak, namun rasional. Manusia juga memiliki fisik yang baik seperti halnya
mahluk hidup lainnya. Manusia juga memiliki akal sehingga dia dapat
menciptakan hal-hal yang luar biasa meskipun secara fisik dia tidak mampu
melakukannya. Manusia melakukan hal-hal hebat dengan bantuan mesin-
mesin yang dibuatnya. Dengan begitu, manusia bukanlah hewan, tapi mirip
dengan hewan karena punya akal dan perasaan. Sehingga manusia tidak
memiliki konsep definisi yang jelas akan dirinya.
Dalam Al Qur’an, ada beberapa konsep berkenaan dengan manusia.
Dari ayat-ayat yang berkenaan dengan manusia, Al-Qur’an menyebut manusia
dalam beberapa nama, berikut adalah penjelasannya :

1. Al-Insan
Dari segi morfologis kata al-insan berasal dari kata nasiya-yansa yang
secara etimologis bermakna“melalaikan atau meninggalkan sesuatu” atau

3
“lupa”. Selain itu, kata al-insan bisa juga berasal dari kata insiyan yang
berakar pada kata ins. Secara etimologis kata ins bermakna“tampaknya
sesuatu” dan “jinak”, Pembentukan kata insan dari ins dikenal dengan metode
isytiqaq atau tashrif. Menurut Quraish Shihab kata insan yang terambil dari
kata ins merupakan pendapat jika ditinjau dari sudut pandang Al-quran lebih
tepat daripada pengertian insan yangterambil dari kata nasiya (lupa) atau nasa-
yanusu (bergoncang). Arti kata ins yang pertama, yakni “tampaknya sesuatu”
ditemukan dalam penggunaan kata tersebut berhadapan dengan kata jinn atau
makhluk halus, (sedangkan manusia adalah makhluk yang tampak) seperti
yang diungkapkan dalam QS. Al- Zariyat (51):56

َ ‫ت ْال ِج َّن َواِإْل ْن‬


‫س ِإاَّل لِيَ ْعبُدُونِ َو َما‬ ُ ‫َخلَ ْق‬

‘Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.’

Sedangkan pengertian kata “Jinak” lebih relevan dengan sifat kejiwaan


manusia seperti keramahan, kesenangan dan pengetahun.Menurut penulis,
makna inilah yang lebih tepat dikaitkan dengan sifat psikologis manusia yang
jinak atau lunak atau lembut sehingga menimbulkan kesenangan bagi
manusia lain yang bergaul dengannya. Bukankah sifat ini yang lebih dominan
pada wanita namun tidak menutup kemungkinan ada juga pada pria.
Kata insan digunakan Al-quran untuk menunjuk pada manusia dengan seluruh
totalitasnya, jiwa dan raga. Kata ini disebut sebanyak 65 kali dalam Alquran
dan istilah ini digunakan dalam tiga konteks. Pertama,insan dihubungkan
dengan keistimewaannya sebagai khalifah pemikul amanah. Kedua,insan
dihubungkan dengan predisposisi negatif dalam dirinya.Ketiga,insan
dihubungkan dengan proses penciptaan manusia. Kecuali kategori ketiga,
semua konteks insan merujuk pada sifat-sifat psikologis dan spiritual-
intelektual.
Pada kategori pertama, keistimewaan manusia sebagai wujud yang berbeda

4
dari makhluk hewani. Menurut Alquran, insan adalah makhluk yang diberi
ilmu dan diajarkan bahasa konseptual. QS. Al-Rahman (55):3-4 :

٤ ‫عَلَّ َمهُ ْالبَيَان‬ ۙ ‫ق ااْل ِ ْن َس‬


٣ َ‫ان‬ َ َ‫َخل‬

‘Dia menciptakan manusia. Mengajarinya kepandaian (berbicara).’

Dalam ayat diatas manusia diberikan kemampuan untuk


mengembangkan ilmu dengan daya nalarnya, dengan menalar perbuatannya
sendiri.Dengan mempergunakan istilah insan, Al-quran menjelaskan manusia
adalah makhluk yang mengembang amanah seperti dalam QS. Al- Ahzab
(33):72:

ۗ ‫ت وااْل َرْ ض و ْالجبَال فَاَبَ ْينَ اَ ْن يَّحْ ِم ْلنَهَا واَ ْشفَ ْقنَ ِم ْنهَا و َحملَهَا ااْل ِ ْن َس‬
ٗ‫انُ اِنَّه‬ َ َ َ ِ ِ َ ِ َ ِ ‫اِنَّا َع َرضْ نَا ااْل َ َمانَةَ َعلَى السَّمٰ ٰو‬
٧٢ ۙ ‫َكانَ ظَلُوْ ًما َجهُوْ اًل‬

‘Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan


gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan
mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan amat bodoh.’

Pada ketegori kedua, kata insan dihubungkan dengan predisposisi


negatif. Menurut Al-quran, manusia cendrung dzalim dan kafir, tergesa-gesa,
bakhil, bodoh, suka berbantah dan mendebat, resah, gelisah, susah dan
menderita, tidak berterima kasih, dan suka berbuat dosa serta meragukan hari
kiamat. Bila dihubungkan dengan sifat-sifat manusia pada kategori pertama,
insan menjadi makhluk paradoksal yang berjuang mengatasi konflik antara
dua kekuatan yang saling bertentangan yaitu kekuatan untuk mengikuti fitrah
(memikul amanah) dan kekuatan untuk mengikuti predisposisi negatif.

2. Al-Naas

Kata Al-Naas dinyatakan dalam Al-quran sebanyak 240 kali dan


tersebar dalam 53 surat (Al-Baqi,1988:895-899). Kata Al-Naas, menurut Al-

5
Isfa hanya sebagaimana dikutip Ramayulis menunjukkan pada eksistensi
manusia sebagai makhluk social secara keseluruhan, tanpa melihat status
keimanan atau kekafirannya (Ramayulis&Samsul Nizar,2011:54). Dalam
menunjuk makna manusia,kata al-Naas lebih bersifat umum bila dibandingkan
dengan kata al-Insan. Keumuman tersebut dapat dilihat dari penekanan makna
yang dikandungnya. Kata al-naas menunjuk manusia sebagai makhluk social
dan kebanyakan digambarkan sebagai kelompok manusia tertentu yang sering
melakukan kerusakan dan merupakan penghuni neraka,disamping iblis.
Sebagaimana firman Allah:

٢٤ َ‫فَا ِ ْنلَّ ْمتَ ْف َعلُوْ ا َولَ ْنتَ ْف َعلُوْ افَاتَّقُواالنَّا َرالَّتِ ْي َوقُوْ ُدهَاالنَّا ُس َو ْال ِح َجا َر ۖةُاُ ِع َّد ْتلِ ْل ٰكفِ ِر ْين‬

Artinya: Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya)-dan pasti kamu tidak
akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan
bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir (QS.Al-
Baqarah:24).

Secara umum, penggunaan kata al-Naas memiliki arti peringatan Allah


kepada manusia akan semua tindakannya, seperti: jangan bersifat kikir dan
ingkar nikmat, riya (lihat QS.Al-Nisaa:37-38), tidak menyembah dan meminta
pertolongan selain padaAllah (lihat QS.Al-Maidah:44),larangan berbuat
dhalim (lihat QS. Al-A’raf:85), mengingatkan manusia akan adanya ancaman
dari kaum Yahudi dan Musyrik, semua amal manusia akan dibalas kelak
diakherat.

3. Bani Adam dan zurriyat Adam

Kedua istilah ini berbeda dengan kedua istilah sebelumnya. Keduanya


merujuk kepada manusia adalah karena adanya keterkaitan dengan kata
Adam.Kedua istilah tersebut diartikan dengan keturunan, tetapi sesungguhnya
memiliki konotasi yang berbeda. Kata bani berakar dengan huruf-huruf ba,
nun dan ra, yang bermakna sesuatu yang lahir dari yang lain dan kata zuririyat

6
yang berakar dengan huruf-huruf zal, ra dan ra mempunyai arti kehalusan dan
tersebar.

Dikaitkannya kedua kata tersebut dengan Adammemberi kesan


kesejarahan dalam konsep manusia; dan zurriyat Adam mengandung konsep
keragaman manusia yang tersebar dalam berbagai warna dan bangsa.Hal ini
disinyalir dalam QS. Al-Rum (30 ): 22 dan QS. Fathir (35): 28

ٍ ‫اختِاَل فُ اَ ْل ِسنَتِ ُك ْم َواَ ْل َوانِ ُك ۗ ْم اِ َّن فِ ْي ٰذلِكَ اَل ٰ ٰي‬


َ‫ت لِّ ْل ٰعلِ ِم ْين‬ ِ ْ‫ت َوااْل َر‬
ْ ‫ض َو‬ ُ ‫َو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٖه خ َْل‬
ِ ‫ق السَّمٰ ٰو‬

“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi,


perbedaan bahasamu dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui”

‫ۤ ۗ هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬ ٌ ِ‫اس َوال َّد َو ۤابِّ َوااْل َ ْن َع ِام ُم ْختَل‬


َ ۗ ِ‫ف اَ ْل َوانُهٗ َك ٰذل‬
ِ ‫ك اِنَّ َما يَ ْخ َشى َ ِم ْن ِعبَا ِد ِه ْال ُعلَمٰ ُؤا اِ َّن َ ع‬
‫َز ْي ٌز َغفُوْ ٌر‬ ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬

“Dan demikian (pula) di antara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa


dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan
jenisnya). Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah
para ulama. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Maha Pengampun”

Dalam hadis Rasulullah saw juga ditemukan manifestasi bani Adam


yang diciptakan dalam berbagai bentuk warna dan bahasa, seperti dalam hadis
yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal dalam Sunan Ahmad bin Hanbal:

‘Yahya ibn Said dan Muhammad ibn Ja’far menceritakan kepada kami. Auf
menceritakan kepada kami, dari Qasamah ibn Zuhaer menceritakan kepadaku,
dari Abu Musa, dari Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya Allah swt telah
menciptakan Adam dari segenggam tanah yang diambilnya dari berbagai
macam tanah, maka datanglah anak cucu Adam menurut kadar tanah asalnya,
ada yang berwarna putih, merah dan ada yang hitam dan diantara warna
tersebut. Ada juga yang mudah atau ada juga yang jelek dan ada juga yang
baik”

7
Berdasarkan teks ayat dan hadis yang diungkapkan oleh Rasulullah
saw yang demikian menurut penulis dan sebagai salah satu tanda kekuasaan
Allah swt, bisa jadi ayat dan hadis di atas digunakan sebagai dasar kebenaran
pluralitas dalam kerangka kemanusian yang satu, yang semua akan kembali
dan menisbatkan diri kepada Tuhan.

a. Kedudukan Manusia di Muka Bumi.

Al-quran secara kategorikal mendudukkan manusia ke dalam dua


fungsi pokok yaitu sebagai khalifatullah fi al-ardh (wakil Allah di muka bumi)
dan sebagai Abdullah (hamba Allah). Berikut penulis akan menjabarkan
kedua fungsi tersebut.

b. Manusia sebagai khalifatullah fi al-ardh.

Dalam ensiklopedia Al-qurannya, Dawam Rahardjo mencatat, kata


khalifah dengan segala derivasinya diungkap sebanyak 127 kali dalam 12 kata
jadian. Maknanya berkisar di antara kata kerja menggantikan, meniggalkan,
atau kata benda pengganti atau pewaris, tetapi ada juga yang artinya telah
menyimpang seperti berselisih, menyalahi janji atau beraneka ragam.
Mengisyaratkan bahwa kekhalifahan yang diemban oleh setiap orang tidak
dapat terlaksana tanpa bantuan orang lain.

Sebagaimana yang dikemukakan bahwa hanya ada 2 ayat yang


menggambarkan konsep kekhalifahan dalam bentuk tunggal adalah QS. Al-
Baqarah (2):30: dan QS. Shad (38):26:

‘Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:


"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi…

‘Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di


muka bumi….’

Menarik untuk diperbandingkan bahwa pengangkatan Adam sebagai


khalifah diungkapkna dalam bentuk tunggal (inni=sesungguhnya Aku) dan

8
dengan kata ja’il yang berarti akan mengangkat. Sedangkan pengangkatan
Daud dijelaskan dengan menggunakan bentuk plural (inna=sesungguhnya
Kami) dan dengan bentuk kata kerja ja’alnaka (Kami telah menjadikan kamu)

Hubungan kekhalifahan Adam dalam konsepal-basyar, (ingat konsep


basyar yang berbeda dengan konsep insan) bahwa sebagai manusia Adam
telah memiliki perangkat-perangkat untukdun membangun dan memakmurkan
bumi serta bertugas sebagai penegak dan pelaksana hukum- hukum Allah di
atas dunia. Sebagai pengembang amanah Allah, Adam dan bani Adam diberi
predikat khalifah Allah di bumi.Untuk memungkinkan pelaksanaan tugas
hidupnya, segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi ditundukkan
(dijadikan fasilitas) kepada manusia. Tugas hidup yang sangat mulia itu
menentukan kedudukan manusia ditengah-tengah makhluk lainnya.Manusia
menempati posisi istimewa dibanding dengan makhluk Allah lainnya.
Keistimewaan kedudukan manusia itu disimbolkan dari ketika Adam
diciptakan Allah, dimana malaikat diperintahkan bersujud, maka malaikat
langsung sujud, sedangkan iblis membangkan dengan congkaknya.

Berdasarkan uraian diatas penulis mengemukakan bahwa kedudukan


manusia sebagai khalifatullah fi al-ardh sangat berat dan tidak mudah.
Dengan kedudukan itu, manusia dapat ditinggikan derajatnya mengungguli
alam surga, bumi dan bahkan para malaikat, tetapi pada saat yang sama derajat
manusia bisa menjadi sangat rendah dan tidak lebih berarti dibandingkan
dengan hewan sekalipun.

4. Al-Basyar

Kata ini berakar dengan huruf-hurf ba, syin dan ra, yang bermakna
pokok “nampaknya sesuatu dengan baik dan indah”dari makna ini terbentuk
kata kerja basyara dengan arti-arti “bergembira, menggembirakan, dan
menguliti (misalnya buah)” dan juga “memperhatikan dan mengurus sesuatu”
menurut al-Raghib seperti yang dikutip oleh Abd. Muin Salim bahwa kata

9
basyar adalah jamak dari kata basyarat “kulit”. Manusia disebut basyar karena
kulit manusia tampak berbeda dibanding dengan kulit hewan lainnya.Kata ini
di dalam Alquran secara khusus merujuk kepada tubuh dan lahiriah manusia.

Penggunaan kata-kata yang berakar huruf ba, sy, ra dalam Alquran


(123 kali) pada umumnya bermakna kegembiraan. Hanya 37 kali bermakna
manusia, dengan perincian, kata basyar (tanpa menggunakan alif-lam)
sebanyak 31 kali, al-basyar (dengan menggunakan alif-lam) sebanyak 5 kali
dan basyarain (tanpa alif-lam dalam bentuk dual) sebanyak 1 kali. Dari semua
ayat tersebut, khususnya basyar dan al-basyar dapat diklasifikasikan menjadi 7
bagian, yaitu:

a. Menggambarkan dimensi fisik manusia

Ada satu ayat yang menyebutkan basyar dalam pengertian kulit


manusia, yaitu (Neraka Saqar) akan membakar kulit manusia/lawwahah li al-
basyar.

b. Menyatakan Seorang Nabi adalah Basyar

Ada 23 ayat yang menyatakan bahwa kata basyar dipakai oleh Alquran
yang berhubungan dengan dengan Nabi dan kenabian, dan 12 diantaranya
menyatakan bahwa seorang nabi adalah basyar, yaitu secara lahiriah
mempunyai ciri yang sama yaitu makan dan minum dari bahan yang sama.
Antara lain dinyatakan, bahwa para pemuka orang-orang yang kafir dan
mendustakan akan menemui hari akhirat: Orang ini tidak lain hanyalah
manusia seperti kamu/basyarmitslukum. Basyar mitslukum di atas ditafsirkan
oleh al-Naisaburi sebagai Adami atau anak keturunan Adam yang tidak punya
kelebihan apapun atas anak Adam (manusia) lainnya. Namun menurut al-
Naisaburiayat ini jelas hanyalah klaim orang-orang kafir.

c. Menyatakan tentang kenabian.

Ayat yang menyatakan kata basyar dipakai oleh Alquran dalam


kaitannya dengan kenabian sebanyak 11 buah, antara lain: Tidak wajar bagi

10
seorang manusia (basyar) yang Allah berikan kepadanya al-Kitab, hikmah dan
kenabian, lalu ia berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi
penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah.”

Allamah al-Thabathaba’i dalam al-Mizanmenafsirkan, tidak patut bagi


seorang manusia (dalam hal ini Nabi) yang diberikan Tuhan karunia yang
berlimpah, lalu memproklamirkan dirinya agar disembah, hanya karena ia
diberikan al-Kitab, hikmah dan kenabian.

d. Menunjukkan Persentuhan Laki-laki dan Perempuan.

Ada 2 ayat yang menyebutkan kata basyar dalam kaitannya dengan


per-sentuhan antara laki-laki dan perempuan. Maryam berkata: “Bagaimana
mung-kin akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah
seorang manusia (wa lam yamsasni basyar) pun menyentuhku, dan aku bukan
pula seorang pezina”

e. Menggambarkan Manusia pada umumnya.

Alquran yang menggunakan kata basyar dalam pengertian manusia


pada umumnya sebanyak 5 ayat, antara lain: “Ini tidak lain hanyalah perkataan
manusia” (In hadza illa qawl al-basyar) Kebanyakan mufassir tidak
mengomentari lagi ayat ini karena sudah sangat jelas kandungannya, namun
al-Sayuthi dan al-Mahalli sedikit memberikan penjelasan bahwa ini
merupakan rekaman perkataan orang-orang kafir dimana mereka mengatakan
sesungguhnya Alquran itu hanya ajaran yang disampaikan oleh manusia biasa.
Sementara al-Maraghi menambahkan, bahwa orang-orang kafir mengatakan
Alquran itu hanya dikutip dari perkataan orang lain (manusia biasa)saja,
bukan kalam Allah sebagaimana dakwaannya (Muhammad).

f. Menyatakan proses penciptaan dari tanah.

Yang menyatakan arti basyar sebagai proses penciptaan manusia dari


tanah ada 4 ayat, antara lain di antara tanda-tanda kekuasan-Nya ialah Dia
menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia

11
yang berkem-bang biak/basyar tantasyirun31Al-Naisaburi menafsirkan ayat
ini :Dia menciptakan kamu dari tanah, dimaksud adalah basyar (manusia),
kemudian menjadi manusia yang terdiri dari daging dan darah yaitu
keturunannya yang tersebar di permukaan bumi.

g. Menunjukkan manusia akan menemui kematian.


Alquran yang menerangkan kata basyar dalam pengertian semua
manusia akan menemui kematian hanya 1 ayat, yaitu: Kami tidak menjadikan
hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu (wa ma ja’alna li basyar
min qablik al-khuld), maka jikalau kamu (Muhammad) mati, apakah mereka
akan kekal? Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.

Bila dilihat secara keseluruhan ayat-ayat Alquran yang mengungkapkan


tentang kata basyar, semuanya menunjukkan pada gejala umum yang nampak
pada fisiknya, atau lahiriahnya, yang secara umum antara satu dengan yang
lainnya mempunyai persamaan, terutama anatomi-anatomi yang tampak
kelihatan oleh yang lain. Meskipun ada perbedaan, tetapi perbedaan itu tidak
menyangkut hal-hal yang substansial, namun hanya menyangkut masalah-
masalah kecil yang tidak banyak mempengaruhi terhadap fungsi dan
eksistensinya selaku manusia.

Kalau dihubungkan dengan pemakaian kata insan, maka basyar jelas


menunjukkan konteks yang berbeda, meskipun sama-sama menunjukkan
pengertian manusia. Kata insan dan basyar yang dipakai dalam Alquran untuk
sebutan manusia, bukan berarti menunjukkan adanya dua jenis manusia, akan
tetapi kata insan dan basyar pada dasarnya menunjuk pada manusia yang
tunggal dengan bi-dimensionalnya (dua dimensi), dimensi insan pada kapasitas
akalnya dan dimensi basyar pada ka-pasitas tindakannya.

Abd. Muin Salim memberikan pengertian yang berbeda terhadap kedua


istilah ini.Istilah pertama merujuk kepada eksistensi manusia sebagai pribadi
yang utuh, sedang istilah kedua merujuk kepada esensi manusia.Perbedaan

12
antara kedua konsep tersebut di atas dipahami pula dari penggunaan kedua kata
tersebut dalam Alquran seperti dalam QS. Al-Hijr (15): 26-29.

‫ َواِ ْذ قَا َل‬٢٧ ‫ار ال َّس ُموْ م‬ ۤ


ِ َّ‫ َو ْال َجا َّن َخلَ ْق ٰنهُ ِم ْن قَ ْب ُل ِم ْن ن‬٢٦ ‫ال ِّم ْن َح َما ٍ َّم ْسنُوْ ۚ ٍن‬
ٍ ‫ص‬َ ‫ص ْل‬
َ ‫َولَقَ ْد َخلَ ْقنَا ااْل ِ ْن َسانَ ِم ْن‬
ۤ
‫ت فِ ْي ِه ِم ْن رُّوْ ِح ْي فَقَعُوْ ا‬ َ ‫ص ْل‬
ُ ‫ فَا ِ َذا َس َّو ْيتُهٗ َونَفَ ْخ‬٢٨ ‫صا ٍل ِّم ْن َح َما ٍ َّم ْسنُوْ ۚ ٍن‬ ٌۢ ِ‫ك لِ ْل َم ٰل ِٕى َك ِة اِنِّ ْي خَ ال‬
َ ‫ق بَ َشرًا ِّم ْن‬ َ ُّ‫َرب‬

َ‫لَهٗ ٰس ِج ِد ْين‬

'Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah
menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. Dan (ingatlah),
ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku akan
menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur
hitam yang diberi bentuk. Maka apabila aku telah menyempurnakan
kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka
tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.’

5. Mar’un

َ‫ض َع ِن ۡال ُم ۡش ِر ِک ۡین‬


ۡ ‫اصد َۡع بِ َما تُ ۡؤ َم ُر َو اَ ۡع ِر‬
ۡ َ‫ف‬

“Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang


diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang yang musyrik.” (QS.
Al-Hijr (15) : 94)

Jadi bisa disimpulkan dari ayat ini, Mar’un adalah kelompok-


kelompok makhluk yang diperintah oleh Allah SWT. dan tentu saja, manusia
juga bisa termasuk ke dalam kelompok Mar’un ini.

13
6. Al- Insun

Kata insun atau manusia beberapa kali disebut di dalam Al-Qur’ân. Di


Jawa, lafal ini mengalami peyorasi menjadi ingsun. Dalam logat masyarakat
di mana penulis tinggal, lafal ini berubah menjadi eson. Masyarakat Jawa dan
Bawean, umumnya menggunakan hasil peyorasi dari lafal ini menunjuk arti
“aku manusia”. Kiranya agak menyerupai makna asli dari insun yang
diucapkan dalam logat Arab, khususnya dalam Bahasa Al-Qur’ân. Mari kita
kaji untuk penggunaan lafal tersebut dalam Al-Qur’ân. Insun (‫ )إنس‬dalam logat
Arab merupakan turunan dari kata verbal anasa (‫ )أنس‬yang bermakna
berteman. Insun dalam Al-Qur’ân sering dipergunakan secara bersama-sama
dengan kata al-jinn (‫)الجن‬. Setidaknya ada 5 ayat berhasil diidentifikasi oleh
penulis, yang menggunakan lafal ‫ إنس‬ini, yaitu, Surat Al-An’âm ayat 112 dan
128, Surat Al-Isrâ ayat 88, Surat An-Naml ayat 17 dan Surat Al-Jin ayat 5.
Jika diurutkan menurut tertib turunnya ayat akan menjadi: Surat Al-Jin ayat 5,
Surat An-Naml ayat 17, Surat Al-Isrâ ayat 88, Surat Al-An’âm ayat 112, dan
Surat Al-An’âm ayat 128. Yang unik dari semua ayat ini, semua lafal insun
selalu beriringan dengan lafal Al-Jin. Mari perhatikan ayat-ayat berikut:

Di dalam Surat Al-Jin ayat 5,

a. Allah SWT berfirman: ‫ َوَأنَّا ظَنَنَّا َأ ْن لَ ْن تَقُو َل اِإْل ْنسُ َو ْال ِج ُّن َعلَى هَّللا ِ َك ِذبًا‬Artinya, “Dan
sesungguhnya kami mengira, bahwa manusia dan jin sekali-kali tidak akan
mengatakan perkataan yang dusta terhadap Allah.”
b. Allah SWT berfirman dalam Surat An-Naml ayat 17 َ‫َو ُح ِش َر لِ ُسلَ ْي َمانَ ُجنُو ُدهُ ِمن‬
ِ º‫س َوالطَّ ْي‬
َ‫ون‬ºº‫ر فَهُ ْم يُو َز ُع‬º ِ ‫ ْال ِجنِّ َواِإْل ْن‬Artinya, “Dan dihimpunkan untuk Sulaiman
tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan
tertib (dalam barisan).”
c. Allah SWT berfirman di dalam Surat Al-Isrâ ayat 88 ُ‫ت اِإْل ْنس‬ ِ ‫قُلْ لَِئ ِن اجْ تَ َم َع‬
‫يرًا‬º‫ْض ظَ ِه‬ ُ ‫انَ بَع‬º‫وْ َك‬ºَ‫ ِه َول‬ºِ‫ْأتُونَ بِ ِم ْثل‬ºَ‫رْ آ ِن اَل ي‬ºُ‫ َو ْال ِج ُّن َعلَ ٰى َأ ْن يَْأتُوا بِ ِم ْث ِل ٰهَ َذا ْالق‬Artinya,
ٍ ‫هُ ْم لِبَع‬º‫ْض‬
“Katakanlah, ‘Sungguh jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat
yang serupa Al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat

14
yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu
bagi sebagian yang lain."
d. Allah SWT berfirman di dalam Surat Al-An’âm ayat 112 ‫َو َك ٰ َذلِكَ َج َع ْلنَا لِ ُك ِّل نَبِ ٍّي‬
‫ا‬ºº‫ا َء َربُّكَ َم‬º‫وْ َش‬ººَ‫ رُورًا ۚ َول‬º‫وْ ِل ُغ‬ººَ‫ رُفَ ْالق‬º‫ْض ُز ْخ‬ ُ ‫و ِحي بَع‬ººُ‫س َو ْال ِجنِّ ي‬
ٍ ‫هُ ْم ِإلَ ٰى بَع‬º‫ْض‬ ِ ‫اطينَ اِإْل ْن‬
ِ َ‫َع ُد ًّوا َشي‬
َ‫ فَ َعلُوهُ ۖ فَ َذرْ هُ ْم َو َما يَ ْفتَرُون‬Artinya, “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap
nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin,
sebahagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-
perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jika Tuhanmu
menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah
mereka dan apa yang mereka ada-adakan.”
e. Allah SWT berfirman di dalam Surat Al-An’âm ayat 128 ‫َويَوْ َم يَحْ ُش ُرهُ ْم َج ِميعًا‬
‫ا‬ººَ‫ْض َوبَلَ ْغن‬ ِ ‫ال َأوْ لِيَاُؤ هُ ْم ِمنَ اِإْل ْن‬
ُ ‫س َربَّنَا ا ْستَ ْمتَ َع بَع‬
ٍ ‫نَا بِبَع‬º ‫ْض‬ ِ ‫يَا َم ْع َش َر ْال ِجنِّ قَ ِد ا ْستَ ْكثَرْ تُ ْم ِمنَ اِإْل ْن‬
َ َ‫س ۖ َوق‬
َ ‫ َأ َجلَنَا الَّ ِذي َأج َّْلتَ لَنَا ۚ قَا َل النَّا ُر َم ْث‬Artinya,
َ َّ‫ا َء هَّللا ُ ۗ ِإ َّن َرب‬º‫ا َش‬ºº‫ا ِإاَّل َم‬ºَ‫ ِدينَ فِيه‬ºِ‫وا ُك ْم خَال‬º
‫ك َح ِكي ٌم َعلِي ٌم‬
“Dan (ingatlah) hari diwaktu Allah menghimpunkan mereka semuanya
(dan Allah berfirman), ‘Hai golongan jin, sesungguhnya kamu telah
banyak menyesatkan manusia,’ lalu berkatalah kawan-kawan meraka dari
golongan manusia, ‘Ya Tuhan kami, sesungguhnya sebahagian daripada
kami telah dapat kesenangan dari sebahagian (yang lain) dan kami telah
sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami.’ Allah
berfirman: ‘Neraka itulah tempat diam kamu, sedang kamu kekal di
dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain).’ Sungguh
Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.”

15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna dan dalam


berbagai ayat al- Qur’an dijelaskan tentang kesempurnaan penciptaan manusia
tersebut. Al-Basyr, Konsep Al-Insan, Konsep Al-Naas, Konsep Bani
Adam,Konsep Al-Ins, Konsep Abdu Allah (Hamba Allah). Manusia memiliki
segala unsur dari mahluk hidup lainnya ditambah dengan akal pikiran.
Manusia membutuhkan agama karena hal tersebut merupakan fitrah manusia.
Fitrah tersebutlah yang menyebabkan manusia berhubungan dengan agama
untuk mencari jati dirinya.
Tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah kepada Allah
dan menjadi khalifah fil ardi. Agama memiliki tujuan untuk menjadikan
manusia melakasankan segala peran yang diperintahkan Allah. Sehingga
agama mengatur segala sendi kehidupan manusia dan dapat dikatakan agama
merupakan pengatur manusia untuk menjalankan perannya di muka bumi.

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pada


hakikatnya manusia berbeda dengan makhluk Tuhan yang lain seperti hewan
ditinjau dari karakteristiknya, potensi-potensi yang dimilikinya dan
kemampuan manusia dalam mengembangkan potensinya.

B. SARAN

1. Pembahasan di atas masih banyak kekurangan maka alangkah baiknya jika


kaum muslimin semua untuk lebih mendalami pemahaman dan
pengetahuan tentang hakikat manusia, konsep dan pengertian manusia
dalam al-quran.

16
2. Dalam al-quran mengingatkan kita,bahwa jika iman kita iman yang
sebenarnya, jika amal perbuatan kita benar-benar sesuai dengan islam, jika
masyarakat kita masyarakat muslim, maka kita akan mendapatkan
berbagai karunia ilahi, dan akan memperoleh berbagai keberhasilan.
Bertakwalah agar kalian memiliki pandangan yang cerah.

17
DAFTAR PUSTAKA

Https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/al_daulah/article/download/4886/4374

Https://www.iiq.ac.id/artikel/details/486/manusia-dalam-perspektif-al-quran

Https://islam.nu.or.id/tafsir/makna-insun-atau-manusia-dalam-al-qu-an-Q2dKV

Https://www.republika.co.id/berita/pn3qns458/bagaimana-alquran-memandang-manusia-
1

Ahmad A.K. Muda. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Reality

Shihab, M. Quraish, Membumukan Alquran, Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan
Manusia,(Cet. XIX, Bandung, Mizan, 1999. ______,

Shihab, Umar. Kontekstualitas Alquran, Kajian Tematik Atas Ayat-Ayat Hukum Dalam
Alquran. Cet.I: Jakarta; Penamadina, 2003.

Weiu, Van Der, Grote Filosofen Over De Mans, diterjemahkan oleh R. A. Riyadi dengan
judul Filosof-Filosof Besar Tentang Manusia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991.

18

Anda mungkin juga menyukai