Anda di halaman 1dari 15

MENGENAL I’JAZ ALQUR’AN (TELAAH TERHADAP

BERBAGAI ASPEK KEMU’JIZATAN AL-QUR’AN)


Untuk memenuhi tugas mata kuliah studi qur’an hadist
Dosen pengampu: H. Edi Bachtiar, M.AG.

Disusun oleh:
1. Angelina shondaqh (2210210010)
2. Amirul hakim (2210210019)
3. Sabrina ayu salsabila (2210210022)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq dan hidayah-Nya sehingga makalah yang di buat untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah studi qur’an hadist dapat terselesaikan dengan lancar tanpa
halangan suatu apapun.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ustadz edi bachtiar, M.AG. selaku
dosen mata kuliah studi qur’an hadist yang telah membimbing dalam penugasan
membuat makalah ini. Dan juga kami ucapkan pada teman-teman yang sudah
memebaca makalah ini.
Diharapkan dengan adanya makalah ini, dapat menambah pemahaman dasar
terhadap materi perkuliahan MENGENAL I’JAZ ALQUR’AN Dengan penuh kesadaran
bahwa makalah ini perlu disempurnakan lagi, sehingga kritik dan saran dibutuhkan
untuk penyajian serta isinya sangat diperlukan.

Kudus, 30 mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii
BAB I...........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
A. Latar belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan masalah.............................................................................................................1
C. Tujuan penulisan..............................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................3
A. Pengertian I’jaz................................................................................................................3
B. Macam macam mukjizat...................................................................................................4
C. Dasar dan urgensi pembahasan I’jaz al-qur’an.................................................................6
1. Dasar pembahasan I’jaz al-qur’an................................................................................6
2. Urgensi pembahasan I’jaz al-qur’an.............................................................................6
D. Aspek-aspek kemukjizatan Al-Qur’an..............................................................................8
BAB III......................................................................................................................................11
PENUTUP.................................................................................................................................11
A. Kesimpulan....................................................................................................................11
B. Saran.................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam masa ini, seringnya menilai sesuatu itu tidak mungkin karena akal
oleh manusia yang terbatas dan terpaku pada hukum atau sebat akibat yang
mereka ketahui. Sehingga kita sering menolak suatu tang tidak sejalan dengan
logika atu hukum yang berlaku. Bahwa dengan akal manuisa yang dimilikinya
merenungi dengan hati bahwa ciptaan allah swt adalah muka bumi dan alam
semesta. Mereka semua tidak mencoba untuk mentadabburi kebeseran sifat allah
yang terlukiskan di alam semesta.
Maka dari itu al-qur’an tidak henti-hentinya dikaji perihal kandungan
kitab suci yang digali oleh pengkajinya. Mereka berusaha menemukan jawaban
dari pertanyaan tentang kebenaran kandyngannya, hukum-hukum yang ada di
dalamnya, nilai-nilai universal yang terkandung dalam al-qur’an dan juga
eksistensi alqur’an sebagai mukjizat yang diturunkan oleh Rasulullah saw.
Sebagai umat islam kita harus mendalami tentang al-qur’an. Untuk mengahadapi
zaman yang keras ini.
Al-qur’an adalah sebagai pegangan hidup semua umat islam, tidak hanya
untuk satu zaman. Maka dari itu kemukjizatan di pelihara keasliannya dan
keserasiannya sesuai dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu mengkaji
kemukjizatan alqur’an merupakan salah satu hal yang cukup sulit, karena
kemukjizatan sulit dipahami dengan pemikiran dan logika, mungkin bisa dengan
pendekatan. Dalam makalah ini akan membahas tentang pengertian dari I’jaz,
pembagian mukjizat, dan juga aspek-aspek dari kemukjizatan.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari I’jaz al-qur’an?
2. Apa saja pembagian dari kenukjizatan al-qur’an?
3. Apa dasar dan urgensi pembahasaan I’jaz al-qur’an?

iv
4. Apa saja aspek-aspek kemukjizatan al-qur’an?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui penertian I’jaz al-qur’an.
2. Untuk mengetahui pembagian dari kemukjizatan al-qur’an.
3. Untuk mengetahui dasar dan urgemsi pembahasaan I’jaz al-qur’an.
4. Untuk mengetahui aspek-aspek I’jaz al-qur’an.

v
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian I’jaz
Al-mu’jizat merupakan bentuk kata mu’annas (female) dari kata
mudzakkar (male) al-mu’jiz adalah isim fa’il (nama atau sebutan untuk pelaku
atau subjek) dari kata kerja(fi’l) a’jaza(‫)أعجز‬. Kata ini diambil dari akar kata
a’jaza-yu’jizu-ajzan wa u’juzan wa ma’jizan ma’jizatan/ma’jazatan(‫ز‬CCC‫عج‬
‫ )يعجزعجزا وعجوزا ومعجزا ومعجزة‬yang secara harfiah antara lain berarti lemah,
tidak mampu, tidak berdaya, tidak sanggup, tidak dapat,(tidak bisa), dan tidak
kuasa. Al-‘ajzu adalah lawan dari kata al-qudrah yang berarti tidak mampu alias
tidak berdaya.
Sedangkan i’jaz, secara terminologi ilmu al-qur’an adalah sebagaimana
yang dikemukakan oleh manna’ Khalil al-qathan, ia mendefinisikan I’jaz adalah
menampakkan kebenaran nabi saw dalam pengakuan orang lain sebagai
seseorang rasul utusan allah swt. Dengan menampakkan kelemahan orang-orang
arab untuk menadingimya atau menghadapi mukjizat yang abadi, yakni al-
qur’an dan kelemahan kelemahan generasi sesudah mereka1.
Istilah mu’jiz atau mu’jizat lazim diartikan dengan al-‘ajib( ‫)العجيب‬,
dengan maksud sesuatu yang bersifat Ajaib (menakjubkan atau mengherankan)
karena orang atau pihak lain tidak ada yang sanggup menandingi atau meyamai
sesuatu hal tersebut. Namun juga sering diartikan dengan sebutan amrun
khariqun lil’aadah( ‫)امر خارق للعادة‬, yakni sesuatu yang menyalahi tradisi.
Berdasarkan ta’rifnya (definisi) mukjizat, dapat di kemukakan tiga unsur pokok
mukjizat2:
1. Unsur utama atau pertama mukjizat adalah harus menyalahi
tradisi atau adat kebiasaan( khariqun lil’adah). Sesuatu
(mukjizat) yang tidak menyalahi tradusi, atau kejadiannya sesuai

1
Usman, Ulumul Qur’an, Teras (Yogyakarta, 2009).Hal 285
2
muhammad amin suma, Ulumul Qur’an, ed. PT Grafindo Persada, Ed. 1Cet. (depok, 2019).hal 154-157

vi
dengan kebiasaan yang umum atau bahkan lazim berlaku, tidak
dapat dikatakan sebagai mukjizat.
2. Unsur pokok yang kedua bahwa mukjizat yakni bahwa mukjizat
harus di barengi dengan perlawanan. Maksudnya disini mukjizat
harus diuji dengan melalui pertandingan atau perlawanan
selayaknya pertandingan.
3. Unsur pokok yang ketiga adalah mukjizat itu tidak terkalahkan.
Maksudnya bahwa mukjizat itu setelah dilakukan perlawanan
terhadapnya, ternyata tidak terkalahkan selama-lamanya.
Dari ketiga unsur tersebut bahwa mukjizat itu mempunyai sifat yang
suprarasional, teruji dengan sungguh-sungguh dan sama sekali tidak terkalahkan
oleh apapun.

B. Macam macam mukjizat


Secara garis besar mukjizat terbagi menjadi dua bagian pokok, yakni
mukjizat yang sifatnya hissiyah (material indrawi) dan mikjizat yang sifatnya
aqliyah (rasional). Mukjizat mereka yang bersifat material dan indrawi yakni
keluarbiasaan tersebut dapat di lihat dan dijangkau oleh mata telanjang atau
panca indera oleh masyarakat dimana nabi itu menyampaikan risalahnya, seperti
nabi musa membelah laut dengan tongkat, yang diberi petunjuk allah sehingga
mampu menyebrangi laut merah ketika dikejar oleh pasukan, tidak jadi
disembelihnya nabi ismail karena alah menggantikannya dengan seekor domba,
sehingga menjadi sejarah qurban pada bulan idul adha. Namun berbeda dengan
mukjizat yang dimiliki oleh nabi Muhammad saw, sifatnya bukan hanya sekedar
material dan indrawi, namun juga bersifat aqliyah (dapat dipahami oleh akal).
Karena sifatnya yang demikian, maka tidak terbatas pada suatu tempat dan tak
terbatas oleh waktu. Mukjizat al-qur’an dapat dijangkau oleh setiap orang dan
menggunakan akal, dimanapun berada dan kapanpun waktunya3.
Pertama, nabi sebelum nabi Muhammad saw ditugaskan untuk
masyarakat dan masa tertentu. Karena mukjizat yang di karuniai allah swt
3
AJAHRI, Ulumul Qur’an (ILMU-ILMU QUR’AN), Ulumul Qur’an (Ilmu-Ilmu Qur’an, 2018. Hal 253

vii
olehnya hanya berlaku pada masa masyarakat tersebut, tidak untuk sesudah
mereka.
Kedua, manusia mengalami perkembangan dalam pemikirannya dan juga
teknologi. Umat pada masa nabi sebelum nabi Muhammad saw sangat
membutuhkan bukti kebenaran yang sesuai dengan konsep pemikirannya dan
jelas terjangkau atau tampak dengan panca indera mereka. Mukjizat dalam Al-
Qur’an berfungsi sebagai bukti dan tanda keabsahan kenabian Nabi Muhammad
SAW. Mukjizat ini menunjukkan bahwa beliau adalah utusan Allah SWT yang
membawa wahyu-Nya kepada umat manusia4.
Adapun bukti terkait kebenaran dalam Al-Qur’an dapat ditemukan dalam
berbagai bidang pendidikan. Salah satunya adalah penemuan mengenai
Penciptaan Semesta yang secara jelas dalam Al-Qur’an digambaran tentang asal-
usul semesta yang sejalan dengan teori Big Bang yang ditemukan oleh Abbe
Georges Lemaitre pada tahun 1927. Yang mana pada Ayat-ayat Surah Al-Anbiya
(21:30) menyatakan bahwa langit dan bumi awalnya adalah satu kesatuan, dan
kemudian Allah SWT membelahnya. Konsep ini serupa dengan teori Big Bang
yang menyatakan bahwa semesta awalnya berada dalam keadaan sangat padat
dan panas, lalu meledak dan memperluas menjadi langit dan bumi yang kita
kenal sekarang.
Maka dari itu dapat di simpulkan bahwa mukjizat itu sangat luar biasa
dalam mengatasi segala persoalan atau permasalahan manusia, tiada kuasa
kecuali allah swt. Jadi fungsi mukjizat yang diturunkan allah swt terhadap nabi
yakni untuk mengatasi problematika, dan juga pembuktiaan bahwa allah swt itu
segala nya atas kuasanya.

C. Dasar dan urgensi pembahasan I’jaz al-qur’an


1. Dasar pembahasan I’jaz al-qur’an
Urgensi pembahasan I’jaz al-qur’an terdapat faktor yang mendasari
adalah kenyataan bahwa persoalan ini adalah salah satu diantara cabang

4
Yusuf Qordhowi, “Al-Halal Wa Al-Haram Fi Al-Islam,” Matbaeat Almudnaa Almuasasat Alsueudiat
Bimisr, 1997.

viii
cabang pokok bahasan ulumul qur’an (ilmu tafsir). Maka dari itu kalau
bahasan ini mendapat perhatian yang serius dari para sarjana, baik dari
kalangan muslim maupun nonmuslim5.

2. Urgensi pembahasan I’jaz al-qur’an


Urgensi pembahasan I’jaz al-qur’an terdapat dua tataran6:
a) Tataran teologis
Memepelajari I’jaz al-qur’an akan semakin menambah
keimanan seorang muslim. Bahkan tidak semua orang masuk
islam itu mengetahui dan memahami tentang I’jaz al-qur’an.
Terutama ketika isyarat-isyarat ilmiah, yang, merupakan salah
satu aspek I’jaz al-qur’an, sudah dapat dibuktikan.
Pembahasan tentang I'jaz Al-Qur'an melalui tataran
teologis memiliki urgensi yang signifikan. I'jaz Al-Qur'an
merujuk pada keajaiban linguistik, retorika, dan pengetahuan
yang terkandung dalam Al-Qur'an. Dalam konteks teologis,
urgensi pembahasan I'jaz Al-Qur'an dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1) Penegasan Kebenaran Al-Qur'an
I'jaz Al-Qur'an menjadi bukti konkret tentang
kebenaran Al-Qur'an sebagai wahyu Ilahi. Keajaiban
linguistik dan kejelian retorika dalam bahasa Arab yang
terdapat dalam Al-Qur'an menjelaskan bahwa teks ini
bukanlah hasil karya manusia biasa, melainkan berasal
dari Allah SWT. Pembahasan I'jaz Al-Qur'an melalui
tataran teologis membantu memperkuat keyakinan akan
keabsahan dan kebenaran Al-Qur'an7.
2) Kedalaman Pengetahuan Ilahi

5
Dr.H Oom mukarromah.M.Hum, Ulumul Qur’an, Grafindo p (jakarta, 2013). Hal 12
6
Ilmu-ilmu Alqur An et al., Ulumul Qur’an, 2018.
7
Waheeduddin Khan, Islam menjawab tantangan zaman, (Pustaka, Bandung), Cetakan I, hlm. 183

ix
Al-Qur'an mengandung pengetahuan ilahi yang
luar biasa, termasuk aspek-aspek ilmiah, sejarah, dan
metafisika. Pembahasan I'jaz Al-Qur'an melalui tataran
teologis membantu menggali dan memahami kedalaman
pengetahuan Ilahi yang terkandung dalam teks tersebut.
Ini memperkuat keyakinan bahwa Al-Qur'an merupakan
sumber kebenaran dan petunjuk yang memiliki
pemahaman ilahi yang mendalam8.
3) Penghargaan terhadap Kemuliaan Allah SWT
Pembahasan I'jaz Al-Qur'an juga memperlihatkan
kemuliaan dan kehebatan Allah SWT sebagai Pencipta
dan Pengatur alam semesta. Keajaiban linguistik,
keunggulan retorika, dan pengetahuan yang luar biasa
dalam Al-Qur'an memperlihatkan bahwa hanya Allah
SWT yang mampu menghasilkan teks semacam itu.
Pembahasan I'jaz Al-Qur'an melalui tataran teologis
menguatkan pemahaman akan keagungan Allah dan
menginspirasi pengagungan dan ketaatan kepada-Nya.
b) Tataran akademis
Dengan mempelajari I’jaz al-qur’an akan semakin memperkaya
khazanah keilmuan keislaman’ khususnya berkaitan dengan
ulumul qur’an (ilmu tafsir).

Pembahasan I’jaz Al-Qur’an melalui tataran akademis memiliki


urgensi yang signifikan dalam pemahaman dan apresiasi terhadap
keunggulan linguistik, retorika, dan pengetahuan yang
terkandung dalam Al-Qur’an. Berikut adalah beberapa urgensi
pembahasan I’jaz Al-Qur’an melalui tataran akademis:

8
M Amin Abdullah, The Idea of Universality of Ethical Norms in Gazali and Kant (Ankara: Turkiye
Diyanet Vakfi, 1992), hlm. 219 dan 249.

x
1) Pengembangan Pengetahuan
Pembahasan I’jaz Al-Qur’an melalui tataran
akademis membantu memperluas pengetahuan tentang
keajaiban linguistik dan retorika dalam bahasa Arab yang
terdapat dalam Al-Qur’an. Ini melibatkan analisis
mendalam terhadap gaya bahasa, struktur ayat, makna
tersirat, dan teknik retorika yang digunakan dalam teks
Al-Qur’an. Melalui pendekatan akademis yang objektif,
kita dapat mendapatkan wawasan baru dan pengetahuan
yang lebih dalam tentang keunggulan bahasa Al-Qur’an.
2) Pengaplikasian dalam Konteks Modern
Pembahasan I’jaz Al-Qur’an melalui tataran
akademis juga memungkinkan kita untuk menghubungkan
dan mengaplikasikan prinsip-prinsip I’jaz Al-Qur’an
dalam konteks kehidupan modern. Melalui analisis
akademis, kita dapat menemukan relevansi dan implikasi
I’jaz Al-Qur’an dalam bidang-bidang seperti sains, ilmu
pengetahuan, etika, dan sosial. Ini membantu
memperkaya pemahaman kita tentang pesan Al-Qur’an
dan bagaimana kita dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.

D. Aspek-aspek kemukjizatan Al-Qur’an


Seiring dengan melalui perbedaan pendapat para ahli ilmu-ilmu al qur’an
megenai I’jaz al-qur’an, para ahli terutama yang meyakini bahwa al-qur’an
sebagai kitab I’jaz dari sisi manapun, dengan menguraikan I’jazi al-qur’an
melalui segi manapun, tentu saja dengan tinjauan yang variatif. Misal Az-
zarqani, ia memaparkan atau menguraikan segi-segi kemukjizatan al-qur’an
antara lain:
1. Dari segi kebahasaan, tatanan Bahasa atau biasa di sebut uslubnya.

xi
2. Teknik penyusunannya.
3. Ilmu dan pengetahuan (al-‘ulum wa al-ma’arif yang terkandung di
dalamnya).
4. Elastisitas pemenuhan (penyesuaiannya) dengan berbagai kebutuhan
manusia.
5. Kedudukan al-qur’an terhadp pengembangan ilmu pengetahuan dan juga
teknologi.
6. Kiat al-quran tentang al-ishlah (persesuaian) dalam hal ini kepatutan
ketetapan rangkaian kata dan kalimatnya.
7. Fakta berita berita yang ghaib atau berita yang tidak jelas(anba’ul ghaib)
yang ada didalam nya.
8. Ayat ayat mengenai teguran dan juga celaan atau al-‘itab.
9. Penurunan berbagai informasi yang telah lama dinanti-nanti.
10. Penampakan kenabian Muhammad saw ketika wahyu diturunkan
kepadanya
As-sayyid Rasyid Ridha mengemukakan tujuh macam kemukjizatan al-
qur’an antara lain:
1. Segi susunan dan gaya Bahasa.
2. Segi keindahan atau ke-balaghah-annya.
3. Segi ilmu ghaib yang ada di dalamnya.
4. Terbebas dari perbedaan (kontradiksi) dalam hal isi kandungannya.
5. Segi ilmu-ilmu diniyah keagamaan dan persyariatan.
6. Segi antisipasi perkembangan zamannya.
7. Segi pembuktian permasalahan (kontemporer) yang diketahui para ahli.

Terdapat perbedaan antara az-zarqani dengan Rasyid ridha, al- buthi,


disimpulkan dari para ahli lainnya, al-qur’an dapat ditinjau dari beberapa
aspek. Secara garis besar kemukjizatan al-qur’an di bedakan menjadi dua
bagian. Pertama, bagian yang di khususkan kepada mereka yang

xii
mempelajari Bahasa arab terutama orang-orang arab. Kedua, kemukjizatan
hanya ditemukan dan diketahui oleh para pemikir tertentu.
Maka analisis kemukjizatan al-qur’an tidak lagi fokus terhadap aspek
kebahasaan umum yang terjadi pada masa silam, namun juga berorientasi
dalam bidang-bidang yang lain ya.ng sifatnya umum dan membumi karena
memang sangat dibutuhkan oleh orang banyak saat ini. Pendapat atau
paresiasi terhadap kemukjizatan al-qur’an yang sifatnya umum itu
dikembalikan pada pendapat al-buthi yang pernah disinggung, kemudian
diringkas menjadi tiga aspek antara lain:
1. Kemukjizatan al-qur’an yang berkenaan dengan hal-hal yang
ghaib. Dalam arti kemukjizatan dalam bentuk ini cukup banyak
jumlahnya misalnya informasi tentang peristiwa fathul Makkah,
yang mana peristiwa tersebut di informasikan al-qur’an jauh
sebelum peristiwa tersebut terjadi.
2. Kemukjizatan al-qur’an yang berkenaan dengan informasi masa
lampau atau masa lalu yang amat jauh. Sejumlah informasi yang
dikabarkan al-qur’an mengenai masa lalu yang amat Panjang
perjalannanya.
3. Kemukjizatan al-qur’an dari segi persyariatan hukum. Dalam al-
qur’an terkandung aturan-aturan hukum (syariat) yang sangat
mendalam, universal, dan lengkap yang mengatur urusan-urusan
kehidupan umat manusia.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-mu’jizat merupakan bentuk kata mu’annas (female) dari kata
mudzakkar (male) al-mu’jiz adalah isim fa’il (nama atau sebutan untuk pelaku

xiii
atau subjek) dari kata kerja(fi’l) a’jaza(‫)أعجز‬. Kata ini diambil dari akar kata
a’jaza-yu’jizu-ajzan wa u’juzan wa ma’jizan ma’jizatan/ma’jazatan(‫ز‬CCC‫عج‬
‫ )يعجزعجزا وعجوزا ومعجزا ومعجزة‬yang secara harfiah antara lain berarti lemah,
tidak mampu, tidak berdaya, tidak sanggup, tidak dapat,(tidak bisa), dan tidak
kuasa.
Secara garis besar mukjizat terbagi menjadi dua bagian pokok, yakni
mukjizat yang sifatnya hissiyah (material indrawi) dan mikjizat yang sifatnya
aqliyah (rasional).
Terdapat perbedaan antara az-zarqani dengan Rasyid ridha, al- buthi,
disimpulkan dari para ahli lainnya, al-qur’an dapat ditinjau dari beberapa aspek.
Secara garis besar kemukjizatan al-qur’an di bedakan menjadi dua bagian.
Pertama, bagian yang di khususkan kepada mereka yang mempelajari Bahasa
arab terutama orang-orang arab. Kedua, kemukjizatan hanya ditemukan dan
diketahui oleh para pemikir tertentu.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber-sumber yang lebih banyak. Kami menerima saran dan kritik
kalian terhadap makalah ini jika terdapat sumber yang tidak konkrit terhadap
masalah yang dijelaskan. Penulis mengharapkan untuk kedepannya pembaca
dapat memahami dan memaknai tentang bagaimana penjelasan mengenai
makalah Mengenal I’jaz al-qur’an. Semoga kita selalu diberikan ilmu manfaat,
keselamatan, keberkahan, keridhoan, perlindungan, dan nikmat menjalankan
ibadah dari Allah Swt, Aamiin.

DAFTAR PUSTAKA

AJAHRI. Ulumul Qur’an (ILMU-ILMU QUR’AN). Ulumul Qur’an (Ilmu-Ilmu Qur’an,


2018.

xiv
Waheeduddin Khan, Islam menjawab tantangan zaman, (Pustaka, Bandung), Cetakan I,
hlm. 183
M Amin Abdullah, The Idea of Universality of Ethical Norms in Gazali and Kant
(Ankara: Turkiye Diyanet Vakfi, 1992), hlm. 219 dan 249.
An, Ilmu-ilmu Alqur, Penyusun Ajahari, M Ag, Ulumul Qur, A N Ilmu-ilmu Al, and Q
U R An. Ulumul Qur’an, 2018.

Dr.H Oom mukarromah.M.Hum. Ulumul Qur’an. Grafindo p. jakarta, 2013.

Muhammad amin suma. Ulumul Qur’an. Edited by PT Grafindo Persada. Ed. 1Cet.
depok, 2019.

Qordhowi, Yusuf. “Al-Halal Wa Al-Haram Fi Al-Islam.” Matbaeat Almudnaa


Almuasasat Alsueudiat Bimisr, 1997.

Usman. Ulumul Qur’an. Teras. Yogyakarta, 2009.

xv

Anda mungkin juga menyukai