Studi Al-Qur’an
Oleh :
Ahmad Fuad Hasan (2017920029)
Ahmad Sopyan (2017920030)
Adi Musif
Segala puji bagi Allah SWT SWT, Tuhan Semesta Alam yang dengan rahmat-Nya
memberikan nikmat kepada kita semua sebagai makhluk-Nya, berupa nikmat iman dan
islam serta nikmat waktu untuk berfikir, mentadaburi, serta menggali ilmu-ilmu Allah
SWT SWT yang Maha Luas, sehingga tidak ada satu lautan pun yang cukup untuk
menulis ilmu-ilmu Allah SWT tatkala air laut itu dijadikan tinta.
Shalawat beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Baginda Nabi
Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, serta sampailah kepada kita selaku
umatnya yang senantiasa patuh pada ajarannya. Amiin.
Alhamdulillah pemakalah bisa menyelesaikan makalah yang sangat sederhana ini,
yang tak luput dari kekurangan. Tetapi pemakalah tetap berharap bahwa makalah
sederhana ini dapat bermanfaat. Pemakalah ucapkan banyak terima kasih kepada rekan-
rekan yang telah membantu serta memberikan gagasan dalam pembuatan makalah ini.
Dan juga kepada Bapak Dr. Saiful Bahri, Lc., MA selaku dosen Studi Al-Qur’an, yang
telah memberi kesempatan kepada pemakalah untuk menggali ilmu tentang materi
melalui makalah ini.
Selebihnya pemakalah mohon maaf apabila dalam makalah ini terdapat kesalahan
baik dalam penulisan maupun penyajiannya.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, Jakarta : Forum Kajian Budaya dan
Agama, 2001, h.1.
2
Allamah HM. Thabathaba’i, Mengungkap Rahasia Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1997, h.33.
3
Abu Zahra An- Najdi, Al-Qu’ran dan Rahasia Angka-Angka, Bandung, Pustaka Hidayah,1996.
h.17.
1
2
3
Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang
serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan
Dia, Sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain".4
Mukjizat yang diberikan Allah SWT SWT kepada setiap manusia pilihan
pengemban risalahnya tersebut bentuknya berbeda-beda antara yang satu dengan yang
lainnya, dukungan Allah SWT SWT kepada Rasul-rasul terdahulu berbentuk ayat-
ayat kauniyah yang memukau mata, dan tidak ada jalan bagi akal untuk
menentangnya, seperti mukjizat tongkat Nabi Musa, dan menghidupkan orang mati
bagi Nabi Isa, maka mukjizat Nabi Muhammad SAW yang terbesar adalah Al-Qur’an
dengan segala ilmu dan pengetahuan yang dikandungnya serta beritanya tentang masa
lalu dan masa yang akan datang. Akal manusia betapapun majunya, tidak akan
sanggup menandingi Al-Qur’an karena Al-Qur’an adalah wahyu Allah SWT yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk dijadikan pedoman dan pembimbing
bagi umat Islam.5
B Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan pemakalah bahas dalam makalah ini adalah sbb :
1. Apakah pengertian I’jaz dan Mukjizat ?
2. Apa sajakah dimensi-dimensi kemukjizatan Al-Qur’an ?
3. Apa saja isyarat-isyarat keilmuan yang terdapat dalam Al-Qur’an?
C Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sbb :
1. Untuk memahami pengertian dari I’jaz dan Mukjizat;
2. Untuk mengetahui dimensi-dimensi kemukjizatan Al-Qur’an;
3. Untuk mengetahui isyarat-isyarat keilmuan yang terdapat dalam Al-Qur’an.
4
Mushaf Al-Qur’an dan terjemah Kementrian Agama Republik Indonesia, Jakarta: Jabal, 2010
h.291.
5
Manna Khalil al-qattan, Studi ilmu-ilmu Qur’an, Bogor : Pustaka Litera Antar Nusa 2013, h.369.
BAB II
PEMBAHASAN
6
Usman,Ulumul Qur’an, Yogyakarta: Teras, 2009, h.285
7
Manna Khalil al-qattan, Op. Cit., h.371
8
M. Qurais Shihab. Mukjizat Al-Qur’an di tinjau dari Aspek kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan
Pemberitaan Gaib, Bandung, Mizan, 2014, h.25.
4
5
terjadi melalui mereka itu diibaratkan sebagai ucapan Tuhan. Keberadaan mukjizat ini
sebagai bentuk tantangan bagi mereka yang meragukan kebenaran kenabiannya
tersebut. Setiap Rasul mempunyai mukjizat yang sesuai dengan keadaan kaum dan
masa risalahnya. Rasul-rasul sebelum Nabi Muhammad SAW diutus hanya untuk
suatu kaum tertentu dan masa tertentu.9 Ketika manusia menyelewengkan (mengubah)
agama Allah SWT, Dia mengutus seorang Rasul lain dengan agama yang diridhoi-
Nya beserta mukjizat-Nya yang baru. Ketika Allah SWT mengakhiri kenabian dengan
nabi Muhammad SAW, Dia menjamin untuk menjaga agamanya dan menguatkannya
dengan bukti terbesar yang selalu ada di antara manusia hingga akhir zaman yaitu
dengan menurunkannya Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan wahyu Allah SWT SWT
dan merupakan salah satu mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW.
Sebagaimana firman Allah SWT SWT dalam Q.S. Al-Ankabut: 50-51
50. dan orang-orang kafir Mekah berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya
mukjizat-mukjizat dari Tuhannya?" Katakanlah: "Sesungguhnya mukjizat- mukjizat
itu terserah kepada Allah SWT. dan Sesungguhnya aku hanya seorang pemberi
peringatan yang nyata".
51. dan Apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan
kepadamu Al kitab (Al Quran) sedang Dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya
dalam (Al Quran) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang
beriman.10
9
Abdul Majid. Mukjizat Ilmiah dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam IPTEK, Jakarta, Gema
Insani press, 1997, h.19.
10
Mushaf Al-Qur’an dan terjemah, Op. Cit., h.402.
6
Al-Qur’an adalah salah satu kitab suci yang tidak akan pernah sepi dari
pembahasan para pemikir dan intelektual. Dimensi kemurniannya bukan saja terlihat
dari segi kesucian tekstualitas Al-Qur’an, tetapi juga terpancar dari makna-makna
yang terkandung di dalamnya. Sejak masa diturunkan dan seterusnya, kemurnian Al-
Qur’an akan selalu terjaga. Kemurnian tersebut terlihat dari segi makna dan
pemahaman yang semakin berkembang dan harus dikaji dari berbagai segi dan
dimensi keilmuan. Al-Qur’an juga sebagai pedoman, maka diperlukan pemahaman
yang benar.11
Yang dapat mengetahui kemukjizatan dan keindahan Al-Qur’an itu hanyalah
sastrawan-satrawan Arab atau orang-orang yang memahami satra Arab, tetapi karena
agama Islam itu untuk semua makhluk dan Nabi Muhammad di utus
sebagia Rahmatan lil-A’lamin, maka kemukjizatan Al-Qur’an pun bersifat universal
dan untuk manusia seluruhnya. Oleh karena itu, kemukjizatannya itu ada yang sudah
diketahui oleh orang-orang dahulu, ada yang sedang kita ketahui, dan ada yang akan
diketahui oleh generasi sesudah kita. Aspek kemukjizatan itu sangat banyak
jumlahnya dan terus berkembang sesuai dengan banyaknya manusia dan
perkembangannya. Aspek-aspek kemukjizatan Al-Qur’an adalah :
1. I’jazul al-Bayani (bahasa)
Kemukjizatan Alquran dari segi bahasa tidak diragukan lagi, terbukti
hingga kini tidak ada seorang pun yang dapat menandingi keindahan
ushlubnya. Kemukjizatan Alquran dari segi bahasa ini dapat dilihat dari beberapa
aspek, di antaranya :12
11
Nashruddin Baidan, Metode Penafsiran Al-Qur’an, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002, h.2.
12
Muhammad Abd. ‘Azhim al-Zarqaniy, Manahil al-irfan fi Ulum Al-Qur’an, j. Ii, (t.t.p.: al-Babi
al- Halabi, t.th.), h.331.
7
13
Mushaf Al-Qur’an dan terjemah, Op. Cit., h. 200
14
Ibid, h. 170
15
Ibid, h. 539
16
Ibid, h. 128
8
Segala puji bagi Allah yang memiliki apa yang di langit dan apa yang di
bumi17
17
Ibid, h. 428
18
Ibid, h. 1
19
Ibid, h. 293
9
20
Said Agil Husin Al Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Jakarta:
Ciputat Press, 2004, hlm. 33
21
Rosihan Anwar,Ulum Al-Qur’an, Bandung: CV Pustaka Setia, 2010, hlm. 193
11
mereka itu menentang dan memusuhi Al-Qur’an serta Nabi Muhammad SAW.
Kenyataan ini dapat direkam dan dilihat pada beberapa kasus dan pengakuan
mereka berikut ini:
22
Muhammad Ali al-Shabuny, al-Tibyan fi Ulum Al-Qur’an, (Bairut: Dar al-Irsyad, 1970),
h.104.
12
anda inginkan, kalau anda ingin harta, kami bersedia untuk menghimpunnya
sehingga anda akan menjadi orang yang paling kaya di antara kami”. Setelah
dia selesai berbicara Rasulullah SAW. Menjawab, “Sudah selesaikan anda
berbicara? Kalau sudah, perhatikanlah!” Lalu beliau membaca Al-Qur’an surat
al-Fusilat ayat 1-13. Mendengar ayat itu, Utbah pun terpesona dan termangu-
mangu dengan keindahan gaya bahasanya, kemudian ia minta dengan tulus
agar Rasulullah SAW. tidak melanjutkan bacaannya, sambil terkesima ia
kembali kepada kaumnya, tanpa mengatakan sesuatu sedikitpun. Setelah
dihujani pertanyaan oleh kaumnya, secara jujur ia menyatakan, “Aku belum
pernah mendengar kata-kata yang seindah itu. Itu bukanlah syi’ir, bukan sihir
dan bukan tukang ramal. Aku minta dengan sangat agar Muhammad tidak
melanjutkan bacaannya supaya kalian tidak terkena azab. Dan kalianpun
mengetahui bahwa apabila Muhammad berbicara sama sekali tidak pernah
berdusta…”.23
3) Nadlar bin Harits juga salah seorang pembesar Quraisy yang sangat
membenci Islam, pada suatu hari setelah ia mendengar ayat-ayat Al-Qur’an
yang dibacakan Nabi Muhammad SAW, ia berkata kepada kaumnya; “Hai
kaumku, sesungguhnya kalian telah mengetahui, bahwa aku belum pernah
meninggalkan sesuatu, melainkan mesti aku mengetahui dan membacanya
serta mengatakan lebih dahulu kepada kalian. Demi Allah SWT, sungguh aku
telah mendengar sendiri bacaan yang biasa diucapkan oleh Muhammad. Demi
Allah SWT, aku sama sekali belum pernah mendengar perkataan seperti itu.
Itu bukan syi’ir, bukan sihir dan bukan pula ramalan.24
Itulah beberapa kasus atau kejadian yang membuktikan bahwa para ahli
syi’ir Arab bungkam tak berdaya dengan tantangan-tantangan yang ditampilkan
Al-Qur’an. Mereka tidak bisa menandingi kemahaindahan dan ketinggian ayat Al-
Qur’an dengan gubahan kreasi-kreasi syi’ir mereka. Setiap kali mereka mencoba
untuk menandingi, mereka selalu mengalami kesulitan dan kegagalan dan bahkan
selalu mendapat cemoohan dan penghinaan dari masyarakat.
Di antara pendusta dan musyrik Arab pada saat itu, yang mencoba
berusaha menandingi Al-Qur’an ialah Musailamah al-Kadzdzab. Ia mengaku
bahwa dirinya pun mempunyai Al-Qur’an yang diturunkan dari langit dan dibawa
23
Al-Zamakhsyary, Tafsir al-Kassyaff, Juz IV. (Kairo: Dar al-Ilmi, t.th), h. 192.
24
Munawar Khalil, Al-Qur’an dari Masa ke Masa, (Semarang: Ramadani, t.th), h. 67
13
Kedua, hukum yang agak jelas dan terperinci. Misalnya hukum jihad,
undang-undang perang, hubungan umat Islam dengan umat lain, hukum tawanan
dan rampasan perang. Seperti Q.S. At-Taubah : 41
Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa ringan maupun berat, dan
berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah SWT. yang demikian itu
adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.25
Contoh lain misalnya terdapat dalam Q.S. Ali Imran : 159 yang
menanamkan sistem hukum sosial dengan berdasar pada azaz musyawarah.
Maka disebabkan rahmat dari Allah SWT-lah kamu Berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam
urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka
bertawakkAllah SWT kepada Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.27
26
Ibid, h. 401
27
Ibid, h. 24
16
28
Ibid, h. 10
29
Ibid, h. 219
18
Selain kisah diatas masih banyak kisah lagi yang diceritakan dalam Al-
Qur’an sudah terbukti kebenaran yaitu kisah Abu Jahal yang selalu melarang
Nabi Muhammad SAW. dalam berdakwah. Kisah ini bisa kita nikmati dalam
Q.S. Al-‘Alaq : 9-19, sebagai berikut:
9. bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang,
10. seorang hamba ketika mengerjakan shalat,
11. bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas
kebenaran,
12. atau Dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)?
13. bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan
berpaling?
14. tidaklah Dia mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah melihat segala
perbuatannya?
15. ketahuilah, sungguh jika Dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya
Kami tarik ubun-ubunnya,
16. (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka.
17. Maka Biarlah Dia memanggil golongannya (untuk menolongnya),
18. kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah,
19. sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan
dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan).31
30
Ibid, h. 404
19
C Isyarat-isyarat Keilmuan
Banyak sekali isyarat-isyarat keilmuan yang ditemukan dalam Al-Qur’an diantaranya:
31
Ibid, h. 597
32
Ibid, h. 599
20
Berdasarkan teori big bang alam semesta tercipta dari kumpulan gas yang disebut
‘primary nebula’ kemudian terpecah dan menjadi bintang-bintang, planet-planet,
matahari, bulan dll (Q.S. Al-Anbiyaa’ : 30)
Sinar bulan adalah pantulan sedangkan sinar matahari bersumber dari dirinya
sendiri. Pada abad-abad peradaban awal bulan dipercayai memiliki sinar dari
dirinya sendiri. Sekarang ilmu pengetahuan menyatakan sinar bulan bukan dari
dirinya sendiri tapi pantulan sinar matahari. (Q.S. Yunus : 5)
Filosof – filosof Eropa dan ilmuan pada abad-abad awal percaya bahwa bumi
pusat alam semesta dan planet-planet begitu pula matahari mengelilingi bumi,
yang disebut teori geocentrisme, ini dipercaya pada abad 2 sebelum masehi dan
33
Ibid, h. 324
34
Ibid, h. 208
21
Dimasa lampau telah diketahui teori yang dinamakan ’Theory of Atomism’, yang
diterima secara luas. Demokritus yang hidup 23 abad yang lalu mengasumsikan
bahwa materi terkecil adalah ’atom’, orang Arab dulu juga percaya yang
sama. Kata ’zarah’ dahulu diartikan sebagai kepala semut, tapi kemudian
diartikan menjadi atom. Pada abad 20 ternyata atom dapat terbagi lagi menjadi
proton dan elektron. (Q.S. Saba’ : 3)
35
Ibid, h. 324
36
Ibid, h. 442
22
ghaib, Sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang kepadamu. tidak ada
tersembunyi daripada-Nya sebesar zarrahpun yang ada di langit dan yang ada di
bumi dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar,
melainkan tersebut dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)".37
5) Gunung-gunung sebagai pasak
Ahli geologi memberi tahu kita bahwa lapisan kulit terluar bumi keras dan padat,
sedangkan lapisan dalamnya panas dan cair sehingga tidak memungkinkan adanya
kehidupan di dalam bumi. Para ahli memberi tahu kita bahwa radius bumi sekitar
6035 Km, sedangkan lapisan kulit terluarnya hanya berketebalan 2 sampai 35 Km.
Karena ia terlalu tipis memungkinkan terjadinya goncangan. Ahli geologi
menyatakan hal itu sebagai gejala lipatan. Pegunungan berfungsi sebagai
tenda/pasak yang menahan bumi untuk bergeser dan menjadi penstabil bumi.
(Q.S. An-Naba’ : 6 - 7)
37
Ibid, h. 428
38
Ibid, h. 582
BAB III
PENUTUP
Dari pembahasan makalah di atas, penulis memberikan beberapa kesimpulan, antara lain :
1. Dari segi bahasa kata I’jaz berasal dari kata a’jaz, yu’jizu, i’jaz yang berarti
melemahkan atau memperlemah, juga dapat berarti menetapkan kelemahan atau
memperlemah. Yang dimaksud dengan I’jaz dalam pembicaraan ini ialah
menampakkan kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul dengan
menampakkan kelemahan orang arab untuk menghadapi mukjizatnya yang abadi
yaitu Al-Qur’an, dan kelemahan generasi-generasi sesudah mereka.
2. Mukjizat didefinisikan sebagai suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui
seseorang yang mengaku nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan bagi
yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak
mampu melayani tantangan tersebut.
3. Dimensi kemukjizatan Al-Qur’an antara lain terdiri dari : I’jazul al-Bayani, I’jazul al-
Tasyri’I, I’jazul fii Ikhbar al-Ghaib, dan I’jazul Ilmi.
4. Banyak sekali isyarat-isyarat keilmuan yang terdapat di dalam Al-Qur’an baik di
bidang astronomi, biologi, geologi, fisika, dan lain sebagainya. Semua itu semakin
membuktikan bahwa kemukjizatan Al-Qur’an benar adanya.
23
DAFTAR PUSTAKA
Al Munawar, Said Agil Husin, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Jakarta:
Ciputat Press, 2004.
Al-Qattan, Manna Khalil, Studi ilmu-ilmu Qur’an, Bogor : Pustaka Litera Antar Nusa,
2013.
Al-Shabuny, Muhammad Ali, al-Tibyan fi Ulum Al-Qur’an, (Bairut: Dar al-Irsyad, 1970).
Al-Zarqany, Muhammad Abd. ‘Azhim, Manahil al-irfan fi Ulum Al-Qur’an, j. Ii, (t.t.p.: al-Babi
al- Halabi, t.th.)
Amal, Taufik Adnan, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, Jakarta : Forum Kajian Budaya
dan Agama, 2001.
An-Najdi, Abu Zahra, Al-Qu’ran dan Rahasia Angka-Angka, Bandung, Pustaka
Hidayah,1996.
Anwar, Rosihan,Ulum Al-Qur’an, Bandung: CV Pustaka Setia, 2010.
Al-Zamakhsyary, Tafsir al-Kassyaff, Juz IV. (Kairo: Dar al-Ilmi, t.th)
Baidan, Nashruddin, Metode Penafsiran Al-Qur’an, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.
Khalil, Munawar, Al-Qur’an dari Masa ke Masa, (Semarang: Ramadani, t.th)
Majid, Abdul, Mukjizat Ilmiah dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam IPTEK, Jakarta,
Gema Insani press, 1997
Mushaf Al-Qur’an dan terjemah Kementrian Agama Republik Indonesia, Jakarta: Jabal,
2010
Shihab, M. Qurais, Mukjizat Al-Qur’an di tinjau dari Aspek kebahasaan, Isyarat Ilmiah
dan Pemberitaan Gaib, Bandung, Mizan, 2014.
Thabathaba’I, Allamah HM., Mengungkap Rahasia Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1997.
Usman,Ulumul Qur’an, Yogyakarta: Teras, 2009