Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

FITRAH MANUSIA, MEDIA DAN TUJUAN PEMBELAJARAN AN-


NAHL : 78

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi

Dosen pengampu : Dr. H. M. Syaifudin, MA

Disusun oleh : Kelompok 7

1. Muhammad Zainul Haq (19106011119)


2. Safira Maulida (19106011105)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAM ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
2022

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada kami sehingga berhasil
menyelesaikan makalah “Fitrah manusia, media dan tujuan pembelajaran An-
Nahl : 78” ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam senantiasa kita
haturkan kepada junjungan kita Nabi kita Nabi Muhammad SAW. yang kita
nantikan syafaatnya di hari kiamat nanti. Amiin.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah TAFSIR TARBAWI
yang diampu oleh Bapak Dr. H.M. Syaifudin, MA.Terimakasih kami ucapkan
kepada orang tua kami yang selalu mendoakan keberhasilan kami dimanapun
kami berada. Tak lupa kami ucapkan kepada terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini sehingga makalah
ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak


kekeliruan dan kesalahan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca sekalian demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat.

Semarang,20 April 2022

ii
Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Judul .............................................. i

Kata Pengantar ............................................. ii

Daftar isi ................................................. iii

Bab I Pendahuluan ..........................................1

A. Latar Belakang.........................................1
B. Rumusan Masalah........................................2
C. Saran..................................................3

BAB II Pembahasan ..........................................4

A. Apa saja nilai nilai pendidikan.............................................................4


B. Apa pengertian fitrah dan manusia.......................................................7
C. Bagaimana konsep fitrah manusia dan implikasinya dalam pendidikan
islam.....................................................................................................9
D. Apa media pembelajaran pada surah an-nahl ayat 78...........................12
E. Apa tujuan pembelajaran surah an-nahl ayat 78..................................12
F. Apa saja teori-teori pendidikan dalam skasus keseharian.....................13

BAB III Penutup ............................................15

A. Kesimpulan ...........................................15
B. Saran................................................................
......................................15

Daftar Pustaka .............................................16

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam struktur yang paling baik
di antara makhluk Allah yang lain. Struktur manusia terdiri dari
unsur jasmaniah dan rohaniah, atau unsur fisiologis dan unsur
psikologis.
Dalam struktur jasmaniah dan rohaniah itu, Allah memberikan
seperangkat kemampuan dasar yang memiliki kecenderungan berkembang,
dalam psikologi disebut potensialitas atau disposisi.
Dalam pandangan Islam kemampuan dasar/pembawaan itu disebut
dengan “FITRAH” yang dalam pengertian etimologis mengandung arti
“ kejadian “, oleh karena itu fitrah berasal dari kata fatoro yang
berarti “menjadikan”
Jika kita tinjau perkembangan hidup manusia dan perkembangan
caranya berfikir, maka nyatalah sudah bahwa pokok asli pendapat ialah
tentang adanya Yang Maha Kuasa dan Ghaib.
Inilah perasaan yang semurni-murninya dalam jiwa manusia. Kalau
terjadi manusia itu membantah adanya Yang Ada, bukanlah itu
permulaan.
Pendeknya kalau dia membantah, dia adalah membantah jiwa murninya
sendiri, lidahnya tidak mau mengatakan apa yang sebenarnya terasa di
hatinya.
Sebab itu maka perasaan akan adanya Yang Maha Kuasa adalah fitrah
manusia.
Pendidikan dalam konteks Islam secara umum memiliki tiga bahasa dasar di
antaranya, tarbiyah, ta’dīb dan ta‘līm. Pertama, tarbiyah, rabbā yurabbī
tarbiyan (pendidikan, pengasuhan, memelihara, merawat, mengatur dan
menjaga kelestarian). Lafaz ini terkhusus pada seluruh ciptaannya termasuk
manusia. Kedua, ta’dīb, addaba yu’addibu ta’dīban (pendidikan, perbaikan)

1
Lafaz ini mengandung arti ilmu, keadilan, kearifan, krbijaksanaan,
pengajaran, dan pengasuhan yang baik. Konsep kata ta’dīb lebih sempit
dibanding dengan tarbiyah. Sebab ta’dīb dari segi lafad dan subtansinya
mengarah pada manusia saja, tidak yang lainnya. Ketiga, ta‘līm, ‘allama
yu‘allimu ta‘līman (pengajaran, pendidikan) meskipun dilihat dari segi
kamus Bahasa Arab memliki kesamaan dengan etimologi lainnya di atas,
Lafaz ini terkhusus pada tokoh agama yaitu orang mengetahui ajaran Islam
atau memiliki ilmu pengetahuan dan mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
kesimpulannya adalah ilmu dan amal, dan hanya orang tertentu
saja seperti nabi, rasul, ulama dan ustaz.
Ramayulis mendefinisikan pendidikan Islam yaitu sebuah proses yang
memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan kehidupannya
sesuai dengan idiologi Islam. Zakiyah Daradjat, pendidikan Islam adalah
proses pembentukan kepribadian muslim dengan mendidik iman dan amal
berdasarkan syariat Islam. Adapun M. Arifin menguraikan bahwa
pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang mengayomi seluruh aspek
kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah, sebagaimana Islam telah
menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia, baik duniawi
maupun ukhrawi.
Dengan demikian pengertian pendidikan Islam adalah
proses pembentukan seluruh aspek kehidupan manusia atas dasar ilmu yang
bersumber dari ajaran Islam, sehingga membentuk (insan kamil) yaitu
manusia yang beretika dan berpengetahuan. Dalam pendidikan Islam
terdapat nilai-nilai pendidikan yang berkaitan dengan kebutuhan seluruh
aspek kehidupan yang harus dicapai oleh setiap muslim guna menjadi
khalifah di muka bumi yang mengemban tugas dari Tuhan. Untuk mencapai
itu semua ada nilai-nilai yang harus dimiliki setiap manusia.

A. Rumusan Masalah
1. Apa saja nilai nilai pendidikan ?
2. Apa pengertian fitrah dan manusia ?
3. Bagaimana konsep fitrah manusia dan implikasinya dalam pendidikan islam ?

2
4. Apa media pembelajaran pada surah an-nahl ayat 78 ?
5. Apa tujuan pembelajaran surah an-nahl ayat 78 ?
6. Apa saja teori-teori pendidikan dalam skasus keseharian ?

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang perencanaan pembelajaran berbasis qur’an
surat an-nahl : 78
2. Untuk mengetahui tentang pelaksanaan pembelajaran berbasis qur’an
surat an-nahl : 78
3. Untuk mengetahui tentang perorganisasian pembelajaran berbasis
qur’an surat an-nahl : 78
4. Untuk mengetahui tentang penilaiaan pembelajaran berbasis qur’an
surat an-nahl : 78

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Nilai - Nilai Pendidikan

Pendidikan dalam konteks Islam secara umum memiliki tiga bahasa dasar di
antaranya, tarbiyah, ta’dīb dan ta‘līm.1 Pertama, tarbiyah, rabbā yurabbī
tarbiyan (pendidikan, pengasuhan, memelihara, merawat, mengatur dan
menjaga kelestarian). Lafaz ini terkhusus pada seluruh ciptaannya termasuk
manusia.
Kedua, ta’dīb, addaba yu’addibu ta’dīban (pendidikan, perbaikan)
Lafaz ini mengandung arti ilmu, keadilan, kearifan, krbijaksanaan,
pengajaran, dan pengasuhan yang baik. Konsep kata ta’dīb lebih sempit
dibanding dengan tarbiyah. Sebab ta’dīb dari segi lafad dan subtansinya
mengarah pada manusia saja, tidak yang lainnya. Ketiga, ta‘līm, ‘allama
yu‘allimu ta‘līman (pengajaran, pendidikan) meskipun dilihat dari segi
kamus Bahasa Arab memliki kesamaan dengan etimologi lainnya di atas,
Lafaz ini terkhusus pada tokoh agama yaitu orang mengetahui ajaran Islam
atau memiliki ilmu pengetahuan dan mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari. kesimpulannya adalah ilmu dan amal, dan hanya orang tertentu
saja seperti nabi, rasul, ulama dan ustaz.
Ramayulis mendefinisikan pendidikan Islam yaitu sebuah proses yang
memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan kehidupannya
sesuai dengan idiologi Islam.2 Zakiyah Daradjat, pendidikan Islam adalah
proses pembentukan kepribadian muslim dengan mendidik iman dan amal
berdasarkan syariat Islam.3 Adapun M. Arifin menguraikan bahwa
1
Ramayulis, Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), 84.
2
Ibid., 88
3
8Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), 28

4
pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang mengayomi seluruh aspek
kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah, sebagaimana Islam telah
menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia, baik duniawi
maupun ukhrawi.4
Dengan demikian pengertian pendidikan Islam adalah
proses pembentukan seluruh aspek kehidupan manusia atas dasar ilmu yang
bersumber dari ajaran Islam, sehingga membentuk (insan kamil) yaitu
manusia yang beretika dan berpengetahuan. Dalam pendidikan Islam
terdapat nilai-nilai pendidikan yang berkaitan dengan kebutuhan seluruh
aspek kehidupan yang harus dicapai oleh setiap muslim guna menjadi
khalifah di muka bumi yang mengemban tugas dari Tuhan. Untuk mencapai
itu semua ada nilai-nilai yang harus dimiliki setiap manusia.
Sedangkan Ali Hamzah merinci dan membedakan akhlak menjadi tiga
macam, yaitu akhlak kepada Allah yang meliputi melaksakan segala perintah
dan menjauhi segala larangannya, mencintai Allah melebihi cinta kepada
apapun dan siapapun dengan mempergunakan kalam Allah sebagai pedoman
hidup, mensyukuri nikmat dan karunia Allah, berzikir kepada Allah, berdoa
kepada Allah, tawakal kepada Allah, tawaduk kepada Allah, baik sangka
kepada Allah, mengagungkan Allah, dan bertaubat kepada Allah. Akhlak
kepada diri sendiri meliputi rela, suka, senang dan lapang dada terhadap
sikap seseorang; sabar terhadap diri sendiri; syukur, sikap berterima kasih
atas pemberian Allah; tawaduk terhadap yang orang yng lebih tua; jujur
dalam perkataan dan perbuatan amanah, bertanggung jawab atas apa yang
dipercayakan kepadanya; adil, menempatkan sesuatu pada tempatnya; malu
terhadap Allah dan diri sendiri. Akhlak kepada orang tua atau keluarga
meliputi berbakti kepada kedua orang tua; mengasihi dan menyayangi serta
sopan dalam bertutur kata dan perbuatan. Akhlak kepada makhluk lain
meliputi menyayangi hewan; etika terhadap hewan dan tumbuhan;
menyayangi tumbuhan; menghormati jin. Akhlak kepada lingkungan;
melestarikan alam; membuang sampah pada tempatnya; memanfaatkan
secukupnya.5
Syekh Imam Nawawi menambahkan tentang akhlak terhadap sesama

4
Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), 8
M. Arifin,
5
Hamzah, Pendidikan Agama Islam, 142-150.

5
manusia meliputi tolong menong terhadap sesama apabila mengalami
kesusahan atau musibah; mendekatkan diri pada ulama; zuhud, tidak
keduniawian dalam hal harta; rendah hati terhadap yang lebih tua; menjaga
lisan. larangan meremehkan; keutamaan sabar, syukur dan santun; saling
memaafkan.6
Selanjutnya adalah nilai-nilai akidah. Akidah adalah ikatan yang
menjadi gantungan segala sesuatu, kedudukannya sangat sentral dan
fundamental karena menjadi asas ikatan semua muslim. 7 Kaitannya dengan
nilai pendidikan Islam, bahwa di dalam akidah ada yang namanya Rukun
Iman yang menjadi pedoman umat Islam, dan di dalamnya terdapat enam
poin penting yang berurutan yang wajib diyakini setiap muslim. Hal itu
dikemukakan M. Daud Ali dalam bukunya. Pertama, keyakinan kepada
Allah , menurut akidah Islam, konsepsi tentang ketuhanan yang maha esa
disebut tauhid.8 Kedua, keyakinan kepada Allah sebagai berikut: Allah
maha esa dalam zatnya. Allah maha esa dalam sifat-sifatnya. Allah maha
hidup. Allah maha berkuasa. Allah maha berkehendak. Allah maha esa
dalam wujudnya. Allah maha esa dalam menerima ibadah. Allah maha esa dalam
menerima hajat dan hasrat. Allah maha esa dalam memberi hukum.
Allah maha esa dalam menerima taubat. Ketiga, keyakinan pada para
malaikat. Ketiga, keyakinan pada kitab-kitab suci sebagai berikut. Keempat,
keyakinan pada para nabi dan rasul. Kelima, keyakinan pada hari kiamat
keyakinan ini sangat penting, sebab orang Islam yang tidak meyakini adanya
hari kiamat, sama halnya dengan orang yang tidak percaya terhadap ajaran
agama Islam. Keenam, keyakinan pada takdir (kada dan kadar) ketentuan
dan ketetapan Allah menurut ukuran atau norma tertentu yang diberlakukan
kepada manusia mulai lahir hingga mati.9
Selanjutnya adalah nilai ibadah/syariat. Ibadah merupakan panduan
manusia dalam menjalankan kehidupan di dunia menuju akhirat. Kata
syariah menurut pengertian hukum Islam hukum-hukum atau regulasi yang
disampaikan Allah agar ditaati hamba-hambanya atau juga bisa dikatakan

6
Sharḥ naṣā’iḥ al-‘ibād (Surabaya: Nurul Huda, T.th), 7.
Nawawi,
7
Pendidikan Agama Islam, 199.
Ali,
8
Edy Gojira,”Keyakinan Kepada Tuhan Yang Maha Esa”, https://goo.gl/FfGraa diakses pada
18-05-2017.
9
bid., 202-229

6
sebagai satu sistem norma Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan
Tuhan, hubungan manusia dengan sesama manusia dan hubungan manusia
dengan alam lainnya.10 Ibadah dibagi menjadi dua, ibadah maḥḍah dan
ghayru maḥḍah. Ibadah maḥḍah adalah ibadah yang jenis dan tata cara
pelaksanaannya telah ditentukan oleh Allah dan Rasulnya. Ibadah maḥḍah
telah dicantumkan di rukun Islam seperti salat, puasa, zakat, haji dan
prosedurnya jelas. Ibadah ghayru maḥḍah adalah ibadah muamalah,
hubungan antara manusia dengan sesama bahkan makhluk lain dan alam
semesta. Intinya adalah segala hal yang dilakukan manusia dapat bernilai
ibadah asalkan ada niat karena Allah. Pelaksanaannya tidak lepas dari
ketentuan Allah dan rasul-Nya serta tetap mendahulukan ibadah maḥḍah.11
Berikut ini adalah dua perilaku atau perbuatan yang berhubungan dengan
subtansi dari ibadah ghayru maḥḍah: keutamaan menuntut ilmu, kewajiban
seorang muslim hidup di dunia adalah menuntut ilmu, hukumnya wajib.
Sebab hal itu diperlukan manusia sebagai pedoman hidup, mulai dari ilmu
umum hingga ilmu agama, dan tanpa ilmu manusia seperti berjalan tidak tau
arah kemana dia pergi.

B. Pengertian Fitrah Dan Manusia


1. Pengertian Fitrah
Kata “fitrah” berasal dari kata kerja (fi’il) fathara yang berarti “menjadikan”.
Secara etimologis fitrah berarti : kejadian, sifat semula jadi, potensi dasar,
kesucian. Didalam kamus munjid ditemukan bahwa fitrah mempunyai arti yaitu
sifat yang menyifati segala yang ada pada saat selesai di ciptakan. (Ramayulis,
1994) Prof. Dr. Abdul Mujib mengutip dari imam al-qurtubi mengartikan fitrah
jika dikorelasikan dengan kalimat lain, mempunyai banyak makna;
1) Fitrah dapat berarti suci (al-thuhr).
2) Fitrah berarti potensi ber-islam (al-din Al-islamiy), ini bermakna
bahwa fitrah berarti beragama islam.
3) Fitrah mengakui keesaan Allah (Tawhid Allah).
4) Fitrah berarti kondisi selamat(al-salamah) dan kontinuitas (istiqomah).

10
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006),
139.
11
Didiek Ahmad Supardie, Sarjuni, Pengantar Studi Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2012), 98-99.

7
5) Fitrah berarti perasaan yang tulus (al-Iklas), manusia dilahirkan membawa
potensi baik.
6) Fitrah berati kesanggupan menerima kebenaran.
7) Fitarh berarti potensi dasar manusia atau prasaan untuk beribadah.
(Mudzakkir, 2010) Hasan Langgulung menambahkan bahwa, makna fitrah
berarti;
8) Fitrah berarti ketetapan atau taqdir asal manusia mengenai kebahagian (al-
sa’adat) atau kesensaraan (al-syaqawat) hidup.
9) Fitrah berarti tabiat atau watak asli manusia.
10) Fitrah berarti sifat-sifat Allah, yang ditiupkan kepada manusia sebelum lahir
(Langgulung, 1995) 12

2. Jenis – Jenis Fitrah


Fitrah memiliki banyak dimensi, tetapi demensi yang terpenting adalah:
a). Fitrah Agama, Manusia sejak lahir mempunyai naluri atau insting yang
beragama, dan mengakui adanya dzat Allah, namun ketika dia lahir cendrung
pada al-hanif, yakni rindu akan kebenaran mutlak Allah.
b). Fitrah Intelek, Intelek adalah potensi bawaan manusia untuk memperoleh
pengetahuan yang dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk.
Karena daya dan fitrah ini hingga dapat membedakan antara manusia dan
hewan.
c). Fitrah Sosial, kecendrungan manusia untuk hidup berkelompok yang
mempunyai ciri khas yang disebut kebudayaan. Oleh karena itu tugas
pendidikan disini adalah menjadikan kebudayaan islam sebagai proses
kurikulum pendidikan islam dalam seluruh peringkat dan tahapan.
a) Fitrah seni, Kemampuan manusia untuk menimbulkan daya estetika,
yang mengacu pada sifat al-jamal Allah swt. Tugas utama pendidikan
memberikan suasana gembira, senang, dan aman dalam proses belajar
mengajar, karena pendidikan adalah proses kesenian, yang karenanya
dibutuhkan seni mendidik.

Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 8, No. II 2017 P. ISSN:


12

20869118
E-ISSN: 2528-2476

8
b) Fitarh kemajuan, keadilan, kemerdekaan, kesamaan, ingin dihargai,
kawin, cinta tanah air, dan kebutuhan-kebutuhan hidup lainya.
Semua kebutuhan kehidupan manusai merupakan fitrah yang menuntut untuk
dipenuhi,. Sayyid Quthub mengemukakan kebutuhan pokok manusia terbagi
menjadi empat macam, yaitu:
1) Kebutuhan hati nurani setiap manusia untuk memperoleh kepuasan,
ketentraman, dan ketenangan.
2) Kebutuhan akal pikiran, setiap insan untuk memperoleh kebebasan,
kemerdekaan, dam kepastian.
3) Kebutuhan prasaan setiap insan dapat memperoleh rasa saling pengertian,
kasih sayang, dan perdamaian.
4) Kebutuhan hak dan kewajibansetiap insan untuk memperoleh perundang-
undangan, ketertiban dan keadilan.
Sesungguhnya tubuh manusia terdiri dari dua jenis, yaitu: Tubuh kasar dan tubuh
halus, atau jasmani/fisik dan ruhani/ruh. Manusia tanpa jasmani belum bisa
dikatakan manusia, demikian dengan manusia tanpa ruh tidak dapat dikatakan
manusia hidup.Jasmani manusia berasal dari materi tanah, sedangkan ruh
manusia berasal dari Allah yaitu Tuhan semesta alam(Unila, 2014). 13

C. Konsep Tentang Fithrah

Rasulullah SAW bersabda : “Anak-anak lahir dalam keadaan fithrah,


orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani.” (HR. Bukhari)
Menurut Yasien Muhammad, pemahaman terhadap konsep fithrah ini ada empat,
yaitu pandangan fatalis, pandangan netral, pandangan positif, dan pandangan
dualis.
a) Pandangan Fatalis
Dalam pandangan fatalis ini mempercayai bahwa setiap individu, melalui
ketetapan Allah, adalah baik atau jahat secara asal, baik ketetapan semacam ini
terjadi secara semuanya atau sebagian sesuai dengan rencana Tuhan. Syaikh Abdul
Qadir Jailani mengungkapkan bahwa seorang pendosa akan masuk surga jika hal

Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 8, No. II 2017 P. ISSN:


13

20869118
E-ISSN: 2528-2476
9
itu menjadi nasibnya yang telah ditentukan Allah sebelumnya. Dengan demikian,
tanpa memandang faktor-faktor eksternal dari petunjuk dan kesalahan petunjuk,
seorang individu terikat oleh kehendak Allah untuk menjalani ‘cetak biru’
kehidupannya yang telah ditetapkan baginya sebelumnya.
b) Pandangan Netral
Pandangan netral ini dikomandani oleh Ibnu ‘Abd al-Barr dengan
mendasarkan pada firman Allah :
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun” (QS. an-Nahl ayat: 78)
Penganut pandangan netral berpendapat bahwa anak terlahir dalam
keadaan suci, suatu keadaan kosong sebagaimana adanya, tanpa kesadaran
akan iman atau kufur. Menurut pandangan netral, iman atau kufur hanya
mewujud ketika anak tersebut mencapai kedewasaan (taklif). Setelah mencapai
taklif, seseorang menjadi bertanggung jawab atas perbuatannya.
c) Pandangan Positif
Penganut pandangan positif ini adalah Ibnu Taimiyah, Ibnu Qoyyim al-
Jauziyah (salaf), Muhammad Ali Ash-Shabuni, Mufti Muhammad Syafi’i,
Ismail Raji al-Faruqi, Mohamad Asad, Syah Waliyullah (kontemporer).
Menurut Ibnu Taimiyah, semua anak terlahir dalam keadaan fithrah,
yaitu dalam keadaan kebajikan bawaan, dan lingkungan sosial itulah yang
menyebabkan individu menyimpang dari keadaan ini. Muhammad ‘Ali Ash-
Shabuni mengatakan bahwa kebaikan menyatu pada manusia, sementara
kejahatan bersifat aksidental. Manusia secara alamiah cenderung kepada
kebaikan dan kesucian. Akan tetapi, lingkungan-lingkungan sosial, terutama
orangtua, bisa memiliki pengaruh merusak terhadap fithrah anak.
Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa terdapat suatu kesesuaian alamiah antara
fithrah dan dien Islam. Agama Islam menyediakan kondisi ideal untuk
mempertahankan dan mengembangkan sifat-sifat bawaan manusia.
d) Pandangan Dualis

Tokoh utama pandangan dualis adalah Sayyid Quthb dan ‘Ali Shari’ati.
Pandangan suatu sifat dasar yang bersifat ganda. Menurut Sayyid Quthb, dua
unsur pembentuk esensial dari struktur manusia secara menyeluruh, yaitu ruh
dan tanah, mengakibatkan kebaikan dan kejahatan sebagai suatu

10
kecenderungan yang setara pada manusia, yaitu kecenderungan untuk tersesat.
Kebaikan yang ada dalam diri manusia dilengkapi dengan pengaruh-pengaruh
eksternal seperti kenabian dan wahyu Tuhan sementara kejahatan yang ada
dalam diri manusia dilengkapi faktor eksternal seperti godaan dan kesesatan.

Shari’ati berpandangan bahwa tanah-simbol terendah dari kehinaan


digabungkan dengan Ruh (dari) Allah. Dengan demikian, manusia adalah
makhluk berdimensi ganda dengan sifat dasar ganda, suatu susunan dari dua
kekuatan, bukan saja berbeda, tapi juga berlawanan. Yang satu cenderung turun
kepada materi dan yang lain cenderung naik kepada Ruh Suci (ciptaan) Allah. 14

1) Fitrah Manusia dan Implikasinya Terhadap Pendidikan Islam


Menurut Hasan Langgulung, fitrah adalah potensi yang baik. Haditsh yang
bermakna“Setiap anak-anak dilahirkan dengan fitrah. Hanya ibu bapaknyalah
yang menyebabkan ia menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi”. Tetapi hal ini tidak
bermakna bahwa manusia itu menjadi hamba kepada lingkungan, seperti
pendapat ahli-ahli behaviorisme. Fitrah adalah sifat-sifat Tuhan yang ditiupkan
Tuhan kepada semua manusia sebelum lahir, dan pengembangan sifat-sifat itu
setinggi-tingginya.
Senada dengan hal ini, menurut Dr. Jalaluddin, manusia memiliki beberapa
potensi utama yang secara fitrah dianugerahkan Allah kepadanya, yaitu :
a.) Hidayat al-Ghariziyat (potensi naluriah)
Hidayat al-Ghariziyat (potensi naluriah) Yaitu dorongan primer yang berfungsi
untuk memelihara keutuhan dan kelanjutan setiap manusia. Diantara dorongan
tersebut berupa instink untuk memelihara diri, seperti makan, minum,
penyesuaian tubuh terhadap lingkungan dan sebagainya.

b.) Hidayatu al-Hassiyat (potensi inderawi)


Hidayatu al-Hassiyat (potensi inderawi) Potensi inderawi erat kaitannya
dengan peluang manusia untuk saling mengenal sesuatu diluar dari dirinya.
Melaui alat indera penglihatan, penciuman, pendengaran, perasa, peraba dan lain-
lain.

14
Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 8, No. II 2017 P. ISSN: 20869118
E-ISSN: 2528-2476

11
c.) Hidayat al-Aqliyyat (potensi akal)
Potensi akal memberi kemampuan pada manusia untuk memahami simbol-
simbol,hal-hal yang abstrak, menganalisa, membandingkan maupun membuat
kesimpulan dan dapat memilih hal yang benar atau salah. Akal juga dapat
mendorong manusia berkreasi dan berinovasi dalam menciptakan kebudayaan
serta peradaban.
d.) Hidayat al-Diniyyat (potensi keagamaan)
Pada diri manusia sudah ada dorongan keagamaan yaitu dorongan untuk
mengabdi kepada sesuatu yang lebih tinggi, yaitu Tuhan yang menciptakan
alam semesta beserta isinya.

(Jalaludin, 2001) Implikasi lainnya adalah pendidikan Islam diarahkan untuk


bertumpu pada tauhid. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan hubungan yang
mengikat manusia dengan Allah Swt. Apasaja yang dipelajari anak didik seharusnya
tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip tauhid. Untuk itu kurikulum pendidikan
Islam harus menekankan pada konsep tauhid ini.(Mujib, 1993)

D. Media Pembelajaran Surat An-Nahl : 78


Pelaksanaan pembelajaran dalam perkuliahan ini akan menggunakan model Student
Center learning(SCL) atau mahasiswa sebagai pusat pembelajar dengan pendekatan
sebagai berikut;
Small group discussion (diskusikelompok), Role playand simulation
(simulasi),Casestudy, Discovery learning (mencari, mengumpulkan),Collaborative
learning (belajar kelompok), Cooperative learning ,Contextualinstruction (ceramah),
Project based learning (tugas makalah) dan Problem based learning (pemecahan
masalah).15

E. Tujuan Pembelajaran Surat An-Nahl : 78


Mata KuliahTafsirbertujuan untuk membekalimahasiswa agar:
1) Bertakwa kepada TuhanYang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius.
2) Menguasai materi rumpun Pendidikan Agama Islam(Al-Qur`an-Hadits,Aqidah
Akhlak, Fiqh, danSejarah Islam),dan isu-isu kontemporer yang terkait dengan
materi rumpun Pendidikan AgamaIslam.
15
Rps,tafsir tarbawi

12
3) Memiliki keterampilan menganalisis materi , struktur, konsep dan pola pikir ilmu-
ilmu yang relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam

F. Teori-teori Pendidikan Dalam Skasus Keseharian


1). Teori belajar behavioristik
Teori behavioristik adalah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner
tentang perubahan tingkah laku sebagai bentuk hasil dari pengalaman. Teori ini
lalu berkembang menjadi aliran psikologi yang yang berpengaruh terhadap arah
pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal
sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku
yang tampak sebagai hasil belajar.

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya,


menundukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau
perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan dan akan
menghilang bila dikenai hukuman.
1) Teori Belajar Kognitifisme
Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir setelah protes
terhadap teori perilaku yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini
memiliki perspektif bahwa para peserta didik memperoleh informasi dan
pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan dan menemukan
hubungan antara pengetahuan yang baru dan pengetahuan yang telah ada. Model
ini menekankan tentang bagaimana informasi di proses.
Peneliti yang mengembangkan teori ini adalah Ausubel, Bruner dan Gagne.
Dari ketiga peneliti tersebut, masing masing memiliki penekanan yang berbeda.
Ausubel menekankan pada aspek pengelolaan (organizer) yangmemiki pengaruh
utama terhadap belajar. Bruner bekerja pada pengelompokkan atau peneyediian
bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh
informasi dari lingkungan.
2). Teori Belajar Konstruktifiktif
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan
dapat diartikan Konstuktifisme adalah suatu upaya membangun tata susunan
hidup yang berbudaya modern. Kontruktifisme merupakan landasan berfikir

13
(filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dimulai dari
manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang
terbatas dan tidak sekonyong konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta fakta, konsep, atau kaidah yang siap
untuk diambil dan di ingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan
memberi makna serta pengalaman nyata.
Dengan teori kontrutifisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah,
mencari ide dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka
terlibat langsung dalam membina pengetahuan baru, mereka akan lebih paham
dalam mengaplikasikannya dalam semua situasi. Selain itu siswa terlibat
langsung dengan aktif,mereka akan ingat lebih lama tentang semua konsep.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa pengertian fitrah secara istilah adalah suatu perangkat
yang diberikan oleh Allah SWT yaitu kemampuan dasar yang memiliki
kecenderungan berkarya yang disebut dengan potensialitas dan manusia diciptakan
Allah dalam struktur yang paling tinggi, yaitu memiliki struktur jasmaniah dan
rohaniah yang membedakan dengan makhluk lain.
Fitrah manusia sebuah implikasi psikologi bahwa pada hakikatnya dilahirkan
dalam keadaan suci, baik buruknya itu tergantung dirinya yang akan menentukan
ketika tumbuh dewasa.
Hakikat fitrah manusia menurut psikologi islam adalah mahluk yang berdimensi
nabati, hewani dan rohani (rasional). Dimensi nabati merupakan keadaan alami
manusia yang terkaii dengan naluri perkembangan. Dimensi hewani merupakan
keadaan alamiah yang cenderung pada tabiat alam kasar. Adapun dimensi rohani
merupakan keadaan alamiah yang cenderung pada tabiat kesakralan. Dimensi
rohani inilah yang membuat manusia beragama.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, Semoga bermanfaat bagi kita bersama.
Tentunya makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik dan saran yang
membangu sangat diharapkan untuk perbaikan makalah selanjutnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ramayulis, Syamsul Nizar, 2011, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia
M Arifin, 2003, Ilmu pendidikan islam, Jakarta : PT Bumi Aksara
Mahmud, 2012, Psikologi Pendidikan, Bandung, CV pustaka setia
Mujib, abduh. Yusuf mudzakir, 2002, Psikologi Islam, Jakarta, PT raja grafindo
Saleh, Abdurrahman dkk, 2004, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam,
kencana

16

Anda mungkin juga menyukai