Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PUASA DAN KECERDASAN SPIRITUAL

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS TERSTRUKTUR ULANGAN


TENGAH SEMESTER MATA KULIAH PAI

Dosen Pengampu:
Ulul Huda S.Pd., M.Si

Oleh:
Isnaen Nur Layla Safitri (J1C019053)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN, RISET DAN


TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU BUDAYA
PROGAM STUDI SASTRA JEPANG
PURWOKERTO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan telah


memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita Nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang
sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang


menjadi tugas Pendidikan Agama Islam dengan judul “Puasa dan Kecerdasan
Spiritual”. Disamping itu, Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini.

Akhir kata, penulis memahami jika makalah ini tentu jauh dari
kesempurnaan maka kritik dan saran sangat dibutuhkan guna memperbaiki karya-
karya di waktu mendatang.

Purwokerto, 25 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Puasa..........................................................................................................3
2.2 Kecerdasan Spiritual..................................................................................5
2.3 Internalisasi Nilai Puasa yang Menumbuhkan Kecerdasan Spiritual........6
BAB III PENUTUP................................................................................................9
3.1 Kesimpulan................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap ibadah yang disyariatkan Allah SWT kepada umat manusia
pasti mengandung manfaat yang akan kembali kepada orang yang
melakukannya, apakah itu manfaat langsung maupun tidak langsung,
apakah itu manfaat di dunia maupun di akhirat. Salah satu contohnya yaitu
ibadah puasa, puasa bukanlah sekedar menahan diri dari makan dan
minum sejak terbit matahari sampai tenggelamnya, ibadah puasa juga
mempunyai tujuan yang lain, yaitu menbiasakan manusia mengalahkan
hawa nafsu dan dapat mengendalikan manusia untuk mengatasi perasaan-
perasaan hati yang sering mendorong berbuat salah, menghadapi segala
sesuatu dengan sabar.
Setiap manusia yang diciptakan Allah SWT dengan bekal berupa
potensi. Potensi inilah yang membedakan antara manusia dengan makhluk
lain. Allah SWT memberikan potensi kepada manusia berupa kecerdasan
intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ),
dan kecerdasan emosional spiritual (ESQ). Kecerdasan intelektual
menjadikan manusia memahami akan suatu ilmu pengetahuan. Adapun
kecerdasan emosional adalah kecerdasan yang berkaitan dengan emosi
manusia seperti inisiatif, ketangguhan, optimisme dan kemampuan
beradaptasi. Kecerdasan inilah yang menjadi bekal seseorang dalam
menjalin hubungan dengan manusia yang lain seperti misalnya dalam hal
pekerjaan. Kemudian makna kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang
berkaitan erat antara hubungan manusia dengan Tuhan, atau singkatnya
kecerdasan yang berkaitan dengan perjalanan rohani manusia.
Orang yang memiliki kecerdasan spiritual dapat memecahkan
masalah dalam kehidupan hanya dengan menggunakan akal dan emosinya
saja. Tetapi lebih menggunakan hati nurani sebagai pembimbingnya. Suara
hati nurani senantiasa selaras dengan kebenaran agama yang sesuai dengan
kebutuhan dan dibutuhkan manusia.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa
permasalahan, di antaranya:
1. Bagaimana konsep kecerdasan spiritual?
2. Bagaimana pengembangan kecerdasan spiritual dalam ibadah puasa?

1.3 Tujuan Penulisan


Sesuai dengan rumusan masalah yang dikaji, maka tujuan penulisan
makalah ini antara lain:
1. Untuk mengetahui konsep kecerdasan spiritual
2. Untuk mengetahui pengembanagan kecerdasan spiritual dalam ibadah
puasa

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat yang diharapkan dalam penulisan makalah ini yaitu dapat
memberikan informasi tentang kecerdasan spiritual secara mendalam yang
bergaitan dengan ibadah puasa.

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Puasa
1. Pengertian Puasa
Secara etimologi, puasa berarti menahan. Menahan disini artinya
menahan dari makan, minum dan melakukan hubungan seksual suami
istri, menahan diri dari perkataan yang sia-sia, perkataan yang jorok dan
lainnya, baik yang diharamkan maupun yang dimakruhkan, sepanjang hari
dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Allah SWT telah
menjelaskan dalam QS. Maryam: 26 dijelaskan bahwa:
‫َفُك ِلْي َو اْش َر ِبْي َو َقِّر ْي َع ْيًناۚ َفِاَّم ا َتَر ِيَّن ِم َن اْلَبَش ِر َاَح ًد ۙا َفُقْو ِلْٓي ِاِّنْي َنَذ ْر ُت ِللَّرْح ٰم ِن َص ْو ًم ا َفَلْن ُاَك ِّلَم‬
‫ۚ اْلَيْو َم ِاْنِس ًّيا‬
Artinya: “Maka makan, minum dan bersenanghatilah engkau. Jika
engkau melihat seseorang, maka katakanlah, “Sesungguhnya aku telah
bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak
akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.”
Dalam Islam, puasa adalah rukun Islam yang ketiga yang wajib
dilaksanakan seorang muslim bentuknya dengan menahan diri dari segala
yang membatalkannya mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya
matahari, dan wajib dilakukan sesuai dengan syarat, rukun, dan larangan
yang telah ditentukan.

2. Macam-macam Puasa
Puasa dalam syari’at Islam ada dua macam, yaitu puasa wajib dan
puasa sunah. Puasa wajib ada tiga macam yaitu puasa ramadhan selama
sebulan, puasa yang wajib karena ada illat, seperti puasa sebagai kafarat,
dan puasa seseorang yang mewajibkan pada dirinya sendiri, yaitu puasa
nazar. Sedangkan puasa Sunnah diantaranya seperti puasa arafah, puasa
syawal, puasa senin kamis, puasa daud, dan lainnya.
1) Puasa Fardhu
Puasa fardhu adalah puasa yang harus dilaksanakan berdasarkan
ketentuan syari’at Islam.

3
a. Puasa di bulan Ramadhan
Puasa Ramadhan merupakan puasa paling umum karena
merupakan puasa wajib selama sebulan penuh di bulan Ramadhan.
Kewajiban melaksanakan ibadah puasa pada bulan Ramadhan
terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-baqarah ayat 183.
‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا ُك ِتَب َع َلْيُك ُم الِّص َياُم َك َم ا ُك ِتَب َع َلى اَّلِذ ْيَن ِم ْن َقْبِلُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَّتُقْو َۙن‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu


berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu
agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 183)

b. Puasa Kafarat
Puasa kafarat adalah puasa sebagai penebusan yang dikarenakan
pelanggaran terhadap suatu hukum atau kelalaian dalam
melaksanakan suatu kewajiban, sehingga mengharuskan seorang
mukmin mengerjakannya supaya dosanya diampuni. Contohnya
ketika sengaja tidak melaksanakan puasa.
c. Puasa Nazar
Puasa Nazar adalah puasa yang tidak diwajibkan oleh Allah SWT,
begitu juga tidak disunnahkan oleh Rasulullah SAW, melainkan
manusia sendiri yang telah menetapkannya bagi dirinya sendiri
untuk membersihkan (Tazkiyatun Nafs) atau mengadakan janji
pada dirinya sendiri kepada Allah SWT. Sehingga puasa yang
dinazarkan memiliki hukum wajib.

2) Puasa Sunnah
Puasa Sunnah adalah puasa yang apabila dikerjakan akan mendapatkan
pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak berdosa. Contoh puasa
Sunnah diantaranya:
a. Puasa Arafaf (Tanggal 9 Dzulhijjah atau Haji)
Dari Abu Qatadah, Nabi saw. bersabda: “Puasa hari Arafah itu
menghapuskan dosa dua tahun, satu tahun yang telah lalu dan satu
tahun yang akan datang” (H. R. Muslim)

4
b. Puasa Syawal
Bersumber dari Abu Ayyub Anshari R.A. sesungguhnya
Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa berpuasa pada bulan
Ramadhan, kemudian dia menyusulkannya dengan berpuasa enam
hari pada bulan syawal. maka seakan – akan dia berpuasa selama
setahun” (HR.Muslim).
c. Puasa Hari Senin dan Hari Kamis
Hadist Rasulullah SAW: Rasulullah memperbanyak puasa pada
hari Senin dan Kamis, kemudian beliau berkata, sesungguhnya
amal-amal itu dilaporkan setiap hari Senin dan hari Kamis, maka
Allah SWT akan mengampuni setiap muslim kecuali mereka-
mereka yang saling memutuskan tali persaudaraan.” (H.R.Ahmad).
Karena hari senin merupakan hari kelahiran Rasulullah sedangkan
hari kamis adalah hari pertama kali Al-Qur’an diturunkan.

2.2 Kecerdasan Spiritual


Spiritual artinya berhubungan atau dengan bersifat kejiwaan (rohani,
batin) (Depdiknas, 2007: 1087). Kedalaman spiritual adalah dasar yang
harus dimiliki oleh anak demi mencapai akhlaqul karimah dalam
mengarungi kehidupannya kelak. Sehingga bidang apapun yang akan
ditekuni oleh anak dikemudian hari, jika secara spiritual anak sudah bisa
menginternalisasikan nilai-nilai religi ke dalam kehidupannya, maka sudah
dapat dipastikan ia akan mencapai kesuksesan baik di dunia maupun di
akhirat (Muallifah, 2009: 177).
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang dimiliki oleh manusia
yang harus diasah dengan baik dan digunakan untuk berhubungan
langsung dengan Tuhannya serta untuk menempatkan diri pada konteks
yang semestinya sehingga dapat berinteraksi antar sesama manusia dengan
baik. Manusia akan lebih hati-hati dalam bertingkah laku dan berfikir
terlebih dahulu sebelum bertindak karena kemampuan intelektual bawaan
otak dan jiwa manusia yang sumber terdalamnya adalah inti alam semesta
sendiri.

5
Konsep kecerdasan spiritual berhubungan erat dengan
pengembangan kejiwaan yang berdimensi ketuhanan. Kecerdasan spiritual
antara manusia dengan Tuhan. Orientasi dari konsep kecerdasan ini bukan
materi semata, lebih beriorentasi pada spiritualisme Tauhid. Contoh
kecerdasan spiritual adalah ketika mengalami masalah, maka akan terjadi
rangsangan pada dimensi emosi seperti kemarahan, kesedihan, kekesalan,
atau ketakutan akan tetapi karena aspek mental telah dilindungi oleh
prinsip tauhid, maka emosi akan terkendali dan suara hati pada dimensi
spiritual bekerja dengan normal (Ginanjar, 2004:221).

2.3 Internalisasi Nilai-Nilai Puasa yang Menumbuhkan Kecerdasan


Spiritual
Dalam ibadah puasa, terdapat sejumlah nilai-nilai yang dapat
menumbuhkan kecerdasan spiritual seorang hamba kepada Allah. Berikut
ini diantaranya:
1. Meningkatkan Iman
Dengan ibadah puasa, iman seorang hamba akan melesat naik. Puasa
adalah salah satu ketaatan kepada Allah, dan setiap ketaatan memberi
dampak pada meningkatnya keimanan seorang hamba kepada Allah.
Selanjutnya, keimanan akan menumbuhkan ketakwaan pada dirinya. Oleh
karena itu, sejumlah ayat yang memerintahkan untuk bertakwa, Allah
awali dengan seruan kepada orang-orang yang beriman. Karena takwa
hanya mampu diwujudkan oleh orang-orang yang beriman.
2. Melatih Kesabaran
Puasa mengendalikan keinginan dan melatih kesabaran. Orang puasa
merasa lapar sedang di hadapannya makanan yang lezat, haus sedang di
depannya air dingin nan segar, menahan diri sedang di sampingnya sang
isteri. Tidak ada yang mengawasi selain Tuhannya, tidak ada yang
mengendalikan selain hatinya, dan tidak ada yang menguatkan selain
keinginannya yang tegar lagi kuat.
3. Menekan Syahwat dan Mengendalikan Hawa Nafsu
Ibadah puasa dapat menekan syahwat seorang hamba, mengurangi
keinginan-keinginan buruk yang ada pada dirinya dan mengendalikan

6
hawa nafsunya. Jelas, hawa nafsu yang terkendali dan syahwat yang
terkontrol akan memberi dampak pada ketakwaan seorang hamba. Karena
syahwat dan hawa nafsu adalah faktor yang sangat besar yang membuat
manusia meninggalkan ketaatan dan mengerjakan kemaksiatan.
4. Menguatkan Rasa Muraqabatullah (Takut Kepada Allah)
Ibadah puasa mengandung nilai muraqabatullah. Saat seorang hamba
berpuasa, ia akan benar-benar sadar bahwa ia selalu dalam pengawasan
Allah. Muraqabatullah akan membuat ia senantiasa berusaha menjaga diri
dari perbuatan-perbuatan yang dimurkai Allah kapan pun dan dimana pun
ia berada. Tidak ada tempat dan waktu yang tidak diketahui oleh-Nya.
Oleh karena itu ia akan senantiasa menjaga puasanya dari hal-hal yang
dapat membatalkannya, walaupun saat sendirian dan jauh dari pandangan
manusia.
5. Menumbuhkan Keikhlasan
Satu-satunya ibadah yang tidak dapat dilaksanakan dengan riya, tujuan
agar dilihat orang manusia dan mendapat pujian mereka adalah ibadah
puasa. Para ulama mengatakan, ibadah puasa adalah ibadah rahasia antara
seorang hamba dengan rabbnya, hanya dirinya dan Allah saja yang
mengetahui bahwa ia sedang berpuasa. Keikhlasan tentu sangat penting
dalam ketakwaan. Perintah-perintah Allah harus dilaksanakan seorang
hamba dengan ikhlas, dalam rangka mencari keridhaan Allah. Pun
demikian dengan larangan-larangan Allah, jika seorang hamba ingin
mendapat pahala dari meninggalkannya, ia pun harus meninggalkannya
karena Allah.
6. Meningkatkan Rasa Syukur
Rasa syukur akan tumbuh dari kesadaran yang baik atas karunia dan
nikmat Allah bagi seorang hamba. Manusia tidak dapat hidup tanpa
karunia Allah. Makan dan minum adalah karunia Allah yang dirasakan
oleh manusia setiap hari, namun sering kali baru disadari bahwa semua itu
merupakan nikmat Allah yang sangat besar pada saat manusia terhalang
darinya. Dalam beribadah puasa, seorang hamba akan menyadari bahwa
nikmat makan, minum dan juga nikmat-nikmat lainnya merupakan karunia

7
Allah yang sangat besar atas dirinya, untuk itulah ia pun akan merasa
harus bersyukur kepada-Nya.

7. Menghadirkan Rasa Belas Kasihan


Saat beribadah puasa, rasa lapar dan dahaga akan dirasakan. Saat ia
merasakan lapar dan dahaga, ia pun akan mengingat sebagian saudara-
saudaranya yang merasakan hal yang sama. Namun bedanya, ia hanya
merasakan lapar dan dahaga sementara waktu saja, sementara sebagian
saudara-saudaranya yang miskin merasakan hal itu hampir dalam setiap
waktu.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara etimologi, puasa berarti menahan. Menahan disini artinya
menahan dari makan, minum dan melakukan hubungan seksual suami
istri, menahan diri dari perkataan yang sia-sia, perkataan yang jorok dan
lainnya, baik yang diharamkan maupun yang dimakruhkan, sepanjang hari
dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.
Puasa dalam syari’at Islam ada dua macam, yaitu puasa wajib dan
puasa sunah. Puasa wajib ada tiga macam yaitu puasa ramadhan, puasa
yang wajib karena ada illat, seperti puasa sebagai kafarat, dan puasa
seseorang yang mewajibkan pada dirinya sendiri, yaitu puasa nazar. Puasa
Sunnah seperti puasa arafah, puasa syawal, puasa senin kamis, puasa daud,
dan lainnya.
Dalam ibadah puasa, terdapat sejumlah nilai-nilai yang dapat
menumbuhkan kecerdasan spiritual seorang hamba kepada Allah. Nilai
nilai tersebut diantaranya meningkatkan keimanan, melatih kesabaran,
mengendalikan hawa nafsu, menguatkan rasa Muraqabatullah (Takut
Kepada Allah), menumbuhkan keikhlasan, meningkatkan rasa syukur
kepada Allah SWT, dan menghadirkan rasa belas kasihan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Rahmat. (2006). Pengaruh Kecerdasan Intelektual (IQ), Kecerdasan


Emosional (EI) dan Kecerdasan Spiritual (SI) Terhadap Agresivitas Pada
Mahasiswa. Jurnal El-Qudwah, Jurnal Penelitian dan Pengembangan, Vol. 1.

Badiah, Zahrotul. (2018). Peranan Orang Tua dalam Mengembangkan Kecerdasan


Emosional dan Spiritual (ESQ) Anak dalam Perspektif Islam. Jurnal Kajian
Pendidikan Islam, Vol. 8, 235-236.

Handayani, Novia. (2016). Pengembangan Nilai-Nilai Kecerdasan Spiritual

Dalam Ibadah Puasa Perspektif Ta sawuf.

Kurniawati, B. Sita. (2013). Internalisasi Nilai-Nilai Puasa Sunnah dalam

Menumbuhkan Kecerdasan Spiritual. 37-41.

Rahmi, Aulia. (2015). Puasa dan Hikmahnya Terhadap Kesehatan Fisik dan

Mental Spiritual. Jurnal Studi Pemikiran, Riset dan Pengembangan Pendidikan

Islam, Vol. 3, 91-96.

10

Anda mungkin juga menyukai