Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

LINGKUNGAN ISLAMI DALAM AJARAN ISLAM

Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


(Ilmu Pendidikan Islam)
Dosen Pengampu : Ikhwan Aziz Q, M.Pd

Disusun Oleh:
Ahmad Jalaludin Ilyas (221290003)
Lailatul Inayah (221290023)
Mutiara Ida Oktavia (221290033)

Program Studi Bimbingan Konseling dan Pendidikan Islam

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM MA’ARIF NU (IAIMNU)
METRO LAMPUNG
2022/2023
KATA PENGANTAR

‫س ِم هللاِ ال َّر ْح َم ِن ال َّر ِح ْي ِم‬


ْ ِ‫ب‬
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberi nikmat, rahmat serta
hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Lingkungan Islami Dalam AJaran Islam” dengan tepat waktu. Makalah ini
merupakan salah satu tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam di progam studi
Bimbingan Konseling dan Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah IAIM NU pada
semester ...

Kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Yuning Eka Rahma Wati, M.Pd selaku
dosen pembimbing Mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam dan kepada segenap pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Akhirnya kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih ada
banyak kekurangan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamualaikum. Wr.Wb.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 5

A. Latar belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan masalah............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 2

A. Pengertian Lingkungan Pendidikan Islam ............................. 2


B. Macam-macam Lingkungan dan Atmosfir Akademik ........ 3
C. Pandangan Islam Tentang Lingkungan.................................. 5

BAB III PENUTUP.................................................................................... 7

1. Kesimpulan...................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan suatu kebutuhan yang
mutlak, yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil
suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi untuk maju,
sejahtera, bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka.

Untuk memajukan kehidupan mereka itulah maka pendidikan menjadi sarana


utama yang perlu dikelola secara sistematis dan konsisten. Untuk itu dalam makalah ini
akan disajikan mengenai pendidikan Islam, baik pengertian dan macam-macamnya,
kemudian mengenai pandangan islam tentang lingkungan. Dan dengan adanya
penjabaran mengenai pendidikan Islam, kami berharap akan membawa manfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca semua pada umumnya.

B. Rumusan Masalah

a. Apakah Pengertian Lingkungan Pendidikan Islam ?

b. Apa saja Macam-macam Lingkungan dan Atmosfir Akademik ?

c. Bagaimana Pandangan Islam Tentang Lingkungan ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi dari lingkungan pendidikan islam.

2. Untuk mengetahui macam-macam lingkungan dan atmosfir akademik.

3. Untuk mengetahui bagaimana pandangan islam tentang lingkungan.

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Lingkungan Pendidikan Islam

Secara harfiah lingkungan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengitari
kehidupan, baik berupa fisik scperti alam jagat raya dengan segala isinya, maupun berupa
nonfisik, seperti suasana kehidupan beragama, nilai-nilai dan adat istiadat yang berlaku di
masyarakat, ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang berkembang, serta teknologi. Kedua
lingkungan tersebut badir secara kebetulan, yakni tanpa diminta dan direncanakan oleh
manusia. Seseorang yang lahir di Indonesia dengan lingkungan alaminnya, atau yang lahir di
Amerika Serikat dengan lingkungan alamnya pula, bukanlah atas permintaannya sendiri.
Demikian pula orang-orang yang menjadi orang tuanya, saudaranya, tetangganya, dan
lainnya terjadi secara kebetulan dilihat dari sudut pandang manusia, dan merupakan takdir
Tuhan dilihat dari sudut pandang Tuhan.1

Lingkungan merupakan salah satu faktor pendidikan yang ikut serta menentukan corak
pendidikan islam, yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap anak didik. Lingkungan
pendidikan adalah tanggung jawab siapa yang melaksanakan dalam pendidikan itu. Hal ini
berkenaan dengan tiga pusat lingkungan pendidikan, lingkungan pendidikan di keluarga,
lingkungan pendidikan di sekolah, dan lingkungan pendidikan di masyarakat.2

Dalam arti yang luas lingkungan mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal, adat
istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam. Dengan kata lain lingkungan adalah segala
sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang.3

Lingkungan fisik dan nonfisik tersebut demikian inelekat dalam kehidupan manusia dan
mengelilinginya. Itulah yang selanjutnya menjadi ciri khas lingkungan dan membentuk
semacam suasana yang khas (atmosfer) bagi kehidupan. Karena lingkungan tersebut
demikian kuat dan besar pengaruhnya bagi kehidupan manusia, khususnya menurut aliran
behaviorisme dan empirisme, maka lingkungan tersebut harus memiliki nilai-nilai

1 Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2012) hlm. 291

2 Miftahul Ulum, Pengantar Ilmu Pendidikan. I (Yogyakarta, STAIN Po Press, 2007) hlm. 145

3 Zakiah Daradjat. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara, 2012) hlm. 63
5
pendidikan, yaitu lingkungan yang rnemberi pe- ngaruh positif bagi pembentukan pola
pikiran, sikap,’ dan perbuatan manusia, yang pada gilirannya dapat membentuk kepribadian
dan karakter manusia. Lingkungan yang demikian itulah yang selanjutnya disebut
lingkungan pendidikan, vakni lingkungan yang mendidik.4

Lingkungan yang mengandung nilai pendidikan itu dapat dicontohkan dengan


lingkungan lingkungan pesantren. Secara fisik, di pesantren terdapat masjid, asrama atau
pondokan, rumah kiai, santri, dan kitab kuning. Kelima ciri fisik tersebut hanya ada di
pesantren, khususnya pesantren tradisional. Di tempat lain secara terpisah-pisah bisa
dijumpai adanya masjid (di kampung-kampung atau di kota-kota yang berpenduduk
mayoritas muslim), adanya kitab kuning (di pasar-pasar) dan seterusnya. Namun masing-
masing unsur atau komponen tersebut terpisah-pisah dan tidak mernbentuk sebagai satu
kesatuan lingkungan fisik sebagaimana yang terdapat di pesantren. Selanjutnya secara
nonfisik, di pesantren terdapat nilai-nilai yang dipahami, dihayati dan diamalkan dalam
kehidupan sehari. Nilai-nilai tersebut sebagian besar didominasi oleh nilai-nilai fiqh dan
tasawuf. Nilai-nilai fiqh terlihat dari sikap dan pandangan para santri terhadap sesuatu yang
dihubungkan dengan status hukumnya, serta dalam kebiasaan- nya menjalankan ibadah
shalat berjama’ah. Adapun nilai-nilai tasawuf terlihat dari sikap dan perilaku para santri yang
cenderung sederhana (zuhud), tawadlu’ (rendah hati), sabar, tawakal, ikhlas, dan qana’ah.
Nilai-nilai tasawuf ini mereka dapati dari informasi yang terdapat dalam berbagai kitab
kuning yang mereka pelajari, seperti Kilab Ta’lim Muta’allim Thuruq al-Ta’allum, karangan
Burhanuddin al-Jarnuji; Kitab Nashaih al-Ibad, karangan al-Nawawiy, Kitab Ihya' Ulum al-
Din, karangan Imam al-Ghazali, dan sebagainya.

Baik lingkungan fisik maupun nonfisik sebagaimana tersebut di atas selanjutnya


menjadi ciri khas lingkungan pesantren, yang selanjutnya menjadi suasana yang khas bagi
kegiatan pendidikan. Inilah yang selanjutnya dapat disebut sebagai atmosfer akademik.

B. Macam-macam Lingkungan dan Atmosfir Akademik

Konsep lingkungan dalam hubungannya dengan pendidikan dan manusia sebagai


makhluk yang merdeka, memiliki daya yangkuat, serta berbagai potensi jasmani, rohani dan
spiritual yang dimilikinya, telah menimbulkan berbagai aliran yang antara satu dan lainnya

4 Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2012) hlm. 291
6
menunjukkan perbedaan yang sangat mencolok. Berbagai aliran tersebut dapat
dikemukakan sebagai berikut.5

Pertama, aliran empirisme atau behaviorisme dari john locke. Menurut aliran ini,
manusia atau peserta didik diangga sebagai gelas kosongyang dapat diisi apa saja oleh
pemiliknya. Peserta dinilai sebagai yang pasif seperti robot yang patuh dan tunduk
sepenuhnya kepada pemiliknya. Murid ibarat kertas putih yang kosong yang dapat ditulis apa
saja oleh pemiliknya. Menurut aliran yang eksternalin, bahwa watak dan karakter peserta
didik ditentukan oleh faktor dari luar yang ditransmisikan oleh pendidi. Dengan pandangan
empirisme ini, maka yang menentukan dan aktif dalam pendidikan ialah guru. Pandangan
empirisme dan behaviorisme ini selanjutnya menjadi sebuah aliran yang memiliki paradigma
belajar sebagai berikut:

1. Memandang ilmu pengetahuan sebagai hal yang objektif, pasti, tetap,dan tidak berubah.

2. Memandang belajar sebagai upaya memperoleh pengetahuan, dan mengajar dinilai


sebagai upaya menyampaikan ilmu pengetahuan.

3. Mengharapkan agar seluru peserta didik memperoleh pengetahuan dan pemahaman


yang sama.

4. Tujuan pembelajaran ditentukan pada penambahan ilmu pengetahuan.

5. Penyajian isi pelajaran menekankan pada keterampilan yang terpisah dan terakumulasi
pada fakta yang mengikuti uraian dari bagian keseluruhan.

6. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, dan aktivitas belajar lebih
banyak.

Kedua, aliran nativisme dari Scopenhaur. Menurut aliran ini, bahwa yang menentukan
seseorang menjadi apa saja, bukan lingkungan sebagaimana yang dianut behaviorisme dan
empirisme sebagaimana disebutkan di atas, melainkan watak, pembawaan dan potensi yang
dimiliki seoarang peserta didik dari sejak lahir. Aliran nativisme ini bertolak dari
Leibnitzian Tradition yang menekankan kemampuan dari diri anak, sehingga faktor
lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak.
Hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak lahir.
Hasil pendidikan ditentukan oleh pembawaan. Menurut Schopenhaur (filsuf Jerman 1788-
1860) bahwa setiap bayi yang lahir sudah membawa pembawaannya sendiri, baik
5 Ibid. hlm. 293.
7
pembawaan yang positif maupun yang negatif, oleh karena itu hasil akhir pendidikan
ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir. Berdasarkan pandangan ini,
maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak didik itu sendiri. Pembawaan yang
jahat akan menjadi jahat, dan pembawaan yang buruk akan menjadi buruk. Pendidikan yang
tidak sesuai dengan bakat dan pembawaaan anak didik tidak akan berguna untuk
berkembanagan anak sendiri.

Ketiga, aliran konvergensi. Aliran ini dirintis oleh William Stern (1871-1939), seoarang
ahli pendidikan bangsa Jerman yang berpendapat, bahawa seorang anak dilahirkan didunia
sudah disertai pembawaan baik dan pembawaan buruk. Penganut aliran ini berpendapat
bahwa dalam proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor
lingkungan sama-sama mempunyai peran yang sangat penting. Bakat yang dibawa pada
waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang
sesuai dengan bakat itu. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan
perkembangan anak yang optimal, kalau memang pada diri anak tidak terdapat bakat yang
diperlukan untuk mengembangkan itu. Sebagai contoh, hakikat kemampuan anak berbahasa
dengan kata-kata, ialah juga hasil konvergensi.

Aliran konvergensi pada umumnya diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat
dalam memahami tumbuh kembang manusia. Meskipun demikian, terdapat variasi pandang
tentang faktor-faktor mana yang paling dominan dalam menentukan tumbuh kembang
manusia itu. Variasi-variasi itu tercermin antara lain dalam perbedaan pandang tentang
strategi yang tepat untuk memahami perilaku manusia, seperti strategi
disposisional/konstitusional, strategi fenomenologi, humanistik, behavioral,psikodinamik,
psiko-anatilik, dan sebagainya. Berbagai teori ini selanjutnya memunculkan berbagai teori
belajar atau teori model pembelajaran.

C. Pandangan Islam Tentang Lingkungan

Aliran empirisme behaviorisme, nativisme humanisme, dan konvergansi dengan


berbagai variasinya sebagaimana tersebut diatas. Namun demikian, jika dilakukan analisis
secara agak mendalam dan seksama, tampaknya ajaran islam tidak menganut salah satu
aliran tersebut, karena ketiga aliran tersebut semata-mata mengandalakan pengaruh atau
faktor yang berasal dari usaha manusia sendiri. Pada empirisme yang berpengaruh faktor
dari luar yang dibuat manusia. Pada nativisme yang berpengaruh faktor dari dalam yang
berasal juga dari manusia. Dan pada konvergensi yang berpengaruh dari dalam dan dari luar

8
yang juga sama-sama diciptakan manusia. Dengan demikian, seluruh aliran tersebut masih
memusat pada usaha manusia, dan belum melibatkan peran Tuhan. Hal ini bertentangan
dengan ideologi pendidikan islam yang bercorak humanisme teo-cenris ,yang pada intinya
memadukan antara usaha manusia dan pertolongan hidayah dari Tuhan.6

Dalam pandangan islam, proses pembentukan pribadi manusia tidak hanya


diusahakan oleh manusia dengan berbagai teori tersebut, melainkan juga ditentukan oleh
hidaya dari Allah SWT. Proses pndidikan dalam islam digambarkan oleh Nabi Muhammad
SAW seperti proses bertani. Bahwa untuk menghasilkan produk pertanian yang baik
diperlukan bibit yang unggul dan baik (nativisme) dan tanah yang subur, pupuk yang cukup,
cuaca yang tepat, air yang cukup, pemeliharaan yang telaten, dan cara menanam yang benar
(empirisme). Namun semua ini, belum menjamin bahwa pertanian tersebut akan berhasil
dengan baik, usaha-usaha tersebut tidak bisa sepenuhnya menjamin, bahwa pertanian akan
berhasil dengan baik. Masih ada yang menentukan hasil pertanian tersebut, yaitu Allah
SWT. Dalam kaitan ini Allah SWT berfirman:

“Maka terangkanlah kepada-ku tentang yang kamu tanam? Kamukah yang


menumbuhkannya ataukah kami yang menumbuhkannya? (QS. Al-Waqiah:63-64)”.

Dengan demikian, proses pendidikan dalam islam dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu
faktor pembawaan dari diri manusia, faktor lingkungan, dan faktor hidayah dari Allah SWT.
Itulah sebabnya, jika seseorang berhasil mendidik manusia, maka diharapkan ia tidak
sombong, karena keberhasilan tersebut atas izin Tuhan. Sebaliknya, jika seseoarang belum
berhasil mendidik manusia, maka diharapkan tidak putus asa, karena ketidak berhasilan
tersebut juga atas kehendak Tuhan.

6 Ibid. hlm. 297-289.


9
BAB III

PENUTUPAN

1. Kesimpulan

Lingkungan merupakan salah satu faktor pendidikan yang ikut serta menentukan corak
pendidikan islam, yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap anak didik. Lingkungan
pendidikan adalah tanggung jawab siapa yang melaksanakan dalam pendidikan itu. Hal
ini berkenaan dengan tiga pusat lingkungan pendidikan, lingkungan pendidikan di
keluarga, lingkungan pendidikan di sekolah, dan lingkungan pendidikan di masyarakat.
Konsep lingkungan dalam hubungannya dengan pendidikan dan manusia sebagai
makhluk yang merdeka, memiliki daya yangkuat, serta berbagai potensi jasmani, rohani
dan spiritual.

Masyarakat sebagai lingkungan pendidikan yang lebih luas turut berperan dalam
terselenggaranya proses pendidikan. Setiap individu sebagai anggota dari masyarakat
tersebut harus bertanggung jawab dalam menciptakan suasana yang Islami lagi nyaman
dan mendukung. Keberhasilan mencetak generasi sangat ditentukan oleh sejauh mana
peran keluarga dalam menyiapakan faktor-faktor yang dapat mendorong terhadap
keberhasilan pendidikan Islam di dalam keluarga Dalam pandangan islam, proses
pembentukan pribadi manusia tidak hanya diusahakan oleh manusia dengan berbagai teori
tersebut, melainkan juga ditentukan oleh hidaya dari Allah SWT.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abudin, Nata. 2012. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,
2012
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir. 2010. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana
Prenada Media.
Dr. Hasan bin Ali Al-Hijazy. 2001. Manhaj Tarbiyah Ibnu Qoyim. Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar.
Miftahul Ulum. 2007. Pengantar Ilmu Pendidikan. I Yogyakarta, STAIN Po Press.

Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan. 2016. Studi Ilmu Pendidikan Islam.
Jakarta: Ar-Ruzz Media

Zakiah Daradjat. 2012. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Peraturan Pemerintah RI No. 47 & 48 th. 2008, CV. Novindo Pustaka Mandiri, Jakarta,
2008, 110.

11

Anda mungkin juga menyukai