Anda di halaman 1dari 13

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

Integrasi Ilmu Najimatul Ilmiyah, S.Pd.,M.Pd

MAKALAH
Saintifikasi Islam

Oleh
Kelompok 6 :
1. Amelia Febrina (210101110892)
2. Novia Sari (210101110263)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI ANTASARI BANJARMASIN
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

‫بــسم هلال ال ّرحمن ال ّرحيــم‬


Segala puji hanyalah bagi Allah SWT, atas segala limpahan karunia, nikmat, dan
petunjuk-Nya sehingga pada akhirnya makalah ini dapat selesai. Shalawat serta salam selalu kita
haturkan kepada panutan kita, Nabi Besar Muhammad Saw, keluarga, sahabat, dan para pengikut
beliau hingga akhir zaman. Alhamduillah atas izin-Nya dan atas kerja sama yang baik dari teman-
teman yang telah memberikan ide-idenya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas penulisan
makalah yang berjudul ”(Saintifikasi Islam)” dengan tepat waktu, sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan.
Kami sampaikan terima kasih banyak kepada ibu Najimatul Ilmiyah, M,Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah ushulfiqih yang telah mempercayakan kepada kami untuk menyelesaikan
makalah ini dengan sebaik-baiknya. Juga kepada kedua orang tua serta teman-teman sekalian yang
selalu memberikan dukungan kepada kami.
Harapan kami, semoga makalah ini mampu memberikan manfaat dalam meningkatkann
pengetahuan sekaligus wawasan kepada kita semua. Penulis berharap kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Banjarmasin, (22 Mei, 2022)

Kelompok 6
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN. ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan Makalah .................................................................................. 1
D. Manfaat Penulisan Makalah ................................................................................ 1
BAB IIPEMBAHASAN. ................................................................................................... 2
A. Hubungan Sains Dan Agama… ........................................................................... 2
B. Pengertian Sainstifikasi Islam ............................................................................. 2
C. Contoh Saintifikasi Islam ..................................................................................... 4
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 5
A. Simpulan ................................................................................................................ 5
B. Saran-saran............................................................................................................ 5
DAFTAR PUSTAKA. ....................................................................................................... 6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Telah lahir sejak 1400 tahun silam. Sepanjang sejarah itu, selain menyiarkan ajaran
agama, para pemimpin Islam juga turut menyebarkan budaya, ilmu pengetahuan, dan
teknologi pada setiap wilayah masyarakat yang didatanginya. Sejak zaman Nabi
Muhammad, Islam telah menyebar luas hingga ke luar wilayah jazirah Arab. Dan pada
masa-masa puncak kejayaan kekuasaan para khalifah agung, Islam merambah masuk
(sebagian menjadi penguasa) di Afrika, Asia Pasifik, dan Eropa bahkan juga ke Amerika.
Islam yang begitu cepat menyebar hampir ke seluruh dunia membawa pandangan
baru dan nilai-nilai baru dalam kehidupan masyarakat. Islam datang dengan membawa
pesan-pesan untuk sebuah kemajuan peradaban yang bernilai dan bertuju pada
kebahagiaan yang haq bagi seluruh ummat manusia. Peradaban yang dibangun di atas
pondasi ilmu yang kuat. Kedudukan ilmu pengetahuan dalam Islam, adalah pegetahuan
sebagai kebudayaan. Islam yang sangat memperhatikan bahkan menjunjung tinggi ilmu
pengetahuan. Intisari peradaban Islam adalah agama Islam atau bahwa intisari peradaban
Islam adalah tauhid, perbuatan yang menegaskan bahwa Islam Allah itu Esa, Pencipta
mutlak lagi utama, Tuhan semesta alam. Tauhid adalah yang memberikan identitas
peradaban Islam, yang mengikat semua bagian-bagian, sehingga menjadikan mereka
suatu badan yang integral dan organis yang kita sebut peradaban. alam semesta adalah
sebuah keutuhan yang integral karena merupakan karya Pencipta Tunggal yang aturan
dan disain-Nya telah memasuki setiap bagian aturan alam semesta tersebut.
Islam memandang bahwa visi mengenai relitas dan kebenaran bukan semata-semata
berkaitan dengan alam fisik dan keterlibatan manusia dalam sejarah, sosial, politik dan
budaya sebagaimana dalam pandangan sekuler Barat terhadap dunia yang dapat dilihat.
Realitas dan kebenaran dimaknai berdasarkan kajian secara metafisis terhadap dunia
yang tampak maupun yang tidak nampak. Dengan demikian Islam memandang realitas
sebagai sesuatu yang kelihatan dan ghaib (dunia-akhirat). Dalam hal ini dunia tidak
dapat dilepaskan dengan akhirat dan akhirat juga dapat dikesampingkan untuk
kepentingan duniawi. Bahwa bagaimanapun preposisi-preposisi al Quran tetap sangat
berpengaruh di dalam apa yang dinamakan sebagai paradigma al Quran itu. Apa yang
dikira lebih penting dikemukakan bahwa dalam epistomologi Islam, wahyu itu sangat
penting. Dan ini yang membedakan dari cabang epistomologi barat yang besar seperti
rasionalisme atau empirisme yang mengakui sumber pengetahuan sebagai hanya berasal
dari akal saja atau observasi saja. Pernyataan bahwa apa yang tidak logis adalah tidak riil
seperti yang menjadi doktrin rasionalisme, sebagaimana pernyataan apa yang tidak riil
adalah tidak logis, seperti dalam doktrin empirisme tampak menjadi terlalu sederhana jika
dilihat dari perspektif epistomologi Islam. Menurut epistomologi Islam, unsur petunjuk
transendental yang berupa wahyu juga menjadi sumber pengetahuan yang penting.
Pengetahuan wahyu, oleh karena itu menjadi pengetahuan apriori. Wahyu menempati
posisisebagai salah satu pembentuk konstruk mengenai realitas, sebab wahyu
diakuisebagai ayat-ayat Tuhan yang memberikan pedoman dalam pikiran dantindakan
seorang Muslim, sehingga dalam konteks ini wahyu menjadi unsurkonstitutif di dalam
paradigma Islam. Sains modern yang berkembang saat ini dianggap mengalami banyak
ketimpangan sehingga menimbulkan dampak sosial masyarakat yang justrusemakin
kehilangan makna fitrah-nya sebagai sebuah kumpulan manusia.Empat puluh tahun
gagasan islamisasi pengetahuan hingga saat ini masihbanyak hanya terdapat dalam tahap
wacana memang belum sepenuhnyamampu memberikan pengaruh yang besar terhadap
diskursus perkembanganilmu dalam Islam. selama ini yang paling marak diwacanakan
adalah ekonomiIslam yang dalam tataran praktis sudah menjamur di berbagai negara di
dunia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa hubungan sains dan agama ?
2. Apa pengertian Saintifikasi Islam ?
3. Contoh Saintifikasi Islam ?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui hubungan sains dan agama
2. Untuk mengetahui pengertian Saintifikasi Islam
3. Untuk mengetahui contoh Saintifikasi Islam

D. Manfaat Penulisan Makalah


Agar para pembaca mengetahui mengenai apa itu Saintifikasi Islam, serta peran
Saintifikasi Islam dalam kehidupan ini. Manfaat penulisan makalah ini juga untuk belajar
memahami masalah dan mencari solusinya. Menerapkan ilmu pengetahuan yang
dipelajari untuk di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hubungan Sains Dan Agama


Dalam pandangan saintis, agama dan ilmu pengetahuan mempunyai perbedaan.
Bidang kajian agama adalah metafisik, sedangkan bidang kajian sains / ilmu
pengetahuan adalah alam empiris. Sumber agama dari tuhan, sedangkan ilmu
pengetahuan dari alam. Dalam beberapa agama dan sains sebenarnya saling
membutuhkan. Agama membutuhkan penjelasan sains tentang fakta-fakta yang ada di
alam, sebagaimana termaktub dalam kitab suci. Al-Qur’an menegaskan agar selalu
meneliti peredaran planet-planet dan meneliti kejadian bumi dan di langit. Sebaliknya,
ilmu membutuhkan agama dalam memberikan dasar moral bagi penerapan dan
kegunaan sains tersebut bagi.kehidupan umat manusia dan lingkungan. Keterjalinan
antara agama dan sains inilah yang merupakan kunci kesuksesan dan kebahagiaan di
dunia.
Sudah bukan menjadi rahasia umum bahwasanya sains dan agama lebih sering tidak
berjalan beriringan dalam kehidupan. Bahkan keduanya sering diibaratkan seperti air
dan minyak atau bumi dan langit, yang senantiasa selalu berseberangan, berlawanan,
mustahil bisa menyatu. Apalagi dimasa Pandemi Covid-19 seperti sekarang ini,
masyarakat seakan-akan terbagi menjadi dua golongan, golongan yang “pro terhadap
sains” dan golongan yang “pro terhadap agama”. Orang-orang yang “pro terhadap
sains” kian meneguhkan kepercayaan mereka terhadap sains. Mereka meyakini hanya
sains (khususnya ilmu kedokteran) yang bisa mengatasi wabah Covid-19 ini. Di sisi
lain, golongan yang “pro terhadap agama” memilih tidak terlalu memperdulikan
protokol pencegahan dan penularan sebagai upaya menangani wabah Covid-19 ini.
Mereka lebih memilih untuk pasrah kepada Tuhan dan tetap berkerumunan dalam
menjalankan ritual keagamaan. Mereka ini beralasan, jika Tuhan tidak mau mereka
tertular, tentunya mereka akan baik-baik saja. Sebaliknya, jika Tuhan menghendaki
mereka tertular, pasti mereka akan tertular. Hal seperti inilah yang semakin
memperkeruh hubungan antara sains dan juga agama.
Namun terlepas dari banyaknya pertentangan antara sains dan agama, sebenarnya ilmu
pengetahuan pun juga tidak dapat dipisahkan dari agama. Al-Qur’an sebagai sumber
rujukan utama bagi umat Islam dan segala pengembangan ilmu pengetahuan,
merupakan sumber utama inspirasi pandangan orang islam tentang keterpaduan ilmu
pengetahuan dan agama.
Al-Qur’an dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan, mendorong manusia
seluruhnya untuk menggunakan akal pikirannya serta menambah ilmu pengetahuan
sebisa mungkin dengan cara menjadikan observasi atas alam semesta ini sebagai alat
untuk mempercayai setiap teori ilmiah baru. Namun dengan demikian itu, Al-Qur’an
bukanlah kitab ilmu pengetahuan. Karena membicarakan pandangan Al-Qur’an
terhadap ilmu pengetahuan bukan dilihat dari banyaknya atau ada tidaknya teori-teori
ilmu pengetahuan dalam Al-Qur’an, melainkan dilihat dari adakah ayat-ayat Al- Qur’an
yang bertentangan dengan berbagai teori ilmiah serta dorongan (spirit), arahan,
bimbingan, dan pedoman untuk mengembangkan ilmu pengetahun. Jika ditilik
sejarahnya, sebenarnya kemajuan dalam ilmu pengetahuan yang menimbulkan masa
renaissance (kebangkitan ilmu) itu sesungguhnya mendapat semangat dan inspirasi dari
ajaran Islam tentang penggunaan akal, perintah melakukan penelitian, pemahaman
rasionalitas melalui kajian terhadap hukum-hukum Tuhan yang ada di alam jagat raya,
perintah mengobservasi dan mengembangkan ilmu sepanjang hayat dalam rangka
melakukan pendekatan diri dengan Tuhan. Namun, ketika ilmu-ilmu yang berasal dari
Islam tersebut masuk ke Barat, mereka tinggalkan aspek spiritual dan moralnya, dan
yang mereka ambil hanya wilayah propannya saja.
B. Pengertian Saintifikasi Islam
Saintifikasi Islam adalah upaya menampilkan Islam menjadi ilmiah dan modern
tidak ketinggalan zaman, Yaitu mengilmiahkan Islam. Saintifikasi Islam adalah upaya
mencari dasar sains pada suatu pernyataan yang “taken for granted” sebagai kebenaran
dalam Islam tentu saja adalah yang bersumber dari Al-Quran dan Hadist, baik
mengenai suatu amal yang harus dilakukan.
Terkait dengan keyakinan (aqidah) seperti keberadaan malaikat, kiamat dan hal
ghaib lainnya, maupun terkait dengan aktifitas ibadah atau muamalah seperti sholat,
puasa, zakat, haji dan lain-lain. Hal-hal yang harus dipercaya (aqidah) tersebut, apabila
sumbernya adalah al-Qur’an atau Hadits mutawatir dan dalalahnya (memahami
sesuatu) tidak multi tafsir, maka ia masuk dalam dalil qath‟i, yang wajib dibenarkan
secara pasti, misalnya: para nabi-nabi terdahulu beserta mukjizatnya, contohnya Nabi
Adam sebagai manusia pertama, Nabi Nuh dengan mukjizat membuat perahu, Nabi
Musa dengan mukjizat membelah laut merah, dan lain sebagainnya.
Pernyataan tersebut adalah hal-hal yang ada di luar dunia empiris, sehingga nilai
kebenarannya sangat tergantung pada sejauh mana penerimaan seseorang pada dalil
qath‟i yang menjadi sumbernya. Berdasarkan dalil qath‟i tersebut maka dikembangkan
penelitian yang berbasis pada Saintifikasi Islam, misalnya: mencari bekas 12 mata air
Nabi Musa, mencari gua Ashabul Kahfi, mencari bekas bulan yang terbelah di masa
Nabi Muhammad, dan lain sebagainya.
Upaya Saintifikasi Islam ini dapat berakibat pendakalan pada pemahaman
terhadap makna ibadah yang diperintahkan Allah karena proses pengilmiahan tersebut
mengakibatkan kita terlalu menyederhanakan kompleksitas ilmu Allah yang ada
dibalik makna ibadah itu. Karena sejatinya sebagai seorang muslim, kita melaksanakan
segala perintah Allah dengan ketaatan dan yakin selalu ada maksud baik Allah dalam
perintah-Nya tersebut.
Dalam Isalamisasi sains, sains dapat diibaratkan sebagai masyarakat Negara maju,
semisal Jepang atau Eropa yang berpakaian rapi, tidak membuang sampah
sembarangan, disiplin, dan mengamalkan nilai-nilai dasar Islam, tetapi orang tersebut
secara syar’I belum memeluk Islam karena belum membaca kalimat syahadatain, tidak
menjalakan shalat, dan seterusnya. Dalam saintifikasi Islam, sebagian ajaran Islam
diumpamakan sebagai sosok yang kumal dan ketinggalan zaman. Karenanya perlu
dipoles dengan dandanan mutakhir yaitu ilmu pengetahuan.
C. Contoh Saintifikasi Islam
Contoh konkrit dalam menjelaskan ajaran Islam menggunakan teori-teori ilmiah
adalah penelitian tentang sholat. Sholat sebagai kewajiban utama umat Muslim terdiri
dari serangkaian gerakan, mulai dari mengangkat tangan ketika takbiratul ihram sampai
dengan menoleh kanan dan kiri sambil mengucap salam. Gerakan sholat
tersebut akhirnya dijelaskan secara ilmiah dengan pendekatan medis, seperti ketika ruku‟
maka melatih kandung kemih agar terhindar dari kanker prostat, i‟tidal dapat
melancarkan pencernaan, sujud dapat melancarkan oksigen ke otak dan meningkatkan
kesuburan wanita, duduk iftirasy dapat mencegah nyeri pangkal paha dan seterusnya.
Banyak sekali penelitian yang terkait dengan Saintifikasi Islam telah dilakukan oleh
para saintifik Muslim. Hal ini dilakukan sebagai upaya mencari dasar sains pada suatu
pernyataan yang dianggap benar dalam Islam. Pernyataan yang dianggap benar dalam
Islam tentu saja adalah yang bersumber dari al-Qur'an dan as-Sunnah, baik itu
mengenai suatu hal yang harus dipercaya (aqidah) atau suatu amal yang harus
dilakukan (muamalah).
Contoh berikutnya praktik berwudhu Sebagai syarat sahnya sholat yang biasa
dilakukan oleh umat Islam sebelum menjalankan ibadah sholat. Berwudhu dapat
membersihkan fisik jasmani pelaku dan mensucikan hati rohaninya. Niat wudhu dan
ketaatan kepada Allah dapat mendekatkan diri kepada Allah secara ruhiyah, sedangkan
menjalankan rukun dan sunnah dalam mengalirkan air pada anggota tubuh tertentu,
memijat, mencuci, dan mengosok-gosokkanya secara ilmiah dapat menjaga kebersihan
badan dan kesehatan tubuh. Apalagi di tengah masa pandemi COVID-19 mematikan
yang muncul pertama kali di Wuhan, China pada akhir tahun 2019. Mohammad Sholeh
(2006) memperkokoh praktik sholat tahajjud dapat meningkatkan respon ketahanan
tubuh manusia dan bermanfaat untuk mengobati berbagai penyakit medis. Penelitian
pengasuh Klinik Terapi Sholat Tahajjud dan trainer pada Pelatihan Sholat Tahajjud ini
berawal dari penasaran dan rasa ingin tahu yang mendalam akan sabda Rasulullah Saw,
“Sholat tahajjud dapat menghapus dosa, mendatangkan ketenangan, dan
menghindarkan dari penyakit” (HR. Tirmidzi). Menurutnya, pasti ada hubungan antara
sholat tahajjud dengan pembuktian sains bahwa ketenangan jiwa dapat meningkatkan
daya ketahanan tubuh imunologik, mengurangi resiko penyakiserangan jantung, serta
dapat meningkatkan usia harapan. Di akhir penelitian yang sempat ditolak oleh pakar
dokter pembimbing yang pertama, pakar psikoneuroimunologi ini meyakinkan secara
ilmiah bahwa sholat tahajjud dapat meningkatkan kekebalan tubuh manusia, Dalam
beberapa kesempatan, Sholeh juga mempertegas bahwa ibadah-ibadah lain memiliki
manfaat praktis yang sama dengan
sholat tahajjud. Praktik ibadah yang ikhlas karena Allah menjanjikan pahala besar di
akhirat, sekaligus dapat dirasakan langsung kebermanfaatannya sebagai obat beberapa
penyakit di dunia. Ibadah menjadi media bertaubat kepada Allah dan berobat untuk
kesehatan jiwa dan raga.

Contoh lainnya lagi yaitu iman yang sering dipahami sebagai pembenaran
di dalam hati, diucapkan dengan lisan serta diamalkan dengan seluruh anggota tubuh
bisa dibuktikan kebermanfaatannya untuk kesehatan tubuh dengan saintifikasi Islam.
Seorang dokter Mohammad Ali Toha Assegaf meyakinkan secara ilmiah bahwa iman
kuat akan berdampak pada tuntunan hidup, pengendalian diri, harapan hidup, dan
ketenangan jiwa yang membuat orang mukmin tidak akan melakukan bunuh diri jika
menghadapi jalan buntu. Iman dapat menjauhkan diri dari sifat galau, putus asa, dan
ketidak mampuan mengendalikan diri. Seperti ilmuwan Barat yang meyakini adanya
kekuatan pikiran (Mind Power) sebagai kekuatan yang bisa menjadi magnet yang dapat
menggerakkan pada hal-hal positif maupun negatif pada diri seseorang.
Ajaran-ajaran yang seperti itu, pada akhirnya oleh sebagian Muslim berupaya untuk
dijelaskan melalui kaca mata sains. Hal ini dilakukan sebagai langkah untuk
menunjukkan kebenaran agama Islam. Penelitian Saintifikasi Islam ini memang selalu
menarik perhatian bagi kaum muslimin, bahkan kadang-kadang lupa menguji
kebenaran sainfitiknya ketika kesimpulannya sudah seolah-olah mendukung dalil.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan

Saintifikasi Islam, merupakan sebuah upaya mencari dasar sains pada suatu
pernyataan yang dianggap benar dalam Islam. Pernyataan yang “taken forgranted”
sebagai kebenaran dalam Islam tentu saja adalah yang bersumber dari al-Qur’an
dan al-Hadits, baik mengenai suatu hal yang harus dipercaya atau suatu amal yang
harus dilakukan. Terkait dengan keyakinan (aqidah) seperti keberadaan malaikat,
kiamat dan hal ghaib lainnya, maupun terkait dengan aktifitas ibadah atau
muamalah seperti sholat, puasa, zakat, haji dan lain-lain.
B. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah
diatas masih banyak kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Maka untuk itu
penulis berharap kritikan yang membangun dari para pembaca untuk bisa
menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. Intervensi Komunitas: Pengembangunan Masyarakat Sebagai Upaya
Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008
Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat daIntervensi Komunitas.
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2001.

Acikgenc, Alparslan, “Holisitic Approach to Scientific Traditions, Islam & Science”, Journal of
Islamic Perspective on Science,Volume 1, Juni 2003, Number 1
Anshori dan Zainal Abidin. 2014. Format Baru Hubungan Sains Modern dan Islam. Profetika.
Vol. 15 No. 1, Juni 2014.

Ahmad, Aziz. 196. Islamic Modernism in India and Pakistan 1857-1964. London: Oxfort
University Press.
https://ahmadsmantho.wordpress.com/2008/04/16/empat-tipologi-hubungan-sains-dan-
agama/.09-05-2015.

Anda mungkin juga menyukai