Anda di halaman 1dari 19

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

Tafsir Tarbawi Idrus S. Pd, M. Pd

MAKALAH

Metode Pengajaran
(QS. An-Nahl/16: 125 dan QS Al-A’raf/7: 176-177)

Oleh:
Kelompok 6

1. Fatiya Nur Aziizah (210101110656)


2. Havina (210101110894)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN
2022
KATA PENGANTAR

‫الرحيــم‬
ّ ‫الرحمن‬
ّ ‫بــسم هللا‬
Segala puji hanyalah bagi Allah SWT, atas segala limpahan karunia, nikmat, dan
petunjuk-Nya sehingga pada akhirnya makalah ini dapat selesai. Shalawat serta salam selalu
kita haturkan kepada panutan kita, Nabi Besar Muhammad Saw, keluarga, sahabat, dan para
pengikut beliau hingga akhir zaman. Alhamduillah atas izin-Nya dan atas kerja sama yang baik
dari teman-teman yang telah memberikan ide-idenya, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas penulisan makalah yang berjudul ”Metode Pengajaran” dengan tepat waktu, sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan.
Kami sampaikan terima kasih banyak kepada Bapak Idrus S. Pd, M. Pd, selaku dosen
pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi yang telah mempercayakan kepada kami untuk
menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Juga kepada kedua orang tua serta teman-
teman sekalian yang selalu memberikan dukungan kepada kami.
Harapan kami, semoga makalah ini mampu memberikan manfaat dalam
meningkatkann pengetahuan sekaligus wawasan kepada kita semua. Penulis berharap kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Banjarmasin, 20 Mei 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................. iii

BAB I PENDUHULUAN ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan Makalah ............................................................................. 1
D. Manfaat Penulisan Makalah ........................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 3
A. Metode Pengajaran......................................................................................... 3
B. QS. An-Nahl/ 16: 125 .................................................................................... 4

1. Dalil dan Terjemahannya ................................................................... 4


2. Mufradat ............................................................................................. 4
3. Asbabun Nuzul................................................................................... 5
4. Analisi Tafsir ..................................................................................... 5
5. Analisis Tarbawi ................................................................................ 6
6. Kesimpulan ........................................................................................ 8

C. Qs. Al-A’rarf/7: 176-177 ............................................................................... 8

1. Dalil dan Terjemahannya ................................................................... 9


2. Mufradat ............................................................................................. 9
3. Asbabun Nuzul................................................................................... 9
4. Analisis Tafsir .................................................................................... 10
5. Analisi Tarbawi .................................................................................. 11
6. Kesimpulan ........................................................................................ 12

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 13


A. Simpulan ....................................................................................................... 13

iii
B. Saran .............................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 14

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Metode merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar mengajar di
lembaga pendidikan. Apabila proses pendidikan tidak menggunakan metode yang
tepat maka akan sulit untuk mendapatkan tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Namun masih saja di lapangan penggunaan metode mengajar ini banyak
menemukan kendala. Kendala penggunaan metode yang tepat dalam belajar
mengajar banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, keterampilan guru belum
memadai, kurangnya sarana prasarana, kondisi lingkungan pendidikan dan
kebijakan lembaga pendidikan yang belum menguntungkan pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar yang variatif
Apa yang ditemukan oleh Ahmad Tafsir (1992;131) mengenai
kekurangrepatan penggunaan metode ini patut menjadi renungan. Beliau
mengatakan pertama, banyak siswa yang tidak serius, main-main ketika mengikuti
suatu materi pelajaran, kedua gejala tersebut diikuti oleh masalah kedua yaitu
tingkat penguasaan materi yang rendah, dan ketiga para siswa pada akhirnya akan
menganggap remeh mata pelajaran tertentu.
Kenyataan ini menunjukkan betapa pentingnya metode dalam proses belajar
mengajar. Tetapi betapapun baiknya suatu metode bila tidak diiringi dengan
kemampuan guru dalam menyampaikan materi maka metode tinggalah metode.
Al-Qur'an sebagai kitab suci umat islam di dalamnya memuat berbagai informasi
tentang seluruh kehidupan yang berkaitan dengan manusia. Karena memang Al-
Qur'an diturunkan untuk umat manusia, sebagai sumber pedoman sumber inspirasi
dan sumber ilmu pengetahuan. Salah satunya dalah hal yang berkaitan dengan
pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian metode pengajaran?
2. Bagaimana pandangan Al-Qur’an terhadap metode pengajaran dalam QS.
An-Nahl/16: 125?
3. Bagaimana pandangan Al-Qur’an terhadap metode pengajaran dalam QS.
Al-A’raf/7: 176-177?
C. Tujuan Penulisan Masalah

1
1. Untuk mengetahui pengertian metode pengajaran.
2. Untuk mengetahui Bagaimana pandangan Al-Qur’an terhadap metode
pengajaran dalam QS. An-Nahl/16: 125
3. Bagaimana pandangan Al-Qur’an terhadap metode pengajaran dalam QS.
Al-A’raf/7: 176-177
D. Manfaat Penulisan Makalah

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai bahan penunjang dari
kajian pembahasan yang terkait dengan pendidikan terutama mengenai Objek
Pendidikan dalam pandangan Al-Quran yang terdapat dalam QS.An-Nahl/16: 125 dan
QS.Al-A’raf/7: 176-177.Kemudian makalah ini dibuat sebagai bahan bacaan kepada
para peserta didik untuk membuka wawasan mengenai Analisis tafsir atau analisis
Tarbawi yang terkandung dalam QS.An-Nahl/16: 125 dan QS.Al-A’raf/7: 176-177.

2
2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Metode Pengajaran
Metode dapat diartikan sebagai cara untuk penyampaian materi pelajaran
kepada anak didik. Menurut Mohammad Athiyah al-Absary mendefinisikan sebagai
jalan yang diikuti untuk memberi kepahaman kepada murid murid dalam segala macam
hal pelajaran dan mata pelajaran, Bertolak pada pandangan tersebut, Al-Qur'an
memiliki berbagai penekatan yaitu metode dalam pendidikan, yakni dalam
menyampaikan materi pendidikan.
Al-Qur'an adalah kalam Ilahi yang diturunkan secara berangsur-angsur sesuai
dengan kejadian-kejadian yang berlangsung, sehingga menjadi lebih melekat dalam
hati, lebih mudah untuk dipahami oleh akal manusia, menuntaskan se gala masalah,
memberikan jawaban atas pertanyaanpertanyaan, juga untuk menguatkan hati
rasulullah SAW dalam menghadapi cobaan dan kesulitan yang beliau hadapi, juga para
sahabatnya1
Diantara keistimewaan yang lain, agar Rasulullah saw membacakan Al-Qur'an
kepada kaum muslimin dengan berlahan-lahan, sehingga mereka menguasainya dengan
sempurna, baik dalam menghafalkannya maupun memahaminya, juga mengamalkan
isinya.2 Dalam literatur Ilmu Pendidikan, khususnya Ilmu Pengajaran dapat ditemukan
banyak metode mengajar. Adapun metode mendidik selain dengan cara mengajar tidak
terlalu banyak dibahas oleh para ahli.
Sebabnya, mungkin metode mengajar lebih jelas, lebih tegas, obyektif bahkan
universal, sedangkan metode mendidik selain mengajar lebih subyektif, kurang jelas,
kurang tegas lebih bersifat seni dari pada sebagai sains. Metode itu banyak sekali dan
akan bertambah terus sejalan dengan kemajuan perkembangan teor-teori pengajaran.
Tak dapat dibayangkan akan sejauhmana perkembangan metode-metode tersebut.
Metode-metode mengajar ini disebut metode umum.
Disebut metode umum karena metode tersebut digunakan untuk mengajar pada
umumnya. Biasanya studi tentang metode mengajar umum disebut dengan
menggunakan istilah metode pengajaran. Disamping itu, ada pula metode pendidikan

1
Abdul Hamid, (2016). Pengantar Studi Al-Qur’an. Jakart: Kencana, Cet-ke. 1, h. 30
2
Abdul Hamid, (2016). Pengantar Studi Al-Qur’an. Jakart: Kencana, Cet-ke. 1, h. 31

3
Islam adalah jalan atau cara yang dapat ditempuh untuk menyampaikan bahan atau
materi pendidikan Islam kepada anak didik agar terwujud kepribadian muslim, karena
pendidikan Islam merupakan bimbingan secara sadar dari pendidik (orang dewasa)
kepada anak yang masih dalam proses pertumbuhannya berdasarkan norma-norma
yang Islami agar berbentuk kepribadiannya menjadi kepribadian muslim.
B. QS. An-Nahl/16: 125
1. Dalil dan Terjemahannya

ُ ‫سبِ ْي ِل ا ِٰلى ا ُ ْد‬


‫ع‬ َ ‫سنَ ِة َوا ْل َم ْو ِع‬
َ َ‫ظ ِة بِا ْلحِ ْك َم ِة َربِّك‬ َ ‫ِي بِالَّت ِْي َوجَا ِد ْل ُه ْم ا ْل َح‬ َ ‫ض َّل بِ َم ْن ا َ ْعلَ ُم ه َُو َربَّكَ اِنَّ ا َ ْح‬
َ ‫س ُن ه‬ َ
َ ‫بِا ْل ُم ْهت َ ِد ْينَ ا َ ْعلَ ُم َوه َُو‬
‫سبِ ْيلِه ع َْن‬

Terjemahan: "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan


pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan carany yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang orang yang
mendapat petunjuk.".
2. Mufradat

4
3. Asbabun Nuzul
Surat An-Nahl merupakan surat makkiyah yang terdiri dari 128 ayat.3
Para mufasir berbeda pendapat seputar sebab latar belakang turunnya ayat ini.
Al-Wahidi menerangkan bahwa ayat ini turun setelah Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam menyaksikan jenazah 70 sahabat yang syahid dalam Perang
Uhud, termasuk Hamzah, paman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.4
Al-Qurthubi menyatakan bahwa ayat ini turun di Mekkah ketika adanya
perintah kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, untuk melakukan
gencatan senjata dengan pihak Quraisy. Akan tetapi, Ibn Katsir tidak
menjelaskan adanya riwayat yang menjadi sebab turunnya ayat tersebut.5
Meskipun demikian, ayat ini tetap berlaku umum untuk sasaran dakwah
siapa saja, Muslim ataupun kafir, dan tidak hanya berlaku khusus sesuai dengan
sabab an-nuzul-nya (andaikata ada sabab an-nuzul-nya). Sebab, ungkapan yang
ada memberikan pengertian umum. Ini berdasarkan kaidah ushul:
َّ‫وم ا ْل ِعب َْرةَ ن‬
ِ ‫وص َل اللَّ ْفظِ ِلعُ ُم‬
ِ ‫ص‬ُ ‫سبَب بِ ُخ‬
َّ ‫ال‬

Artinya: “Yang menjadi patokan adalah keumuman ungkapan, bukan


kekhususan sebab.”
Setelah kata ud‘u (serulah) tidak disebutkan siapa obyek (maf‘ûl bih)-
nya. Ini adalah uslub (gaya pengungkapan) bahasa Arab yang memberikan
pengertian umum (li at-ta’mîm). Dari segi siapa yang berdakwah, ayat ini juga
berlaku umum. Meski ayat ini adalah perintah Allah SWT kepada Rasulallah
SAW, perintah ini juga berlaku untuk umat Islam.
4. Analisis Tafsir
Allah SWT memerintahkan kepada Rasul-Nya, Muhammad shollallohu
'alaihi wa sallam agar menyeru umat manusia dengan penuh hikmah dan
berlemah lembut, serta bagi yang membutuhkan dialog dan tukar pikiran, maka
hendaklah dilakukan dengan tutur kata yang sopan (Ishaq, 2008d, h. 256-257).
Ibnu Jarir mengatakan:

3
As-Suyuthi, 2008, h. 328
4
Al-Wahidi, t.t., h. 440
5
Salamah, 1420 H, h. 613
5
"Yaitu apa yang telah diturunkan kepada beliau berupa Al-Quran dan as-Sunah
serta pelajaran yang baik, yang di dalamnya berwujud larangan dan berbagai
peristiwa yang disebutkan agar mereka waspada terhadap siksa Allah Ta'ala".
5. Analisis Tarbawi

Ada beberapa konsep metode pembelajaran di dalam surat An-Nahl ayat 125,
yaitu:
a) Metode bil hikmah
Yang secara khusus ditunjukkan pada kata kunci (hikmah,
kebijaksanaan). Mengajak kepada jalan Allah dengan cara keadilan dan
kebijaksanaan, selalu mempertimbangkan berbagai faktor dalam proses
belajar mengajar, baik faktor subjek, obyek, sarana, media dan
lingkungan pengajaran. Pertimbangan pemilihan metode dengan
memperhatikan audiens atau peserta didik diperlukan kearifan agar
tujuan pembelajaran tercapai dengan maksimal.
Proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan lancar
manakala ada interaksi yang kondusif antara pendidik dan peserta didik.
Komunikasi yang arif dan bijaksana memberikan kesan mendalam
kepada para siswa sehingga “teacher oriented” akan berubah menjadi
“student oriented”. Pendidik yang bijaksana akan selalu memberikan
peluang dan kesempatan kapada siswanya untuk berkembang.
b) Metode mauizatul hasanah
Karena dalam ayat ini dapat diambil makna tersirat adanya nasihat atau
bimbingan yang baik berupa ajakan kepada dengan cara yang baik. Ibnu
Katsir menafsiri Al-mauidzah hasanah sebagai pemberian peringatan
kepada manusia, mencegah dan menjauhi larangan sehingga dengan
proses ini mereka akan mengingat kepada Allah.
c) Metode wajadilhum billati hiya ahsan atau berdiskusi dengan cara yang
baik, karena secara tersirat dalam ayat ini memberikan gambaran agar
melakukan dialog dan membantah dengan cara yang baik.
6
d) Metode berdebat
Yang secara khusus ditunjukkan pada kata kunci (bantahlah)
dengan cara yang ahsan atau baik. Metode berdebat merupakan salah
satu metodologi pendidikan untuk mendapatkan hasil positif dari
perbantahan argumentasi yang disampaikan oleh masing-masing pihak
yang berbeda pendapat, akan tetapi hasil positif yang dicari dalam debat
akan menjadi nihil apabila perdebatan tersebut dibangun di luar etika-
etika yang diterapkan. 6
Dalam ayat diatas, metode berdebat yang dianjurkan adalah
metode berdebat yang baik dan terpuji atau jadal mamduh yaitu dengan
cara yang sesuai dengan Al-Quran, yaitu didasari oleh niat yang baik,
persuasi yang baik, dan hati yang lapang serta menggunakan etika-etika
sopan santun yang baik7, sedangkan debat yang tidak baik dan harus
dihindari.
Metode berdebat dipandang sangat cocok digunakan oleh
pendidik untuk kegiatan belajar mengajar dengan materi yang ada di
sekitar peserta didik dan isu masyarakat secara umum8. Metode ini
bermanfaat untuk melatih peserta didik dalam menyampaikan
argumentasinya secara ilmiah dan bagaimana cara melobi atau
meyakinkan pihak lain dengan cara yang baik.9 Implementasi metode
debat ini seperti ini dilakukan ketika peserta didik telah memiliki
kemampuan untuk berpikir secara baik dan memahami adab-adab
dengan sempurna.
Metode berdebat ini juga perlu dilakukan dalam rangka
membantah atau mengarahkan peserta didik yang membutuhkan
bimbingan yang lebih khusus.
e) Metode hiwar atau dialog
Yang secara tersirat terkandung didalam ayat ini. Metode hiwar
merupakan metode mengajar yang di dalamnya terdapat komunikasi
langsung yang bersifat dua arah atau hubungan timbal balik yang terjadi

6
Sholeh, 2016, h. 177-178
7
Sholeh, 2016, h. 180
8
Syathariah, 2019, h. 88
9
Syathariah, 2019, h. 88-89
7
secara langsung yaitu antara pendidik dengan peserta didik, yang
bertujuan untuk mencapai kesimpulan atau mengambil manfaat dari
pembicaraan tersebut, di mana pendidik dapat bertanya dan peserta didik
menjawab atau sebaliknya.10
Metode hiwar cocok diimplementasikan untuk pembelajaran
bahasa dan juga dalam rangka mengetahui sejauh mana pemahaman
peserta didik dengan melakukan tanya jawab, sebagaimana yang
dipraktekkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika Jibril
menguji beliau dengan melakukan tanya jawab.11
6. Kesimpulan
Dalam menyampaikan risalah tersebut Nabi Muhammad SAW
memperoleh pedoman yang sangat berharga yaitu berupa prinsip-prinsip dasar
dalam metode menyampaikan materi ajaran Islam yang tercantum dalam surat
An-Nahl ayat 125. Ayat ini memuat tentang prisnsip-prinsip berdakwah
(mengajar, mendidik) yang terdiri bil hikmah, mauziatul hasanah, wajadilhum
billati hiya ahsan, berdebat dan hiwar
C. QS. Al-A’raf/7: 176-177
1. Dalil dan Terjemahannya

Al-A’raf/7:176
ُۚ َ ْ ‫شئْنَا لَ َر َف ْع ٰنهُ بِهَا َو ٰل ِكنَّ ٗ ٓٗه ا َ ْخلَ َد اِلَى‬
ْ ‫علَ ْي ِه يَ ْله‬
‫َث ا َ ْو‬ َ ‫ب ا ِْن ت َ ْحمِ ْل‬ ِ ُۚ ‫ض َواتَّبَ َع َه ٰوىهُ َف َمثَلُ ٗه َك َمث َ ِل ا ْل َك ْل‬ ِ ‫ال ْر‬ ِ ‫َولَ ْو‬
َ‫ص ا ْلقَصَصَ لَعَلَّ ُه ْم يَتَفَ َّك ُر ْون‬ ِ ‫ص‬ ُ ‫َث ٰذ ِلكَ َمث َ ُل ا ْلقَ ْو ِم الَّ ِذ ْينَ َكذَّبُ ْوا بِ ٰا ٰيتِنَ ُۚا َفا ْق‬ ْ ‫تَتْ ُر ْكهُ يَ ْله‬

Terjemahannya : Dan sekiranya Kami menghendaki niscaya Kami tinggikan


(derajat)nya dengan (ayat-ayat) itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan
mengikuti keinginannya (yang rendah), maka perumpamaannya seperti anjing,
jika kamu menghalaunya dijulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya
dia menjulurkan lidahnya (juga). Demikianlah perumpamaan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka
berpikir.
Al-A’raf/7:177

10
Indrawan, 2013, h.68
11
Izzan & Saehudin, 2016, h. 134
8
َ ُ‫س ۤا َء َمث َ اًل ۨا ْلقَ ْو ُم الَّ ِذ ْينَ َكذَّبُ ْوا ِب ٰا ٰيتِنَا َوا َ ْنف‬
َ‫س ُه ْم كَانُ ْوا يَ ْظ ِل ُم ْون‬ َ

Sangat buruk perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami;


mereka menzalimi diri sendiri.
2. Mufradat
Al-A’raf/7:176
Niscaya Kami tinggikan : ُ‫لَ َر َف ْع ٰنَه‬
Dengannya (ayat-ayat) : ‫بِهَا‬
Dia cenderung : ‫أَ ْخلَ َد‬
Kamu menghalau : ‫ت َ ْحمِ ْل‬
Kamu membiarkannya : ُ‫تَتْ ُر ْكه‬
Al-A’raf/7:177
Perumpamaan : ‫َمثَ اًل‬
(mereka) mendustakan : ‫َكذَّبُوا‬
Mereka berbuat dzalim : َ‫يَ ْظ ِل ُمون‬
3. Asbabun Nuzul
Terdapat riwayat yang mengatakan bahwa dia adalah seorang laki-laki
dari bani Israel yang bernama Bal’am bin Ba’ura’. Riwayat lain mengatakan
bahwa orang itu adalah seorang laki-laki dari Palestina yang dictator. Riwayat
lain juga mengatakan bahwa dia adalah orang Arab yang bernama Umayyah bin
Shalt. Adapula riwayat yang mengatakan bahwa dia adalah seseorang yang
hidup sezaman dengan masa Rasulullah, yang bernama Amir al-Fasik. Dan, ada
pula riwayat yang mengatakan bahwa orang tersebut semasa dengan Nabi Musa
a.s. Ada lagi riwayat yang mengatakan bahwa dia hidup sepeninggal Nabi
Musa a.s , yaitu sezaman dengan Yusya’ bin Nun yang memerangi para dictator
bani Israel sesudah mereka kebingungan dan terkatung-katung di padang pasir
selama empat puluh tahun. Yakni, sesudah bani Israel tidak mau memenuhi
perintah Allah untuk memasukinya dan berkata kepada Nabi Musa a.s.,”Maka
pergilah engkau bersama Tuhanmu, lalu perangilah mereka, sedang kami
menunggu di sini.”
Diriwayatkan juga di dalam menafsirkan ayat-ayat yang diberikan
kepadanya bahwa ayat-ayat itu adalah nama Allah yang teragung. Orang itu
berdo’a dengan menyebutnya, lalu dikabulkan do’anya. Sebagaimana juga ada
riwayat yang mengatakan bahwa ayat – ayat itu adalah kitab suci yang
9
diturunkan, sedang dia adalah seorang Nabi. Setelah itu, terdapat keterangan
yang berbeda-beda mengenai perincian cerita tersebut.
4. Analiziz Tafsir
Al-A’raf/7:176
Dalam ayat ini Allah menjelaskan sekiranya Allah berkehendak
mengangkat laki-laki itu dengan ilmu yang telah diberikan kepadanya
kemartabat yang lebih tinggi, tentulah Dia berkuasa berbuat demikian. Tetapi
laki-laki itu telah menemukan pilihannya ke jalan yang sesat. Dia menempuh
jalan yang berlawanan dengan fitrahnya, berpaling dari ilmunya sendiri, karena
didorong oleh keinginan pribadi, yakni kemewahan duniawi. Dia mengikuti
hawa nafsunya dan tergoda oleh setan. Segala petunjuk dari allah dilupakannya,
suara hati nuraninya tidak didengar lagi.
Semestinya, orang yang diberi ilmu dan kecakapan itu, meningkatkan
kejiwaannya, menempatkan dirinya ketingkat kesempurnaan, mengisi ilmu dan
imannya dengan perbuatan-perbuatan yang luhur disertai niat ikhlas dan i’tikad
yang benar. Tetapi laki-laki itu setelah diberi nikmat oleh Allah berupa ilmu
pengetahuan tentang keesaan Allah, dia meningalkan ilmu yang diberikan Allah
kepadanya dan tetap kafir seperti halnya dia tidak diberi apa-apa. Karena itu
dalam ayat berikutnya Allah mengumpamakannya seperti anjing yang
keadaannya sama saja diberi beban atau dibiarkan, dia tetap menjulurkan
lidahnya. Laki-laki yang memiliki sifat seperti anjing ini termasuk manusia
yang paling buruk12
Maka ceritakan hai rasul yang mulia, kisah-kisah tentang orang yang
menyerupai keadaanya dengan keadaan mereka yang mendustakan ayat-ayat
Allah. Dengan kisah-kisah itu diharapkan mereka mau memikirkannya,
sehingga keadaan mereka yang buruk dan perumpamaan mereka yang jelek
akan menyebabkan mereka mau berlama-lama memperhatikan dan berfikir
dengan pikiran yang jernih tentang keadaan diri mereka sendiri dan mau
memandang ayat-ayat Allah dengan mata hatinya, bukan dengan mata nafsu dan
sikapnya yang bermusuhan.13
Al-A’raf/7:177

12
Departemen Agama RI, Alqur’an dan Tafsirannya jilid III, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), hal. 524-525
13
Ahmad mustofa Al Maragi, Tafsir Al Maragi, pntrjmh: Bahrun Abu bakar, cet II, (Semarang: PT Karya Toha
Putra, 1994), hal. 203

10
Dalam ayat ini Allah menjelaskan lagi betapa buruknya perumpamaan
bagi mereka yang mendustakan ayat-ayat Allah. Mereka disamakan dengan
anjing baik karena kesamaan kebiasaan keduannya. Anjing itu tidak mempunyai
cita-cita kecuali mendapatkan makanan dan kepuasan. Siapa saja yang
meninggalkan ilmu dan iman lalu menjurus kepada hawa nafsu, maka dia serupa
dengan anjing. Orang yang demikian itu sebenarnya menganiaya diri mereka
sendiri14
5. Analisi Tarbawi
a) Metode Perumpamaan
Adapun pengertian dari metode perumpamaan adalah penuturan secara
lisan oleh guru terhadap peserta didik yang cara penyampainnya menggunakan
perumpamaan. Seorang pendidik mengumpamakan seekor anjing yang terus
menjulurkan lidahnya. Dalam hal ini seorang pendidik mengajari anak didiknya
untuk senantiasa bersyukur atas semua nikmat yang telah diberikan Allah
kepada kita. Jangan merasa kekurangan, seperti seekor anjing baik itu ketika ia
lapar, haus, berlari, maupun kenyang, ia terus menjulurkan lidahnya. Kebaikan
metode ini diantaranya yaitu :
• Mempermudah siswa memahami apa yang disampaikan
pendidik
• Perumpamaan dapat merangsang kesan terhadap makna yang
tersirat dalam perumpamaan tersebut.15
b) Metode Cerita (Kisah)

Dalam hal ini, seorang pendidik mengajarkan kepada muridnya dengan cara
menceritakan kisah tentang seseorang yang tidak pernah merasa puas dengan
apa yang telah di milikinya. Seperti Qorun yang tamak akan harta yang
dimilikinya, sehingga dengan ketamakannya itu, Allah menengglamkannya
bersama hartanya tersebut.

Jadi, kedua ayat diatas memberikan perempumaan tentang siapapun yang


sedemikian dalam pengetahuannya sampai-sampai pengetahuan itu melekat
pada dirinya, seperti melekatnya kulit pada daging. Namun ia menguliti dirinya
sendiri dengan melepaskan tuntutan pengetahuannya. Ia diibaratkan seekor

14
Departemen Agama RI,” Alqur’an dan Tafsirannya…”, hal. 525
15
M Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal.285-286

11
anjing yang terengah-engah sambil menjulurkan lidahnya sepanjang hidupnya.
Hal ini sama seperti seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan tetapi ia
terjerumus karena mengikuti hawa nafsunya. Ia tidak dapat mengendalikan
hawa nafsunya dengan ilmu yang ia miliki. Seharusnya pengetahuan tersebut
yang membentengi dirinya dari perbuatan buruk, tetapi ternyata baik ia sudah
memiliki hiasan dunia ataupun belum, ia terus menerus mengejar dan berusaha
mendapatkan dan menambah hiasan duniawi itu karena yang demikian telah
menjadi sifat bawaannya seperti keadaan anjing tersebut. Sungguh buruk
kedaan orang yang demikian.

6. Kesimpulan
Dalam ayat tersebut diterangkan bahwa bagi orang-orang yang
mengamalkan ayat-ayat Allah akan di tinggikan derajatnya, dan apabila bagi
orang-orang yang tidak mengamalkan ayat-ayat Allah karena cenderung kepada
dunia dan menurutkan hawa narfsunya. maka Allah tidak akan memberikan
hidayah baginya.Orang yang seperti itu diumpamakan seperti seekor anjing
apabila dihalau ia mengululurkan lidahnya dan apablia dibiarkan ia
mengulurkan lidahnya pula. Begitu hinanya orang yang tidak mengamalkan
ayat-ayat Allah sehingga Allah akan memberikan peringatan kepada orang yang
demikian itu. Dalam ayat ini menggunakan metode cerita dalam ruang lingkup
pendidikan.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tuntunan atau arahan tentang metode pembelajaran yang terdapat di dalam al-
Quran baik secara eksplisit maupun implisit sangatlah lengkap apabila kita
menggalinya secara terus menerus. Dari tiga ayat di atas saja, kita mendapatkan
banyak metode yaitu metode bil hikmah, metode mauizatul hasanah, metode
wajadilahum billati hiya ahsan, metode berdebat, dan metode hiwar. Apabila kita
terus menggali dan mencari di seluruh ayat-ayat al-Quran lainnya, tentunya akan
ditemukan lebih banyak lagi metode pembelajaran.
B. Saran
Dengan memahami dan menerapkan metode pembelajaran yang tepat, maka
kegiatan belajar akan relatif lebih mudah, lebih efektif, lebih efisien dan memiliki
potensi keberhasilan yang lebih besar. Oleh karena itu, para pendidik diharapkan
untuk selalu mengembangkan diri dan menggali berbagai metode yang ada dalam al-
Quran serta berusaha mengimplementasikannya semaksimal mungkin dalam kegiatan
belajar mengajar.

13
DAFTAR PUSTAKA

Rony Sandra Yofa Zebua, Arief Setiawan. (2020). TAFSIR AYAT-AYAT AL-QURAN

TENTANG KONSEP METODE PEMBELAJARAN (PANDUAN PENGEMBANGAN

METODE PEMBELAJARAN) (2nd.). Magister Pendidikan Islam, Universitas Islam

Bandung.

Megawati, B., Ahyar, S., Abidin, Z., Wibowo, K. A. A., Syawaluddin, F. A., Sanusi, M., R.,

Ritonga, M., Daulay, A., N., & Budiman, S. (2022). Konsep Pendidikan Islam Menurut

Alquran Al-Qur’an. Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesia.

Hamid, A. (2016). Pengantar Studi Al-Qur’an. Jakarta: Kencana

Ahmad Tafsur, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya,

1992)

Departemen Agama RI, Alqur’an dan Tafsirannya jilid III, (Jakarta: Lentera Abadi,

2010), hal. 524-525

Ahmad mustofa Al Maragi, Tafsir Al Maragi, pntrjmh: Bahrun Abu bakar, cet II, (Semarang:

PT Karya Toha Putra, 1994), hal. 203

Departemen Agama RI,” Alqur’an dan Tafsirannya…”, hal. 525

14

Anda mungkin juga menyukai