MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas Fiqih
DOSEN PENGAMPU :
BAPAK ABDUL QODIR M. Pd. I
KELOMPOK 3 - MPI B
DISUSUN OLEH :
1. NURHASANAH 221250047
2. NINA ISTIA NABILA ANWAR 221250044
3. RATU ANANDA DIANA PUTRI 221250057
Puji syukur dengan mengucapkan Alhamdulillah rahmat, taufiq serta hidayah Allah SWT
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dalam waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta
salam semoga sanantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya,
para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti jejaknya.
Tak lupa kami ucapakan terima kasih kepada Bapak ABDUL QODIR M. Pd. I
yang telah memberikan tugas kepada kami tentang ”PUASA" yang Alhamdulillah berkat
rahmat dan karunia Allah SWT tugas tersebut telah kami selesaikan sebelum waktu yang
telah ditentukan habis.
Tanpa bantuannya, kami tidak akan pernah memiliki pilihan untuk menyelesaikan
makalah ini tepat waktu. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat banyak
kekurangannya, sehingga semua analisis dan gagasan yang produktif diakui secara langsung.
Idealnya karya ini bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi para pembaca yang budiman.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Puasa
2.2 Macam - Macam Puasa
2.3 Hal - Hal Yang Membatalkan Puasa
2.4 Syarat - Syarat Puasa
2.5 Rukun Puasa
2.6 Hal - Hal Yang Dianjurkan Ketika Berpuasa
2.7 Hikmah Dan Manfaat Puasa
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Puasa merupakan salah satu rukun Islam. Salah satu andalan pelaksanaan Islam secara
gamblang disebutkan dalam Al-Qur'an, misalnya dalam surat Al Baqarah ayat 183 yang
artinya: "Hai orang-orang yang menerima, wajib bagi Anda untuk berpuasa seperti yang
dianjurkan untuk orang-orang sebelum kamu supaya kamu bertakwa.”
Puasa juga diwajibkan kepada orang-orang sebelum orang-orang Nabi Muhammad
SAW. Motivasi utama di balik puasa ini adalah agar kita bertakwa, bertakwa kepada Allah
SWT. Puasa adalah cinta mahdhoh yang telah menentukan syarat, pokok dukungan dan
syaratnya. Puasa dibedakan menjadi puasa wajib, sunnah, makruh dan haram. Puasa wajib,
misalnya puasa Ramadhan dan puasa janji. Puasa juga merupakan salah satu cara untuk
mempersiapkan kita mengendalikan hawa nafsu yang muncul dalam diri kita. Selain itu,
puasa juga memberikan kesehatan yang nyata bagi orang yang menjalaninya, salah satunya
adalah kesehatan perut.
1.3. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Puasa
2. Untuk Mengetahui Macam - Macam Puasa
3. Untuk Mengetahui Hal - Hal Yang Membatalkan Puasa
4. Untuk Mengetahui Syarat - Syarat Puasa
5. Untuk Mengetahui Rukun Puasa
6. Untuk Mengetahui Hal - Hal Yang Dianjurkan Ketika Berpuasa
7. Untuk Mengetahui Hikmah dan Manfaat Puasa
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN PUASA
Menurut bahasa Shiyam/ puasa berarti “menahan diri”. “aku bernadzar kepada tuhan
yang maha pengasih akan berpuasa”.(QS Maryam : 26)
صوْ ًما فَلَ ْن ُأ َكلِّ َم ْاليَوْ َم ِإ ْن ِسيًّا ُ ْفَ ُكلِي َوا ْش َربِي َوقَرِّي َع ْينًا ۖ فَِإ َّما تَ َريِ َّن ِمنَ ْالبَ َش ِر َأ َحدًا فَقُولِي ِإنِّي نَ َذر
َ ت لِلرَّحْ ٰ َم ِن
Artinya : Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang
manusia, maka katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang
Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini"
Menurut syara’ ialah : “menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkannya dari mulai
terbit fajar hingga terbenam matahari, karena perintah Allah semata mata, dengan disertai niat
dan syarat-syarat tertentu.
“Telah berfirman Allah ‘azza wajalla: “semua amalaan manusia adalah untuk dirinya, kecuali
puasa, maka itu hendaklah untukKu1 dan Aku akan memberinya ganjaran2”. Dan puasa itu
merupakaan benteng3, maka ketika datang saat puasa, janganlah seseorang berkata keji,
berteriak atau mencaci-maki! Dan seandainya dicaci maki oleh seseorang, atau diajak
berkelahi, maka jawablah : “saya ini berpuasa” sampai dua kali. Demi Tuhan yang nyawa
Muhammad ada dalam genggaamannya, bau mulut orang berpuasa itu lebih harum di sisi
Allah pada haari kiamat daripada kasturi. Dan orang berpuasa itu akan beroleh kegembiraan
yang menyenangkan hati: Di kala berbuka, dia akan gembiira dengan berbuka itu, dan di saat
ia menemui Tuhannya nanti, ia akan gembira karena puasanya.”(HR. Ahmad, Muslim dan
Nasa’i), jadi secara garis besar puasa adalah sebagai berikut :
Menurut bahasa, puasa artinya menahan diri.
Menurut istilah, puasa artinya menahan diri dari segala hal yang dapat membatalkan puasa
mulai terbit fajar (shubuh) sampai terbenam matahari (maghrib) dengan niat tertentu.
Puasa wajib berarti puasa yang harus dilakukan. Jika dilakukan mendapat pahala dan jika
tidak dilakukan berdosa.
Puasa sunnah berarti puasa yang dianjurkan untuk dilakukan. Jika dilakukan mendapat pahala
dan jika tidak dilakukan tidak berdosa.
2). Qodho
Puasa sebagai pengganti puasa Ramadhan yang batal karena udzur, misalnya bepergian jauh,
sakit, haid atau nifas.
3). Kafarat
Puasa sebagai pengganti puasa Ramadhan yang batal karena sengaja, bukan karena udzur.
Misalnya, sengaja membatalkan puasa Ramadhan karena malas berpuasa, sengaja muntah
atau sengaja berhubungan suami-istri di siang hari.
2). Syawal
Puasa 6 hari di bulan Syawal. Orang yang berpuasa Ramadhan kemudian diikuti 6 hari di
bulan Syawal maka pahala puasanya sama dengan orang yang berpuasa selama 1 tahun.
Puasa ini boleh dilakukan secara berturut-turut atau tidak berurutan.
3). Arofah
Puasa pada tanggal 9 di bulan Dzulhijjah. Orang yang tidak menunaikan ibadah haji
disunnahkan untuk berpuasa Arofah.
4). Daud
Puasa yang dicontohkan oleh Nabi Daud, yakni puasa setiap dua hari sekali (selang-seling,
maksudnya jika hari ini berpuasa, besoknya tidak, lusa puasa, besoknya lagi tidak, dan
seterusnya).
5). Rajab
Puasa ini biasa dilakukan Pada bulan rajab, dalam rentang waktu beberapa bulan menuju
puasa dibulan Ramadhan. Dianjurkan Melakukan Puasa Pada Bulan Rajab tersebut dengan
hitungan ganjil.
Beberapa hal yang membatalkan puasa dan mesti ditinggalkan selama berpuasa
a. Makan dan Minum
Makan dan minum. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 187: ".. dan makan
minumlah hingga terang bagi kamu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian
sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam…"
Untuk situasi ini, masuknya sesuatu ke dalam lubang tubuh atau depresi kepala melalui jalan
terbuka, mulut, hidung, atau telinga dianggap sama dengan makan dan berbuka.
Dengan demikian, jika orang yang berpuasa itu makan atau minum dengan sengaja, dan ia
mengetahui bahwa dia sedang berpuasa, dan menyadari bahwa melakukan itu haram, maka
puasanya terbantahkan. Demikian pula, dengan asumsi dia memasukkan air ke dalam hidung
atau telinganya dengan tujuan agar sampai di bagian bawah kepalanya, puasanya
terbantahkan. Hal ini sesuai hadits Nabi: “Bila engkau ber-istinsyak lakukanlah cukup jauh,
kecuali jika engkau sedang berpuasa.”
b. Al-huqnah, secara khusus menyematkan sesuatu ke dalam lubang melalui bagian
belakang atau qubul.
c. Muntah, dengan sengaja, bagaimanapun, ketika yakinkan bahwa tidak ada yang kembali
setelah keluar melalui mulut. Meskipun demikian, jika tidak sengaja, atau sengaja namun
tidak mengetahui hukumnya adalah tabu, atau memuntahkan karena dipaksa, maka puasa
yang ia jalani tidak batal hukumnya.
d. Melakukan hubungan intim, terlepas dari apakah Anda mengeluarkan air mani. Hal
ini sesuai dengan firman Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 187: “Malam bulan puasa halal
bagimu bergaul dengan istri-istrimu, mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah
pakaian bagi mereka… "Sesuai ayat ini, hanya diizinkan untuk melakukan hubungan intim
sekitar waktu malam
e. Meninggalkan mani dengan mubasyarah (bersentuhan dengan kulit tanpa alas),
berciuman, dll. Namun, keluarnya mani tanpa menyentuh kulit, misalnya karena penglihatan
atau karena angan-angan, tidak meniadakan puasa. Berhubungan, misalnya, berciuman yang
membangkitkan nafsu, adalah haram, namun tidak membatalkan puasa kecuali jika disertai
dengan keluarnya mani. Penjelasannya, dalam hadits Jabir, Nabi menyamakan ciuman
dengan desir.
f. Haid, ulama telah sepakat bahwa orang yang sedang haid haram dan tidak sah berpuasa.
g. Nifas. Nifas ialah darah haid yang terkumpul dan tertunda keluarnya. Hukumnya sama
dengan darah haid.
h. Gila atau hilang akal
1. Islam, yakni seorang muslim yang menjalankan kewajiban nya sesuai aturan agama Islam.
2 Suci dari Haid, nifas dan wiladah. Dalam fase bersih dari tiga hal tersebut.
3. Mumayyiz (dapat membedakan yg baik dan yang tidak baik) dalam artian paham.
4. Berpuasa pada waktunya, Berpuasa pada waktunya disini dalam artian tidak melaksanakan
ibadah puasa pada hari hari yang diharamkan, Yakni puasa Pada Hari Tasyrik (11,12,13
Dzulhijjah), dan Puasa Pada Dua Hari Raya ( Iedul Fitri Maupun Adha )
Syarat- Syarat Kewajiban Mengerjakan Puasa Ini ada 3 perkara, namun ada pula pada redaksi
kitab lain menuliskan bahwa ada 4 perkara, yaitu :
1. Islam, dalam artian memeluk agama Islam, Menjadi seorang hamba Allah.
2. Sudah Baligh, Bukan anak anak kecil yang berarti sudah bisa dikatakan dewasa baik dari
segi pemikiran maupun fisik.
3. Berakal Sehat, dalam artian jiwa maupun raga yang baik baik saja tidak dalam keadaan
sakit kejiwaan.
4. Mampu Untuk Mengerjakan Puasa
Selama berpuasa, akan ada manfaat yang bisa kita dapatkan. Tentunya manfaat yang dimiliki
setiap individu akan ada sedikit perbedaan, namun dalam melakukannya ada beberapa hal
3.1 Kesimpulan
Sebagai Seorang muslim, tentu kita sudah tidak asing lagi dengan kata puasa. Bahkan setiap
tahunnya dalam satu bulan penuh kita diwajibkan melaksanakan ibadah puasa
Menurut bahasa Shiyam/ puasa berarti “menahan diri”. “aku bernadzar kepada tuhan
yang maha pengasih akan berpuasa”.(QS Maryam : 26)
Sementara Menurut istilah, puasa artinya menahan diri dari segala hal yang dapat
membatalkan puasa mulai terbit fajar (shubuh) sampai terbenam matahari (maghrib) dengan
niat tertentu.
Ada dua Macam Puasa, yakni Puasa Wajib dan Puasa Sunnah. Puasa Wajib Diantaranya
Puasa Di bulan Ramadhan, Puasa Qodho, Puasa Kaffarat dan puasa Nadzar.
Untuk puasa Sunnah yakni, Puasa di hari Senin dan Kamis, Puasa di bulan Syawal, Rajab,
Dan Puasa Arafah Juga Puasa Nabi Daud.
3.2 Saran
Kami sebagai penyusun makalah sadar sebagai manusia biasa yang tak terlepas dari
kesalahan dan kekhilafan. Tentun dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan dalam
penyusunannya. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan dari pembaca sebagai
pelajaran untuk kami agar kedepannya kami dapat memperbaiki kesalahan kesalahan dalam
penyusunan makalah.
DAFTAR PUSTAKA