Anda di halaman 1dari 27

KEMUKJIZATAN AL-QUR’AN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Studi Al-Qur’an

Dosen : Dr. Saiful Bahri, Lc., MA

Oleh :
Ahmad Fuad Hasan (2017920029)
Ahmad Sopyan (2017920030)
Adi Musif

MAGISTER STUDI ISLAM


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT SWT, Tuhan Semesta Alam yang dengan rahmat-Nya
memberikan nikmat kepada kita semua sebagai makhluk-Nya, berupa nikmat iman dan
islam serta nikmat waktu untuk berfikir, mentadaburi, serta menggali ilmu-ilmu Allah
SWT SWT yang Maha Luas, sehingga tidak ada satu lautan pun yang cukup untuk
menulis ilmu-ilmu Allah SWT tatkala air laut itu dijadikan tinta.
Shalawat beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Baginda Nabi
Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, serta sampailah kepada kita selaku
umatnya yang senantiasa patuh pada ajarannya. Amiin.
Alhamdulillah pemakalah bisa menyelesaikan makalah yang sangat sederhana ini,
yang tak luput dari kekurangan. Tetapi pemakalah tetap berharap bahwa makalah
sederhana ini dapat bermanfaat. Pemakalah ucapkan banyak terima kasih kepada rekan-
rekan yang telah membantu serta memberikan gagasan dalam pembuatan makalah ini.
Dan juga kepada Bapak Dr. Saiful Bahri, Lc., MA selaku dosen Studi Al-Qur’an, yang
telah memberi kesempatan kepada pemakalah untuk menggali ilmu tentang materi
melalui makalah ini.
Selebihnya pemakalah mohon maaf apabila dalam makalah ini terdapat kesalahan
baik dalam penulisan maupun penyajiannya.

Jakarta, Oktober 2018


Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------- i


DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ii
PENDAHULUAN ----------------------------------------------------------------------------------------------------- 1
A Latar Belakang Masalah ------------------------------------------------------------------------------------ 1
B Rumusan Masalah-------------------------------------------------------------------------------------------- 3
C Tujuan Penulisan --------------------------------------------------------------------------------------------- 3
PEMBAHASAN ------------------------------------------------------------------------------------------------------- 4
A Pengertian I’jaz dan Mukjizat ----------------------------------------------------------------------------- 4
B Dimensi Kemukjizatan Al-Qur’an ----------------------------------------------------------------------- 5
1. I’jazul al-Bayani (bahasa) ------------------------------------------------------------------------------ 6
2. I’jazul al-Tasyri’i (hukum)----------------------------------------------------------------------------- 13
3. I’jazul fii Ikhbar al-Ghaib ----------------------------------------------------------------------------- 16
C Isyarat-isyarat Keilmuan ---------------------------------------------------------------------------------- 19
PENUTUP -------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 23
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah


Al-Qur’an bagi kaum Muslimin adalah (kalãmuAllãh) yang diwahyukan
kepada Nabi Muhammad melalui perantara malaikat Jibril selama kurang lebih dua
puluh tiga tahun. Kitab suci ini memiliki kekuatan luar biasa yang berada di luar
kemampuan apapun1, dan Al-Qur’an adalah satu-satunya kitab suci yang abadi di
sepanjang zaman, karena firman-Nya sepenuhnya benar dan sempurna, maka ia tidak
mungkin terbatas oleh zaman. Oleh karena itu, Al-Qur’an selain merupakan kitab
suci, ia juga merupakan mu’jizat yang terbesar bagi Nabi Muhammad SAW.2
Al-Qur’an merupakan sumber hukum pertama dan yang paling utama bagi
umat Islam. Semua hukum yang berlaku dalam Islam tidak boleh bertentangan dengan
Al-Qur’an. Ada banyak aspek yang menjadikan Al-Qur’an sebagai suatu mukjizat.
Aspek tersebut antara lain dari segi bahasa, isyarat-isyarat ilmu pengetahuan dan
teknologi pemberitaan yang gaib. Di samping aspek tersebut, banyak aspek lain yang
menunjukan kemukjizatan Al-Qur’an antara lain tentang Al-Qur’an sebagai petunjuk
bagi umat manusia dan juga pengaruh terhadap psikologis dan jiwa manusia baik
yang mendengar, membaca atau memahaminya. Al-Qur’an adalah mukjizat abadi
Nabi Muhammad SAW yang dengannya seluruh umat manusia dan jin ditantang
untuk membuat yang serupa Al-Qur’an, sebuah atau sepuluh Q.S. yang sama dengan
Q.S. yang yang ada didalamnya. Banyak orang-orang yang ragu terhadap kebenaran
dan kemukjizatan Al-Qur’an dari zaman dahulu hingga sekarang. Banyak diantara
mereka yang mengira bahwa Al-Qur’an hanyalah buatan Nabi Muhammad SAW
bukan sebagai wahyu Allah SWT. Oleh karena itulah Allah SWT memberikan
tantangan terhadap orang yang yang meragukan Al-Qur’an.3 Allah SWT berfirman :
   
   
   
   

1
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, Jakarta : Forum Kajian Budaya dan
Agama, 2001, h.1.
2
Allamah HM. Thabathaba’i, Mengungkap Rahasia Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1997, h.33.
3
Abu Zahra An- Najdi, Al-Qu’ran dan Rahasia Angka-Angka, Bandung, Pustaka Hidayah,1996.
h.17.
1
   

2
3

Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang
serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan
Dia, Sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain".4

Mukjizat yang diberikan Allah SWT SWT kepada setiap manusia pilihan
pengemban risalahnya tersebut bentuknya berbeda-beda antara yang satu dengan yang
lainnya, dukungan Allah SWT SWT kepada Rasul-rasul terdahulu berbentuk ayat-
ayat kauniyah yang memukau mata, dan tidak ada jalan bagi akal untuk
menentangnya, seperti mukjizat tongkat Nabi Musa, dan menghidupkan orang mati
bagi Nabi Isa, maka mukjizat Nabi Muhammad SAW yang terbesar adalah Al-Qur’an
dengan segala ilmu dan pengetahuan yang dikandungnya serta beritanya tentang masa
lalu dan masa yang akan datang. Akal manusia betapapun majunya, tidak akan
sanggup menandingi Al-Qur’an karena Al-Qur’an adalah wahyu Allah SWT yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk dijadikan pedoman dan pembimbing
bagi umat Islam.5

B Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan pemakalah bahas dalam makalah ini adalah sbb :
1. Apakah pengertian I’jaz dan Mukjizat ?
2. Apa sajakah dimensi-dimensi kemukjizatan Al-Qur’an ?
3. Apa saja isyarat-isyarat keilmuan yang terdapat dalam Al-Qur’an?

C Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sbb :
1. Untuk memahami pengertian dari I’jaz dan Mukjizat;
2. Untuk mengetahui dimensi-dimensi kemukjizatan Al-Qur’an;
3. Untuk mengetahui isyarat-isyarat keilmuan yang terdapat dalam Al-Qur’an.

4
Mushaf Al-Qur’an dan terjemah Kementrian Agama Republik Indonesia, Jakarta: Jabal, 2010
h.291.
5
Manna Khalil al-qattan, Studi ilmu-ilmu Qur’an, Bogor : Pustaka Litera Antar Nusa 2013, h.369.
BAB II
PEMBAHASAN

A Pengertian I’jaz dan Mukjizat


Dari segi bahasa kata I’jaz berasal dari kata a’jaz, yu’jizu, i’jaz yang berarti
melemahkan atau memperlemah, juga dapat berarti menetapkan kelemahan atau
memperlemah.6 I’jaz (kemukjizatan) adalah menetapkan kelemahan. Kelemahan
menurut pengertian umum ialah ketidakmampuan mengerjakan sesuatu, lawan dari
kemampuan. Apabila kemukjizatan telah terbukti maka nampaklah kemampuan
mu’jiz (sesuatu yang melemahkan). Yang dimaksud dengan I’jaz dalam pembicaraan
ini ialah menampakkan kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul
dengan menampakkan kelemahan orang arab untuk menghadapi mukjizatnya yang
abadi yaitu Al-Qur’an, dan kelemahan generasi-generasi sesudah mereka.
Mukjizat adalah sesuatu hal luar biasa yang disertai tantangan dan selamat dari
perlawanan.7 Kata mukjizat terambil dari kata bahasa arab‫( اعجز‬a’jaza) yang berarti
melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Pelakunya (yang melemahkan) dinamai
mu’jiz dan apabila kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga
mampu membungkam lawan, ia dinamai ‫( معجزة‬Mu’jizat). Oleh pakar Islam,
Mukjizat didefinisikan sebagai suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui
seseorang yang mengaku nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan bagi
yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak
mampu melayani tantangan tersebut. kemukjizatan Al-Qur’an meliputi banyak aspek
mulai dari kebahasaan, astronomi, geografi, kedokteran dan lain sebagainya.
Kemukjizatan Al-Qur’an terus tergali seiring dengan berkembangnya zaman dengan
semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi dengan ditemukannya penemuan-
penemuan ilmiah tentang alam jagat raya ini dan penemuan lainnya, ternyata telah
lebih dahulu diungkapkan oleh Al-Qur’an sejak beberapa abad yang lalu sebelum
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini. Sehingga
muncullah i’jaz ilmi (yang berhubungan dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi).8
Mukjizat berfungsi sebagai bukti kebenaran para nabi keluarbiasaan yang tampak atau

6
Usman,Ulumul Qur’an, Yogyakarta: Teras, 2009, h.285
7
Manna Khalil al-qattan, Op. Cit., h.371
8
M. Qurais Shihab. Mukjizat Al-Qur’an di tinjau dari Aspek kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan
Pemberitaan Gaib, Bandung, Mizan, 2014, h.25.
4
5

terjadi melalui mereka itu diibaratkan sebagai ucapan Tuhan. Keberadaan mukjizat ini
sebagai bentuk tantangan bagi mereka yang meragukan kebenaran kenabiannya
tersebut. Setiap Rasul mempunyai mukjizat yang sesuai dengan keadaan kaum dan
masa risalahnya. Rasul-rasul sebelum Nabi Muhammad SAW diutus hanya untuk
suatu kaum tertentu dan masa tertentu.9 Ketika manusia menyelewengkan (mengubah)
agama Allah SWT, Dia mengutus seorang Rasul lain dengan agama yang diridhoi-
Nya beserta mukjizat-Nya yang baru. Ketika Allah SWT mengakhiri kenabian dengan
nabi Muhammad SAW, Dia menjamin untuk menjaga agamanya dan menguatkannya
dengan bukti terbesar yang selalu ada di antara manusia hingga akhir zaman yaitu
dengan menurunkannya Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan wahyu Allah SWT SWT
dan merupakan salah satu mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW.
Sebagaimana firman Allah SWT SWT dalam Q.S. Al-Ankabut: 50-51
   
    
   
   
   
  
     
  
 
50. dan orang-orang kafir Mekah berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya
mukjizat-mukjizat dari Tuhannya?" Katakanlah: "Sesungguhnya mukjizat- mukjizat
itu terserah kepada Allah SWT. dan Sesungguhnya aku hanya seorang pemberi
peringatan yang nyata".
51. dan Apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan
kepadamu Al kitab (Al Quran) sedang Dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya
dalam (Al Quran) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang
beriman.10

B Dimensi Kemukjizatan Al-Qur’an


Merupakan kesepakatan para ulama bahwa Al-Qur’an mempunyai mukjizat
bukan hanya dalam satu sisi tertentu saja, melainkan dalam banyak aspek: lafzhiyah
(aspek kebahasaan), ma’nawiyah dan ruhiyah. Semuanya menjadi satu kesatuan
mukjizat yang manusia tidak mampu berbuat apapun di hadapannya.

9
Abdul Majid. Mukjizat Ilmiah dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam IPTEK, Jakarta, Gema
Insani press, 1997, h.19.
10
Mushaf Al-Qur’an dan terjemah, Op. Cit., h.402.
6

Al-Qur’an adalah salah satu kitab suci yang tidak akan pernah sepi dari
pembahasan para pemikir dan intelektual. Dimensi kemurniannya bukan saja terlihat
dari segi kesucian tekstualitas Al-Qur’an, tetapi juga terpancar dari makna-makna
yang terkandung di dalamnya. Sejak masa diturunkan dan seterusnya, kemurnian Al-
Qur’an akan selalu terjaga. Kemurnian tersebut terlihat dari segi makna dan
pemahaman yang semakin berkembang dan harus dikaji dari berbagai segi dan
dimensi keilmuan. Al-Qur’an juga sebagai pedoman, maka diperlukan pemahaman
yang benar.11
Yang dapat mengetahui kemukjizatan dan keindahan Al-Qur’an itu hanyalah
sastrawan-satrawan Arab atau orang-orang yang memahami satra Arab, tetapi karena
agama Islam itu untuk semua makhluk dan Nabi Muhammad di utus
sebagia Rahmatan lil-A’lamin, maka kemukjizatan Al-Qur’an pun bersifat universal
dan untuk manusia seluruhnya. Oleh karena itu, kemukjizatannya itu ada yang sudah
diketahui oleh orang-orang dahulu, ada yang sedang kita ketahui, dan ada yang akan
diketahui oleh generasi sesudah kita. Aspek kemukjizatan itu sangat banyak
jumlahnya dan terus berkembang sesuai dengan banyaknya manusia dan
perkembangannya. Aspek-aspek kemukjizatan Al-Qur’an adalah :
1. I’jazul al-Bayani (bahasa)
Kemukjizatan Alquran dari segi bahasa tidak diragukan lagi, terbukti
hingga kini tidak ada seorang pun yang dapat menandingi keindahan
ushlubnya. Kemukjizatan Alquran dari segi bahasa ini dapat dilihat dari beberapa
aspek, di antaranya :12

a) Keindahan susunan ayat-ayatnya


Alquran yang diturunkan selama kurang lebih 23 tahun, dan sebagian ayat-
ayatnya diturunkan berdasarkan peristiwa dan latar belakang tertentu, ternyata
rangkain ayat-ayatnya bisa tersusun rapi secara sitematis, serasi, utuh, dan
tidak terdapat pertentangan. Keteraturan dan kesinambungan susunan
membuat seseorang tidak akan menduga bahwa ayat-ayatnya diturunkan
secara terpisah-pisah dan terpotong-potong.

b) Kesesuaian antara ayat dengan ayat

11
Nashruddin Baidan, Metode Penafsiran Al-Qur’an, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002, h.2.
12
Muhammad Abd. ‘Azhim al-Zarqaniy, Manahil al-irfan fi Ulum Al-Qur’an, j. Ii, (t.t.p.: al-Babi
al- Halabi, t.th.), h.331.
7

Setiap ayat dalam Alquran mempunyai korelasi dengan ayat sebelumnya,


seperti muqabalah (kata yang bertolak belakang) antara sifat-sifat orang
mukmin dengan sifat-sifat orang musyik, ancaman bagi mereka dan janji bagi
yang lainnya, ayat-ayat yang berkaitan dengan rahmat disebut setelah ayat-
ayat yang berkaitan dengan azab, dan sebagainya. Contohnya :
Allah SWT berfirman dalam Q.S. At-Taubah : 82
  
  
  
Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai
pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan.13

Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al-A’raf : 157


  
 

Menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka
segala yang buruk.14

Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al-Hadid : 13


  
  
 
Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa.15

c) Kesesuaian antara surat dengan surat


Seperti surat-surat yang mengandung kata-kata ‘al-hamdu’:
1) Al-hamdu yang berkaitan dengan zharaf makan (tempat). Contohnya :
Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al-An’am : 1
   
 
Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi16

Allah SWT berfirman dalam Q.S. Saba’ : 1


   
   
 

13
Mushaf Al-Qur’an dan terjemah, Op. Cit., h. 200
14
Ibid, h. 170
15
Ibid, h. 539
16
Ibid, h. 128
8

Segala puji bagi Allah yang memiliki apa yang di langit dan apa yang di
bumi17

2) Al-hamdu sebagai pembuka Al-Qur’an. Contohnya :


Allah SWT berfirmann dalam Q.S. Al-Fatihah : 2 – 4
  
 
  
   
2. segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
4. yang menguasai di hari Pembalasan.18

Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al-Kahfi : 1


  
  
  
  
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al kitab
(Al-Qur’an) dan Dia tidak Mengadakan kebengkokan di dalamnya.19

d) Keserasian antara pembuka surat dan penutupnya


Seperti surat (28) Al-Qashash : Surat ini diawali oleh kisah Nabi Musa yang
mengalami aneka rupa cobaan dalam menghadapi kekejaman Fir’aun.
Kemudian diakhiri dengan hiburan dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad
SAW dan para sahabatnya yang selalu disakiti, diejek, dan diusir oleh orang-
orang musyik Mekkah dengan menerangkan bahwa orang-orang yang beriman
itu akan menerima cobaan atas keimanan kepada nabi mereka, seperti yang
dialami oleh Nabi Musa dan Bani Israil.

e) Kesesuaian kandungan suatu surat dengan surat yang lain

17
Ibid, h. 428
18
Ibid, h. 1
19
Ibid, h. 293
9

1) Dalam surat Quraisy Allah SWT mengatakan bahwa Dia membebaskan


manusia dari kelaparan, maka dalam surat Al-ma’un Allah SWT mencela
orang yang tidak menganjurkan dan tidak memberi maka orang miskin.
2) Dalam surat Quraisy Allah SWT memerintahkan manusia untuk
menyembah hanya kepada-Nya maka dalam surat Al-ma’un Allah SWT
mencela orang yang salat dengan lalai dan riya.

f) Keserasian bunyi huruf Akhir (bersajak)


1) Huruf-huruf yang sejenis, seperti :
(Q.S. Ath-Thur : 1 - 4)
  
   
  
 
(Q.S. An-Nas : 1-6)
  
  
  
   
 
   
   
  
2) Huruf-huruf yang saling berdekatan, seperti :
(Q.S. Al-Fatihah : 3 – 4)
  
   
3) Dua kata yang sama dalam wazan dan huruf-huruf sajaknya, seperti :
(Q.S. Al-Ghasyiah : 13 – 14)
   
  
4) Kata yang sama dalam penggalan kalimat, seperti :
10

(Q.S. Al-Ghasyiah : 15 – 16)


  
  
Sejarah telah menyaksikan bahwa bangsa Arab pada saat turunnya Al-
Qur’an telah mencapai tingkat yang belum pernah dicapai oleh bangsa satu pun
yang ada didunia ini, baik sebelum dan sesudah mereka dalam bidang kefashihan
bahasa (balaghah). Mereka juga telah meramba jalan yang belum pernah diinjak
orang lain dalam kesempurnaan menyampaikan penjelasan (al-bayan), keserasian
dalam menyusun kata-kata, serta kelancaran logika. Oleh karena bangsa Arab
telah mencapai taraf yang begitu jauh dalam bahasa dan seni sastra, karena sebab
itulah Al-Qur’an menantang mereka. Padahal mereka memiliki kemampuan
bahasa yang tidak bisa dicapai orang lain seperti kemahiran dalam berpuisi, syi’ir
atau prosa (natsar), memberikan penjelasan dalam langgam sastra yang tidak
sampai oleh selain mereka. Namun walaupun begitu mereka tetap dalam
ketidakberdayaan ketika dihadapkan dengan Al-Qur’an.
Al-Qur’an mempunyai gaya bahasa yang khas dan tidak dapat ditiru oleh
para sastrawan pada waktu itu. Mereka melihat Al-Qur’an memakai bahasa dan
lafaz mereka, tetapi ia bukan puisi dan bukan pula prosa, dan mereka tidak
mampu membuat yang serupa itu. Mereka putus asa, lalu merenungkannya,
kemudian merasa kagum dan menerima, lalu masuk Islam.20
Al-Qur’an mencapai tingkat tertinggi dari segi keindahan bahasanya,
sehingga membuat kagum bukan saja orang-orang mukmin,tetapi juga orang-
orang kafir. Berbagai riwayat menyatakan bahwa tokoh-tokoh kaum musyrik
sering secara sembunyi-sembunyi berupaya mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an
yang dibaca oleh kaum muslimin. Kaum muslimin disamping mengagumi
keindahan bahasa Al-Qur’an, juga mengagumi kandungannya serta meyakini
bahwa ayat-ayat Al-Qur’an adalah petunjuk kebahagiaan dunia dan akhirat.21
Kekaguman pakar-pakar sastrawan dan orator terhadap ketinggian bahasa
dan sastra yang dibawa oleh Al-Qur’an terbukti dengan jelas pada keindahan
sastra dan kehalusan ungkapan bahasa yang terkandung di dalamnya, kendatipun

20
Said Agil Husin Al Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Jakarta:
Ciputat Press, 2004, hlm. 33
21
Rosihan Anwar,Ulum Al-Qur’an, Bandung: CV Pustaka Setia, 2010, hlm. 193
11

mereka itu menentang dan memusuhi Al-Qur’an serta Nabi Muhammad SAW.
Kenyataan ini dapat direkam dan dilihat pada beberapa kasus dan pengakuan
mereka berikut ini:

1) Menurut riwayat, al-Walid al-Mughirah, seorang tokoh Quraisy terkemuka


pada saat itu, pernah berkunjung kepada Rasulullah SAW, kemudian beliau
membaca Al-Qur’an di hadapannya, lalu ia menampakkan rasa simpatinya
kepada Al-Qur’an. Kejadian ini lalu diketahui oleh Abu Jahal, kemudian Abu
jahal berkata kepadanya; “Hai paman, apakah engkau hendak menghimpun
harta kekayaan, sehingga engkau mendatangi Muhammad untuk memperoleh
sesuatu daripadanya? Al-Walid pun menjawab, “Sesungguhnya seluruh suku
Quraisy sudah mengetahui bahwa akulah yang paling kaya di antara mereka”.
Kemudian Abu Jahal berkata, “Kalau begitu, katakan sesuatu untuk
meyakinkan kaummu, bahwa engkau mengingkari bacaan Muhammad itu”.
Lalu al-Walid menjawab, “Aku bingung apa yang harus kukatakan. Demi
Allah SWT, tidak ada yang lebih mengerti dari aku diantara kalian
tentang syi’irbaik rijaznya, qasyidahnya maupun segala macam dan segala
jenis syi’ir yang halus dan indah. Demi Allah! Aku belum pernah mendengar
kata-kata yang seindah itu. Itu bukanlah syi’ir, bukan sihir dan bukan pula
kata-kata tukang sihir atau tukang ramal seperti yang dikatakan orang selama
ini. Sesungguhnya Al-Qur’an itu ibarat sebuah pohon yang rindang, akarnya
terhujam dalam tanah, susunan kata-katanya amat manis dan sangat enak
didengar. Itu bukan kata-kata manusia. Ia sangat tinggi dan tidak ada yang
dapat menandingi dan mengatasainya.22
2) Utbah bin Rabi’ah, salah seorang pemuka dan pemimpin Quraisy, ia
mengatakan kepada Abu Jahal, bahwa ia dapat mengimbangi dan membujuk
Muhammad untuk keluar dari agamanya. Kemudian ia berkata kepada Nabi
Muhammad SAW. “Siapakah yang paling baik, anda atau Bani Hasyim, anda
atau abdul Muthalib, anda atau Abdullah? Mengapa anda mencaci tuhan-tuhan
kami dan menyatakan semua kami ini sesat? Katakanlah, kalau anda
menginginkan kekuasaan, anda akan kami angkat sebagai pemimpin kami,
kalau anda ingin perempuan, kami akan menyerahkan perempuan mana yang

22
Muhammad Ali al-Shabuny, al-Tibyan fi Ulum Al-Qur’an, (Bairut: Dar al-Irsyad, 1970),
h.104.
12

anda inginkan, kalau anda ingin harta, kami bersedia untuk menghimpunnya
sehingga anda akan menjadi orang yang paling kaya di antara kami”. Setelah
dia selesai berbicara Rasulullah SAW. Menjawab, “Sudah selesaikan anda
berbicara? Kalau sudah, perhatikanlah!” Lalu beliau membaca Al-Qur’an surat
al-Fusilat ayat 1-13. Mendengar ayat itu, Utbah pun terpesona dan termangu-
mangu dengan keindahan gaya bahasanya, kemudian ia minta dengan tulus
agar Rasulullah SAW. tidak melanjutkan bacaannya, sambil terkesima ia
kembali kepada kaumnya, tanpa mengatakan sesuatu sedikitpun. Setelah
dihujani pertanyaan oleh kaumnya, secara jujur ia menyatakan, “Aku belum
pernah mendengar kata-kata yang seindah itu. Itu bukanlah syi’ir, bukan sihir
dan bukan tukang ramal. Aku minta dengan sangat agar Muhammad tidak
melanjutkan bacaannya supaya kalian tidak terkena azab. Dan kalianpun
mengetahui bahwa apabila Muhammad berbicara sama sekali tidak pernah
berdusta…”.23
3) Nadlar bin Harits juga salah seorang pembesar Quraisy yang sangat
membenci Islam, pada suatu hari setelah ia mendengar ayat-ayat Al-Qur’an
yang dibacakan Nabi Muhammad SAW, ia berkata kepada kaumnya; “Hai
kaumku, sesungguhnya kalian telah mengetahui, bahwa aku belum pernah
meninggalkan sesuatu, melainkan mesti aku mengetahui dan membacanya
serta mengatakan lebih dahulu kepada kalian. Demi Allah SWT, sungguh aku
telah mendengar sendiri bacaan yang biasa diucapkan oleh Muhammad. Demi
Allah SWT, aku sama sekali belum pernah mendengar perkataan seperti itu.
Itu bukan syi’ir, bukan sihir dan bukan pula ramalan.24
Itulah beberapa kasus atau kejadian yang membuktikan bahwa para ahli
syi’ir Arab bungkam tak berdaya dengan tantangan-tantangan yang ditampilkan
Al-Qur’an. Mereka tidak bisa menandingi kemahaindahan dan ketinggian ayat Al-
Qur’an dengan gubahan kreasi-kreasi syi’ir mereka. Setiap kali mereka mencoba
untuk menandingi, mereka selalu mengalami kesulitan dan kegagalan dan bahkan
selalu mendapat cemoohan dan penghinaan dari masyarakat.
Di antara pendusta dan musyrik Arab pada saat itu, yang mencoba
berusaha menandingi Al-Qur’an ialah Musailamah al-Kadzdzab. Ia mengaku
bahwa dirinya pun mempunyai Al-Qur’an yang diturunkan dari langit dan dibawa

23
Al-Zamakhsyary, Tafsir al-Kassyaff, Juz IV. (Kairo: Dar al-Ilmi, t.th), h. 192.
24
Munawar Khalil, Al-Qur’an dari Masa ke Masa, (Semarang: Ramadani, t.th), h. 67
13

oleh Malaikat yang bernama Rahman. Di antara gubahan-gubahannya yang


dimaksudkan untuk menandingi Al-Qur’an itu adalah antara lain :

Musailamah juga berkata :

Selain Musailamah al-Kadzdzab, masih banyak lagi tokoh-tokoh


masyarakat Arab pada waktu itu yang ingin menandingi kalam Allah SWT itu,
namun selalu mengalami kegagalan sehingga benarlah Al-Qur’an itu sebagai
suatu mukjizat.
2. I’jazul al-Tasyri’i (hukum)
Diantara hal-hal yang mencengangkan akal dan tak mungkin dicari
penyebabnya selain bahwa Al-Qur’an adalah wahyu Allah SWT, adalah
terkandungnya syari’at paling ideal bagi umat manusia, undang-undang yang
paling lurus bagi kehidupan, yang dibawa Al-Qur’an untuk mengatur kehidupan
manusia yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Meskipun memang
banyak aturan hukum dari Al-Qur’an yang secara 'kasat mata' terlihat tidak adil,
kejam dan sebagainya, tetapi sesungguhnya di balik itu ada kesempurnaan hukum
yang tidak terhingga.
Dalam menetapkan hukum Al-Qur`an menggunakan cara-cara sebagai
berikut;
Pertama, secara mujmal. Cara ini digunakan dalam banyak urusan ibadah
yaitu dengan menerangkan pokok-pokok hukum saja. Demikian pula
tentang mu’amalat badaniyah Al-Qur`an hanya mengungkapkan kaidah-kaidah
secara kuliyah. Sedangkan perinciannya diserahkan pada as-Sunah dan ijtihad
para mujtahid.
14

Kedua, hukum yang agak jelas dan terperinci. Misalnya hukum jihad,
undang-undang perang, hubungan umat Islam dengan umat lain, hukum tawanan
dan rampasan perang. Seperti Q.S. At-Taubah : 41
  
 
    
    
 
Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa ringan maupun berat, dan
berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah SWT. yang demikian itu
adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.25

Ketiga, jelas dan terperinci. Di antara hukum-hukum ini adalah masalah


hutang-piutang QS. Al-Baqarah,2:282. Tentang makanan yang halal dan haram,
Q.S. An-Nisa` : 29. Tentang sumpah, Q.S. An-Nahl : 94. Tentang perintah
memelihara kehormatan wanita, diantara Q.S. Al-Ahzab : 59. dan perkawinan
Q.S. An-Nisa` : 22.
Yang menarik di antara hukum-hukum tersebut adalah bagaimana Tuhan
memformat setiap hukum atas dasar keadilan dan keseimbangan baik untuk
jasmani dan rohani, individu maupun sosial sekaligus ketuhanan. Misalnya shalat
yang hukumnya wajib bagi setiap muslim yang sudah aqil-balig dan tidak boleh
ditinggalkan atau diganti dengan apapun.
Dari segi gerakan banyak penelitian yang ternyata gerakan shalat sangat
mempengaruhi saraf manusia, yang intinya kalau shalat dilakukan dengan benar
dan khusuk (konsentrasi) maka dapat menetralisir dari segala penyakit yang
terkait dengan saraf, kelumpuhan misalnya. Juga shalat yang khusuk merupakan
bentuk meditasi yang luar biasa, sehingga apabila seseorang melakukan dengan
baik maka jiwanya akan selamat dari goncangan-goncangan yang
mengakibatbatkan stres hingga gila.
Dalam konteks sosial shalat mampu mencegah perbuatan keji dan
mungkar seperti dijelaskan dalam Q.S. Al-‘Ankabut : 45
   
  
   
  
   
25
Mushaf Al-Qur’an dan terjemah, Op. Cit., h. 194
15

    


 
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan)
keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah SWT (shalat) adalah lebih
besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain) dan Allah SWT mengetahui apa
yang kamu kerjakan.26

Contoh lain misalnya terdapat dalam Q.S. Ali Imran : 159 yang
menanamkan sistem hukum sosial dengan berdasar pada azaz musyawarah.
    
     
  
   
 
   
   
    
 

Maka disebabkan rahmat dari Allah SWT-lah kamu Berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam
urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka
bertawakkAllah SWT kepada Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.27

Ayat di atas menganjurkan untuk menyelesaikan semua problem sosial


dengan azaz musyawarah agar dapat memenuhi keadilan bersama dan tidak ada
yang dirugikan. Nilai yang dapat diambil adalah bagaimana manusia harus
mampu bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan kelompoknya, karena hasil
keputusan dengan musyawarah adalah keputusan bersama. Dengan demikian
keutuhan masyarakat tetap terjaga. Ayat selanjutnya apabila sudah sepakat dan
saling bertanggung jawab maka bertawakkal kepada Allah SWT. Hal ini
mengindikasikan harus adanya kekuasaan mutlak yang menjadi sentral semua
hukum dan sistem tata nilai manusia.

26
Ibid, h. 401
27
Ibid, h. 24
16

Demikianlah karakteristik sekaligus rahasia hukum-hukum Tuhan yang


selalu menjaga keadilan dan keseimbangan baik individu, sosial dan ketuhanan
yang tak mungkin manusia mampu menciptakan hukum secara kooperatif dan
holistik. Oleh karena itu tak salah bila seorang Rasyid Rida -sebagaimana dikutip
oleh Quraish Shihab- mengatakan dalam Al-Manarnya bahwa petunujuk al-
Qur`an dalam bidang akidah, metafisika, ahlak, dan hukum-hukum yang berkaitan
dengan agama, sosial, politik dan ekonomi merupakan pengetahuan yang sangat
tinggi nilainya. Dan jarang sekali yang dapat mencapai puncak dalam bidang-
bidang tersebut kecuali mereka yang memusatkan diri secara penuh dan
mempelajarinya bertahun-tahun. Padahal sebagaimana maklum Muhammad sang
pembawa hukum tersebut adalah seorang Ummy dan hidup pada kondisi di mana
ilmu pengetahuan pada masa kegelapan.
3. I’jazul fii Ikhbar al-Ghaib
Sebagian ulama mengatakan bahwa mukjizat Al Qur’an itu adalah berita-
berita gaib. Contoh-contoh dari peristiwa yang dikhabarkan dalam Al-Qur’an
adalah :
a) Keghaiban masa lampau
Pemberitaan Al-Qur’an tentang masa lampau sangat banyak sekali
bahkan ada sebagian kisah yang sudah terbukti lewat penelitian arkeologi dan
sebagian yang lainnya masih belum terbuktikan. Hal ini bukan menunjukkan
bahwa sebagian Al-Qur’an hanya mengada-ada karena masih belum bisa
dibuktikan oleh ilmu manusia, akan tetapi menunjukkan bahwa betapa masih
lemahnya pengetahuan manusia dibanding pengetahuan Tuhan.
Al-Qur’an sangat jelas dan fasih sekali dalam menjelaskan cerita masa
lalu seakan-akan menjadi saksi mata yang langsung mengikuti jalannya cerita.
Dan tidak ada satupun dari kisah-kisah tersebut yang tidak terbukti
kebenarannya.
Diantaranya adalah: Kisah nabi Musa dalam Q.S. Al-Baqarah : 67
  
  
  
  
   
   
  
17

Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah


SWT menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina." mereka berkata:
"Apakah kamu hendak menjadikan Kami buah ejekan?" Musa menjawab:
"Aku berlindung kepada Allah SWT agar tidak menjadi salah seorang dari
orang-orang yang jahil".28

Kisah Fir’aun :. Adapun beberapa berita lampau yang dijelaskan


dalam Al-Qur’an salah satunya adalah berita tentang tenggelamnya Fir’aun
namun badannya masih diselamatkan oleh Allah SWT. Hal ini diabadikan
dalam Q.S. Yunus : 92 sebagai berikut:
 
  
   
   
  
Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi
pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan Sesungguhnya
kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami.29

b) Keghaiban masa sekarang


Al-Qur’an menceritakan hal-hal yang terjadi dikemudian hari. Bahkan
diantara berita yang sudah terbukti sudah banyak diantaranya adalah berita
tentang kemenangan Romawi setelah kekalahannya. Dalam berbagai kajian
sejarah, telah membuktikan bahwa Romawi pernah mengalami kekalahan
sebelum akhirnya ia mengalami kemenangan.
Hal ini juga diabadikan dalam Q.S. Ar-Ruum : 1-5, sebagai berikut:
   
    
  
   
     
   
  
    
   
 

28
Ibid, h. 10
29
Ibid, h. 219
18

1. Alif laam Miim


2. telah dikalahkan bangsa Rumawi
3. di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang
4. dalam beberapa tahun lagi, bagi Allah SWT-lah urusan sebelum dan
sesudah (mereka menang). dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu
bergembiralah orang-orang yang beriman,
5. karena pertolongan Allah SWT. Dia menolong siapa yang
dikehendakiNya. dan Dialah Maha Perkasa lagi Penyayang.30

Selain kisah diatas masih banyak kisah lagi yang diceritakan dalam Al-
Qur’an sudah terbukti kebenaran yaitu kisah Abu Jahal yang selalu melarang
Nabi Muhammad SAW. dalam berdakwah. Kisah ini bisa kita nikmati dalam
Q.S. Al-‘Alaq : 9-19, sebagai berikut:
   
   
   
   
 
  
   
    
   
 
  
   
  
   
  
9. bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang,
10. seorang hamba ketika mengerjakan shalat,
11. bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas
kebenaran,
12. atau Dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)?
13. bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan
berpaling?
14. tidaklah Dia mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah melihat segala
perbuatannya?
15. ketahuilah, sungguh jika Dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya
Kami tarik ubun-ubunnya,
16. (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka.
17. Maka Biarlah Dia memanggil golongannya (untuk menolongnya),
18. kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah,
19. sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan
dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan).31

30
Ibid, h. 404
19

c) Keghaiban masa yang akan datang


Sedangkan kisah Al-Qur’an yang masih belum terjadi akan tetapi pasti
akan terjadi adalah peristiwa hancurnya alam semesta yang biasa disebut
dengan Hari Kiamat. Pada hari itu semua manusia akan bertanya-tanya
“mengapa alam jadi begini”. Kisah ini bisa dilihat dalam Q.S. Az-Zalzalah : 1-
8, sebagai berikut :
  
 
 
  
   
 
  
   
  
 
   
   
   
   
1. apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat),
2. dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya,
3. dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (menjadi begini)?",
4. pada hari itu bumi menceritakan beritanya,
5. karena Sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian
itu) kepadanya.
6. pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam Keadaan bermacam-
macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka,
7. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia
akan melihat (balasan)nya.
8. dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya
Dia akan melihat (balasan)nya pula.32

C Isyarat-isyarat Keilmuan
Banyak sekali isyarat-isyarat keilmuan yang ditemukan dalam Al-Qur’an diantaranya:

1) Penciptaan alam ’teori big bang’

31
Ibid, h. 597
32
Ibid, h. 599
20

Berdasarkan teori big bang alam semesta tercipta dari kumpulan gas yang disebut
‘primary nebula’ kemudian terpecah dan menjadi bintang-bintang, planet-planet,
matahari, bulan dll (Q.S. Al-Anbiyaa’ : 30)

  


  
  
  
   
    
Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan
antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
Mengapakah mereka tiada juga beriman?’33
2) Sinar bulan pantulan dan sinar matahari dari dirinya

Sinar bulan adalah pantulan sedangkan sinar matahari bersumber dari dirinya
sendiri. Pada abad-abad peradaban awal bulan dipercayai memiliki sinar dari
dirinya sendiri. Sekarang ilmu pengetahuan menyatakan sinar bulan bukan dari
dirinya sendiri tapi pantulan sinar matahari. (Q.S. Yunus : 5)

   


  
 
 
   
   
  
  

Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-
Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu
mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah SWT tidak
menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-
tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.34
3) Matahari Berotasi

Filosof – filosof Eropa dan ilmuan pada abad-abad awal percaya bahwa bumi
pusat alam semesta dan planet-planet begitu pula matahari mengelilingi bumi,
yang disebut teori geocentrisme, ini dipercaya pada abad 2 sebelum masehi dan

33
Ibid, h. 324
34
Ibid, h. 208
21

dipercaya selama 16 abad lamanya, sampai di tahun 1512 Nicholas Copernicus


teori heliocentris dari pergerakan planet-planet yang menyatakan bahwa bumi dan
planet-planet mengelilingi matahari sebagai pusat. Kemudian tahun 1609 ilmuan
Jerman Yonannus Keppler menulis dalam bukunya ’Astronomia Nova’ bahwa
bukan hanya bumi dan planet berputar mengelilingi matahari tetapi juga berputar
pada porosnya. (Q.S. Al-Anbiyaa’ : 33) (Q.S. Yaasiin : 38)

   


 
    
 
Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.35
  
   
  
Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha
Perkasa lagi Maha mengetahui.36
4) Atom dapat dibagi

Dimasa lampau telah diketahui teori yang dinamakan ’Theory of Atomism’, yang
diterima secara luas. Demokritus yang hidup 23 abad yang lalu mengasumsikan
bahwa materi terkecil adalah ’atom’, orang Arab dulu juga percaya yang
sama. Kata ’zarah’ dahulu diartikan sebagai kepala semut, tapi kemudian
diartikan menjadi atom. Pada abad 20 ternyata atom dapat terbagi lagi menjadi
proton dan elektron. (Q.S. Saba’ : 3)

   


   
  
    
   
   
    
    

Dan orang-orang yang kafir berkata: "Hari berbangkit itu tidak akan datang
kepada kami". Katakanlah: "Pasti datang, demi Tuhanku yang mengetahui yang

35
Ibid, h. 324
36
Ibid, h. 442
22

ghaib, Sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang kepadamu. tidak ada
tersembunyi daripada-Nya sebesar zarrahpun yang ada di langit dan yang ada di
bumi dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar,
melainkan tersebut dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)".37
5) Gunung-gunung sebagai pasak

Ahli geologi memberi tahu kita bahwa lapisan kulit terluar bumi keras dan padat,
sedangkan lapisan dalamnya panas dan cair sehingga tidak memungkinkan adanya
kehidupan di dalam bumi. Para ahli memberi tahu kita bahwa radius bumi sekitar
6035 Km, sedangkan lapisan kulit terluarnya hanya berketebalan 2 sampai 35 Km.
Karena ia terlalu tipis memungkinkan terjadinya goncangan. Ahli geologi
menyatakan hal itu sebagai gejala lipatan. Pegunungan berfungsi sebagai
tenda/pasak yang menahan bumi untuk bergeser dan menjadi penstabil bumi.
(Q.S. An-Naba’ : 6 - 7)

   


   
6. Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?,
7. dan gunung-gunung sebagai pasak?,38

37
Ibid, h. 428
38
Ibid, h. 582
BAB III
PENUTUP

Dari pembahasan makalah di atas, penulis memberikan beberapa kesimpulan, antara lain :

1. Dari segi bahasa kata I’jaz berasal dari kata a’jaz, yu’jizu, i’jaz yang berarti
melemahkan atau memperlemah, juga dapat berarti menetapkan kelemahan atau
memperlemah. Yang dimaksud dengan I’jaz dalam pembicaraan ini ialah
menampakkan kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul dengan
menampakkan kelemahan orang arab untuk menghadapi mukjizatnya yang abadi
yaitu Al-Qur’an, dan kelemahan generasi-generasi sesudah mereka.
2. Mukjizat didefinisikan sebagai suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui
seseorang yang mengaku nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan bagi
yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak
mampu melayani tantangan tersebut.
3. Dimensi kemukjizatan Al-Qur’an antara lain terdiri dari : I’jazul al-Bayani, I’jazul al-
Tasyri’I, I’jazul fii Ikhbar al-Ghaib, dan I’jazul Ilmi.
4. Banyak sekali isyarat-isyarat keilmuan yang terdapat di dalam Al-Qur’an baik di
bidang astronomi, biologi, geologi, fisika, dan lain sebagainya. Semua itu semakin
membuktikan bahwa kemukjizatan Al-Qur’an benar adanya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Al Munawar, Said Agil Husin, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Jakarta:
Ciputat Press, 2004.
Al-Qattan, Manna Khalil, Studi ilmu-ilmu Qur’an, Bogor : Pustaka Litera Antar Nusa,
2013.
Al-Shabuny, Muhammad Ali, al-Tibyan fi Ulum Al-Qur’an, (Bairut: Dar al-Irsyad, 1970).
Al-Zarqany, Muhammad Abd. ‘Azhim, Manahil al-irfan fi Ulum Al-Qur’an, j. Ii, (t.t.p.: al-Babi
al- Halabi, t.th.)
Amal, Taufik Adnan, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, Jakarta : Forum Kajian Budaya
dan Agama, 2001.
An-Najdi, Abu Zahra, Al-Qu’ran dan Rahasia Angka-Angka, Bandung, Pustaka
Hidayah,1996.
Anwar, Rosihan,Ulum Al-Qur’an, Bandung: CV Pustaka Setia, 2010.
Al-Zamakhsyary, Tafsir al-Kassyaff, Juz IV. (Kairo: Dar al-Ilmi, t.th)
Baidan, Nashruddin, Metode Penafsiran Al-Qur’an, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.
Khalil, Munawar, Al-Qur’an dari Masa ke Masa, (Semarang: Ramadani, t.th)
Majid, Abdul, Mukjizat Ilmiah dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam IPTEK, Jakarta,
Gema Insani press, 1997
Mushaf Al-Qur’an dan terjemah Kementrian Agama Republik Indonesia, Jakarta: Jabal,
2010
Shihab, M. Qurais, Mukjizat Al-Qur’an di tinjau dari Aspek kebahasaan, Isyarat Ilmiah
dan Pemberitaan Gaib, Bandung, Mizan, 2014.
Thabathaba’I, Allamah HM., Mengungkap Rahasia Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1997.
Usman,Ulumul Qur’an, Yogyakarta: Teras, 2009

Anda mungkin juga menyukai