FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM MA’ARIF NU (IAIMNU)
METRO LAMPUNG
2022/2023
KATA PENGANTAR
Kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Didik Kusno Aji Nugroho
selaku dosen pembimbing Mata kuliah Ulumul Qur’an dan kepada segenap pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Akhirnya kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih ada
banyak kekurangan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamualaikum. Wr.Wb.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan masalah............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 2
A. Pengertian I’jaz............................................................................ 2
B. Syarat-syarat dinamakan Mu’jizat .......................................... 3
C. Aspek-aspek Kemu’jizatan Al-Qur’an................................... 4
D. Pembagian Mu’jizat Dalam Al-Qur’an.................................. 6
1. Kesimpulan...................................................................................... 8
2. Saran................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 9
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah mukjizat Islam yang kekal dan mukjizatnya diperkuat oleh
kemajuan ilmu pengetahuan. Al-Qur’an diturunkan Allah SWT kepada Rasulullah
SAW untuk mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap menuju yang teran, serta
membimbing mereka ke jalan yang lurus. Rasulullah SAW menyampaikan al- Quran itu
kepada para sahabatnya dan orang-orang Arab asli sehingga mereka dapat
memahaminya berdasarkan naluri mereka yang kemudian untuk disampaikan kembali
kepada seluruh umat manusia.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka didapat beberapa hal yang menjadi rumusan
masalah pada makalah ini yaitu:
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian I’jaz Al-Qur’an
2. Mengetahui syarat-syarat dinamakan mukjizat
3. Mengetahui aspek-aspek kemukjizatan dalam Al-Qur’an
4. Mengetahui pembagian mukjizat dalam Al-Qur’an
4
BAB II
PEMBAHASAN
Dari segi bahasa kata I’jaz berasal dari kata a’jaz-yujizu-I’jaz yang berarti
melemahkan atau memperlemah, juga dapat berarti menetapkan kelemahan atau
memperlemah.1 Kata mukjizat dari segi bahasa berarti melemahkan, menundukkan, atau
ketidak mampuan mengerjakan sesuatu. Sedangkan menurut istilah berarti suatu perkara
yang tidak dapat dilakukan manusia baik secara individu maupun kelompok. 2 I’jaz
(kemukjizatan) adalah menetapkan kelemahan. Kelemahan menurut pegertian umum ialah
ketidakmampuan mengerjakan sesuatu, lawan dari kemampuan.3
Mu’jizat secara etimologis (bahasa) berarti melemahkan. Sementara menurut
terminologi (istilah), mu’jizat ialah sesuatu yang luar biasa yang diperlihatkan Allah melalui
para Nabi dan Rasul-Nya, sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan kerasulan. 4
Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa i’jaz dan mukjizat dapat
diartikan melemahkan. Diantara kedua hal ini saling melengkapi satu sama lain. Hanya saja
terdapat sedikit perbedaan yakni i’jaz membicarakan ruang lingkup atau batasan yang lebih
spesifik berupa Al-Qur’an, sedangkan mukjizat mencakup batasan yang lebih luas tidak
hanya membahas tentang Al-Qur’an akan tetapi juga bekaitan dengan segala sesuatu yang
tidak mampu dijangkau oleh manusia. Dalam hal ini i’jaz yang dimaksud adalah
menampakkan kebenaran nabi dan menampakkan kelemahan orang arab yang tidak mampu
dalam melawan mukjizat Al-Qur’an padahal mereka tingkat fasahah dan balagahnya sangat
tinggi. Hal ini dikarenakan karena Al-Qur’an adalah mukjizat. Sebagaimana firman Allah
dalam Qs. Al-Isra’ 17:88)
ُ ?س? َ?و? ا? ْل? ِ?ج? ُّن? َع? لَ? ٰ?ى? َأ ْ?ن? يَ? ْأ تُ? و?ا? بِ? ِم? ْث? ِ?ل? ٰ?هَ? َذ? ا? ا? ْل? قُ? ْ?ر? آ? ِن? اَل يَ? ْأ تُ? و? َ?ن? بِ? ِم? ْث? لِ? ِه? َو? لَ? ْ?و? َك? ا? َ?ن? بَ? ْع
?ض? هُ? ْم ِ ?قُ? ْ?ل? لَ? ِئ ِن? ا? ْ?ج? تَ? َم? َع
?ُ ?ت? ا?ِإْل ْن
َ ?ض
?ظ? ِه? ي? ًر? ا ٍ ?لِ? بَ? ْع
2
Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy , Ilmu-ilmu Al-quran, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2012). Hlm.
293
3
Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, (Bogor, Litera AntarNusa, 2016). Hlm. 371
4
Abdul Halim, Membangun Tradisi Kealehan Hakiki, (Ciputat: Ciputat Press, 2002). Hlm. 30
5
serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang
lain" (Qs. Al-Isra’ 17:88).
Al-Qur’an adalah mukjizat karena dia telah memenuhi syarta-syarat agar sesuatu
dapat disebut mukjizat. Adapun syarat-syarat agar sesuatu disebut mukjizat adalah sebagai
berikut5:
1) Harus ada tantangan dari mukjizat itu terhadap pihak musuh untuk menantang dan
mencobanya.
Tanpa adanya tantangan tu tidak ada orang yang mengacuhkan dakwah- dakwahnya
serta kebesaranya. Al-Qur’an memnuhi syarat ini, yaitu dengan adanya tantangan yang
amat jelas. Pertama ia menantang untuk membuat sesuatu semisal dengan Al-Qur’an,
seperti firman-Nya Qs. At- Thur: 34:
Kemudian Al-Qur’an menantang mereka untuk membuat sepuluh surat yang sama
dengan firman-Nya:
5
Mustamir, Sembuh dan Sehat dengan Mukjizat Al-Qur,an, (Yogyakarta: Lingkaran,2007). Hlm. 17
6
2) Harus mengandung unsur yang mendorong pihak musuh untuk menentang.
Al-Qur’an mengajak orang-orang musyrik dan kafir untuk mengubah kepercayaan
mereka, apa-apa saja yang telah terbiasa menjadi sistem hidup mereka, dan tata pergaulan
mereka. Orang kafir pun menantang ajaran Al-Qur’an itu, sehingga mendorong mereka
untuk menantang dakwahnya.
3) Tidak ada penghalang bagi orang lain untuk menentangnya.
Jika seandainya ada seorang manusia mengaku nabi di Australia dan mengaku bahwa
mukjizatnya adalah kitab berbahasa Arab yang diturunkan kepadanya dari langit.
Kemudian dia menentang orang Arab untuk membuat kitab yang sama seperti kitabnya
tentu tantangan itu sulit disambut, karena jauhnya jarak antara kitab yang menantang dan
ditantang.
Para ulama bersepakat bahwa aspek Al-Qur’an tidak hanya membahas satu aspek
saja. Akan tetapi, kemukjizatan Al-Qur’an dapat ditinjau dari beberapa aspek diantaranya:
aspek kebahasaan (lafzhiyah), aspek ma’nawiyah (semantik) dan aspek ruhiyah (jiwa).
Dalam memaknai aspek kemukjizatan Al-Qur’an, banyak para ulama berbeda pendapat
mengenai jumlah dan apa saja aspek yang terkandung dalam kemukjizatan Al-Qur’an. Oleh
karena itu, diantara banyak pendapat para ulama mengenai aspek-aspek kemukjizatan Al-
Qur’an, dalam makalah ini akan dibahas mengenai beberapa aspek terpenting saja di dalam
Al-Qur’an menurut Manna’ Khalil al-Qattan:
1. Abu Ishaq Ibrahim An-Nizam, berpendapat bahwa kemukjizatan Al-Qur’an adalah
dengan cara sirfah (pemalingan). Arti sirfah dalam pandangan an-Nizam adalah bahwa
Allah memalingkan orang-orang arab untuk menentang Al-Qur’an, padahal sebenarnya
mereka mampu menghadapinya. Maka pemalingan inilah yang luar biasa (mukjizat)6
2. Satu golongan ulama berpendapat, Al-Qur’an itu mukjiat dikarenakan baya bahasa
(balaghah) mencapai tingkat yang tinggi sehingga tak ada satupun yang mampu
menandinginya. Hal ini berdasarkan pendapat dari ahli bahasa arab yang menyukai
menyukai makna-makna didalam untaian kata.
3. Sebagian mereka berpendapat, segi kemukjizatan Al-Qur’an adalah karena mengandung
badi’ yang unik dn berbeda dengan apa yang telah dikenal dalam perkataan orang arab,
seperti fasilah dan maqta.7
6
Manna’ Khalil al-Qattan, Op.cit. Hlm. 375
7
Ibid., Hlm. 376
7
4. Golongan lain berpendapat, mukjizat Al-Qur’an terletak pada informasi tentang hal gaib
yang akan datang yang telah ada sejak masa penciptan makhluk, yang tidak dapat
diketahui kecuali dari wahyu. Sebagaimana firman Allah:
Akan tetapi, pendapat golongan ini tidak dapat diterima (mardud), sebab ia menuntut
ayat-ayat yang tidak mengandung berita tentang hal-hal gaib yang akan datang dan yang
telah lalu, tidak mengandung mukjizat. Dan ini adalah batil, sebab Allah telah menjadikan
setiap surah sebagai mukjizat tersendiri. 8
8
Az-Zarkasyi, Al-Burhan fi 'Ulum al-Qur'an, (Kairo: Dar allhya' al-Kutub al-'Arabiyah, 1995). Hlm.
95-96
9
Muhammad Ali al-Shabuniy, Studi Ilmu al-Quran, (Bandung: Pustaka Setia, 1999). Hlm. 122
8
6. Tidak adanya pertentangan antara konsep-konsep yang dibawakannya dengan kenyataan
kebenaran hasil penemuan dan penyelidikan ilmu pengetahuan
7. Terpenuhinya setiap janji dan ancaman yang diberitakan al-Quran
8. Ilmu pengetahuan yang dibawanya mencakup ilmu pengetahuan syariat dan ilmu
pengetahaun alam (tentang jagat raya).
9. Dapat memenuhi kebutuhan manusia
10. Dapat memberikan pengaruh yang mendalam dan besar pada hati para pengikut dan
musuh-musuhnya
11. Susunan kalimat dan gaya bahasanya terpelihara dari paradoksi dan kerancuan.
Menurut Al-Khattabi berkata dalam kitabnya, maka dapat disimpulkan dari keterangan
tersebut bahwa Al-Qur’an itu mukjizat karena datang dengan lafadz-lafadz yang fasih,
susunan yang indah, mengandung makna-makna yang paling valid, sahih, seperti peng-
Esaan Allah, penjelasan cara beribadah kepada-Nya, menjelaskan halal haram, dilarang dan
dibolehkan, nasihat dan bimbingan, amar maruf nahi mungkar, serta bimbingan akhlak baik
dan buruk.10
Berdasarkan penjelasan mengenai berbagai aspek-aspek kemukjizatan yang
diungkapkan oleh para ulama, dapat kita ambil kesimpulan bahwa Al-Qur’an adalah benar-
benar mukjizat dari Allah. Didalamnya mengandung lafal yang indah dan makna yang
sangat mendalam yang tidak akan ada satu manusiapun dapat menandinginya karena
manusia memiliki sifat kelemahan, sedangkan Al-Qur’an akan senantiasa terjaga
kemurniannya hingga hari kiamat.
Secara garis besar, mukjizat dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu mukjizatyang bersifat
material indrawi yang tidak kekal dan mukjizat immaterial, logis, dan dapat dibuktikan
sepanjang masa. Mukjizat nabi-nabi terdahulu merupakan jenis pertama. Mukjizat mereka
bersifat material dan indrawi dalam arti keluarbiasaan tersebut dapat disaksikan dan
dijangkau langsung lewat indra oleh masyarakat tempat mereka menyampaikan risalahnya.
Adapun pembagian mukjizat nya:
1) Mukjizat materil
10
Ibid., Hlm. 10
9
Mukjizat yang bersifat indrawi ini maksudnya adalah keluarbiasaannya dapat disaksikan
atau dijangkau langsung lewat indra oleh masyarakat tempat nabi tersebut menyampaikan
risalahnya. Contoh Perahu Nabi Nuh yang dibuat atas petunjuk Allah sehingga mampu
bertahan dalam situasi ombak dan gelombang yang demikian dahsyat. Tidak terbakarnya
Nabi Ibrahim a.s dalam kobaran api yang sangat besar, berubah wujudnya tongkat Nabi
Musa a.s. menjadi ular, penyembuhan yang dilakukan oleh Nabi Isa a.s. atas izin Allah,
dan lain-lain. kesemuanya bersifat material indrawi, sekaligus terbatas pada lokasi tempat
mereka berada, dan berakhir dengan wafatnya mereka.
2) Mukjizat Immaterial/Maknawy (logis dan dapat dibuktikan sepanjang masa)
Mukjizat maknawi ialah mukjizat yang tidak mungkin dapat dicapai dengan kekuatan
panca indra tetapi harus dicapai dengan kekuatan akal. Mukjizat ini sifatnya tidak dibatasi
oleh suatu tempat dan masa tertentu dan dapat dipahami oleh akal. Mukjizat yang allah
turukan kepada nabi Muhammad SAW berupa Al-Qur’an ialah berupa mukjizat Immaterial
karena dapat dijangkau oleh setiap orang yang berfikir sehat, bermata hati terang, berbudi
luhur, dan menggunakan akalnya dengan jernih serta jujur di mana pun dan kapan pun.
10
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna. Kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertaggung jawabkan.
Adapun saran bisa berisi kritik/ saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi
kesimpulan dari bahasan makalah yang telah dijelaskan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Al-Shabuniy, Muhammad Ali. 1999. Studi Ilmu al-Quran. Bandung: Pustaka Setia.
Al-Qattan, Manna’ Khalil. 2016. Studi Ilmu-ilmu Qur’an. Bogor, Litera AntarNusa.
Ash-Shiddieqy , Muhammad Hasbi. 2012. Ilmu-ilmu Al-quran. Semarang: Pustaka
Rizki Putra.
Az-Zarkasyi. 1995. Al-Burhan fi 'Ulum al-Qur'an. Kairo: Dar allhya' al-Kutub
al-'Arabiyah.
Halim, Abdul. 2002. Membangun Tradisi Kealehan Hakiki. Ciputat: Ciputat Press.
Press.
Mustamir. 2007. Sembuh dan Sehat dengan Mukjizat Al-Qur,an. Yogyakarta:
Lingkaran.
Usman. 2009. Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Teras.
12