DOSEN PENGAMPU :
Susmiati, M.Pd.I
DISUSUN OLEH :
NIM : 21.01.02.0002
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas ibu Susmiati, M.Pd.I pada program studi
Pendidikan Agama di Universitas Bina Insan Lubuklinggau. Selain itu, besar harapan saya
bahwa makalah ini dapat bernilai baik, dan dapat digunakan dengan sebaik- baiknya. Saya
menyadari bahwa makalah yang saya susun ini belumlah sempurna untuk itu saya
mengharapkan kritik dan saran dalam rangka penyempurnaan untuk pembuatan makalah
selanjutnya. Sesudah dan sebelumya saya ucapkan terimakasih.
Penyusun
Nandes Suliana
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.......................................................................
KATA PENGANTAR .......................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN....................................................................
A. Pengertian Puasa Dan Macam Macam Puasa ...................................
B. Macam Macam Puasa Wajib ............................................................
C. Macam Macam Puasa Sunnah...........................................................
BAB IV PENUTUP............................................................................
1. Kesimpulan
2. Saran ....................................................................................
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Puasa merupakan salah satu rukun islam. Salah satu pilar penegak agama islam ini
secara jelas disebutkan dalam Al quran, misalnya dalam surat Al Baqarah ayat 183 yang
kurang lebih artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”.
Puasa juga diperintahkan kepada umat-umat sebelum umat Nabi Muhammad SAW.
Tujuan utama puasa ini adalah agar kita bertaqwa, bertaqwa kepada Allah SWT. Puasa
merupakan ibadah mahdhoh yang telah ditentukan syarat, rukun dan ketentuannya. Puasa
terbagi atas puasa wajib, sunnah, makruh dan haram. Puasa yang diwajibkan misalnya, puasa
pada bulan Ramadhan dan puasa nadzar. Puasa juga sebagai sarana latihan bagi kita untuk
menahan hawa nafsu yang timbul dalam diri kita. Selain itu, puasa juga memberikan
kesehatan jasmani bagi orang yang melaksanakannya salah satunya adalah kesehatan
pencernaan.
2. Rumusan Masalah
3. Apa yang dimaksud dengan puasa ?
4. Macam macam puasa itu apa saja ?
5. Bagaimana ketentuan puasa itu ?
3. Tujuan
Memperdalam ilmu
Memngetahui puasa
Untuk meningkatkan kesempurnaan dalam hal puasa
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Puasa
E َمEِّ لE َكEُ أEنEْ Eَ لEَ فE اE ًمEوEْ Eص Eُ EرEْ E َذEَ نE يEِّ نEِ إE يEِلE وEُ قEَ فE اE ًدE َحEَ أE ِرE َشEَ بE ْلE اEنEَ E ِمE َّنEِ يE َرEَ تE اE َّمEِ إEَ فEۖ E اEً نE ْيE َعE يEِّE رEَ قE َوE يEِ بEرEَ E ْشE اE َوE يEِ لE ُكEَف
Eَ E ِنE َمEٰ EحEْ EَّEرE لEِ لEت
E اEًّ يEسEِ E ْنEِ إE َمEوEْ Eَ يE ْلEا
Artinya : Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang
manusia, maka katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang
Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini"
Menurut syara’ ialah : “menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkannya dari
mulai terbit fajar hingga terbenam matahari, karena perintah Allah semata mata, dengan
disertai niat dan syarat-syarat tertentu.
“Telah berfirman Allah ‘azza wajalla: “semua amalaan manusia adalah untuk dirinya,
kecuali puasa, maka itu hendaklah untukKu1 dan Aku akan memberinya ganjaran2”. Dan
puasa itu merupakaan benteng3, maka ketika datang saat puasa, janganlah seseorang berkata
keji, berteriak atau mencaci-maki! Dan seandainya dicaci maki oleh seseorang, atau diajak
berkelahi, maka jawablah : “saya ini berpuasa” sampai dua kali. Demi Tuhan yang nyawa
Muhammad ada dalam genggaamannya, bau mulut orang berpuasa itu lebih harum di sisi
Allah pada haari kiamat daripada kasturi. Dan orang berpuasa itu akan beroleh kegembiraan
yang menyenangkan hati: Di kala berbuka, dia akan gembiira dengan berbuka itu, dan di saat
ia menemui Tuhannya nanti, ia akan gembira karena puasanya.”(HR. Ahmad, Muslim dan
Nasa’i), jadi secara garis besar puasa adalah sebagai berikut :
Puasa satu bulan di bulan Ramadhan. Puasa ini diwajibkan berdasarkan keterangan
dalam surat Al Baqoroh, ayat 183 :
E َنE وEُ قEَّ تEَ تE ْمE ُكEَّ لE َعEَ لE ْمE ُكEِ لE ْبEَ قEنEْ E ِمEنEَ E يE ِذEَّلE اE ىEَ لE َعEب Eَ Eِ تE ُكEاE وEُ نE َمE آEنEَ E يE ِذEَّلE اE اEَ هEُّE يEَ أE اEَي
Eَ Eِ تE ُكE اE َمE َكE ُمE اEَ يEِّEصEلE اE ُمE ُكE ْيEَ لE َعEب
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
2). Qodho
Puasa sebagai pengganti puasa Ramadhan yang batal karena udzur, misalnya
bepergian jauh, sakit, haid atau nifas.
3). Kafarat
Puasa sebagai pengganti puasa Ramadhan yang batal karena sengaja, bukan karena
udzur. Misalnya, sengaja membatalkan puasa Ramadhan karena malas berpuasa, sengaja
muntah atau sengaja berhubungan suami-istri di siang hari.
Puasa yang diwajibkan oleh diri sendiri untuk memenuhi nadzar. Misalnya, Ali
berjanji jika hasil UAS tahun ini nilainya paling baik, Ali akan berpuasa 3 hari berturut-turut.
Nah, puasa Ali selama 3 hari berturut-turut itu disebut puasa nadzar.
Puasa sunnah khusus di hari Senin dan Kamis. Rosulullah mencontohkan puasa Senin
& Kamis karena pada hari tersebut:
2). Syawal
Puasa 6 hari di bulan Syawal. Orang yang berpuasa Ramadhan kemudian diikuti 6
hari di bulan Syawal maka pahala puasanya sama dengan orang yang berpuasa selama 1
tahun. Puasa ini boleh dilakukan secara berturut-turut atau tidak berurutan.
3). Arofah
Puasa pada tanggal 9 di bulan Dzulhijjah. Orang yang tidak menunaikan ibadah haji
disunnahkan untuk berpuasa Arofah. Pahala orang yang berpuasa Arofah ialah dihapuskan
dosanya selama 2 tahun, yakni 1 tahun yang lalu dan 1 tahun yang akan datang.
4). Daud
Puasa yang dicontohkan oleh Nabi Daud, yakni puasa setiap dua hari sekali (selang-
seling, maksudnya jika hari ini berpuasa, besoknya tidak, lusa puasa, besoknya lagi tidak, dan
seterusnya).
BAB III
KETENTUAN PUASA
1. Bagi (laki-laki yang pernah mengalami mimpi basah atau berusia 15 tahun dan
perempuan yang sudah mengalami menstruasi).
2. Mus (orang non muslim tidak wajib berpuasa).
3. Tidak sedang bepergian jauh.
4. Mampu berpuasa (tidak lemah dan tidak sakit).
5. Berakal (tidak gila atau tidak sedang mabuk).
6. Sucidari haid dan nifas bagi perempuan.
e). Rukun puasa, Rukun puasa adalah hal-hal yang wajib dilakukan saat berpuasa, yakni:
1. Niat (nawaitu shouma ghodin, an adaa-i fardhi syahri Romadhoona, haadzihis sanati,
lillaahi ta’aala) artinya saya berniat puasa esok hari, untuk menunaikan kewajiban di
bulan Ramadhan, tahun ini, karena Allah ta’ala).
2. Menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga
terbenam matahari.
b). Musafir., Musafir ialah orang yang sedang bepergian jauh. Jika perjalanannya mengalami
kesulitan atau mendatangkan keletihan maka ia dibolehkan untuk tidak berpuasa.
c). Orang yang sakit. Jika ia khawatir sakitnya akan bertambah parah maka sebaiknya ia
berbuka.
f). Orang yang sudah sangat tua. Orang tua yang sudah tidak sanggup lagi berpuasa, boleh
tidak berpuasa dan ia tidak wajib mengqodho tapi harus membayar fidyah (memberi makan
fakir miskin).
Beberapa manfaat puasa yang akan didapatkan oleh orang yang berpuasa ialah:
Syarat wajib puasa salah satunya yaitu berakal dan suci dari haid dan nifas bagi
permpuan dan mampu berpuasa. Sedangkan syarat sah puasa salah satunya yaitu, islam, suci
dari haid dan nifas dan tamyiz.
Hikmah atau manfaat puasa yaitu, meyeimbangkan kebutuhan jasmani dan rohani,
menyehatkan tubuh, mendkatkan diri kpada Allah SWT dan melatih mengendalikan nafsu.
2. Saran
Sebagaimana dalam qur’an surah albaqarah ayat 183 maka,sebagai orang yang
beriman marilah kita bersama- sama melaksanakan puasa baik yang wajib ataupun yang
sunnah.
Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan kesalahan,
baik dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimatnya dan dari segi isi juga masih
perlu ditambahkan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kepada para pembaca
makalah ini agar dapat memberikan kritikan dan masukan yang bersifat membangun.
Sehingga dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qahthani, Sa’id, Buku Pintar Puasa Sunah, Ed. Yasir Amri, Aqwam, Solo,
2011.
H. Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam ( Bandung : Sinar Baru Algensindo, 1994), Hal. 233.
Sabiq, Fiqih sunnah Jilid 2 ( Jakarta : Pena Pundi Aksara, 2006), Hal. 67.
Supiana dkk, Materi Pendidikan Islam (bandung : Remaja Rosdakarya, 2001), Hal.9