Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM
Konsep Dasar Pendidikan agama
Dosen pembimbing : Dr. kasman, s.pd. m.pd

Oleh: Sitti musdalifah (21401030)

Fakultas ilmu administrasi negara


universitas Indonesia timur
Kata pengantar
Puji syukur kehadirat tuhan yang maha kuasa atas segala
limpahan rahmat, inayah, taufik dan hidayahnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat
pada waktnya. Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai
salah satu petunjuk, acuan, maupun pedoman bagi pembaca
untuk memperdalam ilmu agama.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pemahaman bagi para pembaca, sehingga dapat di
terapkan dalam kehidupan sehari hari.
Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan terhadap
makalah ini. Oleh karena itu, penulis meminta kepada para
pembaca untuk memberikan masukan bermanfaat yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini agar
dapat di perbaiki bentuk maupun isi makalah sehingga
kedepannya dapat menjadi lebih baik.
Daftar Isi
Halaman Judul…………………………………………………………………………………….i
Kata pengantar……………………………………………………………………………………ii
Bab I Pendahuluan
A. Latar belakang……………………………………………………………………………….
B. Rumusan masalah………………………………………………………………………..
C. Tujuan………………………………………………………………………..
Bab II Pembahasan
A. Pengertian Pendidikan islam……………………………………………….
B. Konsep-konsep Pendidikan islam………………………………………………….
C. Tujuan teologis terhadap Pendidikan islam…………………………………
D. Tinjauan filosofi terhadap Pendidikan islam……………………………………
Bab III Penutup
A. kesimpulan……………………………………………………………………………………….
B. Saran……………………………………………………………………………………………..
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Berbicara masalah Pendidikan Islam merupakan elemen vital dalam
pendidikan. Karena Pendidikan Islam menjadi tonggak keberhasilan pendidikan
secara komperehensif. Pendidikan Islam sering disebut juga pendidikan moral
(karakter). Bagaimana tidak, pendidikan tanpa karakter maka bisa dikatakan
pendidikan itu kualitasnya di bawah standar.
Pendidikan itu sendiri adalah persoalan yang paling stategis bagi kehidupan
manusia baik dalam perspektif individu, masyarakat dan bangsa. Dalam hal ini
pendidikan itu bisa jadi alat untuk melompat dari hal yang biasa menjadi luar
biasa atau tool to change. Bisa jadi pendidikan itu sebagai salah satu kebutuhan
hidup (a necessary of life), salah satu fungsi sosial (a social function), sebagai
bimbingan(direction) dan sebagai sarana pertumbuhan (as growth), yang
mempersiapkan dan membukakan serta membentuk displin hidup. (Tobroni.
2010:4)
Dalam kehidupan sosial Pendidikan Islam mengemban misi rahmatan lil
‘alamin yang mana inibertujuan untuk membangun peradaban moral anak
bangsa. Dalam bahasa sederhana misi pendidikan Islam itu merubah moral
(akhlak) peserta didik dari moral yang tidak baik menjadi lebih baik. Sebagaimana
firman Allah: “ Dan tidaklah aku mengutus engkau (Muhammad) melainkan
sebagai rahmat bagi semesta alam” (Q.S. 21: 107).
Rahmatan lil ‘alamin merupakan suatu misi (risalah) kemanusian yang sangat
bermanfaat dalam rangka membentuk sikap mental output yang berperadaban
dan menjunjung tinggi nilai insani. Pendidikan Islam harus menjadi kekuatan yang
ampuh dalam membentuk karakter peserta didik. Ketika kriminal menjadi bagian
dari kehidupan yang sudah tidak bisa dibentuk dengan aneka ragam bentuknya.
Problema semacam ini harus direspon dengan tanggap dengan mencari problem
solving yang tepat. Di sinilah pentingnya pendidikan Islam itu sendiri bagi manusia
Untuk membentuk pendidikan karakter (moral) itu terlebih dahulu kita
paham dulu tentang konsep dasar Pendidikan Islam (karakter, moral) itu sendiri.
Sudah banyak konsep dasar pendidikan Islam itu sendiri yang dijelaskan dalam al-
Quran maupun al-Hadist sendiri. Tidak hanya itu para pakar pendidikan banyak
terinspirasi dari al-Quran dan al-Hadist untuk merekonstruksi pendidikan secara
komperehensif.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, maka rumusan masalah penulis;
1. Bagaimana konsep dasar Pendidikan Islam menurut al-Quran dan al-Hadist?
2. Bagaimana Tinjauan filosofis Terhadap Pendidikan Islam?
3. Bagaimana tinjauan teologis terhadap Pendidikan Islam?

C. Tujuan
1) Dengan penelitian ini mahasiswa atau khalayak umum dapat memahami
konsep dasar Pendidikan Islam itu sendiri.
2)  Dengan adanya penelitian ini mahasiswa ataupun khalayak umum dapat
memahami tujuan pendidikan Islam baik ditinjau dari segi teologis maupun
filosofis.
3) Mahasiswa maupun khalayak ramai diharapkan untuk bisa
mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan Islam yang telah termaktub
dalam al-Quran dan al-Hadist.
4)  Sesuai dengan tujuan Pendidikan Islam diharapkan mahasiswa maupun
khalayak ramai memiliki pemahaman dan berpengetahuan lebih mendalam
(menjadi pakar)
5)  Mahasiswa dapat memaknai nilai-nilai spiritualitas pendidikan Islam itu
sendiri
Bab II
Pembahasan
A.      Pengertian Pendidikan Islam
Pembahasan konsep dan teori tentang pendidikan Islam sampai kapanpun
selalu saja relevan dan memiliki ruang yang cukup signifikan untuk ditinjau ulang.
Paling tidak terdapat tiga alasan mengapa hal ini terjadi: pertama, pendidikan
melibatkan sosok manusia yang senantiasa dinamis, baik sebagai pendidik,
peserta didik maupun penanggung jawab pendidikan; kedua, perlunya akan
inovasi pendidikan akibat perkembangan sains dan tekhnologi; ketiga, tuntutan
globalisasi yang meleburkan sekat-sekat agama, ras, budaya bahkan falsafah
suatu bangsa. Ketiga alasan itu harus diikuti oleh tanggung jawab dunia
pendidikan dan kerjasama dengan elemen masyarakat, demi kelangsungan hidup
manusia dalam situasi yang serba dinamis, inovatif dan semakin mengglobal.[1]
Konsep menurut bahasa adalah ide umum; pengertian, pemikiran;
rancangan dan rencana dasar (A. Partanto dan M. Dahaln.362: 1994). Jadi
pengertian konsep itu sendiri menurut penulis adalah ide umum yang tersusun
rapi untuk diterapkan terencana dalam kehidupan nyata.
Konsep itu sangat penting dalam pendidikan. Jika pendidikan tanpa konsep
maka bisa ditebak pendidikan itu akan berjalan tidak sesuai harapan. Untuk itu
pendidikan terutama Pendidikan Islam harus mempunyai konsep yang mapan.
Dalam literatur al-Quran dan as-Sunnah tidak ditemukan istilah al-
tarbiyah, namun terdapat beberapa istilah kunci yang seakar dengannya, yaitu al-
rabb, rabbayani`, nurabbi, yurbi` danrabbani`. Dalam mu’jam bahasa Arab,
kata al-tarbiyah memiliki tiga akar kebahasan, yaitu:

1.      Rabba, yarbu`, tarbiyah: yang memiliki makna ‘tambah’ dan berkembang


(nama`).Jadi pendidikan itu (tarbiyah) merupakan proses menumbuhkan dan
mengembangkan apa yang ada pada diri peserta didik, baik secara fisik, psikis,
sosial maupun spiritual.

2.      Rabba, yarubbu, tarbiyah: yang memiliki makna tumbuh (nasya’a) dan


menjadi besar atau dewasa (tara’ra’a). artinya, pendidikan (tarbiyah) merupakan
usaha untuk menumbuhkan dan mendewasakan peserta didik, baik secara fisik,
psikis, sosial maupun spiritual.

3.      Rabba, yarubbu, tarbiyah: yang memiliki memperbaiki (ashlaha), menguasai


urusan, memelihara dan merawat, memperindah, memberi makan, mengasuh,
tuan, memiliki, mengatur dan menjaga kelestarian maupun eksistensinya. Artinya,
pendidikan (tarbiyah) merupakan usaha untuk memelihara, mengasuh, merawat,
memperbaiki dan mengatur kehidupan peserta didik, agar ia dapat survive lebih
baik dalam kehidupannya. (Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir. 2008: 11) [2]

Jika kata tarbiyah diambil dari fi’il madhi-nya (rabbayani`) maka ia memiliki


arti memproduksi, mengasuh, menanggung, memberi makan, menumbuhkan,
mengembangkan memilihara, membesar dan menjinakkan. Pemahaman ini
diambil dari firman dalam al-Quran Allah swt Surat al-Isra’ ayat 24 yangartinya
"dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan
ucapkanlah, “wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku pada waktu kecil”.
Ayat ini secara rinci menjelaskan bahwa dalam pengasuhan anak tidak
hanya memperhatikan ataupun mendidik pada jasmani dan intelektual saja tetapi
juga spiritualnya. Artinya pendidikan itu harus bisa menumbuhkan mental,
kognitif serta afektif peserta didik. Artinya kata tarbiyah mencakup tiga domain
pendidikan, yaitu kognitif (knowladge), afektif (doing) dan Psikomotorik (life
skill) dan dua aspek pendidikan yaitu jasmani dan rohani.[3]
  Allah swt memberikan contoh Fir’aun dalam mendidik nabi Musa a.s yang
mana dia hanya mendidik dari aspek jasmani saja tanpa memperhatikan aspek
rohani, ini telah termaktub dalam al-Quran surat Asy-Syu’ara ayat 18

Fir'aun menjawab: "Bukankah Kami telah mengasuhmu di antara (keluarga)


Kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama Kami
beberapa tahun dari umurmu

Dua ayat di atas dapat diambil hikmahnya bahwa dalam mendidik anak itu
harus menumbuhkan mental dan spiritualnya disamping menumbuhkan jasmani
peserta didik. Dengan begitu perkembangan dan pertumbuhan peserta didik
menjadi lebih seimbang.
Dari pengertian tadi menjelaskan dapat disimpulkan bahwa Pendidikan
Islam simpulkan bahwa pendidikan (tarbiyah) adalah proses menumbuh dan
mengembangkan peserta didik baik dari aspek jasmani maupun rohaninya dengan
menggunakan metode yang telah termaktub dalam al-Quran dan al-Hadist.
Selain itu, menurut penulis sendiri pendidikan itu juga bisa
dikatakan nasehat. Ini berdasarkan pengertian dari tarbiyah itu sendiri yakni
memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki dan mengatur kehidupan peserta
didik, agar ia dapat survive lebih baik dalam kehidupann dan berdasarkan hadist
Rasulullah saw yang artinya “agama itu adalah nasehat. Kamipun bertanya, untuk
siapa ya Rasulullah? Beliau menjawab untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya serta
untuk para pemimpin kaum muslimin pada umumnya” (H.R. Muslim).
Menurut Ibnu Daqiq Al-‘id nasehat itu sendiri adalah segala bentuk kebaikan
yang diberikan demi kebaikan orang yang diberi nasehat. Yang mana pendidikan
ini berpegang pada dua sisi yaitu menjelaskan kebenaran dan mengingkari
kebathilan serta membangkitkan perasaan peserta didik. [4]
Berdasarkan pengertian yang telah dijabarkan oleh penulis itu sendiri tujuan
pendidikan Islam (tarbiyah) antara lain:

1.      Membentuk pribadi insan kamil, bertakwa dan bermoral  peserta didik


2.      Membangun jiwa sosial
3.      Menumbuhkan potensi peserta didik

Selain tujuan di atas, menurut Ibnu Taimiyah tujuan pendidikan Islam itu
tertumpu pada empat aspek, yaitu: (1) tercapainya pendidikan tauhid dengan
cara mempelajari al-Quran dan al-Hadist; (2) mengetahui ilmu Allah swt, melalui
pemahaman terhadap mahluk-Nya; (3) mengetahui kekuatan (qudrah) Allah
melalui pemahaman jenis-jenis, kuantitas dan kreativitas mahluk-Nya; dan (4)
mengetahui apa yang diperbuat Allah swt terhadap ciptaan-Nya dan jenis-jenis
perilakunya. (Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir. 2008: 78).
Dari semua tujuan yang telah dijelaskan tadi, tujuan pendidikan Islam itu
bermuara pada satu hal yaitu pembentukan moral yang tinggi, karena pendidikan
moral merupakan jiwa pendidikan Islam, sekalipun tanpa mengabaikan
pendidikan jasmani, akal dan ilmu praktis. Ini berdasarkan pada sabda Rasulullah
saw,

“aku diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (HR. Malik
bin Anas dan Anas bin Malik).

Akhlak yang dimaksud di sini adalah akhlak Allah yang maha sempurna, yakni
akhlak yang tertuan dalam asma al-husna-Nya.

B.Konsep Dasar Pendidikan Islam


Konsep “Pendidikan Islam” seringkali mengundang keragaman arti.
Pendidikan Islam, seringkali dimaksud sebagai pendidikan dalam arti sempit yaitu
proses belajar mengajar dimana Agama Islam menjadi “core
curricullum”. Pendidikan Islam bisa pula lembaga pendidikan yang di dalamnya
terdapat kegiatan yang menjadikan Islam sebagai identitasnya, baik yang semata-
mata maupun tersamar. Perkembangan terakhir memberikan pengertian bahwa
Pendidikan Islam diberi arti lebih subtansial sifatnya, yaitu bukan sebagai proses
belajar mengajar maupun jenis kelembagaan, akan tetapi lebih menekankan pada
sebagai suatu iklim pendidikan (education atmosphere) yaitu suatu suasana
pendidikan  yang islami, memberi nafas keislaman pada semua elemen sistem
pendidikan yang ada. 
Menurut Prof. Tobroni, M. Si (2010: 4) pendidikan itu adalah persoalan yang
paling strategis bagi kehidupan manusia baik dalam perspektif individu,
masyarakat dan bangsa. Dengan pendidikan status sosial seseorang akan
dipandang dalam masyrakat. Allah swt mencela hamba-Nya yang tidak mengerti
ilmu pengetahuan (knowladge). Ini sesuai dengan firman Allah swt dalam Al-
Quran yang artinnya

“Dia (Allah) berfirman), “wahai Nuh! Sesunggunya dia bukanlah termasuk


keluargamu, karena perbuatannya sungguh tidak baik, sebab itu jangan engkau
memohon kepada-Ku sesuatu yang tidak engkau ketahui hakikatnya. Aku
menasehatimu agar kamu tidak termasuk orang yang bodoh” (QS. 11: 46).

            Dari ayat di atas secara gamblang menjelaskan bahwa Islam itu anti
kebodohan. Karena kebodohan itu merupakan awal hilangnya peradaban Islam.
Dan inti dari pendidikan itu adalah perubahan baik dalam
sikap,ketermilan(skill) maupun dalam pengetahuan. Selain itu, ayat di atas
menjelaskan bahwa bahwa pendidikan itu merupakan usaha dari para pendidik
untuk memberikan bantuan, arahan terhadap peserta didik sehingga mereka ada
perubahan sikap dan wawasan yang lebih bersifat positif bagi dirinya dan
masyarakat secara umum. 
Pendidikan memang merupakan kunci kemajuan, semakin baik kualitas
pendidikan yang diselenggarakan, maka akan diikuti dengan semakin baiknya
kualitas masyarakat/ bangsa tersebut. Tidak salah jika Fazlur Rahman menyatakan
“setiap reformasi dan pembaharuan dalam Islam harus dimulai dengan
pendidikan.” Karena itu, para pemerhati dan pengembang pendidikan Islam tiada
henti-hentinya untuk memperbincangkan masalah ini. (Muhaimin. 2009:73) Ini
sesuai dengan Firman Allah swt dalam Surat Al-Baqarah ayat 159   
Sesungguhnya orang-orang yang Menyembunyikan apa yang telah Kami
turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami
menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dila'nati Allah dan
dila'nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela'nati,
Ayat ini menjelaskan bahwa peran pendidik dalam mentransformasikan
ilmunya pada peserta didik baik yang bersifat kognitif, afektif maupun
psikomotorik. Keberadaan peserta didik dalam pendidikan Islam itu perlu
dikembangkan dengan potensi yang mereka miliki seperti bakat, kecerdasan,
karakter dan lain-lain.
Islam itu merupakan agama yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, maka
tidak heran jika guru dan peserta didik itu dimuliakan oleh Allah
swt. Ajaran Islam juga melarang umatnya untuk tidak paham akan ilmu
pengetahuan (bodoh). Di sinilah pentingnya belajar sebagaimana yang telah
termaktub dalam al-Quran surah al-‘Alaq ayat 1 “bacalah”. Ini berarti agama Islam
menganjurkan umatnya untuk terus belajar yakni dengan membaca, entah itu
tekstual maupun kontekstual.
Membaca (iqra) dalam tradisi spiritual Islam adalah kemampuan
kemanusian untuk mampu mengakses pengetahuan bumi dan langit secara
bersamaan. Karena itu kebiasaan membaca yang perlu dilatih adalah membaca
dengan kesadaran spiritual untuk memahami rahasia Allah yang terdapat dalam
alam raya dengan berbagai displin keilmuannya.

C.  Tinjauan Teologis terhadap Pendidikan Islam


Istilah teologi itu lahir dalam tradisi Kristen. Secara harfiah berasal dari
bahasa Yunani berarti ilmu ketuhanan. Tapi pengertian ini
menurut Steenbrink (1987: 10) dianggap kurang cocok karena teologi memang
tidak bermaksud membicarakan problematika mengenai ketuhanan baik wujud,
sifat dan perbuatan-Nya, yang dalam hazanah Islam disebut Ilmu Kalam. Teologi
tidak identik dengan ilmu kalam yang berusaha mempertahankan keyakinan
seputar masalah ketuhanan dari serangan-serangan pihak luar dengan
menggunakan pendekatan filsafat atau dalil-dalil aqli. (Tobroni. 2008: 6).
Dalam Encyclopedia of religions, dikatakan bahwa teologi merupakan ilmu
yang membicarakan tentang Tuhan dan hubungan-Nya dengan alam semesta,
namun sering kali diperluas mencakup seluruh bidang agama.
Berdasar pengertian tadi, teologi menurut penulis sendiri adalah wacana yang
berdasarkan nalar mengenai agama, spiritualitas dan Tuhan, yang mana ilmu ini
mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan beragama.
Dalam pendidikan, teologi itu penting karena dengan teologi berarti berusaha
mengkontekskan keprihatinan iman atau panggilan hidup berdasarkan perintah
keagamaan dengan masalah-masalah pendidikan. (Tobroni. 2010: 10)
Terlalu banyak masalah-masalah kriminal (moral) yang melanda Pendidikan
Indonesia seperti pembunuhan, tawuran, hamil diluar nikah dan lain sebagainya.
Semua masalah-masalah tersebut bermuara pada satu hal yakni
tidak adanya iman atau panggilan hidup untuk memecahkan masalah tersebut.
Sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah saw, bahwa agama itu
adalah nasihat. Jadi di sinilah pentingnya pendidik untuk mengkontekskan
keprihatinan iman atau panggilan hidup untuk mentransferkan nilai-nilai Islam
(value of Islam).
Faktor yang terpenting bagi seorang pendidik adalah kepribadiannya. Karena
dengan kepribadian itu ia akan dihargai dan dihormati dalam masyarakat. Selain
itu pendidik itu menjadi uswahbagi anak didiknya.      
Dalam kehidupan bermasyarakat, upaya mewujudkan misi Islam tersebut
tentunya ada pembagian tugas dari masing-masing anggota atau komunitas
masyarakat. Misalnya ada yang menangani bidang pendidikan, kesehatan,
keamanan dan lain sebagainya. Dengan demikian berteologi di bidang pendidikan
berarti mencurahkan segala perhatian dan kemampuan untuk mengembangkan
pendidikan yang berkualitas dalam rangka terwujudnya kehidupan yang
rahmatan lil’alamin. Berteologi di bidang pendidikan (terutama pendidikan
formal) hukumnya fardu kifayah. (Tobroni. 2008: 11)
Dengan berteologi dibidang pendidikan maka bisa menjadi petunjuk bagi
orang lain untuk tidak tersesat, sebagaimana yang telah difirman oleh Allah swt,
dalam surah An-Nisa 
Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun
ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. dan kalau mereka menyerahkannya
kepada Rasul dan ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin
mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan
ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah
kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).
Yang perlu digaris bawahi adalah pengikut Syaitan, ini menandakan bahwa
orang bodoh itu mudah dipengaruhi oleh apapun, baik itu orang disekitarnya
maupun kejadian yang menimpanya. Jadi sudah jelas bahwa Allah swt,
menurunkan agama Islam adalah manifestasi sifat rahman dan rahim-Nya untuk
memberikan petunjuk jalan yang lurus (tidak sehat) kepada manusia yang
dikaruniai kehendak bebas.

D.   Tinjauan Filosofis Terhadap Pendidikan Islam


Ilmu Pendidikan Islam merupakan prinsip, struktur,  metodologi dan objek
yang memiliki karakteristik epistemologi ilmu islami. Oleh karena itu, Pendidikan
Islam sangat bertolak belakang dengan ilmu pendidikan non Islam.
Pengembangan Pendidikan Islam adalah upaya memperjuangkan sebuah sistem
pendidikan alternatif  yang lebih baik dan relatif dapat memenuhi kebutuhan
umat Islam dalam menyelesaikan semua problematika kehidupan sehari-hari. [9]
Keutuhan pokok manusia adalah hidup bahagia, paling tidak ada dua hal yang
harus terpenuhi agar manusia bahagia. Pertama, terpenuhi kebutuhan pokok
berikut sumber-sumbernya untuk menjamin kelangsungan
hidup. Kedua, mengetahui dasar-dasar pengetahuan tentang tata cara hidup
perorangan dan masyarakat agar terjamin berlakunya keadilan dan ketentraman
dalam masyarakat.
Di sinilah perlunya pemahaman mendalam tentang filsafat Pendidikan Islam.
Diskursus dan pemahaman tentang filsafat Pendidikan Islam sangat penting
karena dengan itu dapat mendorong untuk mengkaji ulang makna dasar dari
setiap kegiatan pendidikan, termasuk di dalamnya pertanyaan-pertanyaan dasar
di seputar proses belajar mengajar. Tentang pentingnya filsafat pendidikan dalam
aktivitas kependidikan ini, G.R. Knight dalam issues and alternatives ineducational
philoshopymengatakan bahwa filsafat pendidikan berguna sekali untuk pendidik
agar: (1) mengenai masalah-masalah dasar pendidikan, (2) memikirkan evaluasi
mengenai usulan-usulan perbaikan terhadap masalah yang timbul, (3)
memperjelaskan pemikiran tentang tujuan hidup dan pendidikan, (4)
memperkembangkan pandangan-pandangan dan program yang konsisten serta
berkaitan dengan konteks secara luas. Filsafat pendidikan memang berusaha
mengembangkan pemikiran yang universal, radikal dan spekulatif sehingga
hakikat pendidikan tercapai. (Tobroni. 2008: 19).
Dalam mengkaji tentang filsafat pendidikan Islam sangat penting yakni
dengan menerapkan filsafat sebagai content yaitu ontologi (metafisika),
epistemologi (teori pengetahuan) dan aksiologi (teori nilai, estetika) dalam usaha
memahami hakikat dan tujuan pendidikan.
Sebagaimana yang telah dijelaskan tujuan Pendidikan Islam ialah
membentuk karakter peserta didik yang bertakwa dengan mempengaruhi
pemikiran atau pandangan mengenai komponen-komponen dalam pendidikan
(anak didik, pendidik, kurikulum, metodologidan evaluasi)
Dengan begitu filsafat pendidikan Islam itu sangat penting dalam pendidikan.
Karena dengan filsafat bisa mengajarkan peserta didik untuk berfikir kritis dan
terstruktur. Dengan filsafat pendidikan Islam pengembangan dan peningkatan
kemampuan (skill) peserta didik dalam berfikir lebih mapan.
Pengembangan dan peningkatan kemampuan (skill) Sumber Daya Manusia)
seutuhnya, merupakan faktor pokok sekaligus penentu kelangsungan kehidupan
pembangunan suatu bangsa. 
Bab III
Penutup
A.        Kesimpulan
Dari pemaparan yang telah diungkapkan oleh penulis ada bebarapa
kesimpulan yang dapat diambi, antara lain:

1. Konsep pendidikan dalam Al-Quran dan al-Hadist selalu relevan dengan zaman
2. Tujuan pendidikan Islam itu bermuara pada satu hal yakni pembentukan
karakter peserta didik yang berakhlak muliah
3. Teologi dalam pendidikan itu sangat penting karena dengan berteologi berarti
mencurahkan segala perhatian dan kemampuan untuk mengembangkan
pendidikan yang berkualitas dalam rangka terwujudnya kehidupan yang
rahmatan lil’alamin.
4. Berteologi di bidang pendidikan (terutama pendidikan formal) hukumnya fardu
kifayah.
5. pemahaman tentang filsafat Pendidikan Islam sangat penting karena dengan itu
dapat mendorong untuk mengkaji ulang makna dasar dari setiap kegiatan
pendidikan, termasuk di dalamnya pertanyaan-pertanyaan dasar di seputar
proses belajar mengajar.

B.         Kritik dan saran


Demikianlah, makalah yang disajikan oleh penulis. Banyak kelebihan dan
kekurangan yang dimiliki oleh buku ini. Untuk itu, demi kesempurnaan makalah
ini diperlukan kritik dan saran dari pembaca.

Anda mungkin juga menyukai