Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

FITRAH MANUSIA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP


PENDIDIKAN

Mata Kuliah : Ilmu Pendidikan Islam 1


Dosen Pengampu : Fikri Maulana, M.Pd.

Oleh :

Ridho Qurrota Aini : 211310108


Rizki Ananda Maya : 211310107

INSTITUT PTIQ JAKARTA

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan kita
berbagai macam nikmat, sehingga aktivitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa
keberkahan, baik kehidupan di dunia ini, terlebih lagi pada kehidupan akhirat kelak.
Sehingga, semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh
manfaat.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Fikri Maulana M.Pd. selaku
dosen pengampu mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam berkat tugas yang diberikan kami dapat
menambah wawasan dengan topik ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kesalahan oleh
karena itu, kami memohon maaf atas kesalahan dan ketidaksempurnaan yang kami buat
dalam makalah ini. Mudah-mudahan dengan makalah ini dapat memberi manfaat serta
menunjang ilmu pengetahuan khususnya bagi kami dan generasi yang akan datang serta
mendapatkan ridho-Nya.

Jakarta, 8 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 4
A. Latar Belakang............................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................4
C. Tujuan Masalah........................................................................................................... 4
BAB II.................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN...................................................................................................................... 5
A. Pengertian Fitrah......................................................................................................... 5
B. Komponen Psikologi Dalam Fitrah...............................................................................9
C. Implikasinya Terhadap Pendidikan............................................................................11
D. Manusia dan Pendidikan............................................................................................14
BAB III................................................................................................................................. 17
PENUTUP............................................................................................................................ 17
A. Kesimpulan................................................................................................................17
B. Penutup...................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 18
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberadaan manusia dimulai dari sebuah kelemahan dan ketidakmampuan
yang kemudian akan bergerak ke arah kekuatan. Manusia dapat dengan mudah
memanfaatkan rahmat dan karunia yang dilimpahkan kepada dirinya, namun manusia
harus menunaikan suatu kewajiban kepada Tuhannya. Martabat manusia disisi
Tuhannya tidaklah diukur dari seberapa tinggi pangkat dan jabatannya, nasabnya
maupun kekayaannya. Namun disisi Allah yang diukur adalah ketaqwaannya.
Manusia dalam perspektif Islam akan tetap dilahirkan dalam keadaan fitrah yaitu suci,
bersih, bebas dari segala dosa, dan memiliki kecenderungan sikap menerima agama,
iman, dan tauhid.
Implikasi manusia terhadap pendidikan sangatlah besar sebab manusia adalah
salah satu komponen penting dimana suatu sistem pendidikan dapat berjalan dengan
baik, bahkan sudah menjadi fitrah manusia untuk selalu mendapatkan pelajaran dalam
hidupnya walaupun bukan di bangku sekolah sekalipun, manusia bisa belajar
dimanapun ia berpijak. Oleh karena itu, manusia dan pendidikan adalah dua hal yang
tidak akan mungkin bisa dipisahkan dikarenakan kedua hal tersebut saling berkaitan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Dari Fitrah?
2. Apa Saja Komponen Psikologi Dalam Fitrah?
3. Apa Implikasi Manusia Terhadap Pendidikan?
4. Apa Hubungan Manusia dan Pendidikan?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian dari fitrah.
2. Untuk mengetahui apa saja komponen psikologi dalam fitrah.
3. Untuk mengetahui implikasi manusia terhadap pendidikan.
4. Untuk mengetahui hubungan manusia dan pendidikan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Fitrah
Makna arti atau pengertian fitrah (fitri) dapat ditinjau dari segi bahasa dan
istilah. Secara bahasa, fitrah berasal dari akar kata f + t + r (fa-tho-ro) dalam bahasa
Arab (‫ )فطرة‬yang berarti “membuka” atau “menguak” juga berarti perangai, tabiat,
kejadian, asli, agama, ciptaan. Fitrah juga mempunyai makna “asal kejadian”,
“keadaan yang suci”, dan “kembali ke asal”. Maka Idul Fitri sering dimaknai sebagai
"kembali ke keadaan suci tanpa dosa" itulah mengapa kata Idul fitri selalu melekat
pada arti suci dan bersih sebagaimana digambarkan seperti bayi yang baru dilahirkan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata fitrah diartikan dengan sifat asli,
bakat, pembawaan perasaan keagamaan.
Dalam pandangan Islam menyatakan bahwa kemampuan dasar dan
keunggulan manusia dapat dibandingkan dengan makhluk lainnya yang disebut
dengan fitrah, kata “Fitrah” yang dalam pengertian etimologi mengandung arti
kejadian. Secara umum makna fitrah dalam Al-Qur’an dapat dikelompokkan
kedalam empat makna yaitu:
1. Sebagai proses penciptaan langit dan bumi.
2. Proses penciptaan untuk manusia.
3. Mengatur alam semesta dan isinya secara lebih serasi dan seimbang.
4. Memberikan makna pada agama Allah sebagai acuan dasar dan pedoma
bagimanusia dalam menjalankan setiap tugas dan fungsinya.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidaklah menciptakan manusia melainkan


hanyalah untuk beribadah serta menyembah kepada Allah semata. Selain manusia
diciptakan Allah menjadi hamba-Nya, dan menjadi penguasa (khalifah) di muka
bumi. Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menetapkan bahwasannya manusia adalah
makhluk yang Allah ciptakan paling sempurna. Atas kesempurnaan inilah Allah
Subhanahu Wa Ta’ala ketika pertama kali menciptakan Nabi Adam sebagai manusia
pertama, Allah pun memerintahkan kepada para malaikat untuk bersujud kepada Nabi
Adam. Para malaikat pun akhirnya bersujud kepada Adam kecuali iblis yang tidak
mau sujud kepada Adam. Keberadaan manusia dimulai dari kelemahannya dan
ketidakmampuan yang kemudian bergerak menjadi arah kekuatan. Manusia dapat
dengan leluasa memanfaatkan rahmat dan karunia yang dilimpahkan Allah
Subhanahu Wa Ta’ala kepada dirinya, namun manusia harus terus menunaikan
kewajiban kepada Tuhannya. Martabat manusia disisi Tuhannya tidaklah diukur dari
seberapa tinggi pangkat dan jabatannya, nasabnya, maupun kekayaannya. Namun
disisi Allah yang diukur adalah ketaqwaannya. Manusia dalam perspektif Islam akan
tetap dilahirkan dalam keadaan fitrah, yaitu suci, bersih, bebas dari segala dosa, dan
memiliki kecenderungan dapat menerima agama, iman, dan tauhid. Manusia menjadi
lebih baik atau buruknya adalah akibat faktor pendidikan dan lingkungan, bukan
kepada tabiat aslinya.

Terdapat jenis-jenis fitrah diantaranya :

1. Fitrah Agama. Manusia sejak lahir mempunyai naluri atau insting yang
beragama, dan mengakui adanya dzat Allah, namun ketika dia lahir cenderung
pada al-hanif, yakni rindu akan kebenaran mutlak Allah.

2. Fitrah Intelek. Intelek adalah potensi bawaan manusia untuk


memperoleh pengetahuan yang dapat membedakan mana yang baik dan yang
buruk karena daya dan fitrah ini hingga dapat membedakan antara manusia
dan hewan.

3. Fitrah Sosial. Kecenderungan manusia untuk hidup berkelompok yang


mempunyai ciri khas yang disebut kebudayaan. Oleh karena itu tugas
pendidikan disini adalah menjadikan kebudayaan islam sebagai proses
kurikulum pendidikan islam dalam seluruh peringkat dan tahapan.

4.Fitrah seni. Kemampuan manusia untuk menimbulkan daya estetika,


yang mengacu pada sifat al-jamal Allah swt. Tugas utama pendidikan
memberikan suasana gembira, senang, dan aman dalam proses belajar
mengajar karena pendidikan adalah proses kesenian yang karenanya
dibutuhkan seni mendidik.
5. Fitrah kemajuan, keadilan, kemerdekaan, kesamaan, ingin dihargai, kawin,
cinta tanah air, dan kebutuhan-kebutuhan hidup lainya.1

Semua kebutuhan kehidupan manusia merupakan fitrah yang menuntut untuk


dipenuhi. Sayyid Quthb mengemukakan kebutuhan pokok manusia terbagi
menjadi empat macam, yaitu: (1) Kebutuhan hati nurani setiap manusia untuk
memperoleh kepuasan, ketentraman, dan ketenangan. (2) Kebutuhan akal pikiran,
setiap insan untuk memperoleh kebebasan, kemerdekaan, dan kepastian. (3)
Kebutuhan perasaan setiap insan dapat memperoleh rasa saling pengertian, kasih
sayang, dan perdamaian. (4) Kebutuhan hak dan kewajiban setiap insan untuk
memperoleh perundang-undangan, ketertiban dan keadilan.

Rasulullah SAW bersabda : “Anak-anak lahir dalam keadaan fitrah,


orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani.” (HR.
Bukhari) Menurut Yasien Muhammad, pemahaman terhadap konsep fithrah ini ada
empat, yaitu pandangan fatalis, pandangan netral, pandangan positif, dan pandangan
dualis.

a) Pandangan Fatalis

Dalam pandangan fatalis ini mempercayai bahwa setiap individu, melalui


ketetapan Allah, adalah baik atau jahat secara asal, baik ketetapan semacam ini terjadi
secara semuanya atau sebagian sesuai dengan rencana Tuhan. Syaikh Abdul Qadir
Jailani mengungkapkan bahwa seorang pendosa akan masuk surga jika hal itu menjadi
nasibnya yang telah ditentukan Allah sebelumnya. Dengan demikian, tanpa memandang
faktor-faktor eksternal dari petunjuk dan kesalahan petunjuk, seorang individu terikat
oleh kehendak Allah untuk menjalani ‘cetak biru’ kehidupannya yang telah ditetapkan
baginya sebelumnya.

b.) Pandangan Netral

Pandangan netral ini dikomandani oleh Ibnu ‘Abd al-Barr dengan mendasarkan pada
firman Allah : “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun” (QS. an-Nahl ayat: 78). Penganut pandangan netral berpendapat

1
Mualimin, Konsep Fitrah Manusia Dan Implikasinya Dalam Pendidikan Islam (Lampung, 2017)
https://www.researchgate.net/publication/330518788_Konsep_Fitrah_Manusia_Dan_Implikasinya_Dalam_Pen
didikan_Islam diakses pada Kamis, 8 September 2022.
bahwa anak terlahir dalam keadaan suci, suatu keadaan kosong sebagaimana adanya,
tanpa kesadaran akan iman atau kufur. Menurut pandangan netral, iman atau kufur
hanya mewujud ketika anak tersebut mencapai kedewasaan (taklif). Setelah mencapai
taklif, seseorang menjadi bertanggung jawab atas perbuatannya.

c.) Pandangan Positif

Penganut pandangan positif ini adalah Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim al-Jauziyah
(salaf), Muhammad Ali Ash-Shabuni, Mufti Muhammad Syafi’i, Ismail Raji al-Faruqi,
Muhammad Asad, Syah Waliyullah (kontemporer). Menurut Ibnu Taimiyah, semua anak
terlahir dalam keadaan fitrah, yaitu dalam keadaan kebajikan bawaan, dan lingkungan
sosial itulah yang menyebabkan individu menyimpang dari keadaan ini. Muhammad
‘Ali Ash-Shabuni mengatakan bahwa kebaikan menyatu pada manusia, sementara
kejahatan bersifat aksidental. Manusia secara alamiah cenderung kepada kebaikan
dan kesucian. Akan tetapi, lingkungan-lingkungan sosial, terutama orang tua, bisa
memiliki pengaruh merusak terhadap fitrah anak. Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa
terdapat suatu kesesuaian alamiah antara fitrah dan dien Islam. Agama Islam
menyediakan kondisi ideal untuk mempertahankan dan menyediakan kondisi ideal untuk
mempertahankan dan mengembangkan sifat-sifat bawaan manusia.

d.) Pandangan Dualis

Tokoh utama pandangan dualis adalah Sayyid Quthb dan ‘Ali Syari'ati.
Pandangan suatu sifat dasar yang bersifat ganda. Menurut Sayyid Quthb, dua unsur
pembentuk esensial dari struktur manusia secara menyeluruh, yaitu ruh dan tanah,
mengakibatkan kebaikan dan kejahatan sebagai suatu kecenderungan yang setara pada
manusia, yaitu kecenderungan untuk tersesat. Kebaikan yang ada dalam diri manusia
dilengkapi dengan pengaruh-pengaruh eksternal seperti kenabian dan wahyu Tuhan
sementara kejahatan yang ada dalam diri manusia dilengkapi faktor eksternal seperti
godaan dan kesesatan.

Shari’ati berpandangan bahwa tanah-simbol terendah dari kehinaan digabungkan


dengan Ruh (dari) Allah. Dengan demikian, manusia adalah makhluk berdimensi ganda
dengan sifat dasar ganda, suatu susunan dari dua kekuatan, bukan saja berbeda, tapi juga
berlawanan, yang satu cenderung turun kepada materi dan yang lain cenderung naik
kepada Ruh Suci (ciptaan) Allah.2

B. Komponen Psikologi Dalam Fitrah

Jika kita perhatikan berbagai pandangan para ulama dan ilmuwan Islam yang
telah memberikan makna terhadap istilah “Fitrah” yang diangkat dari firman Allah dan
sabda Nabi bahwa fitrah adalah suatu kemampuan dasar berkembang manusia yang
dianugerahkan Allah kepadanya. Di dalamnya terkandung berbagai komponen psikologi
yang satu sama lain berkaitan dan saling menyempurnakan bagi hidup manusia.
Komponen-komponen potensial tersebut adalah:

a) Kemampuan dasar untuk beragama Islam (ad-dinul qayyimah), dimana faktor iman
merupakan intinya beragama manusia. Muhammad ‘Abduh, Ibnu Qayyim, Abu A'la Al-
Maududi, Sayyid Qutb berpendapat sama bahwa fitrah mengandung kemampuan asli
untuk beragama Islam, karena Islam adalah agama fitrah atau identik dengan fitrah. Ali
Fikry lebih menekankan pada peranan hereditas (keturunan) dari bapak-ibu yang
menentukan keberagaman anaknya. Faktor keturunan psikologi (hereditas kejiwaan)
orang tua anak merupakan salah satu aspek dari kemampuan dasar manusia itu.

b) Mawahid (bakat) dan Qabiliyyat (tendensi atau kecenderungan) yang mengacu


kepada keimanan kepada Allah. Dengan demikian maka “fitrah” mengandung komponen
psikologi yang berupa keimanan tersebut. Karena iman bagi seorang mukmin merupakan
elan vitale (daya penggerak utama) dalam dirinya yang memberi semangat untuk mencari
kebenaran hakiki dari Allah. Prof. DR. Mohammad Fadhil Al-Djamaly juga berpendapat
bahwa Islam itu adalah Agama yang mendorong manusia untuk mencari pembuktian
melalui penelitian, berpikir dan merenungkan ke arah iman yang benar.

c) Naluri dan kewahyuan (revelasi) bagaikan dua sisi dari uang logam, keduanya
saling terpadu dalam perkembangan manusia. Menurut Prof. DR. Hasan Langgulung,
fitrah itu dapat dilihat dari dua segi yakni: Pertama, segi naluri sifat pembawaan manusia
atau sifat-sifat Tuhan yang menjadi potensi manusia sejak lahir, dan yang Kedua dapat
dilihat dari segi wahyu yang diturunkan kepada Nabi-nabi-Nya. Jadi potensi manusia dan
2
Mualimin, Konsep Fitrah Manusia Dan Implikasinya Dalam Pendidikan Islam (Lampung, 2017)
https://www.researchgate.net/publication/330518788_Konsep_Fitrah_Manusia_Dan_Implikasinya_Dalam_Pen
didikan_Islam diakses pada Kamis, 8 September 2022.
agama wahyu merupakan satu hal yang nampak dalam dua sisi, ibaratnya mata uang
logam yang mempunyai dua sisi yang sama. Mata uang itu kita ibaratkan fitrah. Dilihat
dari sisi ia adalah potensi dan sisi lain adalah wahyu. Prof. Langgulung memandang
bahwa sifat-sifat Tuhan yang 99 macam (Asmaul-Husna) merupakan potensi yang
masing-masing berdiri sendiri. Tetapi bila dikombinasikan akan timbul sifat-sifat atau
potensi manusia yang jumlahnya berjuta-juta macamnya.

d) Kemampuan dasar untuk beragama secara umum, tidak hanya terbatas pada agama
Islam. Dengan kemampuan manusia dapat dididik menjadi agama Yahudi, Nasrani
ataupun Majusi, namun tidak dapat dididik menjadi atheis (anti Tuhan). Pendapat ini
diikuti oleh banyak ulama Islam yang berpaham ahli Mu’tazilah antara lain Ibnu Sina dan
Ibnu Khaldun.

e) Dalam fitrah tidak terdapat komponen psikologis apapun, karena fitrah diartikan
sebagai kondisi jiwa yang suci bersih yang reseptif terbuka kepada pengaruh eksternal,
termasuk pendidikan. Kemampuan untuk mengadakan reaksi atau responsi (jawaban)
terhadap pengaruh dari luar tidak terdapat di dalam fitrah.3

Aspek-aspek psikologis dalam fitrah adalah komponen dasar yang bersifat dinamis,
responsif terhadap pengaruh lingkungan sekitar, termasuk pengaruh Pendidikan. Aspek-
aspek tersebut antara lain:

1) Bakat, suatu kemampuan yang potensial mengacu kepada perkembangan


akademis dan keahlian dalam bidang kehidupan. Bakat ini berpangkal pada
kemampuan kongnisi (daya cipta), konasi (kehendak), dan emosi (rasa) yang
disebut dalam psikologi filosofis dengan tiga kekuatan rohaniah manusia.
2) Insting atau gharizah adalah suatu kemampuan berbuat atau bertingkah laku tanpa
melalui proses belajar. Kemampuan ini merupakan bawaan sejak dari lahir.
Menurut psikolog Pendidikan kemampuan ini termasuk kapabilitas yaitu
kemampuan berbuat sesuatu tanpa belajar.
3) Nafsu dan dorongan-dorongan. Menurut al-Ghazai, nafsu manusia terdiri dari
nafsu malakiah yang cenderung kearah perbuatan yang mulia sebagai halnya para
malaikat dan nafsu bahimah yang mendorong kearah perbuatan rendah
sebagaimana binatang.
3
https://muarapadangjlr18.wordpress.com/makalah/komponen-psikologi-dalam-fitrah/ diakses pada Kamis, 08
September 2022.
4) Karakter adalah kemampuan psikolog yang terbawa sejak lahir. Karakter ini
berkaitan dengan tingkah laku moral dan social serta etis seseorang. Karakter
terbentuk dari dalam diri manusia bukan dari lingkungan luar.
5) Hereditas atau keturunan adalah factor kemampuan dasar yang mengandung ciri-
ciri psikologis dan fisiologis yang diturunkan dari keduan orangtua, baik dalam
garis yang terdekat maupun yang telah jauh.
6) Intuisi adalah kemampuan psikologis manusia untuk menerima ilham Tuhan,
yakni menggerakkan hati nurani manusia yang membimbingnya kearah perbuatan
dalam situasi khusus di luar kesadaran akalpikiran, namun mengandung makna
yang bersifat konstruktif bagi kehidupannya. 4

C. Implikasinya Terhadap Pendidikan

Misi Islam ialah memberikan rahmat kepada makhluk yang ada di Alam Semesta agar
mereka memperoleh kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat. Sebagai agama
Rahmatalill'alamin, Islam menunjukkan implikasi-implikasi kependidikan yang bergaya
imperatif, motivatif, dan persuasif. Islam tidak memaksa kepada umat untuk memeluknya,
melainkan secara wajar, yaitu proses kependidikan yang bertumpu pada kemampuan
rohaniah dan jasmaniah masing-masing individu manusia itu sendiri secara bertahap dan
berkesinambungan. Sebagai sumber pedoman bagi umat Islam, Al-Quran mengandung dan
membawakan nilai-nilai yang membudayakan manusia, hampir dua pertiga ayat-ayat Al-
Quran mengandung motivasi kependidikan bagi umat manusia.

Sebagai misal, mengapa Allah Subhanahu Wa Ta'ala Yang Maha Kuasa itu secara
langsung menjadikan makhluk-Nya baik atau jahat, pintar atau bodoh, bahagia atau sedih,
kaya atau miskin, kuat atau lemah dan lain sebagainya. Melainkan Allah menjadikannya
proses yang pada dasarnya terletak pada suatu sebab atau akibat. Seperti berbuat baik kepada
sesama makhluk hidup, maka Allah akan memberikan pahala. Sebaliknya, jika berbuat jahat
kepada sesama makhluk hidup maka Allah akan memberikan balasan dengan siksaan. Itu
semua membuktikan betapa Allah Subhanahu Wa Ta'ala ingin menunjukan sesuatu yang
hidup di alam semesta itu tidak terjadi secara insidental, akan tetapi harus melalui proses
dalam suatu sistem yang bekerja secara mekanis yang dapat di contoh dan ditiru oleh hamba-
hamba-Nya.

4
Achmad Munib, Konsep Fitrah Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan (Semarang, 2017)
file:///C:/Users/Lenovo/Downloads/2611-5138-1-SM.pdf diakses pada Kamis, 08 September 2022.
Jika manusia menjalani apa-apa yang telah ditetapkan dan menjauhi segala larangan-
Nya maka segala ikhtiar manusia akan berakhir pada tujuan yang di impikan. Hal ini seperti
yang tercantum dalam firmah Allah: 5

ٍ ‫ار آَل ي‬
ِ ‫ات ُأِل و يِل اَأْل لْ ب‬ ِ ‫ض و اخ تِ اَل‬ ِ َّ ‫ِإ َّن يِف َخ ْل ِق‬
‫اب‬ َ َ ِ ‫الن َه‬
َّ ‫ف اللَّ ْي ِل َو‬ ْ َ ِ ‫الس َم َاو ات َو اَأْل ْر‬

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Ali Imron : 190)

Para ahli pendidikan muslim umumnya sependapat bahwa teori dan praktik
kependidikan islam harus didasarkan pada konsep dasar tentang manusia. Pembicaraan
tentang ini sangatlah vital dalam dunia pendidikan. Tanpa kejelasan konsep ini, pendidikan
akan meraba-raba. Bahkan menurut Ali Ashraf, pendidikan islam tidak akan dapat dipahami
secara jelas tanpa terlebih dahulu memahami penafsiran Islam tentang pengembangan
individu seutuhnya. (Ashraf, 1989 : 1)

Paling tidak terdapat 2 implikasi terpenting dalam hubungannya dengan pendidikan


islam, yaitu sebagai berikut:

1) Karena manusia adalah makhluk yang merupakan resultan dari komponen (materi
dan immateri), maka konsep itu menghendaki proses pembinaan yang mengacu ke
arah realisasi dan pengembangan Komponen-komponen tersebut. Hal ini berarti
bahwa sistem pendidikan islam harus di bangun di atas konsep kesatuan (integrasi)
antara pendidikan qalbiyah dan aqliyah sehingga mampu menghasilkan manusia
muslim yang pintar secara intelektual dan terpuji secara moral. Jika kedua komponen
tersebut terpisah atau dipisahkan dalam proses kependidikan islam, maka manusia
akan kehilangan keseimbangannya dan tidak akan pernah menjadi pribadi-pribadi
yang sempurna (al-insan al-kamil).

2) Al Quran menjelaskan bahwa fungsi penciptaan manusia di alam adalah sebagai


khalifah dan 'abd. Untuk melaksanakan fungsi ini, Allah SWT membekali manusia

5
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Tinjau Teoretis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner)
(Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2016) hal 32-34.
dengan seperangkat potensi. Dalam konteks ini, pendidikan islam harus merupakan
upaya yang di tuju ke arah pengembangan potensi yang dimiliki manusia secara
maksimal sehingga dapat di wujudkan dalam bentuk konkret, dalam arti
berkemampuan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga,
masyarakat dan lingkungannya.

Kedua hal tersebut harus menjadi acuan dasar dalam menciptakan dan
mengembangkan sistem pendidikan islam masa kini dan masa depan. Fungsionalisasi
pendidikan islam dalam mencapai tujuannya sangat tergantung pada sejauh mana
kemampuan umat Islam menerjemahkan dan merealisasikan konsep filsafat penciptaan
manusia dan fungsi penciptaannya dalam alam semesta ini. Untuk menjawab tersebut, maka
pendidikan islam dijadikan sebagai sarana yang kondusif bagi proses transformasi ilmu
pengetahuan dan budaya islami dari satu generasi kepada generasi berikutnya. 6

Namun demikian, dalam pertumbuhan dan perkembangannya tidak lepas dari adanya
batasan-batasan tertentu, yaitu adanya hukum-hukum yang pasti dan tetap yang menguasai
alam, hukum yang menguasai benda-benda maupun masyarakat manusia sendiri, yang tidak
patuh dan tidak bergantung pada kemauan manusia. Hukum-hukum inilah yang disebut
takdir.

Selain itu, pertumbuhan dan perkembangan potensial dan fitrah manusia juga di
pengaruhi oleh beberapa factor yaitu, faktor hereditas, faktor lingkungan alam, faktor
lingkungan social dan sejarah. Dalam ilmu Pendidikan terdapat 5 faktor yang menentukan
keberhasilan pelaksanaan Pendidikan, yaitu tujuan Pendidikan, pendidik, peserta didik, alat
Pendidikan dan lingkungan. Fitrah bermakna potensi yang baik, tetapi potensi tersebut tidak
berguna jika tidak digunakan dalam bentuk kemahiran-kemahiran tertentu. Menurut ahli
Pendidikan, mengolah potensi (fitrah) yang tersembunyi tersebut merupakan tugas utama
Pendidikan, yaitu merubah potensi menjadi kemahiran yang dapat dinikmati manusia.
Misalnya, kemajuan intelektual tidak ada gunanya apabila hanya tersimpan di kepala para
ilmuan, kemajuan intelektual akan berguna apabila diubah menjadi penemuan-penemuan
ilmiah dalam bidang yang bersangkutan. 7

6
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Amzah, 2018) hal 18-20.
7
Achmad Munib, Konsep Fitrah Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan (Semarang, 2017)
file:///C:/Users/Lenovo/Downloads/2611-5138-1-SM.pdf diakses pada Ahad, 11 September 2022
D. Manusia dan Pendidikan

Alam semesta beserta isinya merupakan kekuasan Allah Subhanallah Wa Ta'ala termasuk
dalam penciptaan makhluk hidup yang bernama Manusia. Manusia merupakan makhluk
ciptaan Allah yang paling sempurna dan ciptaan terbaik. Ia memiliki akal untuk berfikir tidak
seperti makhluk hidup lainnya.

Ibnu 'Arabi menggambarkan hakikat manusia dengan mengatakan bahwa, "Tidak ada
makhluk Allah yang lebih bagus daripada manusia, yang memiliki daya hidup, mengetahui,
berkehendak, berbicara, melihat, mendengar, berfikir, dan memutuskan. Manusia adalah
makhluk kosmis yang sangat penting, karena dilengkapi dengan semua pembawaan syarat-
syarat yang diperlukan bagi pengemban tugas dan fungsinya sebagai makhluk Allah di
bumi." (Al-Faruqi, 1984 : 37) 8

Manusia adalah makhluk Allah. Ia dan alam semesta bukan terjadi sendirinya, tetapi
dijadikan oleh Allah.

‫ُم َم ْن‬ ‫ ه ل ِم ن ش ِئ‬Oۖ ‫اللَّ هُ الَّ ِذ ي خ لَ َق كُم مُثَّ ر ز قَ كُم مُثَّ مُيِ يتُكُم مُثَّ حُي يِ يكُم‬
ْ ‫ُر َك ا ك‬
َ ْ َْ ْ ْ ْ ْ ََ ْ َ

َ ‫ُش ِر ك‬
‫ُون‬ ٍ ِ ‫ي ْف ع لُ ِم ن ٰذَ لِ ك‬
ْ ‫ُب َح انَهُ َو َت َع ا ىَل ٰ َع َّم ا ي‬
ْ ‫ س‬Oۚ ‫ُم م ْن َش ْي ء‬
ْ ْ َ َ

“Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki, kemudian


mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang kamu
sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Maha

Sucilah Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.” (Qs. Ar-Rum : 40)

Sedangkan arti Pendidikan dilihat dari segi bahasa, maka kita harus melihat kepada
kata bahasa Arab karena ajaran Islam itu diturunkan dalam bahasa tersebut. Kata
"pendidikan" yang umum kita gunakan sekarang, dalam bahasa Arab adalah "tarbiyah",
dengan kata kerja "rabba" yang artinya mendidik. Dalam bentuk kata benda, kata "rabba" ini
digunakan juga untuk "Tuhan", mungkin karena Tuhan juga bersifat mendidik, mengasuh,
memelihara, mencipta. 9

8
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Amzah, 2018) hal 1.
9
Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 2014) hal 25.
Sedangkan arti kata pendidikan menurut KBBI adalah proses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan. Pendidikan juga dapat diartikan proses, cara, perbuatan dan
mendidik.10

Jika berbicara soal Ilmu Pendidikan maka tidak akan terlepas dari peran utama atau
objek yang menjadi sasarannya yaitu manusia. Ada pendapat yang mengatakan bahwa
manusia lahir dari proses Pendidikan. Manusia pendidik bukan hanya manusia yang
mendidik tetapi juga manusia yang di didik, dalam hal ini arti luas mengenai Pendidikan
adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman
belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup.

Manusia disebut "homo sapies" yaitu makhluk yang mempunyai kemampuan untuk
berilmu pengetahuan. Salah satu insting manusia adalah selalu cenderung ingin mengetahui
segala sesuatu di sekelilingnya yang belum diketahuinya. Dari rasa ingin tahu maka timbul
ilmu pengetahuan. Tampaklah bahwa manusia sangat membutuhkan Pendidikan karena
dengan Pendidikan manusia dapat mempunyai kemampuan-kemampuan memgatur dan
mengontrol serta menentukan dirinya sendiri. Melalui Pendidikan pula pperkembangan
kepribadian manusia dapat menjadi lebih baik. 11

Pada zaman Nabi pengertian Pendidikan belum populer seperti saat ini. Namun usaha
dan kegiatan yang dilakukan oleh Para Nabi dalam menyampaikan risalahnya yakni agama
Islam, dalam menyampaikan ajaran-ajaran, memberi contoh, melatih keterampilan berbuat,
memberi motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide
pembentukan pribadi manusia itu, telah mencakup arti Pendidikan dalam pengertian
sekarang.

Syariat islam tidak akan dihayati dan diamalkan orang kalau hanya diajarkan saja,
tetapi harus dididik melalui proses Pendidikan. Nabi telah mengajak orang untuk beriman dan
beramal serta berakhlak baik sesuai ajaran Islam dengan berbagai metode dan pendekatan.
Dari satu segi kita melihat, bahwa Pendidikan islam itu lebih banyak ditunjuk kepada

10
Faridh Afdhal Aziz, Manusia dan Pendidikan (Indonesia, 2017)
https://medium.com/@faridhafdhal2/manusia-dan-pendidikan-99b4f312a132 diakses pada Jum’at, 9 September
2022.
11
Fani Diamanti, Manusia dan Pendidikan (Indonesia, 2012)
https://theofani19.wordpress.com/2012/04/10/manusia-dan-pendidikan/ diakses pada Jum’at, 9
September 2022.
perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri
sendiri maupun orang lain. 12

Bimbingan terhadap pertumbuhan ruhani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan
hikmah, mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua
ajaran Islam. Pengertian ini mengandung arti bahwa dalam proses Pendidikan Islam terdapat
usaha mempengaruhi jiwa anak didik melalui proses, setingkat demi setingkat, menuju tujuan
yang ditetapkan, yaitu menanam takwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran sehingga
terbentuklah manusia yang berkepribadian dan berbudi luhur sesuai dengan ajaran Islam.
(Arifin, 1987 : 13-14) 13

Dari segi lainnya, Pendidikan islam tidak hanya bersifat teoritis saja akan tetapi juga
praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal shaleh. Oleh kareta itu Islam
mengajarkan Pendidikan iman dan pendidikan amal. Pendidikan islam adalah Pendidikan
individu dan Pendidikan masyarakat yang berisikan ajaran tentang sikap dan tingkah laku
pribadi manusia dan menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama. Semula orang
yang bertugas mendidik adalah Para Nabi, maka selanjutnya adalah Para ulama, kita sebagai
generasi penurus agama dan bangsa, cerdik pandailah dalam meneruskan perjuangan para
Nabi dalam bidang pendidikan. 14

12
Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 2014) hal 27-28.
13
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Amzah, 2018) hal 28-29
14
Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 2014) hal 27-28.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1) Secara umum makna fitrah dalam Al-Qur’an ada empat makna yaitu, sebagai proses
penciptaan langit dan bumi, proses penciptaan untuk manusia, mengatur alam semesta
dan isinya secara lebih serasi dan seimbang dan memberikan makna pada agama
Allah sebagai acuan dasar dan pedoman bagi manusia dalam menjalankan setiap tugas
dan fungsinya.
2) Aspek-aspek psikologi dalam fitrah antara lain: bakat, insting (gharizah), nafsu dan
dorongan-dorongan, karakter, hereditas (keturunan) dan intuisi.
3) Sebagai agama Rahmatalill'alamin, Islam menunjukkan implikasi-implikasi
kependidikan yang bergaya imperatif, motivatif, dan persuasif. Islam tidak memaksa
kepada umat untuk memeluknya, melainkan secara wajar, yaitu proses kependidikan
yang bertumpu pada kemampuan rohaniah dan jasmaniah masing-masing individu
manusia itu sendiri secara bertahap dan berkesinambungan.
4) Mengenai Pendidikan tidak akan lepas dari objek sasaranya yaitu manusia. Maka dari
itu, Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu
sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan
sepanjang hidup.

B. Penutup
Demikianlah makalah ini yang telah kami susun. Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran kami
harapkan demi perbaikan makalah ini. Semoga dengan tulisan yang kami susun ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Mualimin. 2017. Konsep Fitrah Manusia Dan Implikasinya Dalam Pendidikan Islam.
Lampung
https://www.researchgate.net/publication/330518788_Konsep_Fitrah_Manusia_Dan_I
mplikasinya_Dalam_Pendidikan_Islam diakses pada Kamis, 8 September 2022.

M. Arifin. 2016. Ilmu Pendidikan Islam (Tinjau Teoretis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan

Interdisipliner). Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Umar, Bukhari. 2018. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Amzah.

Daradjat, Zakiah dkk. 2017. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara.

Aziz, Faridh Afdhal. 2017. Manusia dan Pendidikan. Indonesia


https://medium.com/@faridhafdhal2/manusia-dan-pendidikan-99b4f312a132 diakses
pada Jum’at, 9 September 2022.

Diamanti, Fani. 2012. Manusia dan Pendidikan. Indonesia


https://theofani19.wordpress.com/2012/04/10/manusia-dan-pendidikan/ diakses pada
Jum’at, 9 September 2022.

Achmad Munib. 2017. Konsep Fitrah Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan.


Semarang file:///C:/Users/Lenovo/Downloads/2611-5138-1-SM.pdf diakses pada
Ahad, 11 September 2022.

https://muarapadangjlr18.wordpress.com/makalah/komponen-psikologi-dalam-fitrah/ diakses
pada Kamis, 08 September 2022.

Anda mungkin juga menyukai