Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

AKHLAK DAN PENDIDIKAN KARAKTER

Dosen Pengampu : Auliya Ghazna Nizami Lc., M. H

Disusun Oleh :

1. Dhiya Ramadhanti Khoirunisa (20104241025)


2. Arifiona Prawardani (20104241027)
3. Dian Rizka Fitriyani (20104244026)

BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penulisan
makalah pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Tidak lupa shalawat serta
salam kami panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita dapat
memperoleh syafaat dan manfaat di akhirat nanti. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Auliya Ghazna Nizami Lc., M. H. atas penugasan ini guna
memenuhi nilai mata kuliah Pendidikan Agama Islam.

Makalah dengan judul “Akhlak dan Pendidikan Karakter” ini semoga dapat
memberikan manfaat tidak hanya bagi kami selaku penyusunnya, tetapi juga bagi
para pembaca. Sehingga dapat memperluas wawasan kita mengenai hubungan
antara akhlak dengan pendidikan karakter yang memadukan Kewajiban Asasi
Manusia (KAM) dan Hak Asasi Manusia (HAM) secara harmonis.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami menerima segala bentuk kritik dan saran dari pembaca demi
penyempurnaan makalah ini. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini,
kami memohon maaf.

Demikian beberapa kata yang dapat kami sampaikan. Kami selaku


penyusun makalah mengucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 30 Oktober 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................Error! Bookmark not defined.i


DAFTAR ISI .........................................................Error! Bookmark not defined.i
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Akhlak Islam ............................................. 3
B. Kedudukan Akhlak dalam Ajaran Islam ...................................................... 4
C. Pengertian Pendidikan Karakter ................................................................... 7
D. Peranan Akhlak dalam Pembentukan Karakter............................................ 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 11
A. Kesimpulan ................................................................................................ 11
B. Saran........................................................................................................... 11
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia yang sempurna. Yaitu


manusia yang memahami hakikat penciptaan diri manusia serta tujuan hidup. Dan
untuk mengetahui hal tersebut dibutuhkan sarana serta strategi yang tepat supaya
manusia mampu menghambakan diri kepada Allah SWT. Langkah tersebut dapat
dilakukan melalui pendidikan. Islam sebagai agama dan cara pandang hidup
memiliki ketentuan yang tertulis dalam al-Qur’an dan al’Hadits. Di dalamnya
terdapat penjelasan tentang tata cara mendidik manusia agar lebih mengenal
Tuhannya. Akan tetapi, seiring perkembangan arus globalisasi dalam konteks
pendidikan, tata cara mendidik dalam Islam tersebut mengalami dikotomi bahkan
dekonstruksi konsep-konsep keilmuan.

Dengan itu, maka berkembanglah konsep karakter untuk menggantikan


konsep akhlak yang sudah mapan dalam syariah Islam. Dalam implementasinya,
konsep karakter terdapat misi yaitu upaya menghilangkan nilai-nilai ketauhidan.
Padahal, konsep akhlak ingin mengajarkan kepada manusia bahwa tujuan dari
pendidikan adalah untuk menjadi manusia yang beradab (berakhlak) sehingga
mampu mengenal dan menyembah Allah SWT.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari akhlak itu sendiri?


2. Apa saja ruang lingkup akhlak?
3. Bagaimana kedudukan akhlak dalam ajaran Islam?
4. Apa itu pendidikan karakter?
5. Bagaimana peran akhlak terhadap pendidikan karakter?

1
C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian akhlak dan ruang lingkup akhlak.


2. Untuk memahami kedudukan akhlak dalam ajaran Islam.
3. Untuk mengetahui definisi pendidikan karakter.
4. Untuk mengetahui korelasi antara akhlak dengan pendidikan karakter.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Akhlak

Kata “akhlak” berasal dari bahasa arab yakni “Al-Khulk” yang berarti budi
pekerti, kelakuan, kebiasaan, tingkah laku, perangai atau tabiat. Menurut istilahnya,
akhlak merupakan sifat yang tertanam di dalam diri seorang manusia yang bisa
mengeluarkan sesuatu dengan senang dan mudah tanpa adanya suatu pemikiran dan
paksaan. Sehingga akhlak adalah tingkah laku seseorang yang didorong oleh
sesuatu keinginan secara mendasar untuk melakukan suatu perbuatan.

Kata akhlak sendiri merupakan kata serapan dari bahasa arab, yang
memiliki arti dasar perangai atau tabiat. Secara etimologis, akhlak didefinisikan
sebagai sikap yang dibawa oleh individu sejak dia masih kecil hingga dia
berkembang menjadi orang dewasa, dimana pengaruh intern maupun ekstern saat
perkembangan, mempunyai andil yang paling besar dalam membentuk sikap
individu tersebut.

Ruang Lingkup Akhlak

1. Akhlak Pribadi

Yang paling dekat dengan seseorang itu adalah dirinya sendiri, maka
hendaknya seseorang itu menginsyafi dan menyadari dirinya sendiri, karena
hanya dengan insyaf dan sadar kepada diri sendirilah, pangkal kesempurnaan
akhlak yang utama dan budi yang tinggi.

2. Akhlak Berkeluarga

Akhlak ini meliputi kewajiban orang tua, anak, dan karib kerabat.
Kewajiban orang tua terhadap anak, dalam Islam mengarahkan para orang tua
dan pendidik untuk memperhatikan anak-anak secara sempurna, dengan ajaran-
ajaran yang bijak, setiap agama telah memerintahkan kepada setiap orang yang
mempunyai tanggung jawab untuk mengarahkan dan mendidik, terutama bapak
dan ibu untuk memiliki akhlak yang luhur, sikap lemah lembut dan perlakuan
kasih sayang. Sehingga anak akan tumbuh secara sabar, terdidik untuk berani

3
berdiri sendiri, kemudian merasa bahwa mereka mempunyai harga diri,
kehormatan dan kemuliaan. Seorang anak haruslah mencintai kedua orang
tuanya karena mereka lebih berhak dari segala manusia lainnya untuk kamu
cintai, taati dan hormati.

3. Akhlak Bermasyarakat

Tetanggamu ikut bersyukur jika keluargamu bergembira dan ikut susah jika
keluargamu susah, mereka menolong, dan bersama-sama mencari kemanfaatan
dan menolak kemudhorotan. Pendidikan kesusilaan/akhlak tidak dapat terlepas
dari pendidikan sosial kemasyarakatan. Kesusilaan/moral selalu tumbuh dan
berkembang sesuai dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat.

Sejak dahulu manusia tidak dapat hidup sendiri dan terpisah satu sama lain,
tetapi berkelompok, saling membantu, saling membutuhkan dan saling
mempengaruhi, ini merupakan apa yang disebut masyarakat. Kehidupan dan
perkembangan masyarakat dapat lancar dan tertib jika setiap individu sebagai
anggota masyarakat bertindak menuruti aturan-aturan yang sesuai dengan
norma-norma kesusilaan yang berlaku.

4. Akhlak Bernegara

Mereka yang sebangsa dengan kita adalah warga masyarakat yang


berbahasa yang sama dengan kita, tidak segan berkorban untuk kemuliaan tanah
air, hidup bersama dengan nasib dan penanggungan yang sama. Dan ketahuilah
bahwa kita adalah salah seorang dari mereka.

5. Akhlak Beragama

Akhlak ini merupakan akhlak atau kewajiban manusia terhadap Tuhannya,


karena itulah ruang lingkup akhlak sangat luas mencakup seluruh aspek
kehidupan, baik secara vertikal dengan Tuhan, maupun secara horizontal
dengan sesama makhluk Tuhan.

B. Kedudukan Akhlak dalam Ajaran Islam

1. Akhlak adalah tujuan utama diangkatnya Nabi Muhammad menjadi nabi


yang diutus kepada manusia.

4
Allah SWT berfirman: “Dialah yang mengutus kepada kaum yang
buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-
Nya kepada mereka, mensucikan mereka.” (Al-Jumuah: 2). Allah memberi
anugerah kepada orang beriman dengan mengutus nabi untuk mengajari
mereka tentang Al-Qur`an dan mensucikan mereka. Yang dimaksud dengan
mensucikan adalah membersihkan hati mereka dari syirik dan akhlak tercela
seperti dendam dan iri hati dan membersihkan perkataan dan perbuatan
mereka dari kebiasaan yang buruk. Nabi Muhammad bersabda dengan
jelas, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia.” (Al-Baihaqi, no. 21301). Jadi salah satu sebab diangkatnya Nabi
Muhammad SAW menjadi nabi adalah untuk memperbaiki akhlak individu
dan masyarakat.
2. Akhlak merupakan bagian tak terpisahkan dari iman dan akidah.
Ketika Rasulullah SAW ditanya: “Siapakah orang beriman yang
paling utama imannya?” Maka beliau menjawab, “Yang paling baik
akhlaknya.” (HR. At-Tirmidzi, no. 1162 dan Abu Dawud, no. 4682).
Allah telah menamakan iman dengan kebaikan dalam firman-Nya:
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi.” (Al-
Baqarah: 177). Kata “al-birr” merupakan nama bagi semua jenis kebaikan,
mulai dari akhlak, perkataan dan perbuatan. Karenanya, Nabi Muhammad
SAW bersabda, “Yang disebut dengan al-birr (kebaikan) adalah akhlak
yang baik.” (HR. Muslim, no. 2553).
Masalah akhlak ini semakin lebih jelas dalam sebuah sabda Nabi
Muhammad SAW : “Iman itu mempunyai enam puluh cabang lebih. Cabang
yang paling utama adalah kalimat bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan
yang paling bawah adalah membersihkan gangguan dari jalan dan malu
merupakan bagian dari iman.” (HR. Muslim, no. 35).
3. Akhlak berkaitan dengan semua bentuk ibadah.
Maka Anda dapat saksikan, bahwa setiap kali Allah memerintahkan
suatu ibadah, Dia juga mengingatkan pada tujuan akhlaknya dan

5
pengaruhnya bagi jiwa dan masyarakat. Contohnya sangat banyak, antara
lain:
• Shalat: “Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah
dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (Al-‘Ankabut: 45).
• Zakat: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka.” (At-Taubah: 103).
Walaupun hakikat zakat adalah berbuat kebaikan bagi manusia
tetapi tujuan lainnya adalah mendidik jiwa dan membersihkannya
dari akhlak yang buruk.
• Puasa: “Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Al-Baqarah:
183). Jadi tujuan dari puasa adalah agar bertakwa kepada Allah
dengan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Karena itu Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang
tidak meninggalkan perkataan jahat dan melakukannya maka tidak
ada bagi Allah keperluan darinya untuk meninggalkan makan dan
minumnya (yakni Allah tidak menerima puasanya).” (HR. Al-
Bukhari, no. 1804). Barangsiapa yang puasanya tidak mengubah
akhlaknya terhadap manusia maka berarti puasanya belum mencapai
target yang sesungguhnya.
4. Banyak keutamaan dan pahala besar yang diberikan Allah kepada orang
yang berakhlak mulia.
Dalil-dalil yang menunjukkan hal itu sangat banyak baik dari al-
Qur’an dan hadits, di antaranya:
• Akhlak mulia menjadi pemberat timbangan amal shalih pada hari kiamat
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tidak ada sesuatu yang lebih berat
daripada akhlak mulia yang disimpan di timbangan nanti. Sesungguhnya
orang yang berakhlak mulia akan sederajat dengan orang yang berpuasa dan
menunaikan shalat.” (HR. At-Tirmidzi, no. 2003).
• Akhlak mulia merupakan sebab utama bagi seseorang untuk masuk surga
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Kebanyakan orang masuk surga karena

6
takwa kepada Allah dan akhlak yang mulia.” (HR. At-Tirmidzi, no. 2004,
dan Ibnu Majah, no. 4246).
• Orang yang berakhlak mulia adalah orang yang paling dekat tempatnya dari
Rasulullah SAW pada Hari Kiamat. Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya yang paling aku cintai dari kalian dan yang paling dekat
posisinya dariku pada hari kiamat nanti adalah yang paling mulia
akhlaknya.” (HR. At-Tirmidzi, no. 2018).
Di surga nanti, orang yang berakhlak mulia akan berada di tempat
paling tinggi dan dijamin oleh Rasulullah SAW. Nabi Muhammad SAW
bersabda, “Aku akan memberikan jaminan sebuah rumah di pinggir surga
bagi orang yang meninggalkan perdebatan sekalipun dia benar, dan rumah
di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta sekalipun dia
bercanda, serta rumah di bagian atas surga bagi orang yang akhlaknya
bagus.” (HR. Abu Dawud dalam As-Sunan, no. 4800) Makna “za’im”
dalam hadits ini adalah penjamin.

C. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus yaitu yang


melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling) dan tindakan (action).
Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak
akan efektif. Dengan pendidikan karakter yang ditetapkan secara sistematis dan
berkelanjutan seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini
adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan,
karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam
tantangan kehidupan termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.

Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai proes penanaman nilai nilai


esensial pada diri anak melalui serangkaian kegiatan pembelajaran dan
pendampingan sehingga para siswa sebagai individu mampu memahami,
mengalami dan mengintegrasikan nilai-nilai yang menjadi core values dalam
pendidikan yang dijalaninya ke dalam kepribadian dan juga sebagai sebuah usaha
untuk mendidik anak anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan

7
mempraktikannya dalam kehidupan sehari hari sehingga mereka dapat memberikan
kontribusi yang positif terhadap lingkungannya.

D. Peranan Akhlak dalam Pembentukan Karakter

1. Berikut adalah peran akhlak dalam pembentukan karakter bangsa:


✓ Kecerdasan intelektual (IQ) adalah tolak ukur kemampuan intelektual,
analisis, logika, dan rasio seseorang. IQ merupakan kecerdasan otak untuk
menerima, menyimpan, dan mengolah informasi yang diperoleh menjadi
fakta.
✓ Kecerdasan spiritual (SQ) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti
dan melaksanakan ajaran dari kepercayaannya. Kecerdasan ini mengatur
hubungan antara individu dengan tuhannya.
✓ Kecerdasan emosional (EQ) adalah kemampuan mengenali perasaan sendiri
dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, serta
kemampuan mengolah emosi dengan baik pada diri sendiri dan orang lain
dan ada peran orang tua dalam mendidik anak.
2. Hubungan peran akhlak dalam pembentukan karakter bangsa.
Hubungan dari ketiga komponen ini, sangatlah erat, sehingga
apabila salah satu dari ketiga komponen ini tidak dimiliki oleh seorang
individu, maka karakter individu ini tidak akan terbentuk dengan baik.
Apabila ada satu saja komponen kecerdasan yang lemah, karakter individu
tidak akan terbentuk dengan baik.
Maka dari itu, standar dari apa yang dinamakan dengan karakter
seseorang ialah apabila seorang individu memiliki ketiga kecerdasan
tersebut secara seimbang. Bagi individu yang saat ini belum mencapai
standar karakter di atas, perlu usaha yang ekstra untuk mencapainya.
Diantaranya ialah dengan belajar mengatasi masalah, menekuni sesuatu
yang menjadi keahliannya, berlatih berfikir kritis (untuk individu yang
kecerdasan IQ-nya kurang), selalu berfikir positif, melatih jiwa sosial,
menumbuhkan jiwa leadership yang diawali dengan menguasai diri sendiri
(untuk individu yang kecerdasan EQ-nya kurang), mengikuti kajian-kajian
agama, dan meningkatkan intensitas ibadah (untuk individu yang

8
kecerdasan SQ-nya kurang). Selain dibangun oleh ketiga kecerdasan otak di
atas, karakter juga memiliki pondasi lain bernama akhlak.

Pondasi Dasar yang Membentuk Karakter Seseorang

Dalam ajaran Islam, ada 5 akhlak dasar yang harus dimiliki individu guna
terciptanya karakter yang sempurna, atau yang sering diistilahkan sebagai mabadi
khoiru ummah/mabadiul khomsah (5 Pondasi dasar guna membentuk masyarakat
yang terbaik) yaitu:

1. Jujur – Yakni persamaan antara perkataan dan perbuatan. Korupsi tidak


akan terjadi bila pejabat memiliki pondasi kejujuran yang kuat.
2. Amanah dan menepati janji – Secara singkat, berarti dapat dipercya karena
dapat melaksanakan semua tugas yang dibebankan kepadanya, serta dapat
melaksanakan semua janji yang diucapkan. Komponen ini menjadi tolak
ukur individu dalam kehidupan bermasyarakat, semakin sering individu
lalai dalam amanah ataupun janjinya, maka dia akan semakin di kucilkan
dari kehidupan bermasyarakat.
3. Konsisten – Berarti berkesinambungan dalam melaksanakan suatu
kegiatan,dari masa lalu hingga masa yang akan datang. Individu yang dapat
memiliki akhlak ini, akan mendapatkan hasil yang sempurna dalam
melaksanakan suatu kegiatan ataupun aktivitas. Selain itu, konsistensi
individu dapat menggambarkan tingkat kemalasan seseorang yang menjadi
musuh bagi orang-orang yang berusaha menggapai kesuksesan.
4. Adil – Bermakna menempatkan sesuatu pada tempatnya, atau secara
sederhana tidak memihak dan taat asas. Sikap berat sebelah akan muncul
bila sikap adil tidak dimiliki individu, hal ini akan menyebabkan individu
mudah memiliki sikap iri hati, sehingga permusuhan yang memberikan
bahaya akibat jika tidak ada keadilan dalam masyarakat.
5. Saling Tolong Menolong – Komponen ini menjadi komponen mutlak yang
harus dimiliki individu. Perbedaan sudah jelas akan terjadi dalam suatu
sistem, ada yang kaya, ada yang miskin, ada yang pintar,ada yang kurang
pintar dan lain sebagainya, apabila perbedaan tersebut tidak didasari dengan

9
komponen ini, ketimpangan akan terjadi, sehingga kerukunan ataupun
ketenteraman akan terganggu.

Kelima butir akhlak tersebut menjadi sangat vital bagi individu itu sendiri,
maupun bagi bangsa. Perpaduan komponen kecerdasan otak dengan kelima butir
akhlak yang telah disebutkan, menjadi sebuah kunci tersendiri bagi suatu bangsa,
guna membangun bangsa yang memiliki integritas. Kesempurnaan karakter, harus
terus dipupuk sejak dini. Oleh karena itu, keteladanan terhadap generasi penerus
harus selalu ditunjukkan oleh seluruh komponen bangsa, bukan hanya pejabat, tapi
juga seluruh masyarakat.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap
individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,
bangsa, dan Negara. Karakter disamakan dengan khuluq (bentuk tunggal dari
akhlaq) akhlak yaitu kondisi batiniyah dalam dan lahiriah (luar) manusia. Dengan
demikian khuluk mencakup kondisi lahir dan batin manusia, baik teraktualisasi atau
tidak semuanya masuk dalam kategori karakter. Berdasarkan uraian diatas maka
khuluq memiliki makna ekuivalen dengan karaktrer.

Penndidikan karakter adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik kepada


peserta didik untuk membentuk kepribadian peserta didik yang mengajarkan dan
membentuk moral, etika, dan rasa berbudaya yang baik serta berakhlak mulia yang
menumbuhkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik dan
buruk serta mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan cara
melakukan pendidikan, pengajaran, bimbingan dan pelatihan.

B. Saran

Melihat begitu pentingnya akhlak dalam pembentukan karakter, sehingga


disarankan pendidik dapat selalu melaksanakan pendidikan karakter dalam setiap
aspek pembelajaran, dan menjadikan pendidikan karakter sebagai suatu hal yang
menjadi prioritas pendidikan untuk menciptakan generasi penerus yang berakhlak
baik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Raharjo, Sabar B. 2010. “Pendidikan Karakter sebagai Upaya Menciptakan Akhlak


Mulia”. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, vol 16, no. 3, 2010, pp. 229-
238, doi:10.24832/jpnk.v16i3.456

Ainiyah, Nur. 2013. Pendidikan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam. 13(1):
25-38.
https://www.journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/au/article/view/179/159

https://imuslimguide.com/id/moral/1

https://guruppkn.com/peran-akhlak-dalam-pembentukan-karakter-bangsa

https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-akhlak/

https://www.abdimadrasah.com/2015/02/pendidikan-karakter-dalam-pandangan-
islam.html

12
HASIL DISKUSI

1. Apakah "Insya Allah" termasuk janji atau tidak? (Faida)


Arti insya Allah adalah kata untuk menyatakan harapan atau janji yang
belum tentu dipenuhi. Makna kata insya Allah sendiri bermakna jika Allah
berkenan atau jika Allah mengizinkan, berarti masa depan seluruh apa pun yang
ada di muka Bumi ini ada dalam kekuasan Allah. Manusia tidak berkuasa
menentukan apa yang akan terjadi. Mengucapkan kalimat Insya Allah berarti kita
sudah berjanji dengan membawa nama Allah yang sesungguhnya adalah Dzat
pencipta serta pemelihara Bumi, alam semesta, jagat raya dan seluruh isinya.
Dengan mengucapkan insya Allah, berarti kita semua bergantung kepada Allah
untuk menentukan apakah sesuatu itu bisa dilakukan dengan baik atau tidak.

2. Berikan contoh ketika salah satu komponen kecerdasan dalam peran akhlak
melemah! (Azka)
Dimisalkan seorang pengusaha yang sukses karena ia cerdas (IQ tinggi) dan
memiliki hubungan sosial yang tinggi sehingga mampu mempengaruhi orang
banyak dalam lingkup profesinya (EQ tinggi), tetapi ia kurang beribadah serta
pemahaman agama dan akidahnya lemah (SQ rendah), maka ia bisa terbawa nafsu
untuk melakukan hal-hal yang melenceng dari perintah agama hanya untuk
kesenangannya sendiri seperti menggelapkan uang perusahaan, mabuk, berjudi, dan
kehidupan dunia malam. Maka kita sebagai individu yang tidaklah sempurna harus
mau dan mampu menyeimbangangkan ketiga komponen kecerdasan itu untuk
menjadi pribadi yang baik.

3. Bagaimana cara melatih diri agar konsisten berbuat baik? (Wahid Anshori)
Salah satu cara termudahnya adalah dengan membiasakan diri berperilaku
baik kepada siapa saja. Termasuk kepada diri sendiri yang terkadang justru lebih
sering terabaikan. Lakukan kebiasaan baik dari diri sendiri, pekerjaan hingga
dalam berperilaku dan memperlakukan orang lain. Kebiasaan kecil yang kita
lakukan akan menarik diri kita untuk melakukan kebiasaan yang lebih besar lagi.

13
Selanjutnya, berani mengakui kesalahan diri sendiri. Kita harus menjadi manusia
dengan keberanian tinggi untuk mengakui kesalahan, termasuk meminta maaf dan
memperbaikinya.
Yang ketiga, bantu orang lain memperbaiki kesalahan. Dengan membantu orang
lain memperbaiki kesalahannya, kita pun semakin tahu mana hal yang baik dan
buruk. Kita pun tidak akan ragu menerapkan kepada diri kita sendiri sendiri.

Terakhir, jangan mendendam apalagi membalas. Jika kita marah dan ingin
membenci, jangan biarkan perasaan yang dipenuhi keinginan membalas
menguasai hati dan pikiran kita. Jadilah manusia yang mudah memaafkan karena
sesungguhnya Allah pun Maha Pemaaf.

14

Anda mungkin juga menyukai