Wahdatul ‘ulum ialah kesatuan ilmu (wahdah artinya satu atau kesatuan dan ‘ulum
artinya ilmu). Dalam wahdatul ‘Ulum kegunaan ilmu, selain untuk tujuan ilmu, juga sebagai
upaya pengenalan Tuhan secara lebih maksimal, sebagaimana disiratkan dalam al-Qur’an
surat Ali Imran/3: 190-191:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), Ya Tuhan kami, tidaklah
Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab
neraka”.
Jadi, dalam wahdatul ulum, ada dua media yang bisa dilakukan dalam mengenal
Allah, yaitu ayat-ayat al-Qur’an (ayat al-Qur’aniyat) sebanyak 6.666 ayat dan ayat-ayat
kawniyat (ayat al-kawniyat), yaitu alam semesta yang jumlahnya tidak terhingga.
a) Menjadikan yang empiris dan metafisis sebagai ontologi ilmu, sehingga ia menyatu
(wahdah).
b) Menyangkut epistemologi, teori Barat merumuskan hanya dua sumber ilmu, yaitu
rasio (akal) dan empiri (indra), di luar yang dua ini dianggap bukan ilmu (sains),
paling pseduo science (ilmu kaleng-kaleng). Maka dalam wahdatul ‘ulum, sumber
ilmu selain akal dan indra, juga hati yang disebut dengan intuisi dan wahyu yang
disebut dengan transendentalisme.
c) Agar kita tahu bahwasannya ilmu pengetahuan Adalah satu. Walaupun
dikembangkandalam berbagai bidang ilmu, semuanya memiliki Kaitan kesatuan
bahwasannya ilmu itupemberian Tuhan.
d) Paradigma Wahdatul "Ulum dengan pendekatan Transdisipliner menjadi filsafat
keilmuan UIN Sumatera Utara sebagai konsep tandingan dari yang diterapkan
Saintisme yang reduksionis.
g) Untuk membuat masyarakat muslim menaati peraturan dan selalu taat kepada allah
swt.
e. Perubahan pendekatan, yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah menjadi
lebih Dalam proses pembelajaran.
Tuhan dan alam sebagai sumber ilmu pengatahuan : ayat qur’aniyah dan kawniyah
Al-Ayat al-Kauniyah
Sehubungan dengan masalah ini Yusuf Ali, salah seorang ahli tafsir al-Qur'an yang
paling terkemuka di zaman modern ini, dalam The Holy Qur'an , yang selanjutnya dikutip
oleh Nurcholish Madjid menulis sebagai berikut:
Semua yang ada di alam tersedia untuk manfaat manusia, melalui kemampuan
berfikirnya dan kemampuan-kemampu-an yang diberikan oleh-Nya (Tuhan) kepada manusia
itu. Manusia harus tidak pernah lupa bahwa itu semua berasal dari Dia. Yakni dari Tuhan,
sebab manusia itu khalifah Tuhan di bumi.
Sesungguhnya dalam menciptakan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan keadaan dan mereka
membayangkan tentang penciptaan langit dan bumi ( seraya berkata): “Ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari
siksa neraka. (QS. Ali Imran/3: 190)