MAKALAH
Metode Pengajaran
(QS. An-Nahl/16: 125 dan QS Al-A’raf/7: 176-177)
Oleh:
Kelompok 6
الرحيــم
ّ الرحمن
ّ بــسم هللا
Segala puji hanyalah bagi Allah SWT, atas segala limpahan karunia, nikmat, dan
petunjuk-Nya sehingga pada akhirnya makalah ini dapat selesai. Shalawat serta salam selalu
kita haturkan kepada panutan kita, Nabi Besar Muhammad Saw, keluarga, sahabat, dan para
pengikut beliau hingga akhir zaman. Alhamduillah atas izin-Nya dan atas kerja sama yang baik
dari teman-teman yang telah memberikan ide-idenya, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas penulisan makalah yang berjudul ”Metode Pengajaran” dengan tepat waktu, sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan.
Kami sampaikan terima kasih banyak kepada Bapak Idrus S. Pd, M. Pd, selaku dosen
pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi yang telah mempercayakan kepada kami untuk
menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Juga kepada kedua orang tua serta teman-
teman sekalian yang selalu memberikan dukungan kepada kami.
Harapan kami, semoga makalah ini mampu memberikan manfaat dalam
meningkatkann pengetahuan sekaligus wawasan kepada kita semua. Penulis berharap kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
B. Saran .............................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 14
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1. Untuk mengetahui pengertian metode pengajaran.
2. Untuk mengetahui Bagaimana pandangan Al-Qur’an terhadap metode
pengajaran dalam QS. An-Nahl/16: 125
3. Bagaimana pandangan Al-Qur’an terhadap metode pengajaran dalam QS.
Al-A’raf/7: 176-177
D. Manfaat Penulisan Makalah
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai bahan penunjang dari
kajian pembahasan yang terkait dengan pendidikan terutama mengenai Objek
Pendidikan dalam pandangan Al-Quran yang terdapat dalam QS.An-Nahl/16: 125 dan
QS.Al-A’raf/7: 176-177.Kemudian makalah ini dibuat sebagai bahan bacaan kepada
para peserta didik untuk membuka wawasan mengenai Analisis tafsir atau analisis
Tarbawi yang terkandung dalam QS.An-Nahl/16: 125 dan QS.Al-A’raf/7: 176-177.
2
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode Pengajaran
Metode dapat diartikan sebagai cara untuk penyampaian materi pelajaran
kepada anak didik. Menurut Mohammad Athiyah al-Absary mendefinisikan sebagai
jalan yang diikuti untuk memberi kepahaman kepada murid murid dalam segala macam
hal pelajaran dan mata pelajaran, Bertolak pada pandangan tersebut, Al-Qur'an
memiliki berbagai penekatan yaitu metode dalam pendidikan, yakni dalam
menyampaikan materi pendidikan.
Al-Qur'an adalah kalam Ilahi yang diturunkan secara berangsur-angsur sesuai
dengan kejadian-kejadian yang berlangsung, sehingga menjadi lebih melekat dalam
hati, lebih mudah untuk dipahami oleh akal manusia, menuntaskan se gala masalah,
memberikan jawaban atas pertanyaanpertanyaan, juga untuk menguatkan hati
rasulullah SAW dalam menghadapi cobaan dan kesulitan yang beliau hadapi, juga para
sahabatnya1
Diantara keistimewaan yang lain, agar Rasulullah saw membacakan Al-Qur'an
kepada kaum muslimin dengan berlahan-lahan, sehingga mereka menguasainya dengan
sempurna, baik dalam menghafalkannya maupun memahaminya, juga mengamalkan
isinya.2 Dalam literatur Ilmu Pendidikan, khususnya Ilmu Pengajaran dapat ditemukan
banyak metode mengajar. Adapun metode mendidik selain dengan cara mengajar tidak
terlalu banyak dibahas oleh para ahli.
Sebabnya, mungkin metode mengajar lebih jelas, lebih tegas, obyektif bahkan
universal, sedangkan metode mendidik selain mengajar lebih subyektif, kurang jelas,
kurang tegas lebih bersifat seni dari pada sebagai sains. Metode itu banyak sekali dan
akan bertambah terus sejalan dengan kemajuan perkembangan teor-teori pengajaran.
Tak dapat dibayangkan akan sejauhmana perkembangan metode-metode tersebut.
Metode-metode mengajar ini disebut metode umum.
Disebut metode umum karena metode tersebut digunakan untuk mengajar pada
umumnya. Biasanya studi tentang metode mengajar umum disebut dengan
menggunakan istilah metode pengajaran. Disamping itu, ada pula metode pendidikan
1
Abdul Hamid, (2016). Pengantar Studi Al-Qur’an. Jakart: Kencana, Cet-ke. 1, h. 30
2
Abdul Hamid, (2016). Pengantar Studi Al-Qur’an. Jakart: Kencana, Cet-ke. 1, h. 31
3
Islam adalah jalan atau cara yang dapat ditempuh untuk menyampaikan bahan atau
materi pendidikan Islam kepada anak didik agar terwujud kepribadian muslim, karena
pendidikan Islam merupakan bimbingan secara sadar dari pendidik (orang dewasa)
kepada anak yang masih dalam proses pertumbuhannya berdasarkan norma-norma
yang Islami agar berbentuk kepribadiannya menjadi kepribadian muslim.
B. QS. An-Nahl/16: 125
1. Dalil dan Terjemahannya
4
3. Asbabun Nuzul
Surat An-Nahl merupakan surat makkiyah yang terdiri dari 128 ayat.3
Para mufasir berbeda pendapat seputar sebab latar belakang turunnya ayat ini.
Al-Wahidi menerangkan bahwa ayat ini turun setelah Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam menyaksikan jenazah 70 sahabat yang syahid dalam Perang
Uhud, termasuk Hamzah, paman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.4
Al-Qurthubi menyatakan bahwa ayat ini turun di Mekkah ketika adanya
perintah kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, untuk melakukan
gencatan senjata dengan pihak Quraisy. Akan tetapi, Ibn Katsir tidak
menjelaskan adanya riwayat yang menjadi sebab turunnya ayat tersebut.5
Meskipun demikian, ayat ini tetap berlaku umum untuk sasaran dakwah
siapa saja, Muslim ataupun kafir, dan tidak hanya berlaku khusus sesuai dengan
sabab an-nuzul-nya (andaikata ada sabab an-nuzul-nya). Sebab, ungkapan yang
ada memberikan pengertian umum. Ini berdasarkan kaidah ushul:
َّوم ا ْل ِعب َْرةَ ن
ِ وص َل اللَّ ْفظِ ِلعُ ُم
ِ صُ سبَب بِ ُخ
َّ ال
3
As-Suyuthi, 2008, h. 328
4
Al-Wahidi, t.t., h. 440
5
Salamah, 1420 H, h. 613
5
"Yaitu apa yang telah diturunkan kepada beliau berupa Al-Quran dan as-Sunah
serta pelajaran yang baik, yang di dalamnya berwujud larangan dan berbagai
peristiwa yang disebutkan agar mereka waspada terhadap siksa Allah Ta'ala".
5. Analisis Tarbawi
Ada beberapa konsep metode pembelajaran di dalam surat An-Nahl ayat 125,
yaitu:
a) Metode bil hikmah
Yang secara khusus ditunjukkan pada kata kunci (hikmah,
kebijaksanaan). Mengajak kepada jalan Allah dengan cara keadilan dan
kebijaksanaan, selalu mempertimbangkan berbagai faktor dalam proses
belajar mengajar, baik faktor subjek, obyek, sarana, media dan
lingkungan pengajaran. Pertimbangan pemilihan metode dengan
memperhatikan audiens atau peserta didik diperlukan kearifan agar
tujuan pembelajaran tercapai dengan maksimal.
Proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan lancar
manakala ada interaksi yang kondusif antara pendidik dan peserta didik.
Komunikasi yang arif dan bijaksana memberikan kesan mendalam
kepada para siswa sehingga “teacher oriented” akan berubah menjadi
“student oriented”. Pendidik yang bijaksana akan selalu memberikan
peluang dan kesempatan kapada siswanya untuk berkembang.
b) Metode mauizatul hasanah
Karena dalam ayat ini dapat diambil makna tersirat adanya nasihat atau
bimbingan yang baik berupa ajakan kepada dengan cara yang baik. Ibnu
Katsir menafsiri Al-mauidzah hasanah sebagai pemberian peringatan
kepada manusia, mencegah dan menjauhi larangan sehingga dengan
proses ini mereka akan mengingat kepada Allah.
c) Metode wajadilhum billati hiya ahsan atau berdiskusi dengan cara yang
baik, karena secara tersirat dalam ayat ini memberikan gambaran agar
melakukan dialog dan membantah dengan cara yang baik.
6
d) Metode berdebat
Yang secara khusus ditunjukkan pada kata kunci (bantahlah)
dengan cara yang ahsan atau baik. Metode berdebat merupakan salah
satu metodologi pendidikan untuk mendapatkan hasil positif dari
perbantahan argumentasi yang disampaikan oleh masing-masing pihak
yang berbeda pendapat, akan tetapi hasil positif yang dicari dalam debat
akan menjadi nihil apabila perdebatan tersebut dibangun di luar etika-
etika yang diterapkan. 6
Dalam ayat diatas, metode berdebat yang dianjurkan adalah
metode berdebat yang baik dan terpuji atau jadal mamduh yaitu dengan
cara yang sesuai dengan Al-Quran, yaitu didasari oleh niat yang baik,
persuasi yang baik, dan hati yang lapang serta menggunakan etika-etika
sopan santun yang baik7, sedangkan debat yang tidak baik dan harus
dihindari.
Metode berdebat dipandang sangat cocok digunakan oleh
pendidik untuk kegiatan belajar mengajar dengan materi yang ada di
sekitar peserta didik dan isu masyarakat secara umum8. Metode ini
bermanfaat untuk melatih peserta didik dalam menyampaikan
argumentasinya secara ilmiah dan bagaimana cara melobi atau
meyakinkan pihak lain dengan cara yang baik.9 Implementasi metode
debat ini seperti ini dilakukan ketika peserta didik telah memiliki
kemampuan untuk berpikir secara baik dan memahami adab-adab
dengan sempurna.
Metode berdebat ini juga perlu dilakukan dalam rangka
membantah atau mengarahkan peserta didik yang membutuhkan
bimbingan yang lebih khusus.
e) Metode hiwar atau dialog
Yang secara tersirat terkandung didalam ayat ini. Metode hiwar
merupakan metode mengajar yang di dalamnya terdapat komunikasi
langsung yang bersifat dua arah atau hubungan timbal balik yang terjadi
6
Sholeh, 2016, h. 177-178
7
Sholeh, 2016, h. 180
8
Syathariah, 2019, h. 88
9
Syathariah, 2019, h. 88-89
7
secara langsung yaitu antara pendidik dengan peserta didik, yang
bertujuan untuk mencapai kesimpulan atau mengambil manfaat dari
pembicaraan tersebut, di mana pendidik dapat bertanya dan peserta didik
menjawab atau sebaliknya.10
Metode hiwar cocok diimplementasikan untuk pembelajaran
bahasa dan juga dalam rangka mengetahui sejauh mana pemahaman
peserta didik dengan melakukan tanya jawab, sebagaimana yang
dipraktekkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika Jibril
menguji beliau dengan melakukan tanya jawab.11
6. Kesimpulan
Dalam menyampaikan risalah tersebut Nabi Muhammad SAW
memperoleh pedoman yang sangat berharga yaitu berupa prinsip-prinsip dasar
dalam metode menyampaikan materi ajaran Islam yang tercantum dalam surat
An-Nahl ayat 125. Ayat ini memuat tentang prisnsip-prinsip berdakwah
(mengajar, mendidik) yang terdiri bil hikmah, mauziatul hasanah, wajadilhum
billati hiya ahsan, berdebat dan hiwar
C. QS. Al-A’raf/7: 176-177
1. Dalil dan Terjemahannya
Al-A’raf/7:176
ُۚ َ ْ شئْنَا لَ َر َف ْع ٰنهُ بِهَا َو ٰل ِكنَّ ٗ ٓٗه ا َ ْخلَ َد اِلَى
ْ علَ ْي ِه يَ ْله
َث ا َ ْو َ ب ا ِْن ت َ ْحمِ ْل ِ ُۚ ض َواتَّبَ َع َه ٰوىهُ َف َمثَلُ ٗه َك َمث َ ِل ا ْل َك ْل ِ ال ْر ِ َولَ ْو
َص ا ْلقَصَصَ لَعَلَّ ُه ْم يَتَفَ َّك ُر ْون ِ ص ُ َث ٰذ ِلكَ َمث َ ُل ا ْلقَ ْو ِم الَّ ِذ ْينَ َكذَّبُ ْوا بِ ٰا ٰيتِنَ ُۚا َفا ْق ْ تَتْ ُر ْكهُ يَ ْله
10
Indrawan, 2013, h.68
11
Izzan & Saehudin, 2016, h. 134
8
َ ُس ۤا َء َمث َ اًل ۨا ْلقَ ْو ُم الَّ ِذ ْينَ َكذَّبُ ْوا ِب ٰا ٰيتِنَا َوا َ ْنف
َس ُه ْم كَانُ ْوا يَ ْظ ِل ُم ْون َ
12
Departemen Agama RI, Alqur’an dan Tafsirannya jilid III, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), hal. 524-525
13
Ahmad mustofa Al Maragi, Tafsir Al Maragi, pntrjmh: Bahrun Abu bakar, cet II, (Semarang: PT Karya Toha
Putra, 1994), hal. 203
10
Dalam ayat ini Allah menjelaskan lagi betapa buruknya perumpamaan
bagi mereka yang mendustakan ayat-ayat Allah. Mereka disamakan dengan
anjing baik karena kesamaan kebiasaan keduannya. Anjing itu tidak mempunyai
cita-cita kecuali mendapatkan makanan dan kepuasan. Siapa saja yang
meninggalkan ilmu dan iman lalu menjurus kepada hawa nafsu, maka dia serupa
dengan anjing. Orang yang demikian itu sebenarnya menganiaya diri mereka
sendiri14
5. Analisi Tarbawi
a) Metode Perumpamaan
Adapun pengertian dari metode perumpamaan adalah penuturan secara
lisan oleh guru terhadap peserta didik yang cara penyampainnya menggunakan
perumpamaan. Seorang pendidik mengumpamakan seekor anjing yang terus
menjulurkan lidahnya. Dalam hal ini seorang pendidik mengajari anak didiknya
untuk senantiasa bersyukur atas semua nikmat yang telah diberikan Allah
kepada kita. Jangan merasa kekurangan, seperti seekor anjing baik itu ketika ia
lapar, haus, berlari, maupun kenyang, ia terus menjulurkan lidahnya. Kebaikan
metode ini diantaranya yaitu :
• Mempermudah siswa memahami apa yang disampaikan
pendidik
• Perumpamaan dapat merangsang kesan terhadap makna yang
tersirat dalam perumpamaan tersebut.15
b) Metode Cerita (Kisah)
Dalam hal ini, seorang pendidik mengajarkan kepada muridnya dengan cara
menceritakan kisah tentang seseorang yang tidak pernah merasa puas dengan
apa yang telah di milikinya. Seperti Qorun yang tamak akan harta yang
dimilikinya, sehingga dengan ketamakannya itu, Allah menengglamkannya
bersama hartanya tersebut.
14
Departemen Agama RI,” Alqur’an dan Tafsirannya…”, hal. 525
15
M Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal.285-286
11
anjing yang terengah-engah sambil menjulurkan lidahnya sepanjang hidupnya.
Hal ini sama seperti seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan tetapi ia
terjerumus karena mengikuti hawa nafsunya. Ia tidak dapat mengendalikan
hawa nafsunya dengan ilmu yang ia miliki. Seharusnya pengetahuan tersebut
yang membentengi dirinya dari perbuatan buruk, tetapi ternyata baik ia sudah
memiliki hiasan dunia ataupun belum, ia terus menerus mengejar dan berusaha
mendapatkan dan menambah hiasan duniawi itu karena yang demikian telah
menjadi sifat bawaannya seperti keadaan anjing tersebut. Sungguh buruk
kedaan orang yang demikian.
6. Kesimpulan
Dalam ayat tersebut diterangkan bahwa bagi orang-orang yang
mengamalkan ayat-ayat Allah akan di tinggikan derajatnya, dan apabila bagi
orang-orang yang tidak mengamalkan ayat-ayat Allah karena cenderung kepada
dunia dan menurutkan hawa narfsunya. maka Allah tidak akan memberikan
hidayah baginya.Orang yang seperti itu diumpamakan seperti seekor anjing
apabila dihalau ia mengululurkan lidahnya dan apablia dibiarkan ia
mengulurkan lidahnya pula. Begitu hinanya orang yang tidak mengamalkan
ayat-ayat Allah sehingga Allah akan memberikan peringatan kepada orang yang
demikian itu. Dalam ayat ini menggunakan metode cerita dalam ruang lingkup
pendidikan.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tuntunan atau arahan tentang metode pembelajaran yang terdapat di dalam al-
Quran baik secara eksplisit maupun implisit sangatlah lengkap apabila kita
menggalinya secara terus menerus. Dari tiga ayat di atas saja, kita mendapatkan
banyak metode yaitu metode bil hikmah, metode mauizatul hasanah, metode
wajadilahum billati hiya ahsan, metode berdebat, dan metode hiwar. Apabila kita
terus menggali dan mencari di seluruh ayat-ayat al-Quran lainnya, tentunya akan
ditemukan lebih banyak lagi metode pembelajaran.
B. Saran
Dengan memahami dan menerapkan metode pembelajaran yang tepat, maka
kegiatan belajar akan relatif lebih mudah, lebih efektif, lebih efisien dan memiliki
potensi keberhasilan yang lebih besar. Oleh karena itu, para pendidik diharapkan
untuk selalu mengembangkan diri dan menggali berbagai metode yang ada dalam al-
Quran serta berusaha mengimplementasikannya semaksimal mungkin dalam kegiatan
belajar mengajar.
13
DAFTAR PUSTAKA
Rony Sandra Yofa Zebua, Arief Setiawan. (2020). TAFSIR AYAT-AYAT AL-QURAN
Bandung.
Megawati, B., Ahyar, S., Abidin, Z., Wibowo, K. A. A., Syawaluddin, F. A., Sanusi, M., R.,
Ritonga, M., Daulay, A., N., & Budiman, S. (2022). Konsep Pendidikan Islam Menurut
Ahmad Tafsur, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
1992)
Departemen Agama RI, Alqur’an dan Tafsirannya jilid III, (Jakarta: Lentera Abadi,
Ahmad mustofa Al Maragi, Tafsir Al Maragi, pntrjmh: Bahrun Abu bakar, cet II, (Semarang:
14