Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

ILMU PENDIDIKAN ISLAM

Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam

Dosen Pengampu:

Dr Wiwin Windayanti, M.Pd

Disusun oleh:

Lutfia Salsabila Azzahra

NIM. -

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN GURU MADRASAH


IBTIDAIYAH (PGMI) SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)

PRINGSEWU LAMPUNG

2024
Kata Pengantar

Alhamdulillahi robbil ‘alamin

Puji Syukur atas kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah


melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayahnya kepada kita semua. Semoga Solawat
dan salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.
Telah kami susun sebuah makalah dengan tema Peserta Didik Dalam Pendidikan
Islam, yang mana pengangkatan tema tersebut kami sesuaikan dengan tugas dari
salah satu mata kuliah yaitu Ilmu Pendidikan Islam.

Makalah ini penulis buat selain bertujuan untuk memenuhi tugas yang telah
diberikan kepada kami, juga untuk menjadi sumber pengetahuan bagi mahasiswa
maupun umum seputar dunia pendidikan khususnya pada pendidikan islam. Dalam
dunia pendidikan ada beberapa unsur yang bersifat penting, diantaranya adalah tenaga
pendidik (guru), peserta didik (siswa), dan sarana dan prasarana (lembaga
pendidikan).

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Dr Wiwin Windayanti,


M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam, yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis sehingga dapat menyusun makalah ini dengan
baik.

Sekalipun telah berusaha dengan maksimal, tidak menutup kemungkinan


bahwa ada kekurangan pada buku ini. Maka kami sebagai penulis mohon maaf serta
menerima saran dan kritik dari pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
mahasiswa dan juga para pembaca.

Penulis

ii
Daftar Isi

HALAMAN COVER .........................................................................i

KATA PENGANTAR .......................................................................ii

DAFTAR ISI ......................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................1


B. Rumusan Masalah ...............................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Etika Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam .....................4


B. Karakteristik Peserta Didik .................................................6
C. Urgensi Pengenalan Peserta ................................................11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut KBBI pendidikan adalah proses pengubahan sikap orang tata


laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan;proses, cara, perbuatan mendidik.
Pendidikan menjadi sarana untuk menempuh suatu ilmu yang disertai dengan
kaidah, konsep daan arah tertentu. Sehingga dalam penyelenggaraannya tidak
boleh asal-asalan, karena tentu akan berdampak pada sistem-sistemnya. Oleh
karena itu menjadi urgen tersendiri dalam menyiapkan serta mempelajari
sistem pendidikan tersebut.

Agama islam mewajibkan penganutnya untuk menunut ilmu sebagaimana


yang disabdakan Rasulullah SAW:

‫ِم َطَلُب اْلِع ْلِم َفِريَض لٌةَع َلى ُك ُل ُم ْس ِلم‬

Artinya:

“Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang islam.” (Riwayat Ibnu
Majah)

Ada beberapa ulama berpendapat bahwa agama ini (agama islam) adalah
agama ilmu, agama islam adalah agama universal yang mengajarakan ilmu
untuk kehidupan baik dunia maupun akhirat. Ilmu ialah kumpulan
pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan mempunyai metode-metode
tertentu yang bersifat ilmiah.1 Sementara pendidikan islam dapat diartikan
suatu proses pengajaran untuk menjadi pribadi muslim.

1
Drs. H. M. Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam Jilid I, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2009, hal. 7

1
Beberapa keterangan diatas mengenai pendidikan, maka ada beberapa
komponen yang membentuk pendidikan tersebut. Komponen tersebut
diantaranya ialah tenaga pendidik, peserta didik dan sistem lembaga
pendidikan. Semuanya saling berkaitan dan memiliki peran dan fungsi
masing-masing.

Makalah ini akan membahas salah satu komponen dari pendidikan


tersebut yaitu mengenai peserta didik. Peserta didik merupakan komponen
yang memiliki peranan penting dalam perkembangan pada dunia pendidikan.
Karena yang biasanya menjadi tolak ukur berhasilnya suatu pendidikan adalah
bagaimana berkembangnya potensi dari peserta didik tersebut. Peserta didik
dapat diistilahkan sebagai objek penerima ilmu atau seseorang yang sedang
dalam proses pembelajaran. Akan tetapi disamping itu juga peserta didik
harus menjadi subjek, bilamana peserta didik memiliki peran aktif demi
tercapainya tujuan dari pendidikan.

Peserta didik dalam pendidikan islam ialah sebagai seorang yang memiliki
hak untuk mendapatkan pendidikan, pengetahuan dan pelajaran untuk menjadi
pribadi muslim yang sesuai dengan sumber agama islam yaitu Al-Qur’an dan
As Sunah. Peserta didik berbeda dengan anak didik, peserta didik cakupan
lebih luas tidak hanya melibatkan anak-anak saja akan tetapi orang dewasa
juga. Disisi lain penyebutan peserta didik ini memiliki arti bahwa pendidikan
tidak hanya di ruang lingkup sekolah saja, akan tetapi juga lembaga
pendidikan non formal seperti majlis ta’lim, paguyuban dan lain sebagainya.

Menurut pandangan agama islam manusia adalah sebagai mahluk


pedagogik, yaitu mahluk Allah yang memiliki potensi dapat dididik dan
mendidik. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:

‫َخْيُر ُك ْم َم ْن تعلَّلم القر ان وعلّمه‬

2
Artinya:

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan


mengajarkannya.”(H.R Bukhari)

Perlu kita ketahui pentingnya peran peserta didik dalam pendidikan islam
mengharuskan kita untuk memahami berbagai macam yang menjadi urgensi
dalam peserta didik agar tercapainya pendidikan islam yang sesuai dengan Al-
Qur’an dan As-Sunnah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana etika peserta didik dalam pendidikan islam?
2. Karakteristik peserta didik?
3. Urgensi pengenalan peserta didik?

BAB II

3
PEMBAHASAN

A. Etika Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam

Etika dalam KBBI adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan
tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Jadi, etika peserta didik merupakan
suatu aturan tentang tingkah laku yang harus dilaksanakan dalam proses
pembelajaran guna mencapai kelancaran dalam pendidikan. Pentingnya pengaruh
etika dalam pendidikan sangatlah besar, dimana dalam etika terdapat komposisi
yang akan membentuk karakter dari peserta didik. Peserta didik tidak hanya
diharapkan memiliki kecerdasan yang berdasarkan akal saja, akan tetapi
pendidikan yang lebih penting adalah ketika peserta didik memiliki etika yang
baik dalam masyarakat maupun dalam ruang lingkup sekolah.

Agama islam yang mengatur setiap kehidupan umatnya tentu memiliki


berbagai cara dalam memberikan kebijakan bagi para penganutnya. Al-Ghazali
merumuskan ada sebelas kewajiban peserta didik.

1. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub kepada Allah SWT,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari anak didik dituntut untuk
mensucikan jiwanya dari akhlak yang rendah dan watak yang tercela
2. Mengurangi kecenderungan pada duniawi dibandingkan masalah ukhrowi.
3. Bersikap tawadhu’ (rendah hati)
4. Menjaga pikiran dan pertentangan yang timbul dari berbagai aliran.
5. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji, baik untuk ukhrowi maupun untuk
duniawi
6. Belajar dengan bertahap dengan cara memulai pelajaran yang mudah
menuju yang sukar.

4
7. Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian hari beralih pada ilmu yang
lainnya, sehingga anak didik memiliki spesifikasi ilmu pengetahuan secara
mendalam.
8. Mengenal nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari.
9. Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum ilmu duniawi
10. Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, yaitu ilmu
yang dapat bermanfaat dalam kehidupan dunia akherat.
11. Anak didik harus tunduk nasehat pendidik.2

Setelah itu ada penyempurnaan empat akhlak peserta didik dalam menuntut
ilmu yang telah dirumuskan

1. peserta didik harus membersihkan hatinya dari kotoran dan penyakit jiwa
sebelum ia menuntut ilmu, sebab belajar merupakan ibadah yang harus
dikerjakan dengan hati yang bersih.
2. Peserta didik harus mempunyai tujuan menuntut ilmu dalam rangka
menghiasi jiwa, dengan sifat keimanan, mendekatkan diri kepada Allah.
3. Seorang peserta didik harus tabah dalam memperoleh ilmu pengetahuan
dan sabar dalam menghadapi tantangan dan cobaan yang datang.
4. Seorang harus ikhlas dalam menuntut ilmu dengan menghormati guru atau
pendidik, berusaha memperoleh kerelaan dari guru dengan
mempergunakan beberapa cara yang baik.3

B. Karakteristik Peserta Didik

2
Ali Mufron, M.Pd. I, Ilmu Pendidian Islam, Yogyakarta, Aura Pustaka, 2013, hlm. 84, dalam
kutipan “Abd. Mujib dalam Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta , Kalam Mulia, 2004, hlm.98

3
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…,cet ke-9, hlm. 118-120

5
Menurut Sudirman (1990) Karakteristik siswa adalah keseluruhan pola
kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan
lingkungan sosialnya sehingga menetukan pola aktivitas dalam meraih cita-
citanya. Menurut Hamzah. B. Uno (2007) karakteristik siswa adalah aspek-aspek
atau kualitas perseorangan siswa yang terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar,
gaya belajar kemampuan berfikir, dan kemampuan awal yang
dimiliki.4Karakteristik disebut juga dengan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang membedakan sesorang dari yang lain. Pentingnya memahami
karakteristik dari peserta didik sebagai usaha untuk memperlancar dan
memaksimalkan proses pembelajaran. Selain itu, hal ini didasarkan pada sejumlah
alasan, sebagai berikut. Pertama, bahwa dengan memahami peserta didik dapat
menetukan metode dan pendekatan dalam belajar mengajar. Kedua, bahwa
dengan memahami peserta didik dapat menetapkana materipelajaran yang sesuai
dengan tingkat kemampuannya. Ketiga, bahwa dengan memahami peserta didik
dapat memberikan perlakuan yang sesuai dengan fitrah, bakat, kecenderungan,
dan kemanusiaannya.

Peserta didik yang merupakan suatu unsur penting menjadikan kewajiban bagi
pendidik untuk memahami setiap karakteristik yang beragam. Karakteristik yang
berbeda-beda itu maka dibutuhkan cara khusus dalam memahaminya. Menurut
Smaldino dkk, mengemukakan empat faktor penting yang harus diperhatikan
dalam menganalisis karakter siswa; (1) Karakteristik umum; (2) Kompetensi atau
kemampuan awal; (3) gaya belajar; (4) motivasi.

Cara yang efektif untuk memahami karakteristik peserta didik dengan jalan
menganalisis karakteristik. Analisis karakteristik merupakan salah satu upaya
yang dilakukan untuk memperoleh pemahaman tentang; tuntunan, bakat, minat,

4
Agung Hermawan, Jurnal Mengetahui Karakteristik Peserta Didik Untuk Memaksimalkan
Pembelajaran, Yogyakarta, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

6
kebutuhan dan kepentingan siswa berkaitan dengan satu program pembelajaran
tertentu. Karakteristik dapat dibedakan berdasarkan tingkat usia, kecerdasan,
bakat, hobi, minat, tempat tinggal, dan budaya, serta lainnya. Berbagai latar
belakang perbedaani ini dapat dijelakan sebagai berikut.

1. Karakteristik Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Usia

Dilihat dari sei usia peserta didik dibagi menjadi 5 tahapan, yang masing-
masing tahapan memiliki cirinya masing-masing kelima tahapan ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:

a. Tahap asuhan ( usia 0-2 tahun) atau nenonatus.


- Belum memiliki kesadaran dan daya intelektual.
- Hanya menerima rangsangan yang bersifat biologis dan psikologis
melalui ASI.
- Belum dapat diterapkan interaksi edukasi secara langsung.
b. Tahap jasmani (usia 2-12 tahun) fase kanak-kanak (al-thifl/shabi).
- Memiliki potensi biologis, pedagogis, dan psikologis
- Dapat dibina, dilatih, dibimbing, diberikan pelajaran dan
pendidikan yang disesuaikan dengan bakat, minat dan
kemampuannya.
c. Tahap psikologis (usia 12-20 tahun) fase tamyiz.
- Mampu membedakan baik dan buruk, benar dan salah, dan fase
baligh (mukalaf)
- Dapat dibina, dibimbing dan dididik untuk melaksanakan tugas-
tugas yang menuntut komitmen dan tanggung jawab dalam arti
yang luas.
d. Tahap dewasa ( 20-30 tahun) atau dewasa

7
- Memiliki kematangan dalam bertindak, bersikap , dan mengambil
keputusan untuk menentukan masa depannya sendiri.
e. Tahap bijaksana (30 sampai akhir hayat).
- Menemukan jati diri yang hakiki
2. Karakteristik Peserta Didik Berdasarkan Teori Fitrah

Dalam Al- Qur’an Allah SWT menyatakan:

Maka, hadapkanlah wajahmu kepada agama dengan selurus-lurusnya


(sesuai dengan kecenderungan aslinya);itulah fitrah Allah, yang Allah
menciptakan manusia di atas fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah
Allah, itulah agama yang lurus. Namun kebanyakan manusia tidak
mengetahuinya. (Q.S ar-Ruum(30): 30)

Selanjutnya di dalam hadisnya, Rasulullah SAW menyatakan:

“setiap anak yang dilahirkan memiliki fitrah, sehingga kedua orang


tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”(H.R al-
Aswad bin Sar’i)

ayat dan hadis tersebut sering digunakan oleh pakar pendidikan Islam
untuk membangun teori fitrah manusia, yaitu seperangkat kemampuan dasar
yang memiliki kecenderungan berkembang, yang dalam psikologi disebut
potensialitas atau disposisi, yang menurut aliran psikolgi behaviorisme
disebut prepotence reflexs (kemampuan dasar psikologi yang secara otomatis
dapat berkembang). Didalam pandangan Islam fitrah mengandung makna
kejadian yang didalamnya berisi potensi dasar beragama yang benar dan lurus
(al-dien al qayyim), yaitu islam. Potensi dasar ini tidak dapat diubah oleh
siapa pun atau lingkungan apa pun, karena fitrah itu merupakan ciptaan Allah
yang tidak akan mengalami perubahan baik isi maupun bentuknya dalam tiap
pribadi manusia. Akan tetapi paham ini masih dapat diperdebatkan.

8
Selain itu, ada pula yang berpendapat bahwa fitrah yang ada pada
manusia, adalah sesuatu yang bersifat orisinal, netral, dan ideal. Fitrah
tersebut meliputi potensi rasa ingin tahu dan mencintai kebenaran; potensi
rasa menyukai dan mencintai kepada kebaikan; dan potensi menyukai dan
mencintai keindahan. Termasuk ke dalam pembahasan fitrah ini adalah
adanya kecenderungan alamiah yang bersifat naluri (instinct), yang menurut
teori Maslow, terdiri dari naluri ingin tahu(curiosity), ingin dihormati (digity),
ingin dicintai (lovely), ingi memiliki sesuatu bersifat materi (hedonistik), ingin
mendapatkan rasa aman (security), ingin mendapatkan kekuasaan (autority),
serta ingin mendapatkan dan menikmati keindahan (estetika) dan kebaikan
(etika).5

Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa fitrah


yang ada pada manusia, ialah potensi dasar, yaitu berupa kecenderungan
untuk beragama dan menyukai kebaikan, kecenderungan untuk berilmu dan
menyukai kebenaran, kecenderungan untuk berseni dan menyukai keindahan,
kecenderungan untuk mengikuti nafsu biologis, nafsu syahwat, dan bakat
bawaan yang diberikan oleh orang tua, serta naluri (insting). Semua potensi
tersebut pada asalnya netral, dan dapat menerima pengaruh yang datang dari
luar.

3. Karakteristik Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Kecerdasan


Hasil penelitian yang dilakukan oleh Binet Simon terhadap intelligence
quotient (IQ) manusia, menunjukkan bahwa IQ yang dimiliki oleh setiap
manusia berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Ada yang IQ-nya
tinggi yang selanjutnya disebut dengan orang genius, ada yang rendah atau
tertinggal yang selanjutnya disebut orang yang idiot, debil, dan embisi, dan
ada pula yang sedang-sedang saja yang selanjutnya disebut orang yang pada
5
Prof. DR. H. Abuddin Nata, MA., Ilmu Pendidikan Islam, Prenada Media, 2016 hlm 158

9
umumnya. Dengan demikian diharuskan adanya perbedaan dalam
memberikan pendidikan dan pengajaran.
4. Karakteristik Peserta Didik Berdasarkan Kondisi Sosial Ekonomi
dan Budaya
Kondisi sosial ekonomi adalah kondisi objektif tentang kemampuan
ekonomi peserta didik, serta status sosial yang mereka miliki. Dalam kaitan
dengan latar belakang ekonomi dapat diketahui adanya peserta didik yang
berlatar belakang sebagai orang yang mampu, kurang mampu, miskin,
sangat miskin, atau sedang. Dalam kaitan dengan latar belakang status sosial
dapat diketahui adanya peserta didik yang berlatar belakang sebagai anak
pejabat tinggi, pejabat menengah, pegawai rendahan, dan rakyat biasa.
Selanjutnya, dalam kaitan dengan latar belakang budaya, dapat diketahui
adanya peserta didik yang berlatar belakang sebagai anak yang tinggal dalam
budaya perkotann, perdesaan, budaya daerah tertentu dan lain sebagainya.

Syamsul Nizar mendeskripsikan enam kriteria peserta didik, yaitu :


1. Peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa tetapi memiliki dunianya
sendiri
2. Peserta didik memiliki periodasi perkembangan dan pertumbuhan
3. Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individu
baik disebabkan oleh faktor bawaan maupun lingkungan dimana ia berada.
4. Peserta didik merupakan dua unsur utama jasmani dan rohani, unsur
jasmani memiliki daya fisik, dan unsur rohani memiliki daya akal hati
nurani dan nafsu
5. Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi atau fitrah yang dapat
dikembangkan dan berkembang secara dinamis.

C. Urgensi Pengenalan Peserta

10
Berdasarkan dari tujuan pendidikan yaitu mengembangkan potensi anak
secara maksimal. Sehingga menjadi keuntungan dalam dunia pendidikan baik bagi
anak maupun bagi masyarakat. Dengan demikian, anak didik memandang sekolah
sebagai tempat mencari sumber “bekal” yang akan membuka dunia bagi mereka.
Orang tua memandang sekolah sebagai tempat di mana anaknya akan
mengembangkan kemampuannya. Pemerintah berharap agar sekolah akan
mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga negara yang cakap.
Bimbingan merupakan sebagian dari pendidikan, yang menolong anak tidak
hanya mengenal diri serta kemampuannya tetapi juga mengenal dunia di sekitarnya.
Tujuan bimbingan adalah untuk menolong anak didik dalam perkembangan seluruh
kepribadian dan kemampuannya. Agar dapat menolong anak ia harus dikenal dalam
segala aspeknya dan dalam konteks (situasi) hidupnya dimana ia hidup. Tanpa
pengenalan tidak mungkin kita membuat rencana yang efektif untuk mengadakan
perubahan dalam diri anak tersebut. Bimbingan yang benar dan yang dapat berhasil
harus didasarkan pada pengenalan terhadap dan tentang anak didik yang
dibimbingnya.
Faktor-faktor umum yang perlu dikenal dalam pentingnya pengenalan
tentang anak didik dalam pendidikan ialah:
a. Hakikat anak: anak bukan manusia dalam bentuk kecil, atau seorang dewasa
minus beberapa hal yang belum dimiliki. Anak adalah seorang yang berada pada
sesuatu masa perkembangan tertentu dan mempunyai potensi untuk menjadi
dewasa.
b. Kebutuhan pokok anak: tiap anak membutuhkan hal-hal tertentu dan apabila
kebutuhan itu tidak dipenuhi anak tersebut akan mengalami masalah-masalah
tertentu. Kebutuhan pokok dapat dibagi dalam tiga aspek, yaitu: kebutuhan
jasmani,kebutuhan kejiwaan (psychologis) dan kebutuhan rohani.

11
c. Langkah-langkah perkembangan: Perkembangan anak meliputi segi-segi
jasmani, jiwa dan rohani juga. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh
lingkungan yang mengambil peranan besar dalam membentuk wayak anak.
Dalam perkembangan, ada periode-periode tertentu, dan pada tiap perkembangan
terlihat ada sikap, kecenderungan pola sikap, watak dan tingkah laku tertentu,
yang menunjukkan kesamaan jika dibandingkan dengan yang terlihat pada
teman-teman sebaya
Pentingnya pengenalan tentang anak didik. Dalam hakekat islam anak ialah
yaitu amanah anak memiliki keterkaitan realitas empiris sensual dan transcendental.
Dalam hal ini faktor-faktor yang mendukung dalam berkembangnya pendidikan anak
didalam pengenalan anak didik dalam psikologi pendidikan diantaranya yaitu
empiris sosial psikologis, empiris transendental, anak pada hakekatnya baik, dan
struktur kejiwaan.
1. Empiris sosial psikologis
Dapat diukur dan diamati secara indrawi, Empiris sosial ini dapat dipengaruhi
oleh pengalaman-pengalaman yang dialami oleh anak di dalam ataupun di luar
rumah. Biasanya yang sangat berpengaruh dalam perkembangan pendidikan anak
ialah keluarga. Keluarga adalah komponen penting dalam membina dan
membentuk anak menjadi lebih baik. Kemampuan dan ilmu pengetahuan yang
dimiliki oleh orang tua selaku pendidik dalam rumah tangga sangatlah penting
dalam pengenalan anak didik. Orang tua adalah ujung tombak keluarga dalam
mengembangklan bakat-bakat yang dimilki oleh seorang anak, baik itu
perkembangan fisik maupun perkembang di bidang keilmuan.
2. Empiris transdental
Dalam perkembangan empiris transendental ini guru adalah ujung tombak dalam
mengatur, mengarahkan dan membimbing anak didik kejalan yang lebih baik
sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah dicanangkan bersama. Jadi

12
pengalaman anak dalam pembelajaran yang dilakukan didalam sekolah
merupakan proses dalam perkembangan dan pengenalan anak didik. Teori yang
menyatakan bahwa perkembangan seseorang individu akan ditentukan oleh
empirisnya atau pengalaman-pengalamannya yang diperoleh selama
perkembangan individu itu. Menurut teori ini individu yang dilahirkan itu
sebagai kertas atau meja yang putih bersih yang belum ada tulisan-tulisanya.
Teori empirisme ini dikemukakan oleh John Locke. Jadi pengalaman-
pengalaman anak didik yang diperolah disekolah akan mempengaruhi
perkembangan individu baik itu di bidang fisik maupun keilmuan.
3. Anak pada hakikatnya baik
Jika seorang anak berpeirlaku kurang baik atau tidak dapat menuruti segala
peraturan yang ada baik itu di sekolah maupun di rumah maka anak itu bisa
dikatakan terjadi benturan. Benturan ini bisa terjadi akibat kurangnya perhatian
dari pendidik itu sendiri, baik itu pendidik yang berasal dari rumah tangga yaitu
orang tua dan juga pendidik dari lingkungan sekolah yaitu guru. Pengalaman-
pengalaman yang diberikan oleh pendidi akan sangat berpengaruh terhadap hasil
dan perkembangan anak didik. Baik itu terhadap perilaku sehari-hari maupun
dalam sikap dan sifat yang dimilikinya. Jadi jika seorang anak telah mendapatkan
didikan yang kutrang baik maka hasil dan perkembangan anak didik tersebut
otomatis akan kurang baik pula dan sebaliknya jika seorang anak didik
mendapatkan ilmu dan pengalaman dari pendidik dengan nurisi yang tepat maka
hasilnya pun akan tepat pula.
4. Struktur kejiwaan anak yang dibagi menjadi tiga katagori diantaranya:
a. Nafs mutmainnah, yaitu nafsu yang tibul dari diri anak yang mengajak
kepada kebaikan, selalu menuruti kehendak orang tuanya, tidak membantah
dan selalu taat kepada Allah serta selalu menjalankan peraturan-peraturan
baik itu di lingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah.

13
b. Nafs lawwamah, yaitu jiwa yang sudah sadar dan mampu melihat
kekurangan-kekurangan diri sendiri, dengan kesadaran itu ia terdorong untuk
meninggalkan perbuatan-perbuatan rendah dan selalu berupaya melakukan
sesuatu yang mengantarkan kebahagian yang bernilai tinggi.
c. Nafs amarah, yaitu jiwa yang masih cenderung kepada kesenangan-
kesenangan yang rendah, yaitu kesenangan yang bersifat duniawi. Nafsu ini
berada pada tahap pertama yang tergolong sangat rendah, karena yang
memiliki nafsu ini masih cenderung kepada perbuatan-perbuatan yang
maksiat. Secara alami nafsu amarah cenderung kepada hal-hal yang tidak
baik.
5. Kebutuhan pokok anak
Jauh berbeda dengan kebutuhan pokok orang dewasa. Kebutuhan anak masih
bersifat emosional dan bermain. Hal-hal seperti makanan sehari-hari itu biasanya
anak tidak memperdulikannya kecuali kebutuhan makanan snack/ makanan
ringan. Kebutuhan pkok anak meliputi: kesenangan terhadap permainan,
kesenangan terhadap makanan yang disukainya dan kesenangan terhadap teman
bermainnya. Semakin mengetahui dan mengerti orang tua dalam memenuhi
kebutuhan pokok anak maka semakin membuat anak itu senang dan mudah untuk
menerima pengalaman dan ilmu pengetahuan yang telah disuntikan melalui
kegiatan sehari-harinya.
6. Anak didik tidak boleh diukur oleh kemampuan pendidik
Pendidik ialah ujung tombak bagi kemajuan dan perkembangan potensi anak
didik. Semakin jeli dan ulet seorang pendidik dalam mendidik anak didiknya
maka semakin mudah dan memahami pelajaran yang disampaikan oleh seorang
pendidik. Akan tetapi seorang pendidk tidak boleh menyamakan dirinya dengan
anak didik. Dengan sifat kesabaran dan keuletan diharapkan seorang pendidik
memberikan dan menyuntikan pelajarannya dengan baik tidak dengan paksaan.

14
Anak didik butuh waktu dan proses dalam memahami pelajaran yang telah
diajarkan, karena setiap individu memilki potensi yang berbeda-beda dalam
memahami pelajaran yang telah diterangkan oleh seorang pedidik. Seorang
pendidik harus mengetahui potensi-potensi yang sudah ada ddalam diri anak
didik.6

6
https://www.muttaqin.id/2015/11/makalah-pentingnya-pengenalan-tentang-peserta-didik
diakses pada 10 oktober 2018 pada pukul 17.30 WIB

15
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Peserta didik dalam pendidikan islam ialah sebagai seorang yang


memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan, pengetahuan dan pelajaran untuk
menjadi pribadi muslim yang sesuai dengan sumber agama islam yaitu Al-Qur’an
dan As Sunah. Peserta didik tidak hanya diharapkan memiliki kecerdasan yang
berdasarkan akal saja, akan tetapi pendidikan yang lebih penting adalah ketika
peserta didik memiliki etika yang baik dalam masyarakat maupun dalam ruang
lingkup sekolah. Agama islam yang mengatur setiap kehidupan umatnya tentu
memiliki berbagai cara dalam memberikan kebijakan bagi para penganutnya.
Selain itu, pentingnya memahami karakteristik dari peserta didik sebagai usaha
untuk memperlancar dan memaksimalkan proses pembelajaran. Selain itu, hal ini
didasarkan pada sejumlah alasan, sebagai berikut. Pertama, bahwa dengan
memahami peserta didik dapat menetukan metode dan pendekatan dalam belajar
mengajar. Kedua, bahwa dengan memahami peserta didik dapat menetapkana
materipelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuannya. Ketiga, bahwa
dengan memahami peserta didik dapat memberikan perlakuan yang sesuai dengan
fitrah, bakat, kecenderungan, dan kemanusiaannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Sudiyono M., Ilmu Pendidikan Islam Jilid I , PT Rineka Cipta, Jakarta, 2009.

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…,cet ke-9, hlm. 118-120.


Hermawan Agung, Jurnal Mengetahui Karakteristik Peserta Didik Untuk
Memaksimalkan Pembelajaran, Yogyakarta, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas.

Nata Abuddin, Ilmu Pendidikan Islam, Prenada Media, 2016 hlm 158.
https://www.muttaqin.id/2015/11/makalah-pentingnya-pengenalan-tentang-peserta-
didik.

17

Anda mungkin juga menyukai