Anda di halaman 1dari 11

Tauhid Sebagai Dasar

Pengembangan Sains Secara Benar


Diajukan sebagai Tugas Kelompok pada Mata Kuliah

Islam dan Sains


Dosen Pengampu
Juhji, M.Pd

Oleh:

Muhammad Adib Al-muyassaro 221250039


Nina Istia Nabila Anwar 221250044
Eltiana Sofita 221250041

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
2023 M/1444 H
1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tauhid berarti mempersatukan Allah, baik dalam arti meyakini bahwa hanya Allah
lah pencipta, pemelihara, dan pemberi makanan maupun dalam keyakinan bahwa hanya
Allah yang berhak disembah, Mempersekutukan Allah adalah syirik, kebalikannya. Dalam
Islam, tauhid adalah hal yang paling penting.
Istilah “teologis” mengacu pada konsep “Tauhid” sebagai paradigma fundamental
fundamental yang akan menjadi paradigma Islam. Akibatnya, kata "tauhid" mengacu pada
pendiri atau yayasan Islam. Karena itu, ilmu pengetahuan dan teknologi harus disebarkan
ke seluruh daratan yang dapat diakses dari Teluk Persia sebagai bagian dari dasar
operasional. Ada lima paradigma yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan Islam
dengan iptek dalam pengertian yang lebih umum. Paradigma pemisahan. Paradigma
spiritual Islam yang juga dikenal sebagai Paradigma menjelaskan bahwa agama adalah
simbol sekaligus bentuk pengetahuan. Sebagai salah satu unsur yang paling tidak kreatif,
Tuhan adalah tantang alam semesta pengetahuan. Kajian tentang hubungan antara Tuhan
dan bangsa Mesir, antara Prinsip Ilahi dan Manifestasi Kosmos merupakan landasan yang
mendasar baik untuk mempelajari dunia spiritual maupun dunia material.

B. Permasalahan
1. Apa Pengertian dari Tauhid?
2. Mengapa Tauhid dijadikan sebagai sumber ilmu?
3. Bagaimana Penciptaan alam dan lainnya oleh tuhan?
4. Mengapa Tauhid dijadikan sebagai dasar pengembangan sains dalam ayat-ayat
Allah?

C. Tujuan
1. Mengetahui makna Tauhid
2. Mengetahui bahwa Tauhid dijadikan sebagai sumber ilmu
3. Mengetahui bahwa Penciptaan Alam dan lainnya oleh Tuhan
4. Mengetahui bahwa Tauhid dijadikan sebagai dasar pengembangan sains dalam
ayat-ayat Allah

2
PEMBAHASAN

1 Pengertian Tauhid

Menurut istilah Agama Islam, Tauhid itu ialah “Keyakinan tentang satu atau Esa-Nya
Tuhan”, dan segala fikiran dan teori berikut dalil-dalilnya yang menjurus kepada
kesimpulan bahwa Tuhan itu satu disebut ilmu Tauhid.
Tauhid adalah meyakini keesaan Allah dalam rububiyah, ikhlas beribadah kepada-
Nya, serta menetapkan bagi-Nya nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Dengan demikian, tauhid
ada tiga macam: tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah serta tauhid asma' wa sifat.
Kata bahasa arab wahhada, yang berarti menyatukan, menjadikan satu, merupakan
akar kata tauhid. Terjemahan umum Tauhid adalah "keesaan Tuhan". Al-Qur'an tidak
menggunakan istilah "monoteisme". Namun, konsep keesaan Tuhan sering disebutkan
dalam Al-Qur'an, seperti dalam QS.al-Ikhlas (112), yang menyatakan: Salah satu sifat
Tuhan, al-Shamad, yang berarti "yang bergantung-meminta segalanya," dijelaskan dalam
ayat 1 sampai 4. Ayat ini diturunkan ketika Nabi Muhammad sedang menjawab pertanyaan
dari orang-orang Yahudi tentang 250 cara Islam menggambarkan Tuhan. Tauhid
digambarkan sebagai bagian dari fitrah manusia dalam Al-Qur'an (QS). al-Rüm (30): 30),
selain gagasan dasar agama samawi (QS. al-Anbiya' (21): 25)
Konsep “tauhid rububiyyah” mengacu pada kenyataan bahwa Allah adalah satu-
satunya Pencipta (Al-Khaliq), Penguasa Alam Semesta (Al-Mudabbir), Maha Kuasa (Al-
Malik), dan Pemberi Rezeki (Ar-Razzaq). ). Kesatuan ini tercermin dalam tindakan Allah.
Kedua: Tauhid uluhiyyah adalah keesaan Allah dalam perbuatan hamba; yaitu,
sebagai hamba, kita hanya bisa menyembah Allah; tidak ada orang lain yang bisa
melakukannya. Shalat, tawaf, kurban, dan nazar adalah semua bentuk ibadah yang hanya
bisa ditujukan kepada Allah.
Ketiga: Kesatuan nama dan sifat Allah diwakili oleh Tauhid Asma wa Atribut.
Seperti yang ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya, kami memberikan nama dan atribut
Allah. Beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat tersebut tanpa melakukan takwil
(mengubah makna), tak-thil (menolak sebagian sifat Allah), takyif (memvisualisasikan atau
menjelaskan bagaimana sifat Tuhan diwujudkan), tam-tsil (menyamakan sifat Tuhan
dengan sifat makhluk). ), atau tafwidh (tidak mau mencari tahu apa arti sifat Tuhan).
Tinjauan terhadap ideologi tauhid yang melandasi hubungan antara keduanya
mengungkapkan tiga paradigma untuk memahami hubungan antara tauhid dan ilmu

3
pengetahuan secara keseluruhan. Model sekuler paradigma Islam, yang memandang agama
sebagai landasan dan pengatur kehidupan, dan paradigma sosialis Selanjutnya, Tuhan
adalah pengetahuan tentang alam semesta sebagai hasil tindakan kreatif ilahi. Fondasi yang
paling mendasar bagi kesatuan sains dan pengetahuan spiritual adalah memahami
hubungan antara Tuhan dan dunia, pencipta dan ciptaan, atau prinsip Ketuhanan dan
manifestasi kosmik.

2.Tauhid Sebagai Sumber Ilmu


Istilah “teologis” mengacu pada konsep “Tauhid” sebagai paradigma fundamental
fundamental yang akan menjadi paradigma Islam. Akibatnya, kata "tauhid" mengacu pada
pendiri atau yayasan Islam. Karena itu, ilmu pengetahuan dan teknologi harus disebarkan
ke seluruh daratan yang dapat diakses dari Teluk Persia sebagai bagian dari dasar
operasional. Ada lima paradigma yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan Islam
dengan iptek dalam pengertian yang lebih umum. Paradigma pemisahan. Paradigma
spiritual Islam yang juga dikenal sebagai Paradigma menjelaskan bahwa agama adalah
simbol sekaligus bentuk pengetahuan. Sebagai salah satu unsur yang paling tidak kreatif,
Tuhan adalah tantang alam semesta pengetahuan.
Tauhid sebagai landasan pijak pengembangan sains dapat dilacak pada
terbentuknya geneologinya konsepsi tentang Tuhan dalam pengertian yang spesifik. Bahwa
Tuhan adalah pengetahuan tantang alam semesta sebagai salah satu efek tindak kreatif ilậhi.
Pengetahuan tentang hubungan antara Tuhan dan dunia, antara pencipta dan ciptaan, atau
antara prinsip Ilahi dengan manifestasi kosmik, merupakan basis paling fundamental dari
kesatuan antara sains dan pengetahuan spiritual.
Kajian tentang hubungan antara Tuhan dan bangsa Mesir, antara Prinsip Ilahi dan
Manifestasi Kosmos merupakan landasan yang mendasar baik untuk mempelajari dunia
spiritual maupun dunia material. Mereka yang logika imannya aktif bisa binasa, tetapi
mereka yang logika imannya pasif akan selalu menimbulkan keraguan dengan dalih
pengetahuan diri, dengan rasionalitas indranya dan keterbatasan pikirannya. Penegasan
siapa pencipta alam semesta ini akan mengguncang hati dan pikiran orang-orang yang
logika imannya aktif. mengakibatkan berkembangnya teori materialisme. Salah satu aliran
filsafat yang dikembangkan oleh para filosof Yunani kuno adalah materialisme. Aliran
pemikiran yang dikenal sebagai materialisme berpendapat bahwa semua realitas adalah
materi. Alam semesta telah ada untuk waktu yang tak terbatas, menurut teori ini. Kaum
4
materialis berpendapat bahwa alam tidak berawal atau berakhir. Selain itu, teori ini
berpendapat bahwa alam semesta tidak diciptakan melainkan ada secara mandiri.
Menurut Al-Faruqi sebagai prinsip pengetahuan, tauhid adalah pengakuan bahwa
Allah sebagai kebenaran Al-Haq itu ada, dan bahwa Dia itu Esa. Jadi setiap orang yang
meragukan kebenaran Allah, dan sebagai sumber kebenaran adalah Allah swt adalah
perbuatan syirik. Al-Faruqi berpendapat menjadi seorang muslim berarti bahwa didalam
kesadaran kita senantiasa mengingat Allah. Karena Dia adalah Pencipta dan Hakim.
Seseorang yang menjadi Islam berarti mengerjakan segala sesuatu seperti yang
dikehendakiNya dan demi dia semata-mata.
Tauhid merupakan penegasan dari kesatupaduan sumber-sumber kebenaran.
Tuhan adalah pencipta alam dari mana manusia memperoleh pengetahuannya. Objek
pengetahuan adalah pola-pola alam yang merupakan hasil karya Tuhan (kehendak dan
kuasanya). Tuhan mengetahuinya secara pasti, sebab Dia adalah penciptanya dan secara
pasti pula Dia adalah sumbernya, dan pengetahuan-Nya adalah mutlak dan universal. Allah
sebagai Rabbul Alamin yaitu sebagai pencipta alam beserta segala isinya. Rabb artinya
mendidik dimana Allah sebagai pendidik. Allah hanya memberi fasilitas hidup bagi
manusia dengan kelengkapan diri manusia tersebut. Dan manusia yang mengusahakan
bagaimana mengembangkan bakat kognitif, psikomotorik, maupun akhlak budi pribadinya,
untuk menetapkan status didunia dan diakhirat nantinya. Tetapi manusia tidak boleh
sombong karena hakikatnya Allah yang memberikan ilmu pengetahuan yang dimiliki
manusia tersebut.
Islamisasi ilmu pengetahuan pada hakikatnya ingin menghubungkan kembali ilmu
pengetahuan dan agama dalam visi modern dan memandang ilmu pengetahuan sebagai
upaya manusia untuk membuka rahasia-rahasia sunnatullah yang semuanya disadari oleh
kesadaran bahwa agama dan ilmu pengetahuan merupakan Karunia Allah kepada manusia.
Tauhid adalah inti ajaran Islam sehingga islamisasi ilmu tidak memiliki cara lain kecuali
diawali dari akidah tauhid (mengesakan Allah) yang benar. Makna dari memahaminya
adalah mengakui bahwa:
1. Tuhan itu ada dan Dia-lah Allah.
2. Allah itu Esa dalam Dzat (tak ada Tuhan lebih dari satu dan tak ada sekutu baginya),
sifat (tak ada dzat lain yang memiliki sifat-sifat ketuhanan yang sempurna), maupun
perbuatan-Nya (tak seorang pun dapat melakukan perbuatan seperti yang dilakukan
Allah).
5
3. Allah menurunkan agama yang benar, yaitu Islam, sebagai pedoman hidup manusia.

3. Penciptaan Alam, Manusia dan lainnya oleh tuhan


Kebesaran dan kekuasaan Tuhan ditunjukkan melalui penciptaan alam. Pernyataan
tersebut menunjukkan keunggulan ilmu Allah atas ilmu kita sendiri. Tuhan dapat dengan
mudah menciptakan dan menghancurkan seluruh alam semesta. Sikap bersahabat dengan
alam yang lebih baik adalah bukti rasa syukur atas segala nikmat alam semesta. Ayat-ayat
kosmologis Al-Qur'an adalah indikasi lain dari fakta alam semesta. Mereka berdua saling
menjelaskan. Baik makrokosmos maupun mikrokosmos adalah contoh nyata betapa
baiknya Dia kepada manusia di Bumi ini. Sebagai contoh bagaimana kekuasaan Allah SWT
menciptakan manusia sebagai mikrokosmos di Bumi, setelah kita bahas bagaimana Allah
SWT menghidupkan dan mematikan manusia. Sebagai makhluk dengan keunggulan
dibandingkan makhluk lain dan proses unik yang menghasilkan dua kematian dan dua
kehidupan. Surat Al-Baqarah ayat 29 menjelaskan tentang proses penciptaan makhluk
makrokosmos seperti langit dan bumi oleh Allah SWT. Ayat tersebut memperjelas siapa
yang menciptakan alam semesta—bukan kekuatan alam apalagi sebuah kebetulan.
Penegasan siapa pembuat alam semesta ini akan mengguncang hati dan jiwa mereka yang
alasan keyakinannya dinamis, bagi mereka yang alasan keyakinannya yang tidak terlibat
adalah naas sampai mati, dia akan terus-menerus mengajukan pertanyaan di bawah kepura-
puraan diri. informasi, dengan kearifan fikiran dan keterbatasan otaknya. Kedua, Bumi
terbentuk sebelum langit ada.
Bukti yang disajikan dalam ayat ini menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa
Ta'ala memulai penciptaan-Nya dengan menciptakan bumi dan kemudian tujuh lapisan
langit. Memang, mulai dari bawah dan naik ke atas adalah cara Anda membangun sesuatu.
Namun, poin utama dari ayat ini adalah, dari sudut pandang praktis, bumi lebih mudah
dijangkau manusia daripada langit. Menurut banyak ayat, langit akan naik mendahului
bumi. Menurut sains modern, alam semesta jauh lebih tua dari Bumi, yang diperkirakan
berumur 4,5 miliar tahun. Usianya diperkirakan 15 miliar tahun. Sementara itu, manusia
baru ada di Bumi selama jutaan tahun, seperti manusia pertama di Sangiran dan Flores.
Oleh karena itu, kehadiran manusia di Bumi tidak ada artinya jika dibandingkan dengan
sejarahnya yang sangat panjang. Al-Qur'an telah memberikan penjelasan awal terjadinya
peristiwa alam, keajaiban terbesar yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
6
4. Tauhid sebagai dasar pengembangan sains dalam ayat ayat Allah
Bidang ilmiah yang dikenal sebagai ilmu alam (IPA) berfokus pada studi tentang
makhluk yang dapat diamati di alam. Sains sebagai produk dan sains sebagai proses
merupakan dua aspek sains yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai hasil temuan para
ilmuwan, pengetahuan ilmiah yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori disebut
sains sebagai produk. sedangkan sains sebagai proses memberikan penjelasan yang lebih
baik tentang bagaimana sains diperoleh atau dikembangkan melalui penyelidikan.
Data dikumpulkan melalui penggunaan alat ukur, termasuk pendengaran dan
penglihatan. Fenomena alam ini dipelajari. Untuk membangun hipotesis, data yang
dihasilkan dianalisis pola atau keteraturannya, observasi dilakukan untuk mengumpulkan
data, dan interpretasi dilakukan sampai hipotesis didukung atau tidak. sehingga IPA
diperoleh setelah melalui proses pengujian secara ilmiah. Jika Anda memperhatikan proses
produksi sains, Anda akan melihat bahwa sains sangat menekankan observasi dan
observasi, serta analisis dan interpretasi yang logis dan sistematis. Tahapan-tahapan
tersebut dilakukan secara sistematis, atau metode ilmiah.
Ide dasarnya adalah integrasi agama dan sains, esensi tauhid, dan tauhid dan sains.
Internalisasi Nilai-nilai Tauhid dalam Pendidikan Sains Internalisasi secara etimologis
berkaitan dengan suatu proses.
Internalisasi adalah proses yang dilalui seseorang sepanjang hidupnya dalam hal
menerima dan menjadikan dirinya sebagai bagian dari berbagai sikap, cara mengungkapkan
perasaan atau emosi, pemenuhan keinginan, nafsu, atau keyakinan, norma Internalisasi
Nilai-Nilai Tauhid dan nilai-nilai kelompok lainnya.
Internalisasi dapat terjadi dalam berbagai cara dan tahapan. Internalisasi, menurut
beberapa ahli, merupakan potensi dunia. afektif yang terjadi setelah tahap penerimaan,
pemahaman, respon, dan evaluasi telah selesai. Tahapan-tahapan yang dapat ditempuh
untuk mencapai internalisasi nilai dan pelarangan nilai adalah sebagai berikut:
orientasi/informasi, pemberian contoh dan bukan contoh, pelatihan/pembiasaan atau
latihan, refleksi atau umpan balik, dan tindak lanjut dan penguatan yang semuanya penting.
komponen.
Diharapkan dengan menginternalisasi makna tauhid dalam literatur ilmiah,
masyarakat akan percaya bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Allah dan tidak disia-
siakan. Mereka juga akan beriman kepada ketundukan dan sifat-sifat serta keteraturan dari
7
sesuatu yang diciptakan Allah (sunatullab) agar manusia dapat mempelajarinya.
Sebagaimana tertuang dalam tujuan pendidikan nasional, semua ini akan memfasilitasi
berkembangnya sikap positif, ketakwaan terhadap kebesaran, kekuasaan, dan kasih sayang
Allah, yang akan menjadi motivasi untuk bersyukur dan meningkatkan keimanan dan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Ilmu yang tadinya hanya bersifat ilmiah dan
hanya dapat mengembangkan potensi kognitif menjadi ilmu yang juga dapat
mengembangkan potensi afektif (hati nurani), yang disebut sebagai internalisasi nilai tauhid
dalam materi ilmiah. Menginternalisasi nilai tauhid berarti menanamkan atau memasukkan
nilai tauhid dalam materi keilmuan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengungkapkan pesan
moral, hikmah, atau nilai materi ilmiah dari perspektif agama. Misalnya, cukup dijelaskan
bahwa air adalah senyawa kimia dengan rumus molekul H2O ketika membahas masalah
air. Perlu juga dijelaskan bahwa air diberikan Tuhan kepada manusia untuk digunakan
sebagai sumber kehidupan bagi semua makhluk-Nya, termasuk manusia, tumbuhan, dan
hewan. dan juga dijelaskan tentang pengelolaan dan prosedur pengolahannya. Siswa akan
memiliki keinginan yang kuat untuk melihat air sebagai sumber ekonomi (bisnis) dan
bahkan akan dapat menghargai air dalam arti menjaga dan melestarikannya berkat
penyajian seperti ini, yang akan berdampak sangat positif terhadap hasil belajar siswa. .
Siswa dapat menggunakan sikap ini untuk mengingat siapa yang memberi mereka air.
Dengan demikian diharapkan pendidikan terpadu ini dapat membantu manusia berhasil di
dunia dan di masa depan sesuai dengan tujuan mulia pendidikan nasional. Poin
mendasarnya adalah bahwa agama dan ilmiah tidak dapat dipisahkan.

Di antara pantangan tersebut adalah:


A. Sederhana, artinya tidak perlu dicari kaitannya jika sebenarnya tidak ada
kaitannya secara substansi. Nilai-nilai tauhid hanya dapat diinternalisasikan secara
terbatas untuk tujuan pengarahan, yang dapat dilakukan pada awal atau akhir mata
kuliah sains tanpa melakukan pengintegrasia Internalisasi Nilai-Nilai Tauhid.
B. Tujuan agama bukan untuk menjelaskan sains; Namun, jika agama menyebutkan
materi sains, agama menjadi hakim, acuan, dan standar.
C. Dengan sains, pemahaman tentang beberapa bagian agama akan lebih baik dan
kuat karena banyak yang tertulis dapat dijelaskan oleh sains, banyak yang tidak
detail atau hanya detail, maka sains merincinya, sehingga bagi para ilmuwan itu
tingkat dogmatis agama agak berkurang, asalkan sains dipahami dalam batas-batas
8
tertentu seseorang tidak dapat memahami dunia yang tidak empiris, dan kegagalan
sains untuk memberikan pemahaman tentang syariah tidak berarti bahwa kita
dapat menolaknya.
Internalisasi sains terkait agama (al-Qur'an/hadits) dapat dimulai dengan penugasan
siswa untuk mencari dalil-dalil terkait sains dalam Alquran/hadits. Upaya ini terutama
bertujuan untuk menanamkan budaya membaca al-Qur'an dan hadits serta
menggunakannya sebagai landasan untuk mempelajari ilmu dalam hal memotivasi siswa
dan memahami batasan-batasan sebagai standar ilmu (agar ilmu tidak melanggar al-Qur'an
dan hadits). . Untuk situasi ini penting ditekankan kepada para pembelajar bahwa Al-
Qur'an/hadits memiliki kemampuan sebagai patokan ilmu. Tentu saja, ini hanya aturan
umum; spesifiknya ada dalam sains itu sendiri. Mirip dengan hadits Rasulullah SAW yang
berfungsi untuk menggambarkan dan menjelaskan Al-Qur'an dalam hal ibadah, hal ini
mudah dipahami. Dengan cara yang sama, sains harus mampu mendeskripsikan dan
menjelaskan Hadits dan Al-Qur'an dalam batas kemampuannya mempelajari alam.
sehingga meningkatkan pemahaman agama non-dogmatis. Guru sangat perlu menjelaskan
hal ini kepada siswa agar tidak salah paham dan beranggapan bahwa sains lebih baik
daripada agama karena dapat menjelaskan sesuatu dengan lebih detail. Sikap ini akan
menimbulkan keyakinan bahwa sains adalah segalanya, bahwa sains cukup, dan agama
tidak diperlukan. Integrasi sains dan agama adalah metode yang digunakan untuk tahap
selanjutnya, internalisasi. Tujuan integrasi tidak hanya untuk meningkatkan pemahaman
tetapi juga untuk memaksimalkan potensi afektif (hati nurani), dan subjek yang sama dikaji
dari perspektif agama dan ilmu pengetahuan. Dalam Al-Qur'an, Allah dengan jelas
menjelaskan "proses terjadinya hujan" sebagai contoh, dan dalam sains juga merupakan
salah satu materi. Dalam hal ini, integrasi adalah pilihan.

9
KESIMPULAN
1. Kesatuan kebenaran dan kesatuan pengetahuan -yang merupakan prinsip ketiga
dari lima prinsip proyek Islamisasi Ilmu pengetahuan- adalah pijakan dasar dari
konsep Keesaan Tuhan dan Kesatupaduan Kebenaran Ilmu Pengetahuan”
2. Iman dalam Islam merupakan sebuah keyakinan yang membuat kebenaran iman
sama kukuhnya dengan kesaksian inderawi, bahkan lebih. Ini sangat berbeda
dengan “iman” kristen, dan beda pula dengan filsafat skeptisisme
3. Keesaan Tuhan dan Kebersatupaduan Kebenaran ialah penegasan akan keesaan
Tuhan dan tunggalnya kebenaran yang berimplikasi pada pernyataan bahwa Tuhan
itu satu, dan tidak ada Tuhan selain-Nya.
4. Antara kebenaran wahyu dan kebenaran akal tidak ada saling bertentangan, bahkan
saling melengkapi

10
DAFTAR PUSTAKA

Audah, M. (2018). Transformasi Nilai-Nilai Tauhid Dalam Perkembangan Sains dan


Tekhnologi. Jurnal Ilmu Aqidah, 4(2),252-268

Bakar, D. (2008). Tauhid dan Sains. Bandung: Pustaka Hidayah.

Darmana, A. (2021). Internalisasi Nilai Tauhid Dalam Pembelajaran Sains. Jurnal Uin Sgd,
66-69.

Hakim, A. A. (2009). Metodologi Studi Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Hilda, L. (2015). INTERNALISASI NILAI-NILAI TAUHID PADA MATA


PELAJARAN SAINS DI SDIT BUNAYYA PADANGSIDIMPUAN. Jurnal
Penelitian ilmu ilmu Sosial dan Keislaman, 51-53.

11

Anda mungkin juga menyukai