Anda di halaman 1dari 3

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

UJIAN TENGAH SEMESTER T.A 2023/2024

Mata kulliah : Wahdatul Ulum


Prodi/Smt. : AFI / I-B
Dosen : Drs. H. Parluhutan Siregar, M.Ag.
Nama : Affandi El Hakim ( 0401233054 )

Soal :
1. Apa pengertian Wahdatul Ulum menurut Bahasa (dalam Bahasa Inggris dan Indonesia) .
Dan apa pengertiannya menurut istilah?
2. Utarakan secara singkat dan padat landasan hukum, landasan teologi, landasan historis, dan
landasan faktual penerapan Paradigma Wahdatul Ulum di UIN Sumatera Utara!
3. Dalam Ontologi Paradigma Wahdatul Ulum dibahas tentang hakikat alam sebagai objek
studi. Berikan penjelasan singkat tentang hakikat alam sebagai objek studi menurut
Paradigma Wahdatul Ulum dengan merujuk ayat-ayat Al-Qur`an!
4. Pembahasan tentang sumber ilmu pengetahuan dalam Epistemologi Wahdatul Ulum terkait
dengan; (a) sumber hakiki pengetahuan, (b) media yang dapat di teliti, serta (c) instrumen
yang dimiliki manusia untuk menyerap ilmu pengetahuan itu. Kemukakan penjelasan singkat
mengenai ketiga aspek tersebut?
5. Dalam Aksiologi Wahdatul Ulum dibahas; tentang (a) Apakah ilmu itu bebas nilai atau
tidak bebas nilai; dan (b) Manfaat/Kegunaan Ilmu Pengetahuan. Silahkan saudara jelaskan;
a. Apakah ilmu pengetahuan itu bebas nilai atau terikat dengan nilai menurut Paradigma
Wahdatul ulum.
b. Apa saja manfaat/kegunaan ilmu pengetahuan itu Paradigma/Aksiologi Wahdatul ulum.

Jawaban :
1. Wahdatul Ulum adalah sebuah istilah dalam bahasa Arab yang dapat diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris sebagai "Unity of Knowledge" atau "Unity of Sciences." Istilah ini
mengacu pada konsep penyatuan atau kesatuan ilmu pengetahuan, yang menggabungkan
berbagai cabang ilmu pengetahuan dan disiplin ilmiah untuk mencapai pemahaman yang
holistik tentang pengetahuan dan realitas. Dalam bahasa Indonesia, istilah ini biasanya tetap
menggunakan"WahdatulUlum."
Wahdatul Ulûm yang dimaksud adalah paradigma dan konsepsi keilmuan yang berdasar pada
konsep tauhid di mana ilmu pengetahuan yang banyak itu merupakan satu kesatuan dan satu
sama lain saling berkaitan. Jadi, Wahdatul Ulum adalah suatu pandangan bahwa semua ilmu
saling terkait satu sama lain.
2. a. Landasan Hukum: Landasan hukum Wahdatul Ulum terutama berakar dalam ajaran
Islam. Ajaran Islam memandang ilmu pengetahuan sebagai sarana untuk mendekatkan diri
kepada Allah. Prinsip-prinsip etika dan moral yang diatur dalam hukum Islam (syariah)
menjadi dasar bagi pemahaman etika dalam paradigma Wahdatul Ulum.
b. Landasan Teologis: Landasan teologis Wahdatul Ulum didasarkan pada keyakinan tentang
Tuhan dan hubungan antara manusia dan Tuhan. Dalam tasawuf, keyakinan tentang adanya
Tuhannya (Allah) dan aspirasi untuk menyatukan diri dengan-Nya adalah titik teologis utama.
Wahdatul Ulum menekankan bahwa pengetahuan sejati adalah pengetahuan tentang Allah,
dan pengetahuan ilmiah harus dipahami dalam konteks hubungan spiritual dengan Tuhan.
c. Landasan Historis: Landasan historis paradigma Wahdatul Ulum melibatkan sejarah
perkembangan tasawuf dan pengaruhnya dalam pemikiran Islam. Berbagai tokoh sufi seperti
Ibn Arabi dan Jalaluddin Rumi memiliki peran penting dalam mengembangkan konsep-
konsep yang menjadi dasar pemahaman Wahdatul Ulum. Selain itu, sejarah pemikiran dan
praktik sufisme di berbagai wilayah Islam juga memengaruhi landasan historis paradigma ini.
d. Landasan Faktual: Landasan faktual dalam Wahdatul Ulum adalah pengalaman individu
yang mendalam dan pribadi dalam pencarian spiritual. Para penganut Wahdatul Ulum percaya
bahwa pengalaman spiritual mereka, termasuk pengalaman kesatuan dengan Tuhan, adalah
bukti faktual dari kebenaran paradigma ini. Pengalaman-pengalaman ini dianggap sebagai
bukti dari pemahaman mendalam tentang kesatuan pengetahuan dan realitas.
3. Paradigma Wahdatul Ulum dalam tasawuf membahas hakikat alam sebagai objek studi
dengan sudut pandang yang khusus. Mereka melihat alam sebagai manifestasi dari
keberadaan Tuhan, dan ayat-ayat Al-Qur'an digunakan untuk mendukung pandangan ini.
Dalam Paradigma Wahdatul Ulum, alam dilihat sebagai sarana untuk memahami Tuhan dan
mencapai pemahaman yang lebih mendalam tentang hakikat penciptaan. Mereka memandang
alam sebagai tanda-tanda kebesaran Allah, dan dengan mempelajari alam, mereka berusaha
mencapai pemahaman tentang kesatuan antara Tuhan, manusia, dan alam semesta sesuai
dengan ajaran Al-Qur'an. Berdasar pada keyakinan alam semesta ini telah ditata secara teratur
sesuai hukum taqdirullah, maka pada hakikatnya ilmu pengetahuan tentang alam itu adalah :
pengenalan terhadap sistem ilahiyah (divine order / taqdirullah) yang berlaku di alam raya ini.

artinya: “Allah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam
enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Bagimu tidak ada seorang pun
penolong maupun pemberi syafaat selain Dia. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”
(QS.As-Sajdah:4)
4. a. Sumber hakiki pengetahuan: Pada hakikatnya pemlik pengetahuan yang naq (benar) itu
adalah Allah SWT. Karena itu sumber hakiki pengetahuan yang haq itu hanya Allah SWT.
Pengetahuan semacam ini sudah tersimpul dalam Qadha dan Taqdir Allah. Pengetahuan Allah
itu maha sempurna itu adalah bahwa pengetahuan Tuhan itu meliputi segalanya, baik yang
sudah ada, yang akan ada, maupun yang akan tiada. Demikian juga, pengetahuan Tuhan
meliputi yang nyata dan yang tersembunyi (ghaib).
b. Media yang dapat di teliti : Media Allah untuk mentrasfer pengetahuan kepada manusia
adalah Kalam Allah dan Khalq Allah. Kalam Allah adalah ilmu Allah yang diturunkan-Nya
melalui wahyu (kitab-kitab Allah; Al-Qur`an termasuk Hadist Rasul), sedangkan Khalq Allah
adalah wujud manfestasi pengetahuan Allah dalam bentuk nyata berupa alam semesta.
c. Intsrumen yang dimiliki manusia untuk menyerap ilmu pengetauan itu : Untuk menemukan
pengetahuan, manusia dibekali oleh Allah berupa perlengkapan (instrumen atau alat) untuk
menangkap fenomena alam tersebut. Secara umum ada tiga instrumen (alat) yang dimiliki
manusia yang berfungsi untuk menemukan pengetahuan, yaitu indra (al-ḥawāss), fikr (al-
fikr), serta shadr, qalb, fuad, dan lubb (termasuk intuisi). Dalam bahasa kontemporer dikenal
dengan istilah; empiris (al-haqiqah at-tajribiyyah), rasio (al-haqiqah al-‘aqliyyah), dan intuisi
(intuition). Dengan demikian, instrumen penerima pengetahuan terdiri dari inderawi, akal,
intuisi dan semua kesempurnaan yang diperlukannya untuk mengetahui kehendak Ilahi.
Dengan adanya alat atau instrumen tersebut, manusia dapat menangkap pengetahuan dari
sumber-sumber pengetahuan itu. Dengan kata lain, instrumen-instrumen ini merupakan pintu
masuk pengetahuan ke dalam diri seseorang.
5. (a). Dalam Paradigma Wahdatul Ulum, ilmu pengetahuan tidak dianggap sebagai sesuatu
yang bebas nilai atau netral. Sebaliknya, ilmu pengetahuan dilihat sebagai sesuatu yang selalu
terkait dengan nilai-nilai moral dan etika. Dalam pemahaman ini, ilmu pengetahuan tidak
dapat dipisahkan dari konteks nilai-nilai spiritual dan moral. Wahdatul Ulum menganggap
bahwa ilmu pengetahuan harus digunakan untuk mencapai tujuan spiritual yang lebih tinggi
dan untuk meningkatkan pemahaman tentang hubungan manusia dengan Tuhan.
(b).1.Pengetahuan sebagai penguat keimanan.
2.Pengetahuan sebagai sarana memudahkan dalam beribadah kepada Allah.
3.Pengetahuan sebagai sarana untuk kesejahteraan umat manusia.
4. Pengetahuan sebagai sarana menegakkan keadilan sosial.

Anda mungkin juga menyukai